Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-
undang No. 20 Tahun 2003). Tujuan ini dituangkan dalam tujuan
pembelajaran Matematika yaitu melatih cara berfikir dan bernalar,
mengembangkan aktifitas kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah, mengembangkan kemampuan menyampaikan infomasi atau
mengkomunikasikan gagasan. Sehingga Matematika merupakan bidang ilmu
yang strategis untuk membentuk generasi yang siap menghadapi era global
yang penuh dengan kompetitif tersebut.
Mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar merupakan salah satu
program pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai
peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa
ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar,
analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta
teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak
dini.
Proses pembelajaran Matematika pada jenjang kelas IV SDN Inpres
Buncu Sape ditemui berbagai permasalahan. Hasil pengamatan peneliti,
permasalahan-permasalahan tersebut berupa: (1) dalam pembelajaran
Matematika guru lebih dominan berpedoman pada buku pegangan tanpa

1
melibatkan sumber-sumber belajar di lingkungan sekitar; (2) penyampaian
konsep sarat dengan hafalan-hafalan; (3) kegiatan pembelajaran masih
monoton dengan metode ceramah; dan (4) guru kurang membimbing siswa
dalam menemukan konsep matematika dengan aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari.
Permasalahan di atas berdampak pada rendahnya partisipasi dan hasil
belajar Matematika siswa. Dalam hal ini siswa terlihat masih pasif dalam
berpendapat, kurang antusias dalam kegiatan pembelajaran, dan kurang fokus
dalam menyelesaikan tugas-tugas latihan. Selain itu nilai Matematika hanya
mencapai rata-rata 53,3 dengan ketuntasan klasikal hanya mencapai 56%.
Artinya masih di bawah standar yang ditetapkan, yaitu Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) individual 70 dan KKM klasikal sebesar 75%.
Gambaran permasalahan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika belum berhasil, karena pencapaian kempetensi siswa baik secara
individu maupun klasikal belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, peneliti selaku guru kelas IV
SDN Inpres Buncu Sape perlu melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran.

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas dan diskusi
peneliti dengan supervisor, maka ditetapkan masalah yang diangkat dalam
perbaikan pembelajaran ini adalah sebagai berikut.
a. Guru lebih dominan berpedoman pada buku pegangan tanpa melibatkan
sumber-sumber belajar di lingkungan sekitar
b. Siswa memperoleh konsep Matematika dari hafalan-hafalan
c. Siswa kurang dilibatkan dalam pengamatan langsung melalui objek
kongkret pada pembelajaran Matematika
d. Guru kurang membimbing siswa dalam menemukan konsep matematika
dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari
e. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran Matematika

2
2. Analisis Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat diartikan bahwa pembelajaran
Matematika dikatakan belum berhasil. Oleh karena itu, peneliti selaku guru
kelas IV SDN Inpres Buncu Sape perlu melakukan kegiatan perbaikan
pembelajaran. Dalam hal ini perlu dianalisis faktor yang menjadi akar
permasalahan dalam pembelajaran matematika konsep pengukuran.
Berdasarkan diskusi dengan supervisor, diperoleh penyebab siswa pasif dan
kurang memahami konsep pembelajaran karena dalam pembelajaran guru
tidak menggunakan pendekatan yang sesuai dengan ciri pembelajaran
Matematika. Analisis masalah dari uraian di atas adalah difokuskan perbaikan
pembelajaran Matematika dalam upaya membantu siswa agar meningkat hasil
belajarnya khususnya pada konsep Pengukuran.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Alternatif pemecahan masalah diperlukan suasana pembelajaran yang
mengutamakan penggunaan pengalaman nyata siswa. Melalui penerapan
model Pembelajaran Matematika Realistik diharapkan mampu
mengaplikasikan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari sehingga
pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa
Kelas IV terutama dalam pembelajaran tentang konsep Pengukuran. Dalam
hal ini dilakukan melalui PTK pada mata pelajaran Matematika dengan judul:
“Penerapan Model Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Konsep Pengukuran pada Siswa Kelas IV SDN
Inpres Buncu Sape”. Melalui penerapan model Pembelajaran Matematika
Realistik diharapkan mampu melibatkan siswa secara aktif melalui interaksi
dan keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari, baik secara mental, fisik,
maupun sosial. Melalui penerapan model pembelajaran tersebut diharapkan
mampu melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, sehingga pada akhirnya
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah langkah-langkah penerapan model Pembelajaran
Matematika Realistik dalam meningkatkan hasil belajar Matematika
Konsep Pengukuran pada siswa Kelas IV SDN Inpres Buncu Sape?
2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar Matematika Konsep Pengukuran
pada siswa Kelas IV SDN Inpres Buncu Sape melalui penerapan model
Pembelajaran Matematika Realistik?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian perbaikan
pembelajaran yang dilakukan adalah:
1. Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model Pembelajaran
Matematika Realistik dalam meningkatkan hasil belajar Matematika
Konsep Pengukuran pada siswa Kelas IV SDN Inpres Buncu Sape
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar Matematika Konsep Pengukuran
pada siswa Kelas IV SDN Inpres Buncu Sape melalui penerapan model
Pembelajaran Matematika Realistik

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
siswa, guru, sekolah maupun pengembangan keilmuan. Manfaat yang
diharapkan adalah:
1. Bagi siswa: untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa.
2. Bagi guru: untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penerapan
pendekatan dan model pembelajaran khususnya model Pembelajaran
Matematika Realistik, sehingga guru berusaha mengembangkan diri untuk
meningkatkan profesi yang akhirnya pembelajaran dapat optimal.
3. Bagi sekolah: untuk memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran di sekolah.

4
4. Bagi pengembangan keilmuan: sebagai umpan balik dalam mengetahui
efektivitas berbagai model dan teori belajar yang berkembang.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar


Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat dilihat di dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut, (1)
memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan
tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3)
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirikan solusi
yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5)
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika
sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan
pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada ketrampilan dalam
penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1)
menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai latihan
dalam kehidupan sehari-hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat
dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan kemampuan
dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis,
kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar
meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) bilangan, (2) geometri, (3)
pengolahan data (Depdiknas, 2006). Cakupan bilangan antara lain bilangan dan

6
angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua
dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan
dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan
kuantitas suatu obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.

B. Model Pembelajaran Matematika Realistik


Pembelajaran matematika realistik diadopsi dari kata yang merupakan
salah satu model pembelajaran dalam pembelajaran matematika. Model
pembelajaran matematika realistik pertama kali diperkenalkan di Belanda pada
tahun 1973 oleh “The Freudenthal Institute in the Netherlands” (Fauzan:
2001). Di Indonesia dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) (Depdiknas, 2004). Konsep yang mendasari adalah konsep
Freudenthal yang menyatakan bahwa aktivitas matematika harus dikaitkan
dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia (human
activities). Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan
kehidupan sehari-hari.
Freudenthal menegaskan bahwa matematika sebagai aktivitas manusia,
oleh karena itu siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali
ide-ide dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika dengan bimbingan
orang dewasa (Marpaung, 2001). Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan
berbagai situasi dan persoalan-persoalan realistik. Realistik dalam hal ini
dimaksudkan tidak hanya berhubungan dengan dunia nyata saja, tetapi juga
menekankan pada masalah nyata yang dapat dibayangkan oleh siswa. Jadi
penekanannya adalah membuat sesuatu masalah itu menjadi nyata dalam
pikiran siswa. Usaha untuk membangun kembali konsep-konsep matematika
dapat dilakukan dengan penjelajahan berbagai situasi nyata (realistik) dan
permasalahan-permasalahan dunia nyata (de Lange dalam Sunardi, 2001).
Interpretasi Freudenthal (Fauzan, 2001) dalam pengajaran yang
menggunakan Pembelajaran Matematika Realistik dicirikan oleh beberapa hal
yaitu: (1) matematika dipandang sebagai kegiatan manusia sehari-hari,
sehingga dapat memecahkan masalah-masalah dalam kegiatan sehari-hari

7
(contextual problem) yang merupakan bagian yang esensial; (2) belajar
matematika berarti bekerja dengan matematika; (3) siswa diberi kesempatan
untuk menemukan konsep-konsep matematika di bawah bimbingan orang
dewasa (guru); (4) proses belajar mengajar berlangsung secara interaktif; (5)
aktivitas yang dilakukan meliputi: menemukan masalah-masalah kontekstual,
memecahkan masalah, dan mengorganisir bahan ajar.
Adapun langkah-langkah model Pembelajaran Matematika Realistik
(Suharta, 2005) adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Matematika Realistik

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

8
 Guru memberikan siswa  Siswa secara mandiri atau
masalah kontekstual. kelompok kecil mengerjakan
masalah dengan strategi-strategi
informal.
 Guru merespon secara positif
jawaban siswa. Siswa diberi  Siswa memikirkan strategi yang
kesempatan untuk memikirkan paling efektif.
strategi siswa yang paling
efektif.
 Guru mengarahkan siswa
pada beberapa masalah  Siswa secara sendiri-sendiri atau
kontekstual dan selanjutnya berkelompok menyelesaikan
mengerjakan masalah dengan masalah tersebut.
menggunakan pengalaman
mereka.
 Guru mendekati siswa  Beberapa siswa mengerjakan di
sambil memberikan bantuan papan tulis, melalui diskusi kelas,
seperlunya. jawaban siswa dikonfrontasikan.
 Siswa merumuskan bentuk
 Guru mengenalkan istilah matematika formal.
konsep.
 Siswa mengerjakan tugas rumah
 Guru memberikan tugas di dan menyerahkannya kepada guru
rumah, yaitu mengerjakan soal
atau membuat masalah cerita
serta jawabannya sesuai dengan
matematika formal.
Uraian di atas menggambarkan bahwa pembelajaran matematika
dengan pendekatan realistik juga memberikan peluang pada siswa untuk aktif
mengkonstruksi pengetahuan matematika. Dalam menyelesaikan suatu
masalah yang dimulai dari masalah-masalah yang dapat dibayangkan oleh
siswa, siswa diberi kebebasan menemukan strategi sendiri, dan secara
perlahan-lahan guru membimbing siswa menyelesaikan masalah tersebut.

