Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembelajaran matematika pada hakikatnya adalah proses yang disengaja
dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan
seseorang (siswa ) melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut
berpusat pada guru mengajar matematika. Lampiran Permendiknas nomor 22
tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran matematika SD/MI menjelaskan
bahwa pembelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik untuk
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan kerja. Dari
penjelasan tentang hakikat pembelajaran matematika, agar peserta didik bisa aktif
dan berpikir kritis dalam proses pembelajaran dibutuhkan model pembelajaran
yang inovatif.
Menurut Eggen dan Kauchak sebagaimana dikutip oleh Wardani (2013)
model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi
mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu
memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevalusi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model
pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.
Tombak (2011) menyatakan bahwa pembelajaran inovatif sebenarnya
merupakan suatu pemaknaan terhadap proses pembelajaran yang bersifat
komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori pembelajaran modern yang
berlandasan pada inovasi pembelajaran. Seperti halnya teori belajar
konstruktivisme dan teori lainnya. Mengacu dari pengertian diatas dapat
dijabarkan lebih luas bahwa pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang
lebih mementingkan proses pembelajaran yang menanamkan konsep-konsep yang
ada dalam materi pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam hal ini pembelajaran
inovatif cenderung mengarahkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan
membangun konsepnya sendiri mengenai materi pelajaran yang diberikan.

1
2

Dengan kata lain pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang berpusat pada
siswa sehingga guru bertugas sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Slameto (2015: 404) menyebutkan model pembelajaran inovatif
diantaranya; cooperative learning, contextual teaching dan learning, realistik
mathematics education, problem based learning, problem promting, problem
solving, cycle learning, example and non example. Dari beberapa model atau
metode di atas yang potensi untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika
adalah model pembelajaran problem based learning dan problem solving.
Menurut Slameto (2015: 407) model PBL merupakan model pembelajaran
yang melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk
merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Senada dengan Slameto, Hosnan
(2014: 295) mengemukakan bahwa PBL merupakan model pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran siswa pada menyusun sendiri, menumbuhkembangkan
keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan
meningkatkan kepercayaan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
Simpulan ini senada dengan ketentuan dalam Kemendikbud (2014), yang
menyatakan bahwa PBL merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
Model berikutnya yang potensi untuk diterapkan dalam pembelajaran
matematika yaitu model problem solving. Menurut Wijaya (2008) problem
solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada
proses penyelesaian secara ilmiah. Senada dengan Slameto (2015: 407), problem
solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola,
aturan, atau algoritma). Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan,
dapat disimpulkan bahwa problem solving adalah sebuah metode pembelajaran
yang berupaya membahas permasalahan untuk mencari pemecahan atau
jawabannya.
Perbedaan antara problem solving dengan problem based learning terletak
pada cara penyelesaiannya. Pada problem solving, masalah dapat diselesaikan
hanya dengan diskusi saja (mencari atau menemukan cara penyelesaiannya) akan
3

tetapi pada PBL dibutuhkan penelitian mengenai masalah tersebut (melatih dan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan masalah).
Sedangkan persamaan antara problem based learning dengan problem solving
adalah sama-sama pembelajaran berbasis masalah atau pemecahan masalah, peran
guru adalah sama-sama sebagai fasilitator, langkah pembelajaran problem based
learning dan problem solving sama yaitu pada langkah awal pemberian masalah
dari guru.
Pembelajaarn berbasis masalah (PBL) dan problem solving akan lebih
efektif bila berbantuan dengan penggunaan media pembelajaran dalam memahami
materi pembelajaran. Menurut Hamdani (2013: 243) media pembelajaran adalah
media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan untuk
efektifitas pembelajaran. Senada dengan Hamdani, Schram (dalam Iswidayati,
2010: 2), mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa
pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran dan efektifitas
pembelajaran.
Penggunaan media dalam pembelajaran akan mempermudah siswa dalam
memahami materi. Media-media yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran
yaitu media visual (gambar atau foto, sketsa, diagram, kartun, poster), media
audio (radio, tape, recorder), media proyeksi diam (film bingkai, film rangkai,
OHT(Overhead Projector), media proyeksi gerak dan audio visual (film gerak,
video, program TV), multimedia. Media pembelajaran yang bisa digunakan untuk
membantu siswa dalam memahami konsep dan dapat dimasukkan model problem
based learning dan problem solving adalah media question card.
Media question card/kartu pertanyaan adalah media pembelajaran
berbentuk kartu dengan gambar yang menarik dan berisi soal atau masalah yang
terjadi dalam kehidupan nyata. Media tersebut menekankan pada pemikiran kritis
dan kreatif siswa dalam memecahkan pertanyaan sesuai dengan gambar yang ada
dalam kartu pertanyaan. Model pembelajaran problem based learning dan
problem solving memasukkan media question card/kartu pertanyaan di setiap
sintak atau langkah-langkah kedua model pembelajaran tersebut. Kualitas masalah
question card/kartu pertanyaan untuk kedua model pembelajaran berbeda. Untuk
4

