Anda di halaman 1dari 13

Mendidik dan Mengajar

Sekolah atau satuan pendidikan seringkali dipersepsi sebagai tempat mengasah


kecerdasan kognitif semata. Sementara kehidupan kita percaya tidak hanya
memerlukan kecerdasan kognitif, ada kecerdasan dan keterampilan hidup lain yang
diperlukan untuk menjalani hidup. Kita percaya bahwa sekolah dan pendidikan
merupakan bekal untuk murid kita mengisi masa depan. Pertanyaannya, Apakah hal-
hal yang Ibu dan Bapak Guru lakukan setiap hari di ruang kelas bisa membantu
murid mengisi masa depannya? Pada modul ini kita akan bersama berefleksi
mengenai praktik mengajar kita apakah sudah cukup menyiapkan murid di masa
depan?

Daftar Materi:

 Mendidik Menyeluruh
 Pendidikan selama satu abad
 Menjadi manusia (secara) utuh

Mendidik Menyeluruh
Salam dan bahagia Ibu dan Bapak guru. Selamat datang di Modul Mendidik dan Mengajar.
Modul ini terdiri dari beberapa materi yang akan kita pelajari bersama. Kali ini kita akan
membahas materi mendidik menyeluruh berdasarkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. agar
kita dapat memahami gagasan-gagasan Dewantara mengenai tujuan pendidikan nasional.

Ibu dan Bapak guru, pemahaman terhadap kata “pendidikan dan pengajaran” kadang masih
membingungkan. Penggabungan istilah tersebut dapat mengaburkan pengertian yang
sesungguhnya. Pengajaran adalah suatu cara menyampaikan ilmu atau manfaat bagi
kehidupan anak-anak secara lahir maupun batin. Maka, pengajaran merupakan salah satu
bagian dari pendidikan. Sama halnya dengan mengajar yang merupakan salah satu bagian
dari mendidik. Sementara Pendidikan adalah tempat menaburkan benih-benih kebudayaan
yang hidup dalam masyarakat sekaligus sebagai instrumen tumbuhnya unsur peradaban agar
kebudayaan yang kita wariskan kepada anak cucu kita di masa depan.

Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan sebagai tuntunan yaitu tuntunan dalam hidup
tumbuhnya murid. Maka Mendidik adalah menuntun segala kodrat yang ada pada murid
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik itu
sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Ibu dan Bapak guru, murid diciptakan sebagai makhluk yang memiliki kodrat untuk mereka
hidup dan tumbuh. Pendidik tidak dapat menentukan dan berkehendak akan hidup tumbuhnya
murid. Yang bisa pendidik lakukan adalah menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-
kekuatan itu dengan mengerahkan segala daya upaya untuk memajukan perkembangan budi
pekerti, pikiran, dan jasmani murid agar dapat memperbaiki perilakunya bukan dasar hidup
dan tumbuhnya itu.

Layaknya seorang petani yang menanam padi, ia hanya dapat menuntun tumbuhnya padi,
mengusahakan kondisi yang terbaik agar padi dapat tumbuh sesuai dengan kodratnya. Petani
mungkin dapat memperbaiki keadaan tanaman padinya atau bahkan menghasilkan tanaman
padi yang lebih besar daripada tanaman padi yang tidak dipelihara. Bagaimanapun ikhtiar
yang terbaik yang dilakukan oleh petani untuk tumbuhnya padi tidak akan dapat membuat
tanaman padi itu tumbuh menjadi tanaman jagung atau tanaman lainnya.

Seperti itulah peran pendidik yang bisa menuntun agar murid bisa tumbuh dan berkembang
sesuai dengan kodratnya. Pendidikan tidak hanya berbentuk pengajaran yang memberikan
pengetahuan kepada murid tapi juga mendidik keterampilan berpikir, mengembangkan
kecerdasan batin, dan pada akhirnya murid dapat melancarkan hidup untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan.

Ibu dan Bapak guru, ilmu dan pengetahuan sangat diperlukan sebagai bagian dari pendidikan,
sebagai kunci untuk mengasah keterampilan berpikir, memajukan kecerdasan batin, dan
melancarkan hidup pada umumnya. Oleh karenanya, pendidikan pikiran atau intelektual
murid sebaiknya dibangun setinggi-tingginya, seluas-luasnya dan selebar-lebarnya agar
murid dapat mewujudkan perikehidupan lahir dan batin dengan sebaik-baiknya.

