PENDAHULUAN
kemampuan berpikir dan bekerja yang logis, analitis, sistematis, kritis dan
pada pengertian di atas, dapat diartikan secara lebih luas bahwa pembelajaran
adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga guru bertugas sebagai
solving, cycle learning, example and non example. Dari beberapa model atau
Hosnan (2014: 295) melihat PBL sebagai model pembelajaran yang mengatur
rasa percaya diri dan percaya diri siswa. Kesimpulan ini sejalan dengan
Kemendikbud (2014), yang menyatakan bahwa PBL adalah metode
siswa belajar.
pembelajaran problem based learning dan problem solving sama yaitu pada
adalah media visual (gambar atau foto, sketsa, diagram, kartun, poster), media
audio (radio, kaset, tape recorder), media silent projected (film bingkai, film
visual (film gerak, video, program TV), multimedia Media pembelajaran yang
dapat digunakan untuk membantu siswa memahami konsep dan yang dapat
BANDAR KHALIPAH masih rendah. Hal ini saya dapat dari hasil observasi
saya dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan kepada guru wali kelas
dapat belajar matematika dengan lebih efektif, karena siswa akan lebih
terlibat dalam pembelajaran dan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
nyata.
Dari uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas, identifikasi
dipelajari.
Untuk membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak terlalu meluas dan
lebih focus pada factor-faktor yang akan diteliti , maka peneliti membatasi
problem solving?
2. Bagaimana pengembangan pembelajaran kontekstual dengan pendekatan
masalah matematika?
SD?
SD?
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang positif terutama dari
masalah matematika
sebagai berikut:
1. Bagi Guru
kemampuan siswa.
2. Bagi Sekolah
tingkat nasional.
3. Bagi siswa
matematika
KAJIAN PUSTAKA
menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah model belajar
baru yang labih memberdayakan peserta didik. Sebuah model belajar yang tidak
A. Model Pembelajaran
anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah, artinya
belajar akan lebih bermakna jika anak “bekerja” dan “mengalami” sendiri apa
bagaimana siswa mampu memaknai apa yang dipelajari itu. Oleh karena itu,
strategi pembelajaran lebih utama dari sekedar hasil. Dalam hal ini siswa perlu
mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan
tugas guru adalah memfasilitasi siswa dalam menemukan sesuatu yang baru
kata guru. Siswa benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa yang
dipelajari sebagai hasil rekonstruksi sendiri. Dengan demikian, siswa akan lebih
aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh
hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik .
dengan bidang ilmu atau pengetahuan yang mengadopsinya. Salah satu definisi
subsystem. Model are used in all aspect of life. Model are useful in depicting
dapat dikatakan bahwa model merupakan representasi abstrak dari proses, sistem,
atau subsistem yang konkret. Model digunakan dalam seluruh aspek kehidupan.
suatu model mengajar, harus sesuaikan dengan realitas yang ada dan situasi kelas
yang ada, serta pandangan hidup yang akan dihasilkan dari proses kerjasama
pembelajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga
slide, dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari
jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu & berfungsi sebagai pedoman
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
berlangsung. Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut
sebaiknya terlebih dahulu tahu mengenai sifat-sifat atau ciriciri sehingga dalam
pelaksanaannya sebuah model pembelajaran akan berjalan sesuai dengan apa yang
telah direncanakan.
Pada umumnya model-model mengajar yang baik memiliki sifat-sifat atau
secara rinci dalam bentuk unjuk kerja yang dapat diamati. Apa yang harus
belajar dalam bentuk perilaku yang seharusnya ditunjukkan oleh siswa setelah
Dari sifat-sifat atau ciri-ciri umum yang dimiliki oleh sebuah model
(seperti pembuatan RPP), tetapi dengan hasil belajar dengan lingkungan belajar
yang telah ditetapkan secara khusus, evaluasi tingkat keberhasilan telah
ditentukan dan siswa diajak berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan sekitar
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
(AuthenticAssessment).
a. Kontruksivisme
menerima pengetahuan.
b. . Inquiry
c. Questioning (bertanya)
sendiri.
