BAB I
PENDAHULUAN
menyerap informasi secara lebih rasional dan berpikir secara logis dalam
mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk membekali peserta
didik agar memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
zaman. Karena tuntutan zaman mendorong manusia untuk lebih kreatif dalam
penanaman konsep pada peserta didik. Peserta didik itu yang nantinya ikut
1
2
konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam
fenomena atau data yang ada; (3) menggunakan penalaran pada sifat,
atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah; (6) memiliki sikap dan
masalah memotivasi siswa untuk belajar matematika. Hal ini juga sejalan
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Siswa perlu memiliki langkah
lebih sederhana. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukayasa (2012) bahwa
masalah tidak rumit, aktivitas pada setiap fase mudah dipahami dan sudah
hari siswa, bahkan jika masalah yang dihadapi siswa berbeda-beda. Jika siswa
unsur antara lain tujuan, bahan, alat, dan metode, serta evaluasi. Unsur
metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur
lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan
untuk merangsang berfikir dalam situasi masalah yang komplek. Dalam hal
siswa.
Aliyah Negeri yang terletak di jalan Jamur No. 46 Palu. Peneliti adalah salah
satu guru matematika di madrasah ini. Hasil survey peneliti dalam proses
B. Identifikasi Masalah
berikut:
matematika.
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
Kota Palu?
E. Tujuan Penelitian
Problem Solving.
7
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
b. Bagi peneliti
pendidikan.
c. Bagi madrasah
meningkat.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Motivasi belajar
seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata “motif” itu, maka
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2009: 73), motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
sesuatu.
adalah daya penggerak untuk melakukan sesuatu yang telah aktif untuk
8
9
1) Memberi angka
2) Hadiah
3) Kompetisi
4) Ego-involvement
5) Memberi ulangan
6) Mengetahui hasil
7) Pujian
8) Hukuman
dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang
untuk belajar.
10) Minat
Rumusan yang diikuti dan diterima baik oleh siswa merupakan alat
guru. Hal ini mendorong siswa untuk dapat mencapai tujuan yang
yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
sesuatu)
Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Semakin tepat
motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi
dicapai.
tersebut.
perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri
siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya.
yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada
faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan
psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah
seseorang untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat
yaitu kesanggupan seseorang untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara
atau metode- metode, prinsip- prinsip, rumus- rumus, teori- teori, dan lain
sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret. (4) Analisis (analysis)
menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan
berfikir memadukan bagian- bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga
menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur. (6) Evaluasi (evaluation) yang
membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, atas beberapa
pilihan kemudian menentukan pilihan nilai atau ide yang tepat sesuai kriteria
harus memanfaatkan dasar mental yang ada pada tiap anak untuk
14
dalam arti seluas- luasnya. Oleh karena itu penyelenggara pendidikan dan
2001: 2).
pembelajaran tersebut dapat berdaya guna atau tepat guna baik di lingkungan
kesatuan struktur atau situasi di mana masalah itu berada, atas inisiatif
sendiri. Metode ini menuntut kemampuan untuk dapat melihat sebab akibat
atau relasi- relasi diantara berbagai data, sehingga pada akhirnya dapat
hilang dari data yang telah terkumpul untuk kemudian menarik kesimpulan
itu lazim disebut cara berfikir ilmiah. Cara berfikir yang menghasilkan suatu
pemecahan masalah itu telah diikuti dan dikontrol dari data yang pertama
ditarik atau ditetapkan. Cara berfikir semacam itu benar- benar dapat
pemecahan masalah sering salah paham akan hal itu. Uraian ini menunjukkan
sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh
ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah
kedua diatas.
terakhir tentang jawaban dari masalah yang ada (Nana Sudjana, 1989:
85-86).
melalui kelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam
akibat dan tujuan suatu masalah. Metode ini melatih murid dalam cara-
a. Jelas, dalam arti bersih dari pada kesalahan-kesalahan bahasa maupun isi
c. Bernilai bagi murid. Hasil ataupun proses yang diamati murid harus
pengalaman murid.
dipecahkan tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sulit. Jadi harus
mengecek silang validitas informasi itu dengan sumber lainnya, juga problem
solving melatih siswa berfikir kritis dan metode ini melatih siswa
menerapkan metode problem solving ini siswa menjadi lebih dapat mengerti
metode problem solving ini, guru perlu memilih bahan pelajaran yang
memiliki permasalahan. Materi pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks
d. Mampu mencari berbagai cara jalan keluar dari suatu kesulitan atau
masalah.
a. Metode ini memerlukan waktu yang cukup jika diharapkan suatu hasil
selalu terbatas.
b. Dalam satu jam atau dua jam pelajaran mungkin hanya satu atau dua
c. Metode ini baru akan berhasil bila digunakan pada kurikulum yang
konvensional/tradisional.
dipelajari.