Sebagai pendidik kita perlu cermat dalam menempatkan pendidikan pikiran murid sesuai
dengan konteks pendidikan nasional berdasarkan garis-garis bangsanya atau kultural nasional
yang akan melengkapi, mempertajam, dan memperkaya pendidikan keterampilan berpikir
murid. Setiap murid memiliki kekuatan kekuatan yang memerlukan tuntunan orang dewasa.
Menuntun potensi murid bertujuan agar ia semakin baik adabnya dan untuk mendapatkan
kecerdasan yang luas sehingga ia terlindungi dari pengaruh-pengaruh yang dapat
menghambat bahkan melemahkan tumbuhnya potensi atau kekuatan dirinya.

Ada murid yang tidak memiliki kesempatan mendapatkan tuntutan yang baik sehingga ia
cenderung tidak dapat menumbuhkan dan mengembangkan kekuatan atau potensinya dengan
maksimal. Ada juga murid yang mendapatkan tumbuh dengan baik namun kekuatan atau
potensinya tidak dapat tumbuh atau berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh yang
membatasi tumbuh kembangnya potensi yang ia miliki.

Sebagai orang dewasa kita dapat berupaya membangun dan menjaga suasana lingkungan
yang kondusif agar setiap murid dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya.
Seumpama dua garis yang saling tarik-menarik dan saling mempengaruhi yang pada akhirnya
berujung menjadi satu. Dua garis itu adalah garis dasar yang menggambarkan potensi dari
murid dan garis keadaan yang menggambarkan kesempatan untuk berkembang. kedua garis
ini saling berhubungan yang menurut ilmu pendidikan disebut konvergensi.

Buah dari tuntunan kepada murid adalah berkembangnya akal budi murid yang mendorong
terciptanya kebudayaan. Kebudayaan bangsa yang menjadi ciri khas dan dasar perubahan
zaman ditengah-tengah kebudayaan-kebudayaan negara lain membuat kita kadang-kadang
khawatir akan tergerusnya kebudayaan kita. Meskipun adat istiadat atau kebiasaan di
masyarakat berubah karena akal budi manusia juga berkembang. Kebudayaan Bangsa
Indonesia akan tetap ada menjadi pilar utama dalam memajukan pendidikan nasional.
Contohnya kebudayaan gotong royong membersihkan dan menghias kelas, serta sekolah
yang melibatkan murid dapat menumbuhkan karakter dan kecakapan sosial emosional.

Guru dapat memberikan praktek pembelajaran yang mengembangkan kerjasama, empati


menghargai sesama dan berkontrIbusi sosial kepada sesama. Sehingga murid dapat
menemukan dan terbekali dengan kebudayaan kebudayaan bangsa yang jika terus-menerus
ditumbuhkan. Maka kebudayaan bangsa akan semakin kuat dan tentu saja akan membantu
murid atas kehidupan dan penghidupannya. Dan yang paling utama dan yang paling penting
yang dapat membantu keberlangsungan hidup sebagai bangsa Indonesia.

Lalu bagaimana dengan pembelajaran di kelas kita saat ini. Apakah kita sudah mendidik anak
dengan menyeluruh atau mungkin kita hanya sebatas mengajar? Mari kita refleksikan
bersama-sama. Asalam dan bahagia Ibu Bapak guru hebat.

Ce
ritakan Sosok Guru yang Menumbuhkan
Kekuatan dan Potensi Anda Sewaktu
Menjadi MURID
Guru yang menumbuhkan kekuatan dan potensi saya sewaktu menjadi murid yakni guru yang
tidak membeda-bedakan kemampuan muridnya. Beliau mendidik saya menjadi pribadi yang
tanggung jawab, mandiri, memberikan kesempatan dan pengalaman untuk mencoba dan
mengalami, belajar dari kesalahan, dan menghargai sesama.
Jawaban saya : Sosok guru yang menumbuhkan kekuatan dan potensi saya ketika
menjadi murid yaitu guru yang menghargai kemampuan murid-muridnya, tidak
mematahkan semangat belajar muridnya, guru yang memahami perbedaan
karakteristik murid-muridnya, mengapresiasi dan menumbuhkan rasa percaya diri.
PENDIDIKAN SELAMA SATU ABAD
Selamat datang kembali di Modul Mendidik dan Mengajar. Kali ini kita akan
mengulas Materi Pendidikan Selama 1 Abad, melihat perjalanan Pendidikan
Nasional dari sudut pandang Ki Hajar Dewantara mengenai cita-cita sistem
Pendidikan Nasional.