3) Tukar pengalaman
4) Berbagi ide
e. Modelling (pemodelan)
dan belajar.
mengerjakannya
f. Reflection (repleksi)
life setting).
bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara
enjoy activity)
b. Saling menunjang
c. Menyenangkan
d. Tidak membosankan
f. Pembelajaran terintegrasi
h. Siswa aktif
antara lain:
4) Saling menunjang
7) Pembelajaran terintegrasi
12) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa,
13) Laporan kepada orang tua bukan saja rapor, tetapi hasil karya siswa,
atau kecakapan intelektual yang dinilai sebagai hasil belajar yang penting dan
masalah itu dapat dilihat baik dari banyaknya perhatian berbagai aliran
itu dalam berbagai taksonomi hasil belajar, maupun dari posisi kecakapan ini
baik (well-defined), dan masalah yang dibatasi tidak dengan baik (ill-defined).
proses pemecahan atas berbagai macam masalah yang ada tersebut. Ada yang
berpendapat bahwa proses pemecahan atas masalah yang well defined maupun
yang ill defined sama, namun ada juga yang berpendapat bahwa proses
siswa terlatih mencari informasi dan mengecek silang validitas informasi itu
dengan sumber lainnya, juga problem solving melatih siswa berfikir kritis dan
metode ini melatih siswa memecahkan dilema (Firli, dkk, 2017: 2).
yang digunakan oleh peserta didik agar mendapatkan pemahaman yang lebih
keterampilan.
situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai keinginan yang
ditetapkan.
Model ini sering disebut sebagai metode pula karena boleh dibilang
memiliki langkah-langkah konkret. Namun di balik itu, metode ini juga cukup
sekolah. Oleh karena sifatnya yang dinamis, terdapat berbagai turunan dari
Menurut Murray, Hanlie, et al. (dalam Huda, 2015, hlm. 273) model
isu utamanya. Artinya akan terdapat beberapa tipe atau setting yang dapat
dinaunginya.
Model problem solving adalah sebuah metode pembelajaran yang
daya nalar dengan menyusun cara, strategi, atau teknik baru untuk
Terdapat sintaks atau acuan dasar dari seluruh fase yang harus dilakukan
1. Merumuskan masalah
secara jelas.
2. Menelaah masalah
hipotesis)
data serta menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar, atau tabel.
5. Pembuktian hipotesis
kesimpulan.
Tahap ini akan membuat peserta didik mampu untuk membuat alternatif
diberikan oleh guru dapat dikatakan telah telah menguasai pelajaran dengan
berikut.
1. Peserta didik menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan
1. Kelebihan
Secara umum salah satu kelebihan dari model pembelajaran problem solving
adalah meningkatnya daya kritis siswa dalam pembelajaran. Selain itu, menurut
kehidupan sehari-hari.
2. Melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan
kreatif.
Sementara itu, menurut Sanjaya (2016, hlm. 220) keunggulan dari metode
2. Kelemahan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang
Indonesia, dengan tujuan agar dapat bersaing di masa depan, maka jalur
dapat menguasai dan ikut mengembangkan ilmu dan teknologi (Qohar, 2008).
2008(b)) dan tujuan matematika sekolah adalah siswa diharapkan tidak hanya
secara efektif dengan siswa (Widjajanti, 2008), guru tidak hanya mengajarkan
manusia (Soedjadi, 2007, 6-7). Hal ini merupakan salah satu faktor yang
matematika merupakan ilmu yang kering, melulu teoritis dan hanya berisi
Tujuan adanya mata pelajaran matematika antara lain agar siswa mampu
latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,
jujur, dan efektif (Suherman, 2003: 89). Hal ini merupakan tuntutan yang
sangat tinggi yang tidak mungkin dapat dicapai hanya melalui hafalan, latihan
pengerjaan soal yang bersifat rutin, serta proses pembelajaran biasa. Oleh
dinyatakan oleh Davis dan Simmt (2003: 140) bahwa the problems as constrasted
with the disorganized situation. Masalah tidak dapat dipandang sebagai hal yang
hanya membebani manusia saja, akan tetapi justru harus dipandang sebagai sarana
dari para ahli yang kini dinikmati manusia karena adanya suatu masalah
(Dewiyani, 2008).