21
e. Teliti apakah bahan dari sumber cukup dan bisa didapatkan oleh siswa.
1. Penyajian data
Dalam statistik data terbagi menjadi data tunggal dan data berkelompok.
Baik data tunggal maupun data berkelompok data disajikan dalam bentuk
Contoh :
Kelas Frekuensi
16 – 20 19
21 – 25 15
26 – 30 21
31 – 35 16
36 - 40 9
Ogive !
Jawab :
22
1) Histogram
25
20
15
10
0
16 -20 21 - 25 26 - 30 31 - 35 36 - 40
2) Poligon Frekuensi
25
20
15
10
0
16 - 20 21 - 25 26 - 30 31 - 35 36 - 40
3) Ogive
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
16 - 20 21 - 25 26 - 30 31 - 35 36 - 40
2. Pemusatan data
Materi pemusatan data terdiri dari nilai mean, median, dan modus. Mean
nilai tengah dari data tersebut sedangkan modus adalah data yang paling
sering muncul.
Contoh 1 :
modusnya!
Jawab :
1) Mean = (42+41+41+40+40+41+42+42+43+41+40+42)/12
= (480 + 15) : 12
= 495/12 = 41,25
2) Median = 40 40 40 41 41 41 41 42 42 42 42 43
24
= (41 + 41)/2
= 41
3) Modus = 41 dan 42
Contoh 2 :
51-60 4
61-70 8
71-80 15
81-90 8
91-100 5
d1 = 15 - 8 = 7
d2 = 15 - 8 = 7
Jawab:
Mo = 70,5 + 10 (7 / 7 + 7)
Mo = 70,5 + 70/14
25
Mo= 70,5 + 5
Mo = 75,5
Jadi, modus data kelompok hasil nilai 40 siswa dalam ujian matematika
adalah 75,5.
dan ragam untuk data tunggal hampir sama dengan untuk data
1) Simpangan rata-rata
Keterangan:
n = jumlah seluruh frekuensi
xi = nilai datum ke – i
x̄ = rata – rata
Contoh :
Jawab :
sebagai berikut :
Keterangan:
n = jumlah seluruh frekuensi
fi = frekuensi kelas ke – i
xi = nilai tengah kelas ke – i
x̄ = rata – rata
k = panjang interval kelas
27
Contoh :
Data Frekuensi
41 - 45 6
46 - 50 3
51 - 55 5
56 - 60 8
61 - 65 8
Jawab:
sebagai berikut :
28
Keterangan:
n = jumlah seluruh frekuensi
xi = nilai datum ke – i
x̄ = rata – rata
Keterangan:
fi = frekuensi kelas ke – i
x̄ = rata – rata
.
29
Keterangan:
n = jumlah seluruh frekuensi
xi = nilai datum ke – i
x̄ = rata – rata
Keterangan:
fi = frekuensi kelas ke – i
xi = nilai tengah kelas ke – i
x̄ = rata – rata
k = panjang interval kelas
Contoh :
Data Frekuensi
41 - 45 6
46 - 50 3
51 - 50 5
30
Data Frekuensi
56 - 60 8
61 - 65 8
Jawab :
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh
guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Suharsimi
Arikunto, dkk. 2006: 3). Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggota
penelitian tindakan kelas (PTK) di satu kelas saja. Penelitian tindakan kelas
mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang
31
32
Keterangan :
1. Perencanaan
2. Tindakan dan Observasi I
3. Refleksi I
4. Rencana terevisi I
5. Tindakan dan Observasi II
6. Refleksi II
7. Rencana terevisi II
8. Tindakan dan Observasi III
9. Refleksi III
1. Persiapan kegiatan
survey yang lain adalah untuk mendapatkan informasi baik fisik maupun
a. Perencanaan
diterapkan.
pembelajaran.
2) Post tes
materi pelajaran.
Solving.
kelompok.
permasalahan.
kelompoknya.
34
kelompok.