C. Hasil Belajar Matematika


Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
pada diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hasil belajar matematika

9
siswa hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah
terjadi melalui proses belajarnya. Dengan mengetahui tercapai tidaknya
tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan perbaikan proses pembelajaran
dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Misalnya dengan melakukan
perubahan dalam strategi mengajar, membe-rikan bimbingan dan bantuan
belajar kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya
bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku
siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses
pembelajaran.
Lampiran Permendiknas RI No. 22 (2006) menyebutkan bahwa, dalam
setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan
mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep matematika. Konsep matematika yang diperoleh siswa
menunjukkan tingkat ketercapaian hasil belajar siswa.
Menurut Winkel (1999) belajar diartikan sebagai suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan (harus
aktif sendiri, melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan
perasaan), yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan
berbekas. Secara konseptual Fontana (1981), mengartikan belajar adalah
suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai
hasil dari pengalaman.
Berdasarkan uraian tersebut dapat didefinisikan bahwa hasil belajar
adalah segala bentuk produk dari proses interaksi antara siswa dengan guru,
siswa dengan siswa, siswa dengan media belajar yang berupa pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai yang bersifat relatif tetap. Peningkatan
kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar menunjukkan keberhasilan
guru dalam menyampaikan informasi dan peran siswa.
Sejalan dengan fungsi penilaian di atas, Direktorat PMPTK (2008)
menguraikan tujuan dari penilaian hasil belajar adalah untuk:

10
a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui
kelebihan dan kekurangannya
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran disekolah,
dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan ketrampilan
c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan
penyempurnaan
d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah ke-
pada pihak-pihak yang berkepentingan.

11
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu, dan Pihak yang Membantu dalam Penelitian


1. Subjek Penelitian
Siswa yang menjadi subjek penelitian berjumlah 25 orang yang terdiri dari
laki-laki 11 orang dan perempuan 14 orang. Latar belakang siswa berasal
dari keluarga dengan tingkat pendidikan orang tua sebagian besar jenjang
SMA ke bawah. Siswa berasal dari desa yang cukup dekat dengan lokasi
sekolah yaitu Desa Buncu.

2. Tempat Perbaikan
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Inpres Buncu Sape yang berlokasi di
Desa Buncu Kecamatan Sape Kabupaten Bima NTB.

3. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari tanggal 12 Oktober sampai 3 Desember 2013,
dengan jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebagai berikut:
a. Pada hari Rabu tanggal 30 Oktober 2013 dilakukan perbaikan
pembelajaran siklus I
b. Pada hari Jum’at tanggal 8 November 2013 dilakukan perbaikan
pembelajaran siklus II

4. Pihak yang Membantu


Pihak yang membantu dalam penelitian ini adalah:
a. Kepala Sekolah SDN Inpres Buncu Sape (Hasan, A.Ma.Pd)
b. Supervisor I (Amiruddin, S.Pd.Fis, MM)
c. Supervisor II (Damran, S.Pd.SD).
d. Dinas Dikpora Kabupaten Bima
e. Penilai 1 (Hasan, A.Ma.Pd) dan Penilai 2 (Damran, S.Pd.SD)
f. UPBJJ UT Mataram

12
g. UT Pusat

B.   Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Penelitian dilaksanakan dengan mengacu prosedur Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Tahapan
kegiatan PTK meliputi aspek perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
observasi (observing), dan perenungan (reflecting). Rangkaian PTK
dilaksanakan dalam bentuk siklus seperti yang tergambar di bawah ini:

Perencanaan Pelaksanaan
Permasalahan
tindakan I tindakan I
Siklus I
Refleksi I Pengamatan/
pengumpulan data I

Permasalahan
Perencanaan Pelaksanaan
baru hasil
tindakan II tindakan II
refleksi

Refleksi II Pengamatan/
Siklus II pengumpulan data II

Apabila
permasalahan Dilanjutkan ke
belum siklus
terselesaikan berikutnya
refleksi

Gambar 1. Rangkaian Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2006)

Sebelum dilakukan tindakan, maka dilakukan kegiatan studi


pendahuluan melalui observasi awal. Tahap ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa Kelas IV yang
berkaitan dengan pembelajaran Matematika. Kegiatan tersebut meliputi:

13
1. Observasi terhadap proses pembelajaran Matematika Kelas
IV, buku-buku yang digunakan dan alat-alat bantu pembelajaran yang
digunakan.
2. Meneliti siswa-siswa Kelas IV secara individual dan
mencatat semua kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa.
3. Melakukan diskusi dengan supervisor dan pembimbing
kemudian menentukaan alat bantu pembelajaran yang tepat, mudah
didapat dan tidak memerlukan biaya yang mahal untuk mendapatkannya.
4. Memilih dan menentukan topik serta indikator mata
pelajaran Matematika Kelas IV yang akan digunakan untuk Penelitian
Tindakan Kelas.
Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, ditemukan
beberapa permasalahan, yaitu berupa: (1) dalam pembelajaran Matematika
guru lebih dominan berpedoman pada buku pegangan tanpa melibatkan
sumber-sumber belajar di lingkungan sekitar; (2) penyampaian konsep sarat
dengan hafalan-hafalan; (3) kegiatan pembelajaran masih monoton dengan
metode ceramah; dan (4) guru kurang membimbing siswa dalam menemukan
konsep matematika dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahan di atas berdampak pada rendahnya partisipasi dan hasil
belajar Matematika siswa. Dalam hal ini siswa terlihat masih pasif dalam
berpendapat, kurang antusias dalam kegiatan pembelajaran, dan kurang fokus
dalam menyelesaikan tugas-tugas latihan. Selain itu nilai Matematika hanya
mencapai rata-rata 51,3 dengan ketuntasan klasikal hanya mencapai 59%.
Artinya masih di bawah standar yang ditetapkan, yaitu Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) individual 70 dan KKM klasikal sebesar 75%.
Prosedur penelitian tindakan untuk tiap siklus dapat dijabarkan secara
rinci sebagai berikut:
1. Siklus I
a.  Perencanaan
Tahap perencanaan perbaikan pembelajaran siklus I didasarkan pada
latar belakang timbulnya masalah yaitu guru hanya melaksanakan