Masalah juga terjadi karena adanya kesenjangan situasi saat ini dengan
situasi mendatang, atau keadaan saat ini dengan tujuan yang diinginkan
(Suharnan, 2005: 283). Suatu kesenjangan akan merupakan masalah hanya jika
seseorang tidak mempunyai aturan tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk
mengatasi kesenjangan yang dihadapi, maka orang tersebut dikatakan sudah dapat
Jika siswa menghadapi suatu soal matematika, maka ada beberapa hal
yang mungkin terjadi pada siswa, yaitu siswa: (a) langsung mengetahui atau
soal itu, dan (d) tidak mempunyai gambaran tentang penyelesaiannya dan tidak
Apabila siswa berada pada kemungkinan (c), maka dikatakan bahwa soal
itu adalah masalah bagi siswa. Jadi, agar suatu soal merupakan masalah bagi
siswa diperlukan dua syarat, yaitu: (1) siswa tidak mengetahui gambaran tentang
jawaban soal itu, dan (2) siswa berkeinginan atau berkemauan untuk
bahwa suatu soal termasuk masalah atau tidak bagi siswa bersifat relatif terhadap
siswa itu. Suatu soal merupakan masalah bagi siswa A belum tentu merupakan
Soal yang bukan merupakan masalah biasanya disebut soal rutin atau
mental (berpikir) yang lebih banyak dan kompleks dari pada kegiatan mental yang
dilakukan pada waktu menyelesaikan soal rutin. Hal ini sejalan dengan Hudoyo
(1979: 157) yang menyatakan bahwa sesuatu disebut masalah bagi peserta didik
jika: (1) pertanyaan yang dihadapkan kepada peserta didik harus dapat dimengerti
oleh peserta didik tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan
baginya untuk menjawab, dan (2) pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan
orang lain. Bagi orang tertentu, kesenjangan pada saat ini merupakan masalah,
tetapi di saat yang lain, sudah bukan masalah lagi, karena orang tersebut sudah
menjadi 2 jenis, yaitu (1) problem to find dan (2) problem to prove, yang
nilai atau objek tertentu yang tid.ak diketahui dalam soal dan memenuhi kondisi
atau syarat yang sesuai dengan soal. Objek yang ditanyakan atau dicari
informasi yang diberikan merupakan bagian penting atau pokok dari sebuah soal
mencari dan harus dipahami serta dikenali dengan baik pada saat awal
memecahkan masalah.
apakah suatu pernyataan benar atau tidak benar. Soal membuktikan terdiri atas
untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan tidak benar, cukup diberikan contoh
untuk memecahkan masalah kehidupan dunia nyata (Maesuri, 2002). Peserta didik
melainkan dikaitkan dengan disiplin ilmu yang lain dan semua yang ada si
sekelilingnya. Menurut Gagne (Mulyasa, 2008: 111), kalau seorang peserta didik
dihadapkan pada suatu masalah, maka pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar
bahwa pemecahan masalah adalah tipe belajar yang tingkatnya paling tinggi dan
kompleks dibandingkan dengan tipe belajar lainnya. Hal ini karena problem
solving has special importance in the study of mathematics (Wilson, 1993: 57),
problem solving is the cognitive process (Someren, 1994: 8), problem solving by
analogy involves using the structure of the solution to one problem to guide the
solution to another problem (Anderson, 1985: 199), dan the desire to help
(pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan),
menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu
prosedur rutin yang sudah diketahui si pelaku. Karenanya, dapat terjadi suatu
pertanyaan menjadi masalah bagi seorang peserta didik akan menjadi soal biasa
bagi peserta didik yang lain, karena peserta didik tersebut sudah mengetahui
masalahnya.
masalah yang terkait dengan fokus yang akan dicari dengan cara penemuan atau
kajian dan penelaahan atau penelitian yang mendalam. Karena tidak semua
masalah dapat diselesaikan, siswa diarahkan untuk memilih salah satu yang dapat
logisnya, namun belum mampu berpikir deduktif formal.Selain itu, siswa belum
masalah.
kebutuhan dan karakteristik siswa SD yang masih berada pada tahap operasional
konkrit.Pada tahap ini anak dapat memahami operasi (logis) dengan bantuan
materi baru yang akan dipelajari. Secara bertahap siswa dibimbing untuk
agar pengetahuan yang didapat siswa lebih bermakna, yaitu diawali dengan
memberikan situasi nyata atau benda konkrit untuk dimanipulasi oleh siswa
yang menggambarkan kegiatan konkrit yang terdapat pada tahap enaktif, setelah
konkrit bisa dihentikan bila representasi gambar sudah bisa mewakili atau
dipahami siswa, dan representasi gambar pun bisa dihentikan pada saat
dan simbol, tetapi pada materi selanjutnya yaitu materi penjumlahan dengan
bilangan yang lebih besar atau pengurangan bisa langsung ke representasi simbol,
kecuali bila siswa memerlukannya, dan jangan sampai prosedur yang kita anggap
bisa memudahkan siswa dalam memahami suatu konsep malah mengubah konsep
itu sendiri.