3. Observasi
4. Refleksi
Refleksi ini diadakan berdasarkan dari catatan dan pengamatan yang telah
dilakukan oleh guru dan peneliti. Peneliti bersama dengan guru kemudian
B. Jenis Tindakan
sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh
ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah
kedua diatas.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA-3 MA Negeri 1 Kota
Palu, karena hasil belajar pada kelas ini lebih rendah dibandingkan dengan
kelas lainnya.
D. Instrumen Penelitian
suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data agar lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat,
1. Lembar observasi/pengamatan
Setiap akhir siklus diberikan tes formatif sebagai umpan balik untuk
solving. Selanjutnya pada tiap siklus dilaksanakan tes untuk mengetahui hasil
belajar siswa.
bermakna.
formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian yang luas.
G. Indikator Keberhasilan
baik yaitu antara 61 - 80 % dan sangat baik jika melebihi 80% siswa yang
aktif. Dengan arti kata penelitian akan berhasil dan sangat baik jika ada
BAB IV
A. Hasil Penelitian
penelitian ini terdiri dari 3 siklus dan setiap siklus terdiri dari dua pertemuan
tindakan dan satu kali pertemuan untuk evaluasi hasil belajar siswa.
1. Siklus I
39
40
N SKOR
NAMA SISWA PERSENTASE
O PEROLEHAN
15 SARIFA NIKMA 30 50,00
16 SHAFIRA ANGGRAINI 54 90,00
17 SRI RAMADHANI 32 53,33
18 UMI ALSUM 30 50,00
19 YUSNIATUL LAILA 33 55,00
JUMLAH 599 998,33
RATA-RATA 31,53 52,54%
SKOR TUNTAS
NO NAMA SISWA NILAI
PEROLEHAN YA BELUM
1 ABDI PRATAMA 12 80,00 √ -
2 ANDIKA MAHA KARA 12 80,00 √ -
3 BASUKI 6 40,00 - √
4 FIKRI NUGRAHA 11 73,33 - √
5 KHAERUNNISA 10 66,67 - √
6 KIRAN AYU 12 80,00 √ -
7 MOH. ZULFIKAR 9 60,00 - √
8 MUHAMMAD AIDIL 12 80,00 √ -
9 NIZA EL ZANNAH 10 66,67 - √
10 NUR LATIFA 8 53,33 - √
11 NUR FADILAH 12 80,00 √ -
12 RAHMAT HIDAYAT 10 66,67 - √
13 RAHMI AYU 11 73,33 - √
14 RISNAWATI 12 80,00 √ -
15 SARIFA NIKMA 7 46,67 - √
16 SHAFIRA ANGGRAINI 13 86,67 √ -
17 SRI RAMADHANI 12 80,00 √ -
18 UMI ALSUM 8 53,33 - √
19 YUSNIATUL LAILA 12 80,00 √ -
JUMLAH 199 1326,67 9 10
41
SKOR TUNTAS
NO NAMA SISWA NILAI
PEROLEHAN YA BELUM
RATA-RATA 10,47 69,82
PERSENTASE (%) 47,37 52,63
belajar pada siklus I adalah 69,82. Ketuntasan belajar mencapai 47,37% atau
9 siswa dari 19 siswa nilainya telah tuntas, sedangkan ada 10 dari 19 siswa
yang belum tuntas (52,63%). Berikut ini penjabaran hasil penelitian dalam
siklus II.
2. Siklus II
N SKOR
NAMA SISWA PERSENTASE
O PEROLEHAN
1 ABDI PRATAMA 44 73,33
2 ANDIKA MAHA KARA 50 83,33
3 BASUKI 31 51,67
4 FIKRI NUGRAHA 45 75,00
5 KHAERUNNISA 48 80,00
6 KIRAN AYU 49 81,67
7 MOH. ZULFIKAR 50 83,33
8 MUHAMMAD AIDIL 50 83,33
9 NIZA EL ZANNAH 49 81,67
10 NUR LATIFA 51 85,00
11 NUR FADILAH 53 88,33
12 RAHMAT HIDAYAT 49 81,67
42
N SKOR
NAMA SISWA PERSENTASE
O PEROLEHAN
13 RAHMI AYU 48 80,00
14 RISNAWATI 47 78,33
15 SARIFA NIKMA 54 90,00
16 SHAFIRA ANGGRAINI 58 96,67
17 SRI RAMADHANI 50 83,33
18 UMI ALSUM 54 90,00
19 YUSNIATUL LAILA 52 86,67
JUMLAH 932 1553,33
RATA-RATA 49,05 81,75
menggunakan metode Probem Solving pada siklus II adalah 81,75%. Hal ini
tergolong motivasi yang tinggi. Selain motivasi belajar siswa pada pertemuan
Tabel 4.4
: Hasil Test Formatif pada Siklus II
Tuntas
No Nama Siswa Skor Nilai
Ya Belum
1 ABDI PRATAMA 13 86,67 √ -
2 ANDIKA MAHA KARA 12 80,00 √ -
3 BASUKI 10 66,67 - √
4 FIKRI NUGRAHA 13 86,67 √ -
5 KHAERUNNISA 12 80,00 √ -
6 KIRAN AYU 13 86,67 √ -
7 MOH. ZULFIKAR 11 73,33 - -
8 MUHAMMAD AIDIL 11 73,33 - -
9 NIZA EL ZANNAH 12 80,00 √ -
10 NUR LATIFA 10 66,67 - √
11 NUR FADILAH 13 86,67 √ -
12 RAHMAT HIDAYAT 12 80,00 √ -
13 RAHMI AYU 13 86,67 √ -
14 RISNAWATI 14 93,33 √ -
15 SARIFA NIKMA 10 66,67 - √
16 SHAFIRA ANGGRAINI 14 93,33 √ -
17 SRI RAMADHANI 12 80,00 √ -
43
Tuntas
No Nama Siswa Skor Nilai
Ya Belum
18 UMI ALSUM 11 73,33 - -
19 YUSNIATUL LAILA 12 80,00 √ -
JUMLAH 228 1520,00 16 3
RATA-RATA 12,00 80,00
PERSENTASE (%) 84,21 15,79
Dari tabel di atas diketahui bahwa rata-rata hasil test formatif pada
siswa dari 19 siswa yang tuntas, dan 3 siswa dari 19 siswa yang belum tuntas
dari KKM 75 atau 15,79%. Dengan demikian pada siklus II ini nilai motivasi
belajar siswa sudah tinggi dan prestasi hasil belajar siswa nilai rata-rata sudah
mencapai 84,21.
3. Siklus III
kedua siklus III dilaksanakan pengisian angket motivasi dan hasilnya adalah
sebagai berikut :
SKOR
NO NAMA SISWA PERSENTASE
PEROLEHAN
1 ABDI PRATAMA 55 91,67
2 ANDIKA MAHA KARA 57 95,00
3 BASUKI 44 73,33
4 FIKRI NUGRAHA 53 88,33
5 KHAERUNNISA 58 96,67
6 KIRAN AYU 56 93,33
7 MOH. ZULFIKAR 53 88,33
44
SKOR
NO NAMA SISWA PERSENTASE
PEROLEHAN
8 MUHAMMAD AIDIL 58 96,67
9 NIZA EL ZANNAH 56 93,33
10 NUR LATIFA 56 93,33
11 NUR FADILAH 54 90,00
12 RAHMAT HIDAYAT 58 96,67
13 RAHMI AYU 59 98,33
14 RISNAWATI 58 96,67
15 SARIFA NIKMA 55 91,67
16 SHAFIRA ANGGRAINI 60 100,00
17 SRI RAMADHANI 58 96,67
18 UMI ALSUM 56 93,33
19 YUSNIATUL LAILA 57 95,00
JUMLAH 1061 1768,33
RATA-RATA 55,84 93,07
menggunakan metode problem solving pada siklus III adalah 93,07%. Hal ini
tergolong motivasi yang sangat tinggi. Selain motivasi belajar siswa pada
SKOR TUNTAS
N
NAMA SISWA PEROLEHA NILAI BELU
O YA
N M
1 ABDI PRATAMA 14 93,33 √ -
ANDIKA MAHA
2 13 √ -
KARA 86,67
3 BASUKI 11 73,33 - √
4 FIKRI NUGRAHA 14 93,33 √ -
5 KHAERUNNISA 13 86,67 √ -
6 KIRAN AYU 13 86,67 √ -
7 MOH. ZULFIKAR 13 86,67 √ -
8 MUHAMMAD AIDIL 14 93,33 √ -
9 NIZA EL ZANNAH 13 86,67 √ -
45
SKOR TUNTAS
N
NAMA SISWA PEROLEHA NILAI BELU
O YA
N M
10 NUR LATIFA 13 86,67 √ -
11 NUR FADILAH 14 93,33 √ -
12 RAHMAT HIDAYAT 13 86,67 √ -
13 RAHMI AYU 14 93,33 √ -
14 RISNAWATI 14 93,33 √ -
15 SARIFA NIKMA 13 86,67 √ -
SHAFIRA
16 15 √ -
ANGGRAINI 100,00
17 SRI RAMADHANI 14 93,33 √ -
18 UMI ALSUM 14 93,33 √ -
19 YUSNIATUL LAILA 14 93,33 √ -
JUMLAH 256 1706,67 18 1
RATA-RATA 13,47 89,82
94,7
5,26
PERSENTASE (%) 4
Dari tabel di atas diketahui bahwa rata-rata hasil test formatif pada
siklus III adalah 89,82 sedangkan ketuntasan belajar klasikal 94,74% atau 18
siswa dari 19 siswa yang tuntas, dan 1 siswa dari 19 siswa yang belum tuntas dari
KKM 75 atau 5,26%. Dengan demikian pada siklus III ini karena nilai motivasi
belajar sangat tinggi dan prestasi hasil belajar siswa nilai rata-rata 89,82 dengan
Dalam bab ini akan dibahas tentang hasil motivasi dan hasil nilai test
formatif.
peningkatan sebesar 29,21% yaitu 52,54% pada siklus I dan 81,75% pada
terlihat lebih tertarik untuk mempelajari materi yang akan dibahas dalam
soal-jawab. Hal ini dapat dilihat dalam keaktifan siswa bertanya setelah sesi
sebesar 11,32% yaitu dari 81,75% pada siklus II menjadi pada 93,07% pada
siklus III. Untuk mengetahui nilai motivasi belajar siswa dalam mata
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Series 1
kemampuan siswa. Pada siklus ini nilai rata-rata siswa adalah 69,82 nilai
dengan soal-soal yang ada pada test formatif. Pada siklus ini, nilai rata-rata
siswa meningkat sebesar 10,18 poin yaitu dari 69,82 pada siklus I menjadi 80
pada siklus II, nilai tertinggi mencapai 93,33 dan nilai terendah 66,67.
sebesar 9,82 point yaitu nilai rata-rata 80 pada siklus II dan 100 pada siklus
III, nilai tertinggi 100 dan nilai terebdah 73,33. Hal ini terjadi karena
mencapai tarap berhasil. Guru terlihat sudah terbiasa dan siap dalam
48
I 69,82 Tinggi
100
90
80
70
60
50
Series 1
40
30
20
10
0
Siklus I Siklus II Siklus III Rata-rata
Peningkatan daya serap klasikal dari siklus I ke siklus II adalah 36,87% yaitu
dari 47,37% pada siklus I menjadi 84,21% pada siklus II. Sedangkan
peningkatan daya serap dari siklus II ke siklus III adalah 10,53 yaitu dari
84,21 pada siklus II menjadi 94,74% pada sikluis III. Daya serap/ketuntasan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Siklus I Siklus III Siklus II Rata-rata
Daya serap
Dengan demikian hasil penelitian dari siklus I, siklus II, dan siklus
solving dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XII IPA-3
BAB V
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
masalah yang jelas untuk dipecahkan, mencari data atau keterangan yang
Dan pada siklus III memadukan keduanya yaitu didahului metode ceramah
51
52
80,00 dan mengalami peningkatan lagi pada siklus III yaitu memperoleh
3. Daya serap klasikal juga meningkat dari siklus ke siklus. Pada siklus I
daya serap sebesar 47,37% siklus II sebesar 84,21% dan pada siklus III
sebesar 94,74%.
B. Saran
1. Bagi Guru
masalah yang jelas untuk dipecahkan, mencari data atau keterangan yang
lebih efektif.
2. Bagi Peneliti
maksimal.
54
DAFTAR PUSTAKA
Abdur Rahman As’ari, Tjang Daniel Chandra, Ipung Yuwono, Lathiful Anwar,
Syaiful Hamzah Nasution, Dahliatul Hasanah, Makbul Muksar, Vita
Kusuma Sari, Nur Atikah, 2014. Matematika SMA/MA/SMK/MAK Kelas
XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindon.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press.
Univesitas Negeri Surabaya.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
54
55
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-
PIPS, Universitas Terbuka.