Ibu dan Bapak guru, metode pengajaran di zaman kolonial Belanda yang
menggunakan sistem pendidikan perintah dan sanksi, tanpa sadar masuk ke dalam
warisan cara guru-guru kita mendidik murid-muridnya. Bahkan mungkin sampai saat
ini praktek itu masih saja berlangsung. Misalnya masih ditemukan kasus kekerasan
pada murid di sekolah. Murid mendapat hukuman atau sanksi ketika mereka belum
atau tidak mengerjakan perintah dari guru.

Contoh lain adalah sistem penilaian atau penghargaan yang terlalu berorientasi
pada kecakapan kognitif. Misalnya Kapan murid diukur dari hasil ujian sumatif yang
menguji kecakapan kognitif semata. Akibatnya murid berusaha keras melatih
kecakapannya dengan mengerjakan kisi-kisi soal ujian hingga mendapat nilai dan
penghargaan dari sekolah.

Nah fokus pada orientasi kognitif ini menyebabkan perkembangan kecakapan sosial
emosional mulai terabaikan. Di sisi lain, jika murid belum mampu memenuhi
tuntutan- tuntutan ujian sumatif yang sangat berat tidak jarang murid-murid kita
mendapat penghakiman. Mereka ini dianggap gagal dalam belajar.

Sistem pendidikan di zaman kolonial Belanda didasarkan atas diskriminasi yaitu


adanya perbedaan perlakuan terhadap anak-anak pribumi untuk mendapatkan
pendidikan yang sifatnya masih materialistik individualistik dan intelektualistik. Hal ini
bertentangan dengan keadaan dan kebudayaan bangsa timur. Sebagai perlawanan
terhadap sistem yang diskriminatif ini Ki Hajar Dewantara menggagas perlunya
sebuah sistem pendidikan yang humanis dan transformatif yang dapat memelihara
kedamaian dunia.

Ki Hajar Dewantar perkenalkan sistem among yaitu yang dikenal dengan slogannya
Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Ing
Ngarso Sung tulodo artinya seorang guru haruslah berkomitmen menjadi seorang
teladan. Ia harus memberikan contoh yang baik. Ing Madyo Mangun Karso
artinya seorang guru haruslah membangkitkan atau menguatkan semangat murid-
muridnya bukan orang yang melemahkan semangat. Dan Tut wuri Handayani
yaitu seorang guru haruslah memberikan dorongan atau menjadikan murid-
muridnya orang-orang yang mandiri atau orang-orang yang merdeka yang tumbuh
kembang secara maksimal.

Inilah esensi dari merdeka belajar. Meskipun semboyan ini diingat dengan sangat
baik oleh banyak guru dengan istilah Tut Wuri Handayani. Tetapi masih banyak juga
yang belum memahami roh dan maknanya, yaitu untuk kemerdekaan murid yang
menghidupkan dan menggerakan kekuatan lahir dan batinnya yang kemudian
menjadi bagian dari jiwa-jiwa kita sebagai pendidik.

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yang sesuai dengan bangsa kita adalah
pendidikan yang humanis, kerakyatan, dan kebangsaan.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut adalah gagasan yang melampaui zamannya,


dimana beliau hidup dan masih relevan hingga masa sekarang ini. Terbukti atas
kepribadian bangsa Indonesia yaitu yang mengandung harkat diri dan kemanusiaan
yang menjadi landasan praktek pendidikan saat ini. Tidak hanya di Indonesia tapi
juga di negara-negara lain. Maka kita sebagai pendidik harus dapat menghayati
pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan yang humanis yang terbukti
masih relevan bahkan hingga masa kini dan akan mampu mengantarkan murid siap
mengisi zamannya kelak.

Ki Hajar Dewantara melihat bahwa sistem pendidikan di zaman kolonial Belanda ini
hanyalah tempat pendidikan pikiran atau rasio yang menyebarkan ilmu pengetahuan
dan kecerdasan saja tanpa adanya pendidikan sosial emosional atau tanpa adanya
olah rasa. Selain pendidikan kecerdasan atau keterampilan berpikir, pendidikan
kultural yaitu pendidikan yang berdasarkan garis bangsa dan budaya. Misalnya
dengan menghargai proses belajar murid, merayakan setiap pencapaian
pembelajarannya, dan tu sesuai dengan kompetensinya juga sangat dibutuhkan oleh
murid.

Pendidikan kultural ini akan melengkapi mempertajam dan memperkaya pendidikan


kecerdasan murid. Sifat pendidikan yang intelektualistis materialistis kolonialis dan
minimnya pengaruh kebudayaan yang kita alami pada zaman Belanda, jangan
sampai terulang kembali. Kita sebagai pendidik perlu menjaganya dengan
menyambungkan naluri tradisi dan kontinuitas dengan masa lampau. Model
pendidikan dan pengajaran dan pengetahuan atau kecerdasan ala barat mungkin
dapat kita gunakan dengan syarat pendidikan kebudayaan dan nasional kita berikan
kepada murid demi terwujudnya keluhuran manusia nusa dan bangsa serta menjadi
bagian dari kesatuan perikemanusiaan.

Untuk mencapai semua dasar utama yang dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara
yaitu kemerdekaan setiap murid yang mampu mengatur dirinya sendiri agar murid-
murid berperasaan, berpikiran, dan bekerja merdeka dalam ketertiban bersama demi
mewujudkan cita-cita Pendidikan Nasional. Pendidikan Nasional yang berdasarkan
pada garis-garis kebudayaan bangsanya untuk berkehidupan mengangkat derajat
rakyat dan negerinya serta setara bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain demi
kemuliaan umat manusia di dunia. Maka, pendidikan yang memerdekakan murid lah
yang dapat menjadi pegangan kita sebagai pendidik untuk dapat mewujudkannya.

Ibu dan Bapak guru hanya mengandalkan naluri mendidik tidaklah cukup. Kita juga
perlu melengkapinya dengan ilmu pendidikan yang selaras dengan zamannya.
Tuntunan yang baik kepada murid didasarkan pada panduan atau teori atau
pengetahuan tentang tuntunan yang terbaik. Sehingga pendidik dapat memberikan
hak-hak kepada murid untuk kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan sesuai
dengan keinginan dan bakatnya. Agar sebagai pendidik kita dapat memberikan daya
upaya yang terbaik dalam mendidik murid. Kita membutuhkan semacam pagar atau
pelindung yaitu dukungan dari rakyat atau masyarakat untuk bersama-sama
menjaga atau menolak semua bahaya yang mengancam kekuatan kekuatan dan
potensi yang sedang tumbuh dari dalam diri murid-murid kita.

Mari kita renungkan Bersama : Apakah kita sudah mempraktekkan pembelajaran


sesuai dengan cita-cita sistem Pendidikan Nasional yang digagas oleh Ki Hajar
Dewantara? Langkah apa yang dapat kita lakukan untuk bersama-sama kita bisa
mewujudkannya? Salam dan bahagia Ibu dan Bapak guru hebat.

Materi Aktivitas "Menjadi Manusia (Secara) Utuh"


Manusia memilki dua kebutuhan dasar yaitu kebutuhan lahir dan batin. pendidikan
seyogyanya dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Video ini mengajak kita bagaimana
peran guru dalam memenuhi kebutuhan lahir dan batin murid mencapai selamat dan
bahagia. Apakah cara mendidik dan mengajar kita sudah memenuhi kebutuhan murid?

Selamat datang kembali di Modul Mendidik dan Mengajar. Kita akan meneruskan Materi
Tentang Menjadi Manusia Secara Utuh. Agar kita dapat memahami prinsip dasar untuk
mencapai tujuan pendidikan yaitu menjadi manusia yang seutuhnya berdasarkan pemikiran
Ki Hajar Dewantara.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa memiliki dua bagian utama pada
tubuhnya yaitu badan jasmani atau lahir dan badan rohani atau batin. Atas karunia Tuhan
Yang Maha Esa pula, manusia memiliki akal yang digunakan untuk berpikir untuk merasa
dan berkarya. Bersatunya pikiran, perasaan, dan kehendak dapat menimbulkan daya dan
memunculkan budi pekerti yang menandakannya sebagai manusia merdeka yaitu manusia
yang dapat memerintah dan menguasai dirinya atau mandiri dan itulah kodrat sebagai
manusia. Sehingga agar manusia mengetahui kebutuhan lahir dan batinnya sendiri, kita
sebagai pendidik dapat membantu murid untuk memenuhi kebutuhan keduanya agar
mencapai keseimbangan dalam menjalani kehidupan.

Kita tidak bisa membantu memenuhi kebutuhan hanya pada salah satu bagian karena badan
lahir dan pendidik badan batin pada manusia tidak dapat dipisahkan dan saling
mempengaruhi. Maka pendidikan atau tuntunan seyogyanya mampu memberikan didikan
lahir dan didikan batin kepada para murid agar terpenuhi kebutuhan kehidupan dan
penghidupannya. Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah berdaya tempat
persemaian benih-benih kebudayaan. Budaya yang hidup dalam masyarakat dan daya upaya
untuk memajukan perkembangan budi pekerti pikiran dan jasmani.
Ibu dan Bapak Guru, kebudayaan merupakan hasil budi manusia secara lahir dan batin yang
didapat dari perjuangan terhadap dua pengaruh kuat yaitu alam dan zaman pengembangan.
Budi pekerti berupa olah pikiran atau olah cipta, olah rasa atau menghaluskan perasaan atau
karakter, olah karsa atau menguatkan kemauan, dan olahraga atau menyehatkan jasmani
adalah sebuah bentuk pendidikan yang holistik yang akan menuntun bagaimana murid dapat
tumbuh kembang secara baik, sekaligus menjadikannya sebagai manusia yang merdeka yaitu
manusia yang dapat bersandar atas kekuatan lahir dan batinnya sendiri dan tidak bergantung
kepada orang lain.

Dengan demikian memandang murid sebagai manusia secara utuh harus menjadi dasar kita
sebagai pendidik dalam mendampingi murid-murid, menentukan tujuan belajar,
merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid baik lahir maupun batin yang
akan membantu murid-murid kita mengembangkan kekuatan lahir dan batin. Sebagai
pendidik kita tidak cukup hanya membantu memberikan pengajaran yang berorientasi pada
penguatan, keterampilan berpikir atau kognitif saja, tetapi juga mendampingi murid-murid
untuk mengembangkan kekuatan batinnya yaitu sosial, emosi, empati dan lain sebagainya.

Misalnya guru mengampu pelajaran yang sifatnya pengetahuan kemudian menilai murid
dengan menggunakan soal pilihan ganda yang cenderung hanya mengingat informasi yang
diberikan. Padahal beragam informasi dan pengetahuan yang diberikan dan dapat diakses dari
mesin pencari dari sumber belajar lain yang ada di sekitar murid. Dan dapat dibayangkan
ketika seorang guru memberikan soal operasi hitungan bilangan jika ia hanya memberi soal-
soal dan menilai hasilnya maka mesin hitung seperti kalkulator bisa juga memproses. Hal
yang demikian kekuatan keterampilan berpikir memang benar harus diasah dan ditingkatkan.

Ditingkatkan tetapi agar mencapai keseimbangan menjadi manusia. Murid juga sebaiknya
dilatih dan dikuatkan kebutuhan batinnya dalam menentukan tujuan belajarnya
mengembangkan kerjasama, membangun empati, menghargai sesama, refleksi diri untuk
mengembangkan dirinya dan tentunya berkontribusi di lingkungan sosialnya. Sehingga
pembelajaran yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan murid dan ditujukan untuk
memajukan perkembangan budi pekerti akan membantunya menjadi manusia-manusia yang
merdeka.

Manusia Merdeka perlu memiliki modal keterampilan berpikir atau bernalar yang baik.
Keterampilan berpikir atau bernalar membutuhkan proses sepanjang hayat. Proses mengasah
nalar atau keterampilan berpikir murid menurut Benjamin Bloom dan Anderson yang disebut
level kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis. Mengevaluasi,
dan mencipta. Sesuatu dapat difasilitasi dalam proses pembelajaran di semua jenjang
pendidikan paud, dasar menengah dan tinggi.

Dan juga perlu disadari bagi kita sebagai pendidik bahwa semua level kognitif dari mulai
mengingat sampai mencipta atau mengkreasi ini dapat dicapai pada semua jenjang
pendidikan, dimana kedalaman dan kompleksitas pembelajaran dapat disesuaikan dengan
tahap-tahap perkembangan. Beberapa ahli berpendapat proses pembelajaran kepada murid
tidak harus dimulai pada tingkat kognitif atau keterampilan berpikir yang mengingat, tapi
dapat juga diterapkan pembelajaran yang terintegrasi dengan urutan level kognitif atau
keterampilan berpikir yang cocok digunakan dalam pembelajaran. Maka tujuan pendidikan
untuk mengasah nalar murid dapat terwujud sebagai bekal pengembangan pendidikan budi
pekerti murid.
Mari kita renungkan bersama : Apakah kita sudah menjadikan murid-murid kita manusia
seutuhnya? Apakah kita sudah membantu memberikan asupan kebutuhan lahir dan batin
murid? dan Bagaimana cara kita untuk mendampingi untuk mengasah keterampilan bernalar
murid dengan sebaik-baiknya? Salam dan Bahagia, Ibu dan Bapak Guru Hebat!!!!

A. Jawaban Latihan Pemahaman & Cerita Reflektif materi Mendidik


Menyeluruh 

1. Latihan Pemahaman : Manakah peran yang paling dominan Anda lakukan di


dalam kelas?
A. Mendidik
B. Mengajar
C. Mendidik dan Mengajar

2. Cerita Reflektif : Ceritakan sosok guru yang menumbuhkan kekuatan dan potensi
Anda sewaktu menjadi murid dulu?
Jawab :  Guru yang menumbuhkan kekuatan dan potensi saya sewaktu menjadi
murid yakni guru yang tidak membeda-bedakan kemampuan muridnya. Beliau
mendidik saya menjadi pribadi yang tanggung jawab, mandiri, memberikan
kesempatan dan pengalaman untuk mencoba dan mengalami, belajar dari
kesalahan, dan menghargai sesama.

B. Jawaban Latihan Pemahaman & Cerita Reflektif Materi Pendidikan Selama


Satu Abad

1. Latihan Pemahaman : Manakah budaya pendidikan zaman kolonial yang sudah


tidak lagi di praktikkan di kelas :
A. Meminta murid berdiri di depan kelas saat mereka lalai mengerjakan tugas.
B. Saat belajar, murid duduk rapi menghadap ke depan dan kelas hening.
C. Melakukan pemeringkatan murid berdasarkan nilai dari tes pengetahuan setiap
mata pelajaran.
D. Cara pembuatan tugas dilakukan seragam, misalnya semua murid mengerjakan
video, melalui tulisan, dsb.
E. Memukul murid karena tidak mengerjakan tugas.
2. Cerita Reflektif : Praktik pendidikan kolonial apa yang pernah Anda lakukan
selama menjadi guru?
Jawab :  Saya melakukan pembelajaran yang membuat siswa fokus pada nilai. Saya
menekankan kemampuan kognisi siswa seperti latihan soal secara intensif ketika
menjelang ujian. Sehingga ketika siswa mendapat nilai kurang saya memandang
siswa gagal dalam belajar.

C. Jawaban Latihan Pemahaman & Cerita Reflektif Materi Menjadi Manusia


(Secara) Utuh

1. Latihan Pemahaman : Pendidikan atau “tuntutan” seharusnya memberikan murid :


A. Didikan pengetahuan
B. Didikan 'lahir'
C. Didikan 'batin'
D. Didikan hidup
E. Didikan 'lahir' dan 'batin'
2. Cerita Reflektif : Jika kembali ke semester lalu dimana Anda merasa belum optimal
mengasah nalar, kemampuan berpikir, dan mengembangkan kebutuhan batin murid
Anda, di materi apa Anda mau mengajar kembali dan memperbaiki dengan cara apa? ?
Jawab :  Materi yang ingin saya ajarkan kembali adalah procedure text. Saya ingin
memperbaiki cara saya mengasah nalar, kemampuan berfikir, dan kebutuhan batin
murid terutama kesempatan bagi siswa untuk menalar dan berfikir kritis dalam
mengobservasi dan mengeksplorasi dengan cara melakukan pembelajaran berbasis
proyek.

POST TEST

1. Ki Hadjar Dewantara mendefinisikan “Pendidikan” sebagai “tuntunan”. Artinya...


A. Tuntunan guru untuk membimbing murid
B. Tuntunan dalam proses pembelajaran
C. Tuntunan murid untuk berprestasi
D. Tuntunan dalam hidup tumbuhnya murid sesuai dengan kodratnya

2. Apa definisi dari “mendidik” yang paling tepat menurut Ki Hadjar Dewantara?
A. Menuntun segala kodrat yang ada pada murid, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik itu sebagai manusia
maupun anggota masyarakat.
B. Menuntun kehidupan murid agar mereka mampu menghadapi perubahan
lingkungan dan menjalin hubungan sosial dan budaya yang ada di sekitarnya.
C. Mengajarkan murid mengenai hal-hal yang belum diketahui sehingga
membuatnya menjadi lebih tahu agar wawasan dan keterampilan yang dimiliki lebih
baik untuk masa depannya.
D. Menetapkan kebutuhan murid dengan melihat karakteristik setiap murid agar
proses pendidikannya dapat berjalan dengan lebih optimal
3. Berikut ini adalah bentuk praktik pengajaran, kecuali:
A. Guru menyampaikan cara membuat puisi
B. Guru mengamati minat murid terhadap puisi
C. Murid mempelajari ragam puisi yang disampaikan guru
D. Guru meminta murid membuat puisi sesuai teori yang diajarkan

4. Menurut Ki Hadjar Dewantara, ... merupakan cara menyampaikan ilmu atau


manfaat bagi hidup anak-anak secara lahir maupun batin.
A. Menuntun
B. Tuntunan
C. Pendidikan
D. Pengajaran

5. Menurut Ki Hadjar Dewantara, salah satu hasil dari "tuntunan" orang dewasa
terhadap kekuatan-kekuatan yang dimiliki murid adalah...
A. Perubahan dasar hidup dan tumbuh kembangnya
B. Akal budi yang berkembang
C. Kekuatan murid yang semakin meningkat
D. Arah minat dan perubahan karakteristik diri

6. Berikut pernyataan yang sesuai terkait pemahaman terhadap kata "pendidikan"


dan "pengajaran" menurut Ki Hadjar Dewantara...
A. Tuntunan adalah salah satu bagian dari pengajaran
B. Tuntunan adalah salah satu bagian dari pendidikan
C. Pengajaran adalah salah satu bagian dari Pendidikan
D. Pendidikan adalah salah satu bagian dari tuntunan

7. Hanya fokus pada orientasi kognitif dalam pembelajaran dapat menyebabkan...


A. Murid malas belajar
B. Perkembangan kecakapan emosi dan sosial murid terabaikan
C. Murid tertekan untuk sekolah
D. Sistem penilaian tidak sesuai

8. Menurut Ki Hadjar Dewantara, sistem pendidikan barat mengedepankan rasio dan


ilmu pengetahuan tanpa adanya...
A. Pendidikan emosional dan kecerdasan
B. Olah rasa dan pendidikan intelektual
C. Pendidikan intelektual dan emosional
D. Pendidikan emosional dan olah rasa

9. Dasar utama yang dicita-citakan Ki Hadjar Dewantara untuk mencapai keluhuran


manusia, nusa dan bangsa adalah kemerdekaan setiap murid untuk mampu
mengatur dirinya sendiri agar seperti tersebut di bawah ini, kecuali...
A. Berpikir merdeka dalam ketertiban bersama
B. Berperasaan
C. Dapat bekerja berdasarkan kehendak
D. Mengatur orang lain

10. Sifat pendidikan yang paling sesuai dengan bangsa kita menurut Ki Hadjar
Dewantara adalah ...
A. Humanis, Oportunis, Kerakyatan
B. Humanis, Kerakyatanm dan Praktis
C. Humanis, Kerakyatan, dan Kebangsaan
D. Humanis, Kebangsaan dan Intelektualistis
11. Penanda manusia merdeka menurut Ki Hadjar Dewantara adalah berikut ini
kecuali...
A. Berdaya
B. Berbudi pekerti
C. Beriman
D. Berkuasa atas kehendak diri

12. Pengembangan budi pekerti (olah rasa, karakter), pikiran (olah pikir) dan jasmani
(olah raga) murid melalui pendidikan tidak dapat dipisahkan, karena...
A. Penting untuk masa depan
B. Membuat diri murid menjadi seimbang
C. Akan menuntun bagaimana cara hidup dan memelihara hidup murid
D. Merupakan pokok pembelajaran dalam pendidikan

Anda mungkin juga menyukai