Pelaksanaan pembelajaran pemecahan masalah di SD tidaklah semudah
yang dibayangkan, mungkin saja lebih sulit untuk dilaksanakan karena pada
rentang usia ini siswa belum mampu merumuskan semua alternatif jawaban yang
mungkin dari sebuah masalah, masih berpikir secara holistik, integratif, dan
pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam pemecahan masalah. Oleh
karena itu, ajarkan matematika dari hal yang konkrit menuju ke abstrak, dan
sangat dipengaruhi oleh ide Freudenthal yakni matematika sebagai human activity
atau suatu aktivitas manusia, bukan sekadar objek yang harus ditransfer dari guru
hal-hal yang nyata atau pernah dialami siswa, menekankan keterampilan proses
manusia. Matematika tidak hanya berisi prosedur dan algoritma yang harus
dipelajari siswa, tetapi suatu pembelajaran yang dapat dipelajari dengan cara
didaktik (Hadi, 2009). Penemuan terbimbing bisa berjalan dengan bantuan guru
sebagai fasilitator sehingga siswa bisa menemukan kembali.Hal ini sejalan dengan
merupakan proses yang terjadi di dalam sistem matematika itu sendiri. Setelah
guru.
kelas.
untuk membangun konsep.Permasalahan atau soal bisa juga berasal dari siswa.
Guru harus bisa memastikan kalau soal yang diberikan kepada siswa dan
diselesaikan itu bermanfaat, sehingga soal harus didesain dengan benar. Sering
kali kita kesulitan dalam membedakan konteks dalam pendekatan kontekstual dan
sendiri, serta penyelesaian masalah bersifat terbuka karena siswa diarahkan untuk
menjelaskan prosedur dan algoritma sebagai suatu bentuk penerapan dari konsep
yang telah dipelajari, dan penyelesaian masalahnya yang menekankan pada
prosedur dan algoritma yang bersifat terbatas karena siswa hanya akan
menyelesaikan masalah sesuai dengan yang telah diajarkan oleh guru kepadanya.
Dengan mengimplementasikan
matematika.
lainnya.
belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil Renda
kontekstual, siswa diajak untuk mencari solusi masalah yang dihadapi di dalam
konteks nyata.
masalah, mencari alternatif solusi, memilih solusi yang tepat, dan mengevaluasi
membuat siswa lebih memahami dan terhubung dengan dunia nyata sehingga
Problem Solving
a. Pengembangan materi ajar Materi ajar harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan siswa. Materi ajar harus mengacu pada kehidupan sehari-hari siswa
membantu siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan
masalah matematika.
menggunakan berbagai macam alat evaluasi seperti tes, observasi, dan portofolio.
Evaluasi ini akan membantu guru dalam mengevaluasi hasil pembelajaran dan
METODE PENELITIAN
and Development ( R&D) . menurut Anik Ghufron (2007: 2), penelitian dan
research and development (R&D) adalah aktifitas riset dasar untuk mendapatkan
sebuah produk yang telah teruji. Hasil produk pengembangan antara lain: media,
dipakai pada penelitian ini adalah model pengembangan (development model). Model
produk atau inovasi baru dalam bidang pendidikan matematika, yang diharapkan
Selain itu, model Development Research juga memiliki tujuan untuk menguji dan
matematika:
kelas V.
problem solving.
penelitian ini.
2. Tahap Perencanaan
digunakan.
3. Tahap Pengembangan
kelas V.
7. Tahap Diseminasi
kualitas produk pembelajaran. Selain itu, penelitian ini juga akan melibatkan ahli
di Jl Puskesmas kecamatan percut sei tuan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada
104203 bandar khalipah dengan jumlah keseluruan siswa 38 murid yang terdiri
bagaimana siswa berpikir dan strategi apa yang digunakan dalam menyelesaikan
soal.
3. Tes:
tes sebelum dan sesudah pembelajaran, dapat diketahui sejauh mana kemampuan
4. Wawancara:
5. Angket
masalah matematika kelas V, terdapat beberapa teknik analisis data yang dapat
gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Analisis ini dapat
pendekatan problem solving. Analisis ini dapat dilakukan dengan uji-t atau
uji ANOVA.
telah dikumpulkan.
angket.
https://serupa.id/model-pembelajaran-problem-solving/
Culemborg: Technipress.
https://www.kompasiana.com/
birgitta56828/61572b0c28817573c8542d52/zona-perkembangan-
proksimal-menurut-teori-vygotsky
http://www.puslitjaknov.depdiknas.go.id.tt
Depdiknas,ktsp.diknas.go.id/download/ktsp_smp/16.ppt. tt
Bandung: JICA.