14
pembelajaran dengan metode ceramah, kurang mengkaitkan konsep dengan
gejala sehari-hari yang akarab dengan siswa, dan tidak menggunakan media
atau alat peraga, maka pada perencanaan perbaikan guru akan menerapkan
model Pembelajaran Matematika Realistik dalam pembelajaran Matematika.
Untuk itu peneliti merencanakan langkah-langkah perbaikan sebagai
berikut.
1) Menyusun skenario rencana perbaikan pembelajaran sesuai dengan
masalah yang telah ditetapkan dengan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) perbaikan mata pelajaran Matematika khususnya pada
Kompetensi Dasar Menentukan hubungan antar satuan waktu, antar
satuan panjang, dan antar satuan berat.
Rencana umum/skenario tahapan penerapan model Pembelajaran
Matematika Realistik dalam perbaikan pembelajaran adalah: (a)
memberikan siswa masalah kontekstual; (b) merespon secara positif
jawaban siswa terhadap masalah kontekstual yang diajukan; (c) siswa
mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka; (d) guru
memberi bimbingan kepada siswa seperlunya; (e) guru mengenalkan
istilah konsep dari olahan masalah kontekstual sebelumnya; (f) guru
memberikan penguatan terhadap konsep yang telah diterima, misalnya
melalui latihan soal dan tugas.
2) Mempersiapkan media pembelajaran/alat peraga
3) Menyusun lembar observasi
4) Menyusun alat evaluasi berupa soal
5) Menentukan waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
6) Menetapkan supervisor sebagai pengamat selama proses perbaikan

b.  Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas sesuai dengan
rencana yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus
I peneliti dibantu oleh supervisor yang bertugas mengamati dan mencatat
kejadian selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran berlangsung.

15
Supervisor selain berfungsi sebagai observer juga berperan dalam
mendiskusikan hasil temuan untuk perbaiakan pembelajaran pada siklus
berikutnya. Kegiatan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 30
Oktober 2013.
Pada siklus I pelaksanaan perbaikan pembelajaran terdiri dari kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal meliputi pemberian
apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran; kegiatan inti meliputi
langkah-langkah pembelajaran matematika realistik; dan kegiatan akhir
meliputi penarikan kesimpulan, evaluasi adan tindak lanjut (RPP terlampir).

c.   Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses pengamatan oleh observer
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat. Kegiatan pengamatan dibantu oleh supervisor Kegiatan
pengamatan meliputi berbagai aspek, yaitu: penjelasan konsep oleh guru,
pemberian contoh, pemberian latihan, kemajuan hasil belajar siswa,
perubahan aktivitas siswa, penggunaan alat peraga, penggunaan teknik dan
metode pembelajaran, dan sistematika penyajian. Lembar observasi yang
digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu lembar observasi kinerja guru dan
lembar observasi aktivitas siswa.

d. Refleksi
Setelah kegiatan observasi peneliti melakukan refleksi. Refleksi
merupakan pemaknaan terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. Dalam hal
ini hasil yang diperoleh dalam lembar observasi dianalisis untuk mengetahui
kekurangan dan ketercapaian proses pembelajaran yang telah berlangsung.
Kegiatan selanjutnya adalah merencanakan langkah pembelajaran untuk
siklus berikutnya yang merupakan revisi/perbaikan tindakan pembelajaran
pada siklus sebelumnya. Selain data observasi digunakan juga hasil refleksi
terhadap masalah-masalah yang muncul selama proses pembelajaran yang
terekam dalam catatan harian. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap refleksi
meliputi:

16
1) Analisis data yang telah diperoleh untuk menentukan langkah
tindakan yang lebih baik pada pembelajaran selanjutnya.
2) Mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.
3) Mengevaluasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar
Tahapan kegiatan refleksi di atas melibatkan penelit, dan supervisor.
Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh analisis yang mendalam dan lengkap
tentang pencapaian selama proses dan hasil tindakan pada siklus I yang
selanjutnya dijadikan sebagai dasar penentuan dan perencanaan perbaikan
pada siklus II.

2. Siklus II
a.  Perencanaan
Tahap rencana perbaikan pembelajaran siklus II merupakan kegiatan
rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan pada kelemahan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran siklus I. Perencanaan siklus II direncanakan langkah-
langkah perbaikan sebagai berikut.
1) Menyusun skenario rencana perbaikan pembelajaran sesuai dengan
masalah yang muncul pada siklus I dengan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan tetap mengacu pada desain penerapan model
Pembelajaran Matematika Realistik dalam perbaikan pembelajaran
matematika.
2) Mempersiapkan media pembelajaran/alat peraga
3) Menyusun lembar observasi siklus II
4) Menyusun alat evaluasi siklus II berupa soal uraian
5) Menetapka waktu pelaksanaan siklus II

b.   Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II yaitu peneliti
melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan rencana yang
telah disusun. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan
pada tanggal 8 November 2013. Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran

17
peneliti dibantu supervisor yang bertugas mengamati dan mengumpulkan data
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Pada siklus II prosedur perbaikan pembelajaran terdiri dari kegiatan
awal, kegiatan inti kegiatan inti dan kegiatan akhir yang merupakan revisi
terhadap tindakan perbaikan pembelajaran siklus I. Kegiatan awal meliputi
pemberian apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran; kegiatan inti
meliputi langkah-langkah pembelajaran matematika realistik; dan kegiatan
akhir meliputi penarikan kesimpulan, evaluasi dan tindak lanjut (RPP
terlampir).