model pembelajaran probem based learning masalah question card/kartu


pertanyaan lebih rumit, sedangkan untuk problem solving tidak terlalu rumit.
Berdasarkan obeservasi dan wawancara di kelas V SD Negeri Plumutan
Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang, ketika awal pembelajaran peserta didik
masih fokus mengikuti pembelajaran tetapi mulai pertengahan pembelajaran
sebagian peserta didik mulai ribut (bermain dan berbicara dengan teman
sebangku), karena karakteristik yang dimiliki anak SD yaitu mereka masih senang
bermain dan senang bergerak. Respon yang ditunjukkan peserta didik saat guru
menggunakan sejumlah alat peraga, mereka lebih memperhatikan dan
mendengarkan penjelasan dari guru. Penggunaan alat peraga mempengaruhi dan
meningkatkan hasil belajar peserta didik, karena dengan alat peraga peserta didik
lebih memahami materi yang dijelaskan oleh guru. Peserta didik lebih aktif dan
juga mereka terlibat langsung dalam penggunaan alat peraga tersebut. Hasil
observasi bisa dilihat di lampiran 5 halaman 83-84.
Penelitian Diding dkk (2016) tentang pengaruh problem based learning
terhadap kemampuan heuristik pemecahan masalah dan sikap matematika siswa
sekolah dasar membahas masalah kemampuan pemecahan siswa dalam
pemecahan masalah dan sikap siswa terhadap pelajaran matematika. Penelitian ini
menerapkan model PBL dan mengalami peningkatan pada kemampuan strategis
heuristik pemecahan masalah dan sikap matematis yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika secara konvensional.
Penelitian Widya dkk (2013) tentang pengaruh model pembelajaran problem
solving terhadap kemampuan berpikir kritis kelas XI-IS Ma Muhammadiyah 2
panciran membahas masalah kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini
menerapakan model problem solving dan dapat memepengaruhi kemampuan
berpikir krtis siswa. Hal ini dapat dilihat pada tahap merencanakan (plan), pada
tahap ini siswa diajak berpikir untuk menyelesaikan masalah yang mereka
diskusikan, dalam tahap ini siswa diajak untuk merumuskan masalah,
menganalisis masalah, serta menentukan beberapa alternatif solusi yang sesuai
untuk permasalah tersebut.
5

Berdasarkan uraian dari pembelajaran matematika, model pembelajaran,


media question card, observasi dan wawancara serta penelitian terdahulu kedua.
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui perbedaan signifikan model
pembelajaran PBL berbantuan media question card terhadap hasil belajar mata
pelajaran matematika dengan model pembelajaran problem solving berbantuan
media question card terhadap hasil belajar mata pelajaran matematika kelas V SD
Negeri Plumutan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas, rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penggunaan media question card dalam model pembelajaran
problem based learning (PBL) dan problem solving terhadap hasil belajar
matematika?
2. Apakah media question card berpengaruh terhadap model pembelajaran
problem based learning (PBL) atau problem solving terhadap hasil
belajara matematika?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penggunaan media question card dalam model
pembelajaran problem based learning (PBL) dan problem solving terhadap
hasil belajar matematika.
2. Untuk mengetahui signifikan perbedaan keefektifan media question card
dalam model pembelajaran problem based learning (PBL) dan problem
solving ditinjau dalam hasil belajar matematika.

1.4 Batasan Masalah


Penelitian ini mempunyai batasan masalah pada materi pembelajaran yang
digunakan adalah pecahan pada kelas V semester 2 dengan Kompetensi Dasar 5.2
menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan dan 5.3 mengalikan
dan membagi berbagai bentuk pecahan. Pengukuran hasil belajar berupa penilaian
6

aspek kognitif melalui tes yaitu nilai ulangan siswa menggunakan soal tes hasil
belajar. Aspek afektif dan psikomotori dengan pengamatan yang dilakukan guru
ketika proses pembelajaran dilaksanakan.

1.5 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang positif
terutama dari segi pemanfaatannya, yaitu:

1.5.1 Manfaat Teoretis


Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi perkembangan
penelitian di dalam dunia pendidikan khususnya matematika dan untuk
memberikan gambaran tentang model-model pembelajaran khususnya model
pembelajaran problem based learning (PBL) dan problem solving dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi bahan informasi dan pengayaan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

1.5.2 Manfaat Praktis


Hasil penelitian yang didapatkan diharapkan memiliki manfaat praktis
sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Guru mendapat masukan tentang pengajaran matematika yang dikemas
menjadi lebih menyenangkan menggunakan model pembelajaran problem
based learning (PBL) dan problem solving, terutama dalam mata
pelajaran matematika materi pecahan.
b. Sebagai bahan referensi bagi guru lain.
2. Bagi Sekolah
c. Sekolah dapat memberikan fasilitas, himbauan dalam penggunaan model
maupun media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran yang
dilakukan guru.
7

3. Bagi Siswa
a. Penerapan model pembelajaran problem based learning dan problem
solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika
b. Memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran sehingga siswa
lebih aktif dan tidak bosan dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai