Anda di halaman 1dari 24

TUGAS PENELITIAN PENDIDIKAN

MATEMATIKA
PROPOSAL

Di susun Oleh :
Dedek Oktaviani

( 2012 121 116 )

Dosen Pengasuh

: Dra. Hj. Farah Diba M.Pd

Kelas

:6C

Progam Studi

: Pendidikan Matematika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2015

PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP
KEMAMPUAN

BERFIKIR

KREATIF

SISWA

DI

SMP

NEGERI

16

PALEMBANG
1. Latar Belakang
Pada KTSP dijelaskan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan
kepada semua peserta didik dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan
bekerja sama. Kemampuan itu diperlukan untuk agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Matematika dengan hakikatnya sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis,
sebagai suatu kegiatan manusia melalui proses yang aktif, dinamis, dan generatif,
serta sebagai ilmu yang mengembangkan sikap berpikir kritis, objektif, dan terbuka,
menjadi sangat penting dikuasai oleh peserta didik dalam menghadapi laju perubahan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat. Pada kenyataannya, tidak dapat
dipungkiri bahwa anggapan yang saat ini berkembang pada sebagian besar peserta
didik adalah matematika bidang studi yang sulit dan tidak disenangi. Hanya sedikit
yang mampu menyelami dan memahami matematika sebagai ilmu yang dapat
melatih kemampuan pemahaman konsep matematika.
Masalah yang sering dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah
rendahnya daya serap peserta didik. Hal tersebut tampak dari rata-rata hasil belajar
peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Dalam pembelajaran,
guru sangat jarang memberikan soal yang mengacu pada kemampuan berfikir kreatif,

padahal berfikir kreatif merupakan salah satu tuntunan yang perlu dilatih dan
dikembangkan dalam proses pembelajaran. Berfikir kreatif sangat penting untuk
ditumbuh kembangkan dalam pembelajaran kepada peserta didik, khususnya dalam
pembelajaran matematika dengan memilih suatu pendekatan pembelajaran tepat
sehingga dapat membangkitkan berfikir kreatif matematis siswa. Oleh karena itu
sangat dibutuhkan suatu model, metode ataupun pendekatan yang bisa mengajak
siswa untuk berfikir kreatif.
Banyak sekali strategi atau metode yang bisa dilakukan oleh seorang guru
agar hasil belajar siswa menjadi baik terutama dalam hal kemampuan berfikir kreatif
siswa. Biasanya siswa dalam belajar matematika hanya mengikuti dan mengerti
dengan apa yang diajarkan dan dicontohkan, apabila contoh tersebut diganti mereka
tidak akan mengerti lagi. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kreatif siswa perlu
dikembangkan. sehingga diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat
memfasilitasi upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Walaupun
bagaimanapun, tidak ada pendekatan pembelajaran yang sempurna dan tepat dapat
memfasilitasi kebutuhan kegiatan pembelajaran. Namun hal tersebut bukan menjadi
suatu alasan untuk tidak mencari pendekatan pembelajaran yang tepat untuk
memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Dengan pendekatan pembelajaran yang baru
diterapkan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika menjadi berbeda dengan
ditandai oleh siswa maupun membangun, mengembangkan bahkan meningkatkan
kemampuan dalam matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran yang
diharapkan dapat mengatasi semua masalah tersebut adalah metode PROBLEM
SOLVING.

Menurut pendapat (Hamruni, 2012:19) metode problem solving adalah


belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini para peserta didik belajar merumuskan
memecahkan

masalah,

memberikan

respon

terhadap

rangsangan

yang

menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik yang menggunakan


berbagai kaidah yang telah dikuasainya. Oleh karena itu, metode problem solving
dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengembangkan kemampuan berfikir
kreatif siswa.
Berdasarkan informasi yang didapat dari guru bidang studi matematika yang
mengajar di SMP NEGERI 16 PALEMBANG, bahwasahnya proses pembelajaran
matematika dikelas masih mengahadapi beberapa masalah yang perlu diselesaikan
yaitu masih kurangnya kemampuan berpikir kretaif siswa. Hal ini ditandai, oleh
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, siswa jarang diberikan
kesempatan malakukan aktifitas dalam menkontruksi pengetahuannya sendiri, selama
proses belajar mengajar siswa lebih cenderung pasif, yang mengakibatkan proses
berpikir dan kreatifitas siswa dalam mengemukakan gagasannya belum terlatih,
pendekatan yang digunakan disekolah pun cenderung belum dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif siswa. Masih banyak guru yang menyampaikan dengan
metode konvensional yaitu ceramah, tanya jawab, pemberian tugas atau sering juga
disebut dengan kegiatan ekspositori, yang melibatkan siswa cenderung lebih pasif.
Menurut Syaiful Sagala (2011:79) Pendekatan ekspositori menunjukan bahwa guru
berperan lebih aktif, lebih banyak melakukan aktifitas dibanding siswanya, karena
guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas, sedangkan
siswanya berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan pengelolahan bahan, karena
menerima bahan ajar dari guru.

Oleh karena itu, dengan menggunakan metode Problem solving siswa


diharapakan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya secara mandiri
dalam menyelesaikan soal-soal pada pembelajaran matematika.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian berjudul :PENGARUH METODE PROBLEM SOLVING PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF SISWA SMP NEGERI 16 PALEMBANG
2. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh metode problem
solving pada pembelajaran matematika terhadap kemampuan berpikir kreatif
siswa SMP NEGERI 16 Palembang?
2.1.
Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan menyimpang dari sasaran yang
diharapkan,maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitiannya adalah :
1. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dilihat dari perbandingan
kemampuan berpikir kreatif siswa antara hasil tes siswa yang diajarkan dengan
metode problem solving dengan hasil tes siswa yang menggunakan pendekatan
ekspositori.
2. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP
NEGERI 16 Palembang.
3. Materi dalam penelitian ini adalah materi tentang bangun ruang sisi datar.
3. Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak ada
pengaruh metode problem solving terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMP
NEGERI 16 Palembang.

4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Kepala Sekolah
o Sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Bagi Guru
o Sebagai bahan masukan agar dapat melaksanakan proses belajar lebih baik dan
dapat mengembangkan interaksi edukatif dalam proses pembelajaran.
o Sebagai bahan masukan untuk menambah inovasi, strategi dan pendekatan
dalam mengadakan variasi terhadap pola pembelajaran.
5. Tinjauan Pustaka
5.1.
Makna Pembelajaran
Menurut Syaiful Sagala (2011:11) belajar merupakan komponen ilmu
pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang
bersifat eksplisit maupun implicit ( tersembunyi ) .
Menurut Trianto ( 2011:16 ) belajar secara umum diartikan sebagai
perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena
pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak
lahir.
Menurut Syaiful Sagala (2011:61) pembelajaran ialah membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua
arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Menurut Trianto ( 2011:17 ) pembelajaran merupakan aspek kegiatan
manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran
secara simple dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk


membelajarkan siswanya ( mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar
lainnya ) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu proses dimana prilaku diubah, dibentuk atau dikendalikan dengan
harapan dapat memberikan hasil sebaik-baiknya yang berasal dari interaksinya
dengan informasi (materi, kegiatan dan pengalaman).
5.2.

Metode Problem Solving


Menurut pendapat (Hamruni, 2012:19) metode problem solving adalah
belajar memecahkan masalah. Pada tingkat peserta didik belajar merumuskan
memecahkan

masalah,

memberikan

respon terhadap

rangsangan

yang

menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik yang menggunakan


berbagai kaidah yang telah dikuasainya.
Menurut Sri Anitah (2009:5.31) metode problem solving atau pemecahan
masalah merupakan salah satu cara yang harus banyak digunakan dalam
pembelajaran karena metode pemecahan masalah merupakan metode mengajar
yang banyak mengembangkan kemmapuan berpikir tingkat tinggi.

5.3.1.

5.3.
Kemampuan Berpikir Kreatif
Pengertian kemampuan berpikir kreatif
Menurut

Roby,

Jim

Wheeler

dalam

http://robymatematika.wordpress.com/2011/12/21/berpikir-kreatif-dalampembelajaran-matematika/ di akses tanggal 25 maret 2015 pukul 16:00 ),


berpikir kreatif adalah Menggunakan keterampilan berpikir untuk

membuat hubungan yang baru dan berguna untuk membuat sesuatu yang
baru, unik dan berbeda dari sesuatu yang lama.
Menurut

eduklinik,

Musbikin

(2006)

dalam

http://eduklinik.info/2011/05/02/berpikir-kritis-dan-kreatif-dalampembelajaran-matematika/ di akses tanggal 25 maret 2015


pukul 16:00 ) mengartikan kreativitas sebagai kemampuan memulai
ide, melihat hubungan yang baru atau tak diduga sebelumnya,
kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal,
menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang sudah ada dan
mendapatkan pertanyaan baru yang perlu dijawab.

Menurut suara guru, Ruggiero (di kutip Siswono ,2009:1) ( dalam


http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuanberpikir-kreatif-siswa/ di akses pada tanggal 25 maret 2015 pukul 16:00)
mengartikan berfikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu
memformulasikan atau memecahkan masalah, membuat suatu keputusan,
atau memenuhi hasrat keingintahuan. Pendapat ini menunjukan bahwa
ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah,
ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan suatu aktifitas
berfikir. Berpikir kreatif adalah kemampuan umum untuk menciptakan
sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan baru
yang diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan

untuk memberikan gagasan baru yang diterapkan dalam pemecahan


masalah,atau sebagai kemampuan untuk melibatkan hubungan-hubungan
baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar,1992:48).
Kemampuan berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan yang harus
dibina melalui pendidikan.
Menurut suara guru, Evan (dikutip Siswono,2009:2) ( dalam
http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuanberpikir-kreatif-siswa/ di akses pada tanggal 25 maret 2015 pukul 16:00 )
menjelaskan bahwa berfikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk
membuat hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu),
sehingga ditemukan kombinasi yang benar atau sampai seseorang itu
menyerah. Asosiasi kreatif terjadi melalui kemiripan-kemiripan sesuatu
atau melalui pemikiran analogis. Asosiasi yang sudah mapan,dan
menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Pengertian ini menunjukan
bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan
sesuatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya.
Pendapat lain di kemukakan oleh Johnson (2009:21) ( dalam
http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuanberpikir-kreatif-siswa/ di akses pada tanggal 25 maret 2015 pukul 16:00)
4), menyatakam bahwa berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari
pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan
imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka

sudut pandang yang menakjubkan,dan membangkitkan ide-ide yang tidak


terduga.
Menurut Woolfolk (dikutip hamza B.Uno:2011:134) ( dalam
http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuanberpikir-kreatif-siswa/ di akses pada tanggal 25 maret 2015 pukul 16:00),
kemampuan berpikir kreatif adalah, yaitu kemampuan seseorang dalam
menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide baru,
kontruktif dan baik berdasarkan konsep-konsep, prinsip-prinsip yang
rasional, maupun persepsi dan intuisi.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir seseorang yang menghasilkan
ide-ide atau gagasan yang baru dengan kata lain memberikan macammacam kemungkinan jawaban yang benar atau cara terhadap suatu
masalah berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada
keragaman jumlah dan kesesuaian.
5.3.2

Hubungan Metode Problem Solving dengan Kemampuan Berpikir


Kreatif
Menurut pendapat (Hamruni 2012:19) metode problem solving adalah

belajar memecahkan masalah. Pada tingkat peserta didik belajar merumuskan


memecahkan

masalah,

memberikan

respon

terhadap

rangsangan

yang

menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik yang menggunakan


berbagai kaidah yang telah dikuasainya. sedangkan Kemampuan berrpikir kreatif
adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi,
menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru,

membuka sudut pandang yang menakjubkan,dan membangkitkan ide-ide yang


tidak terduga.
Dari pokok pemikiran di atas dapat disimpulkan hubungan antara metode
Problem solving dan kemampuan berpikir kreatif adalah sama-sama memberikan
gagasan yang baru dan memungkinkan mencari jawaban atau cara terhadap satu
masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk mengelaborasi
permasalahan.
6. Kajian Terdahulu Yang Relevan
Menurut Hermaini (2011)dengan judul Pengaruh Metode Problem Solving
Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 22
Palembang Menyimpulkan adanya pengaruh positif Metode Problem Solving terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 22 dengan
nilai rata-rata kelas eksperimen 74,94 dan kelas kontrol 64,82.
Menurut Muhan Hendra Sakti (2012) dengan judul Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematika melalui Metode Problem Solving Di SMP Negeri 29 Palembang,
Menyimpulan berdasarkan hasil analisis data kemampuan pemahaman pembelajaran
Metode Problem Solving secara umum dikatagorikan baik,dengan nilai rata-rata 79,17.
Dari 7 indikator pemehaman konsep skor tertinggi yang diperoleh siswa yaitu pada
indikator-indikator pertama yaitu menyatakan ulang ada pada nilai rata-rata 99,1
sedangkan untuk rata-rata terendah ada pada kelima yaitu kempuan mengembangkan
syarat perlu atau cukup suatu konsep dengan nilai rata-rata 55.
7. Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah sesuatu yang di yakini kebenarannya oleh peneliti


yang berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi penelitian
didalam melaksanakan penelitiannya (Arikunto,2010:63).
Dalam penelitian ini yang menjadi anggapan dasar adalah dengan
menggunakan Metode Problem solving pada pembelajaran matematika siswa dapat
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dimana siswa dapat menentukan sendiri
cara atau gagasan mereka untuk menjawab pertanyaan, dengan berbagai jawaban yang
beragam sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat
menemukan ide-ide baru sesuai dengan tahapan yang ada. Dan membuat siswa lebih
kreatif dalam berpikir.
8. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan

penelitian,

sampai

terbukti

melalui

data

yang

terkumpul

(Arikunto,2010:110)
Berdasarkan definisi diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
Adakah pengaruh Metode Problem Solving dalam pembelajaran matematika terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas VIII SMP NEGERI 16 Palembang?
9. Kriteria Pengujian Hipotesis
Kriteria pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Dimana :
H0

: Tidak ada pengaruh Metode Problem Solving dalam

pembelajaran
matematika terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa di SMP

NEGERI 16 PALEMBANG
Ha :

2 : Ada pengaruh Metode Problem Solving dalam pembelajaran

matematika terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa di SMP


NEGERI
16 PALEMBANG

Kriteria dalam pengujian hipotesis ini adalah :

tolak

H0

Jika t mempunyai harga lain.dk=

n1 +n22

H0

Jika

t hitung <t (1a)

dan

dengan peluang ( 1 ) .

10. Prosedur Penelitian


10.1. Variabel penelitian
Variabel adalah objek penelitian,atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian(Arikunto,2010:161).
Variabel yang menjadi penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu

X1

dan

X2
Variabel

Variabel

X1

X2

: Kemampuan berpikir kreatif siswa yang di ajarkan dengan


menggunakan Metode Problem Solving
: Kemampuan berpikir kreatif siswa yang di ajarkan tidak menggunakan

Metode Problem Solving


10.2. Definisi Operasional Variabel
Kemampuan berpikir kreatif yang dimaksud adalah kemampuan berpikir
kreatif siswa dalam menguasahi materi setelah mengikuti belajar mengajar dengan
menggunakan Metode Problem Solving . Kemampuan berpikir kreatif siswa di ukur
melalui tes berupa soal dalam bentuk essay, dan setiap soal mengacu pada empat

indikator penilaian kemampuan berpikir kreatif dan hasil jawaban siswa diberi
skor.
10.3 Populasi dan Sampel
10.3.1 Populasi Penelitian
Populasi

adalah

keseluruan

suatu

subjek

penelitian

(Arikunto,2010:173). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh


siswa kelas VIII SMP NEGERI 16 Palembang.
10.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti,
(Arikunto,2010:174). Berdasarkan pernyataan tersebut,maka yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP NEGERI 16
Palembang, pada tahuan ajaran 2015/2016 yang di ambil menggunakan teknik
sampel random sampling(acak), dimana sampel yang diambil dengan cara
mengundi. Penelitian mengambil dua sampel yaitu VIII.2 sebagai kelas kontrol
yang akan di ajarkan dengan menggunakan Metode Problem Solving. Dan kelas
VII.1 sebagai kelas eksperimen.
10.4 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:107) metode eksperimen merupakan suatu
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen (Posstest Only Control
Design).

Posstest Only Control Design


E

X
O1

( Sugiyono,2010:112)
Keterangan :
E : Kelas eksperimen
K :Kelas kontrol
X : Pelakuan (diajarkan dengan menggunakan Metode Problem Solving)
O1 :Posttest kelas eksperimen
O2 : Posttest kelas kontrol

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen


(Posstest Only Control Design) yaitu suatu metode yang terdapat dua kelas,
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang
dikenakan pelakuan (diajarkan dengan menggunakan metode problem Solving)
dan kelas kontrol adalah kelas yang tidak dikenakan pelakuan (diajarkan tidak
menggunakan pendekatan Ekspositori). Dimana kedua kelas tersebut dikenakan
pengukuran yang sama, kemudian diberikan posttest untuk mengetahui hasil
akhir antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
10.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan


teknik tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,2010:193). Tes
dilakukan dikelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang digunakan adalah tes
tertulis yang berbentuk essay yang diberikan pada akhir pembelajaran. Setiap soal
mengacu pada empat indikator kemampuan berpikir kreatif dan hasil jawaban
siswa diberikan skor sesuai dengan skor batasan tertentu.
Perilaku siswa yang dinilai , menurut Utami Munandar ( 2009:192)
antara lain :
1. Berpikir lancar
- Menghasilkan banyak gagasan / jawaban yang relevan
- Arus pemikiran lancar
2. Berpikir Luwes ( Fleksibel )
- Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam
- Mampu mengubah cara atau pendekatan
- Arah pemikiran yang berbeda -beda
3. Berpikir Orisinal
- Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain,
yang jarang diberikan kebanyakan orang
4. Berpikir terperinci ( Elaborasi )
- Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
- Memperinci detail detail
- Memperluas suatu gagasan
Skor pada jawaban sesuai dengan patokan yang telah ditentukan dengan
rentang nilai 0 100 dengan rumus :

Nilai Siswa=

Skor yang diperole h


x 100
Skor Maksimal

10.5. Teknik UJi Coba Instrumen


10.5.1 Uji Validitas

Menurut (Arikunto,2010:211) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan


tingkat-tingkat dan kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instumen yang kurang valid mempunyai
validitas rendah.
Penyajian validitas sebuah tes adalah menggunakan product moment dengan
angka kasar.

rxy

N XY X Y

N X X N Y
2

Y
2

............... (Arikunto,2010:213)

Ket :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
N = jumlah siswa uji coba
X = skor tiap item
Y = skor total tiap butir soal
Kemudian harga rxy dikonsultasikan dengan harga rxy product moment. Jika rxy

hitung

rxy tabel (5%) maka butir soal tersebut valid.

10.5.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas berasal dari bahasa inggris reliability yang berarti kemantapan
suatu alat ukur. Suatu tes dikatakan mempunyai kemantapan atau kepercayaan

yang tinggi apabila tes tersebut memberikan hasil yang tepat. Maka reabilitas ini
berhubungan dengan masalah ketepatan hasil.

r11
k 1

1 t
2

(Arikunto,2010:239)

Dimana :

Ket :
r11
=

reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir pertanyaan dan banyaknya butir soal

2
t

= jumlah varian skor tiap-tiap item

t2
= varian total
N = jumlah siswa uji coba

Kemudian

r11

r11

dikonsultasikan dengan tabel product moment, jika

tabel maka instrumen reliabilitas.

r11
hitung

10.5.3 Taraf Kesukaran Soal


Menurut Arikunto (2010:207) soal yang baik adalah soal yang
tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan sukar
dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran. Indeks kesukaran diberi
symbol P (P besar),singkatan dari kata proporsi.
Rumus untuk menentukan tingkat kesukaran adalah:

TK

Rata rata siswa yang menjawab benar


Skor maksimum

Dengan klasifikasi indeks kesukaran :


-

Soal dengan P 0,00 0,30 adalah soal yang sukar

Soal dengan P 0,30 0,70 adalah soal yang sedang

Soal dengan P 0,70 1,00 adalah soal yang mudah


10.5.4 Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2010:211), daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
bodoh (berkemampuan rendah). Daya pembeda dilambangkan dengan DP.
Rumus untuk menentukan Daya Pembeda adalah

DP

( Rata rata kelompok atas) ( Rata rata kelompok bawah)


Skor maksimum

Klasifikasi interpretasi daya pembeda di sajiakan dalam tabel menurut Arikunto


(2010:218) adalah:

TABEL II
KLASIFIKASI DAYA PEMBEDA
Diskriminasi

Interpretasi

0,00 0,20

Jelek

0,20 0,40

Cukup

0,40 0,70

Baik

0,70 1,00

Sangat baik

10.6 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah teknik yang digunakan untuk mengelola data
yang telah dikumpulkan dan diklasifikasikan sesuai tujuan penelitian. Untuk
membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan, dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:

10.6.1 Analisis Data Tes


Adapun Analisis data dalam penelitian ini akan dibantu dengan
menggunakan Microsoft Excel. Dan adapun langkah-langkah yang dilakukan
adalah :
a.

Membuat kunci jawaban dan memeriksa skor pada masing-masing


jawaban
b. Memberikan skor pada jawaban sesuai dengan patokan yang telah ditentukan dengan
rentang nilai 0-100 dengan rumus:

Nilai Siswa=

c.

skor yang di perole h


x 100
skor maksimal

Menentukan simpangan baku, dengan rumus :


n f i x 2i
s 2=
n(n1)

( Sudjana,2005:95)

Keterangan :
x i = tanda kelas interval
n= jumlah sampel kelompok kelas
s 2 = Varian variable
f i = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval
Setelah semua data terkumpul, kemudian menentukan

t hitung .

Namun

sebelumnya menggunakan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan


homogenitas data.
10.6.2 Uji Normalitas Data
Uji normalitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua
kelompok sampel berdistribusi normal atau tidak. Jika sampel berdistribusi
normal maka populasi juga berdistribusi normal, sehingga
berdasarkan teori berlaku.
x m0
Km=
s
M o=b+ p

b1
b1 +b2

Keterangan
Km

= Koefisien normalitas (kemiringan)

Mo

= Modus

= nilai rata-rata

kesimpulan

(Sudjana, 2005:109)
(Sudjana, 2005:77)

= Simpangan baku

= Tepi bawah kelas modus

= Panjang kelas modus


b1

= Selisih frekuensi dengan kelas sebelumnya

b2

= Selisih frekuensi dengan kelas sesudahnya

Menentukan simpangan baku dengan rumus :


n f i x 2i ( f i xi )
S=
n(n1)

(Sudjana, 2005: 95)

Keterangan :
S 2 = Simpangan Baku
fi

= Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval

xi

= Tanda kelas interval

= Jumlah siswa

10.6.3 Uji Homogenitas Varians


Di samping pengujian hipotesis dua varians dilakuakan untuk mengetahui
varians dua populasi yang sama (homogen) atau tidak (heterogen).
Langakah-langkah uji homogenitas :
a. Menentukan hipotesis
H 0 : 21= 22
H a : 21 22
b. Menentukan
c. Menghitung F dengan rumus
varians terbesar
F=
varians terkecil
d. Menentukan kriteria pengujian

(Sudjana,2005:250)
H0

ditolak jika

F F (n 1,n 1)
1

dengan

=0,05.
10.6.4. Uji Hipotesis
Hipotesis didapat diuji dengan menggunakan statistik t (uji pihak kanan),
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1. Rumus digunakan adalah


x x
t= 1 2
1 1
s
+
n1 n2

(Sudjana, 2005:239)

Dengan :

n
( 11)s 21+(n21) s 22
n1 +n22
S 2=

(Sudjana, 2005:239)

Dimana:
t = perbedaan rata-rata kedua simpangan
x 1 = nilai rata-rata kelas eksperimen
x 2

= nilai rata-rata kelas kontrol

S = simpangan baku gabungan


s1 = simpangan baku dari nilai-nilai kelas eksperimen
s2 = simpangan bakudari nilai-niali kelas kontrol
n1 = jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = jumlah siswa kelas control
t
>t
Ha
Kriteria pengujian adalah
jika hitung (1 )

distribusi t dengan dk= ( (n1 +n2 2)


dan sebaliknya.

dan peluang

di dapat dari daftar

(1 )

dengan =0,05

DAFTAR PUSTAKA
Anita, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Hamruni, 2012.strategi pembelajaran.yogyakarta:Insan Madani
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka
Cipta
R.Semiawan,Conny. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar.
Indonesia. PT Jaya Cemerlang
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung :Alfabeta
Sudjana.2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsindo
Sugiyono .2010. Metode Penelitian Pendidikan, pendekatan kuantatif, kualitatif dan R &
D. Bandung :Alfabeta
Siswono, Tatag Yuli.2009.Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, (Online),
(http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuanberpikir-kreatif-siswa/ ) di akses pada tanggal 25 maret 2015 pukul 16:00
Trianto, 2011. Mendesain Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Prenada Media
Group.

Anda mungkin juga menyukai