c.  Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses pengamatan oleh observer
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat. Kegiatan pengamatan dibantu oleh supervisor. Kegiatan
pengamatan meliputi berbagai aspek, yaitu: penjelasan konsep oleh guru,
pemberian contoh, pemberian latihan, kemajuan hasil belajar siswa,
perubahan aktivitas siswa, penggunaan alat peraga, penggunaan teknik dan
metode pembelajaran, dan sistematika penyajian. Lembar observasi yang
digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu lembar observasi kinerja guru dan
lembar observasi aktivitas siswa.

d.  Refleksi
Tahapan kegiatan refleksi melibatkan peneliti, supervisor, dan
supervisor. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh analisis yang mendalam
dan lengkap tentang pencapaian selama proses dan hasil tindakan pada siklus
II yang selanjutnya dijadikan sebagai dasar penentuan dan perencanaan
perbaikan pada siklus berikutnya.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap refleksi meliputi:
1) Analisis data yang telah diperoleh pada siklus II
untuk menentukan langkah tindakan yang lebih baik pada pembelajaran
selanjutnya.

18
2) Mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.
3) Mengevaluasi aktivitas guru dalam kegiatan
belajar mengajar

C. Teknik Analisis Data


Data yang dikumpulkan dalam setiap kegiatan observasi dari
pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran dimana tingkat kemampuan siswa secara individu
dianalisis dengan menggunakan rumus:

NA =

dengan, NA = nilai Akhir; Sk = skor perolehan; dan SM = skor maksimal.


Pencapaian kompetensi secara klasikal dianalisis dengan menggunakan
rumus:
X
KK  x 100 %
N

dengan, KK = kompetensi klasikal, X = jumlah siswa yang mencapai KKM;


dan N = jumlah siswa seluruhnya.
Indikator keberhasilan perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini
adalah:
a. Adanya peningkatan pencapaian nilai/skor tes hasil belajar siswa pada
tiap-tiap siklus yang akan terlihat dari hasil evaluasi minimal nilai
ketuntasan individual sebesar 70 dan ketuntasan klasikal minimal 75%.
b. Adanya peningkatan keaktifan siswa dan kinerja guru pada proses
pembelajaran yang terlihat dari hasil observasi.

19
Data tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan tingkat
keberhasilan implementasi penerapan model Pembelajaran Matematika
Realistik oleh guru hasil observasi dianalisis dengan menggunakan rumus:

X = A x 100 %
B

dengan, X = persentase keterlaksanaan; A = jumlah langkah pembelajaran


yang terlaksana; B = jumlah langkah pembelajaran seluruhnya.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Siklus I
a.  Perencanaan
Tahap perencanaan perbaikan pembelajaran siklus I didasarkan
pada latar belakang timbulnya sebelum tindakan perbaikan. Perencanaan
perbaikan guru akan menerapkan model Pembelajaran Matematika
Realistik dalam pembelajaran Matematika. Langkah-langkah perbaikan
sebagai berikut.
1) Menyusun skenario rencana perbaikan pembelajaran sesuai dengan
masalah yang telah ditetapkan dengan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) perbaikan mata pelajaran Matematika khususnya
pada Kompetensi Dasar Menentukan hubungan antar satuan waktu,
antar satuan panjang, dan antar satuan berat.
2) Mempersiapkan media pembelajaran/alat peraga
3) Menyusun lembar observasi
4) Menyusun alat evaluasi berupa soal
5) Menentukan waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
6) Menetapkan supervisor sebagai pengamat selama proses perbaikan
Dalam perencanaan perbaikan pembelajaran siklus I peneliti
melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) Kegiatan awal selama 10 menit, (2)
Kegiatan inti selama 45 menit, dan (3) kegiatan akhir selama 15 menit.
Pada kegiatan awal peneliti mengajukan pertanyaan tentang masalah-
masalah di lingkungan sekitar. Sedangkan rencana kegiatan inti pada
pembelajaran Matematika mengacu pada model Pembelajaran Matematika
Realistik yang meliputi: (a) memberikan siswa masalah kontekstual; (b)
merespon secara positif jawaban siswa terhadap masalah kontekstual yang
diajukan; (c) siswa mengerjakan masalah dengan menggunakan
pengalaman mereka; (d) guru memberi bimbingan kepada siswa

21
seperlunya; (e) guru mengenalkan istilah konsep dari olahan masalah
kontekstual sebelumnya; (f) guru memberikan penguatan terhadap konsep
yang telah diterima, misalnya melalui latihan soal dan tugas. Pada akhir
kegiatan pembelajaran diberikan penguatan berupa penarikan kesimpulan
dan umpan balik berupa evaluasi

b.  Pelaksanaan
Siklus I dilakukan selama 2 x 35 menit pelajaran yang meliputi
penyampaian materi dan pemberian tes individu. Materi yang disajikan
adalah Satuan-satuan Waktu. Tahapan pembelajaran Matematika siklus I
sebagai berikut.
1) Kegiatan Awal:
a) Guru memberikan salam dan mengajak siswa untuk berdoa
bersama-sama agar memperoleh ilmu yang bermanfaat
b) Guru mengecek kehadiran siswa
c) Guru memberikan apersepsi dengan bertanya: “Apa satuan waktu
yang sering kalian pergunakan sehari-hari?”
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Kegiatan Inti:
a) Guru memberikan siswa masalah kontekstual terkait satuan waktu
dengan memperlihatkan gambar kalender dan menunjukkan bahwa
di dalam kalender terdapat nama hari, bulan, tahun serta tanggal.
b) Guru memberi penjelasan arti satuan waktu
c) Siswa secara kelompok kecil (4 – 5 siswa) mengerjakan LKS
tentang masalah hubungan antara satuan-satuan waktu.
d) Siswa secara berkelompok menyelesaikan masalah tersebut
e) Guru mendekati kelompok siswa sambil memberikan bantuan
seperlunya
f) Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual
tentang hubungan antara satuan-satuan waktu dan selanjutnya

22
mengerjakan masalah tersebut dengan menggunakan pengalaman
mereka
g) Beberapa siswa mengerjakan di papan tulis, melalui diskusi kelas,
jawaban siswa dikonfrontasikan
h) Guru mengenalkan konsep hubungan antara satuan-satuan waktu
3) Kegiatan Penutup:
a) Siswa mengerjakan soal evaluasi
b) Guru memberikan tugas di rumah, yaitu mengerjakan soal tentang
hubungan antara satuan-satuan waktu
c) Guru menutup pelajaran dengan salam

c.  Observasi
Kegiatan observasi melibatkan observer (pengamat) dan pengamat
lain yaitu kepala sekolah yang sebelumnya peneliti telah menjelaskan tiap
aspek yang akan diamati pada lembar observasi. Kegiatan pengamatan
berlangsung selama kegiatan pembelajaran di kelas. Hasil observasi
kinerja guru dalam pembelajaran Matematika siklus I disajikan sebagai
berikut:
Tabel 2.
Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I
Kegiatan Guru yang Kemunculan
No Komentar
diobservasi Ada Tidak
1 Membuka pelajaran √ Sesuai RPP
2 Memotivasi siswa √ Kurang
3 Metode mengajar √ Kurang
4 Memberi penguatan positif √ Sering
5 Memberi umpan balik √ Baik
6 Tehnik bertanya √ Baik
7 Penampilan √ Baik
8 Memberi evaluasi √ Sesuai RPP
9 Memberi tindak lanjut √ Sesuai RPP
10 Penggunaan waktu √ Tidak sesuai dengan RPP

23
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I terlihat pada tabel
berikut:

Tabel 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

No Aktivitas Siswa yang Diobservasi


1 Ketepatan pelaksanaan pembelajaran:
 Waktu tidak sesuai dengan yang direncanakan
 Kegiatan belajar sesuai dengan yang direncanakan
2 Keterlibatan siswa selama proses pembelajaran (Bertanya, perhatian
pada PBM, dan antusias)
 saat diskusi juga terlihat banyak siswa yang kurang serius
dan ngobrol sendiri
3 Prilaku guru mengajar yang positif dan negatif
 Positif: menguasai materi pelajaran
 Negatif: kurang tegas dalam menertibkan suasana
pembelajaran
4 Komentar siswa
 Belum terlalu berani mengemukakan pendapat
5 Unjuk kerja siswa
 Membangun pengalaman belajarnya dari hal-hal yang dekat
dengan mereka sehingga konsep diperoleh secara kontekstual

d. Refleksi
Dalam merefleksi tindakan siklus I difokuskan pada masalah yang
muncul selama pelaksanaan tindakan hasil pengamatan pada lembar
observasi, umpan balik secara acak dari siswa dan catatan harian. Peneliti
bersama observer mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan dalam
pelaksanaan tindakan.
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tindakan perbaikan
pembelajaran pada siklus I ditemukan beberapa permasalahan.
Permasalahan pada pembelajaran matematika bahwa: (1) pembagian
dalam kelompok siswa tidak memperhatikan tingkat kemampuan dan jenis
kelamin siswa secara heterogen sehingga proses transfer pengetahuan antar
siswa terhambat, (2) pada saat diskusi juga terlihat banyak siswa yang

24
kurang serius dan ngobrol sendiri, (3) kurang efisiennya penggunaan
waktu karena banyak waktu terbuang karena banyak siswa yang kurang
serius dalam pembelajaran, (4) menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran yang digunakan adalah model Pembelajaran Matematika
Realistik, dan (5) kalender hanya disajikan dalam LKS tanpa menyediakan
langsung untuk dapat dilihat langsung di depan kelas. Kelebihannya adalah
siswa dapat membangun pengalaman belajarnya dari hal-hal yang dekat
dengan mereka sehingga konsep diperoleh secara kontekstual, tidak
dihafal dari buku.
Berdasarkan hasil tes pada siklus I ini diperoleh rata-rata 69,40
dengan ketuntasan klasikal sebesar 68%. Data selengkapnya terlihat pada
lampiran. Berdasarkan hasil tes, nilai rata-rata belum mencapai KKM serta
ketuntasan klasikal belum mencapai 75%. Oleh karena itu, peneliti
menganggap terus memperbaiki pembelajaran yang ada.

2. Siklus II
a.  Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah menyusun
rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan berdasarkan refleksi kegiatan
pembelajaran pada siklus I. Pada tahap awal, peneliti mendiskusikan isi
rencana pembelajaran yang akan diajarkan dengan observer kemudian
disusun lembar tes individual untuk siswa, dan lembar pengamatan
(observasi) aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung. Setiap
rancangan tersebut dikaji oleh peneliti dengan bimbingan pembimbing
untuk kemudian didiskusikan dengan observer kembali.
Pada rencana perbaikan pembelajaran matematika siklus II guru
akan: (1) membagi kelompok secara heterogen dengan memperhatikan
tingkat kemampuan dan jenis kelamin siswa, (2) memberikan penekanan
untuk tetap tertib dan serius pada saat diskusi, (3) menyediakan beberapa
alat ukur untuk mengukur panjang dan memperagakannya di depan kelas.

25
b.  Pelaksanaan
Siklus II dilakukan selama 2 x 35 menit pelajaran yang meliputi
penyampaian materi dan pemberian tes individu. Secara rinci langkah-
langkah pembelajaran sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal:
a) Guru memberikan salam dan mengajak siswa untuk berdoa
bersama-sama agar memperoleh ilmu yang bermanfaat
b) Guru mengecek kehadiran siswa
c) Guru memberikan apersepsi dengan bertanya: “Pernahkah kalian
mengukur panjang sesuatu benda? Alat ukur apa yang kalian
gunakan?”
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
e) Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilakukan hari ini adalah model Pembelajaran Matematika Realistik
2) Kegiatan Inti:
a) Guru memberikan siswa masalah kontekstual terkait satuan panjang
dengan memperlihatkan salah satu alat ukur panjang yaitu
penggaris (mistar) dan menunjukkan bahwa pada mistar terdapat
beberapa satuan panjang, yaitu sentimeter (cm) dan milimeter
(mm).
b) Guru memberi penjelasan arti satuan panjang
c) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen.
d) Siswa secara kelompok kecil (4 – 5 siswa) mengerjakan LKS
tentang masalah hubungan antara satuan-satuan panjang.
e) Siswa secara berkelompok menyelesaikan masalah tersebut
f) Guru mendekati kelompok siswa sambil memberikan bantuan
seperlunya
g) Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual
tentang hubungan antara satuan-satuan panjang dan selanjutnya
mengerjakan masalah tersebut dengan menggunakan pengalaman
mereka

26
h) Beberapa siswa mengerjakan di papan tulis, melalui diskusi kelas,
jawaban siswa dikonfrontasikan
i) Guru mengenalkan konsep hubungan antara satuan-satuan panjang
3) Kegiatan Penutup:
a) Siswa menyelesaikan soal evaluasi siklus II
b) Guru memberikan tugas di rumah, yaitu mengerjakan soal tentang
hubungan antara satuan-satuan panjang
c) Guru menutup pelajaran dengan salam

c.   Observasi
Kegiatan observasi melibatkan observer (pengamat) dan pengamat
lain yaitu kepala sekolah yang sebelumnya peneliti telah menjelaskan tiap
aspek yang akan diamati pada lembar observasi. Kegiatan pengamatan
berlangsung selama kegiatan pembelajaran di kelas. Hasil observasi
kinerja guru dalam pembelajaran Matematika siklus II disajikan sebagai
berikut:
Tabel 4. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II
Kegiatan Guru yang Kemunculan
No Komentar
diobservasi Ada Tidak
1 Membuka pelajaran √ Sesuai RPP
2 Memotivasi siswa √ Baik
3 Metode mengajar √ Baik
4 Memberi penguatan positif √ Sering
5 Memberi umpan balik √ Baik
6 Tehnik bertanya √ Baik
7 Penampilan √ Baik
8 Memberi evaluasi √ Sesuai RPP
9 Memberi tindak lanjut √ Sesuai RPP
10 Penggunaan waktu √ sesuai dengan RPP

Selanjutnya lembar observasi aktivitas siswa pada siklus II


disajikan pada tabel berikut:
Tabel 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

27
No Aktivitas Siswa yang Diobservasi
1 Ketepatan pelaksanaan pembelajaran:
 Waktu sesuai dengan yang direncanakan
 Kegiatan belajar sesuai dengan yang direncanakan
2 Keterlibatan siswa selama proses pembelajaran (Bertanya, perhatian
pada PBM, dan antusias)
 Siswa terlihat lebih bersemangat dan antusias
3 Prilaku guru mengajar yang positif dan negatif
 Positif: - menguasai materi pelajaran
- tegas dalam menertibkan suasana pembelajaran
 Negatif: -
4 Komentar siswa
 Siswa suda berani mengemukakan pendapat
5 Unjuk kerja siswa
 Membangun pengalaman belajarnya dari hal-hal yang dekat
dengan mereka sehingga konsep diperoleh secara kontekstual

d.  Refleksi
Dalam perbaikan pembelajaran siklus II peneliti lebih
mengoptimalkan peran aktif siswa melalui kombinasi kelompok yang
heterogen (pembelajaran Matematika) dan penegasan terhadap pentingnya
ketertiban dan kerjasama dalam kegiatan kelompok. Berdasarkan hasil
refleksi, peneliti menemukan kelemahan pada siklus I dapat diminimalisir
(pembelajaran Matematika). Sedangkan kelebihan dalam pelaksanaan
perbaikan pembelajaran antara lain siswa sangat antusias dalam mengikuti
pembelajaran dan adanya peningkatan hasil belajar Matematika mencapai
rata-rata 77,04.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan rekan sejawat, didapati
kekuatan-kekuatan perbaikan pembelajaran siklus II antara lain :
1) Keaktifan anak dalam berdiskusi semakin meningkat.
2) Kerjasama dalam kelompok lebih lancar dan tertib
3) Siswa mengamati langsung pada sumber belajar
4) Media yang digunakan membantu pemahaman anak.

28
5) Contoh dan latihan yang disampaikan relevan dengan pendekatan
pembelajaran yang digunakan.

Hasil evaluasi mata pelajaran Matematika ditemukan bahwa 80%


siswa dapat menguasai konsep tentang “satuan-satuan panjang”. Hasil tes
pada siklus II diperoleh rata-rata 77,04 dengan ketuntasan klasikal sebesar
80,00%. Data selengkapnya terlihat pada lampiran. Berdasarkan hasil tes,
nilai rata-rata sudah mencapai KKM serta ketuntasan klasikal juga sudah
mencapai standar ketuntasan klasikal sebesar 75%. Oleh karena itu,
peneliti menganggap pembelajaran Matematika yang dilakukan sudah
optimal.
Berdasarkan hasil evaluasi dan pengamatan yang dilakukan
supervisor, jawaban yang diberikan siswa dalam menjawab pertanyaan
yang diajukan peneliti sudah memberikan jawaban benar, siswa sudah
mulai percaya diri dalam mengerjakan soal evaluasi yang diberikan, 
semua siswa terlihat aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil diskusi
dengan supervisor, perbaikan pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan
berhasil dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus III.

B.  Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penggunaan model Pembelajaran Matematika Realistik ditujukan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan model Pembelajaran
Matematika Realistik dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Matematika. Optimalisasi pembelajaran tergambar dari
upaya perbaikan pembelajaran tiap siklus.
Berdasarkan hasil tes belajar mata pelajaran Matematika materi
“Satuan-satuan waktu” pada siklus I diperoleh rata-rata nilai tes 69,40 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 68% sehingga persentase ketidaktuntasan klasikal
sebesar 32%. Pada siklus II diperoleh rata-rata nilai tes 77,04 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 80% sehingga persentase ketidaktuntasan klasikal

29
sebesar 20%. Dalam hal ini terjadi peningkatan pencapaian hasil belajar siswa
yang melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Persentase pencapaian ketuntasan klasikal pada siklus I diilustrasikan
dalam bentuk grafik berikut.

Gambar 2.
Diagram Pencapaian Ketuntasan Klasikal pada Siklus I

Selanjutnya persentase pencapaian ketuntasan klasikal pada siklus II


diilustrasikan dalam bentuk grafik berikut.

Gambar 3.
Diagram Pencapaian Ketuntasan Klasikal pada Siklus II

Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa mata pelajaran


Matematika tiap siklus terlihat pada diagram berikut.

30
Gambar 4.
Diagram Batang Peningkatan Nilai Rata-Rata
Hasil Belajar Matematika Tiap Siklus

Selain data penguasaan konsep Matematika di atas, juga diperoleh


data aktivitas perbaikan pembelajaran di kelas. Hal tersebut berupa: (1)
sebagian besar siswa sudah memahami penjelasan guru karena penjelasan
konsep dari guru lebih lengkap dan komprehensif, (2) terdapat peningkatan
kemajuan belajar, siswa terlihat lebih aktif, (3) metode yang disampaikan
guru sudah cukup variatif melalui optimalisasi kegiatan pengamatan dengan
pendekatan pembelajaran yang realistik, dan (4) penyajian pembelajaran
sudah sistematis.
Hasil penerapan model Pembelajaran Matematika Realistik pada
pembelajaran Matematika di atas memberikan gambaran adanya dampak
positif terhadap hasil belajar siswa. Model Pembelajaran Matematika
Realistik menekankan pada aspek pengamatan langsung oleh siswa melalui
objek belajar yang bersifat nyata. Dalam hal ini siswa dibimbing oleh guru
untuk dapat menemukan langsung konsep Matematika berdasarkan peristiwa
nyata yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan
dengan perkembangan kognitif siswa SD yang dalam teori perkembangan
mental Piaget berada pada taraf operasional kongkret.

31
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A.  Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran dapat
disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran Matematika Realistik
dapat meningkatkan hasil belajar Matematika konsep Pengukuran pada siswa
Kelas IV Semester 1 SDN Inpres Buncu Sape.

B.  Saran Tindak Lanjut


Mengacu pada hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan, dapat
diajukan beberapa saran sebagai berikut.
1. Melalui model Pembelajaran Matematika Realistik yang dilakukan
tergambar adanya peningkatan hasil belajar Matematika siswa. Oleh
karena itu model Pembelajaran Matematika Realistik dapat dijadikan
alternatif pendekatan pembelajaran Matematika di sekolah melalui
optimalisasi tiap langkah pembelajaran.
2. Model Pembelajaran Matematika Realistik mampu meningkatkan hasil
belajar siswa, aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung,
sehingga disarankan kepada pihak sekolah untuk memotivasi para guru
dalam mengembangkan kreativitas mereka dalam merancang dan
mengelola pembelajaran melalui kegiatan pelatihan maupun workshop dan
mengupayakan bantuan dana untuk pelaksanaannya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; & Supardi. (2006) Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta : PT. Bumi Aksara

Depdiknas. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi Mata Pelajaran Matematika.


Jakarta: Depdiknas

Direktorat PMPTK. (2008). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas

Fauzan, Ahmad. (2001). Makalah : Pengembangan dan Implementasi Prototipe I


& II Perangkat Pembelajaran Geometri untuk Siswa Kelas IV SD
Menggunakan Pendekatan RME. Surabaya: Unesa

Marpaung, Y. (2001). Makalah. Prospek RME untuk Pembelajaran Matematika di


Indonesia. Surabaya: Unesa

Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning


(CTL)). Jakarta: Depdiknas

Suharta. (2005). Matematika Realistik Apa dan Bagaimana. (Online).


http://www.depdiknas.go.id (diakses pada tanggal 15 September 2007)

Sunardi. (2001). Makalah Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Realistik.


Surabaya: Unesa

Tim FKIP UT. (2013). Pemantapan Kemampuan Profesional. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka

Winkel, W.S. (1999). Psikologi Pengajaran. Edisi Revisi. Jakarta: Grasindo

33

Anda mungkin juga menyukai