Para guru khususnya guru matematika, tentu tidak asing dengan taksonomi Bloom, yaitu taksonomi yang
membahas jenjang ranah kognitif. Tetapi, apakah kita sudah menerapkan taksonomi ini untuk melayani siswa
dengan berbagai kemampuan dalam pembelajaran yang kita lakukan di kelas?
Dalam Panduan analisis konteks untuk satuan pendidikan yang memuat analisis standar proses, pada tahap
awal kita tahu sebelum membuat silabus pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kita perlu
mengembangkan terlebih dahulu analisis mata pelajaran, analisis tujuan mata pelajaran, analisis/pemetaan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK/KD) baru kita lanjutkan untuk melakukan proses pengembangan Silabus dan
RPP serta diakhiri dengan pemenuhan standar penilaian pembelajaran. Ketika kita telaah, dalam konteks KTSP
(kurikulum tingkat satuan pendidikan) pemenuhan itu berkisar pada tahap pemenuhan standar minimal kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa yaitu pada tingkatan ranah Kognitif (C), ranah Afektif (A) dan ranah Psikomotorik (P).
Ketiga ranah ini tergambarkan sebagai bentuk kompetensi siswa dalam mata pelajaran yang sesuai dengan permendiknas
no 22 tahun 2006 tentang standar Isi.
Dalam Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK/KD) termuat kata kerja operasional yang merupakan
kompetensi minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik. Kata kerja operasional (KKO) itu tercermin sebagai bentuk
gambaran dari ketiga ranah tersebut. Pengetahuan akan KKO dalam tingkatan ranah merupakan dasar dari
pengembangan silabus dan RPP untuk mencapai kompetensi minimal.
Matematika dalam KTSP memuat dua ranah yaitu ranah kognitif dan ranah Afektif. Pengembangan
pembelajaran matematika dalam konteks pemahaman taksonomi Bloom sangat penting untuk dilakukan. Tetapi
seringkali kita bertanya, sudahkah kita menerapkan taksonomi Bloom yang pertama dan yang revisi untuk ranah
kognitif dalam pembelajaran ? Penulis yakin kita seringkali dan sudah menerapkannya dalam pembelajaran
matematika….
Taksonomi Bloom digagas oleh Benjamin S. Bloom (1913 – 1999), membagi ranah kognitif menjadi 6 jenjang
yaitu :
1. Pengetahuan (Knowledge / C1), yaitu kemampuan mengingat materi yang telah dipelajari dari pengalaman belajar.
2. Pemahaman (Comprehension / C2), yaitu kemampuan untuk menjelaskan arti materi pelajaran yang berupa kata, angka,
dan sebab-akibat.
3. Aplikasi (Aplication/ C3) yaitu kemampuan menggunakan materi pelajaran yang telah dipelajari lewat pengalaman
belajar terhadap situasi dan kondisi yang lebih konkrit.
4. Analisis (Analysis/ C4) yaitu kemampuan memecah materi menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasi materi
dapat dimengerti.
5. Sintesis (synthesis/ C5) yaitu kemampuan menempatkan bagian-bagian secara bersama sehingga mambentuk sesuatu
yang baru sebagai suatu kesatuan.
6. Evaluasi (Evaluation/ C6) yaitu kemampuan mengambil keputusan untuk memberikan penilaian atau pertimbangan
tehadap suatu materi pelajaran sesuai dengan tujuannya.
Jenjang 1 sampai dengan 3 digolongkan sebagai keterampiln berfikir dasar (basic thinking skill), sedangkan jenjang
4 sampai dengan 6 dimasukan ke keterampilan berfikir yang lebih tinggi (higher order thinking skill). Taksonomi Bloom
sangat besar manfaatnya dalam merencanakan pembelajaran dan mengorganisasi keterampilan berfikir dalam 6 jenjang,
dari mulai yang paling dasar sampai ke tingkat yang lebih tinggi.
Perkembangan berikutnya, Lorin W. Anderson bersama David R. Krathwohl menyadari bahwa sesungguhnya
belajar itu adalah proses aktif, sehingga jenjang-jenjang dalam taksonomi Bloom semestinya juga harus menggambarkan
proses aktif itu. Anderson dan Krathwohl pada tahun 2001 (dalam Iriyanti) merevisi taksonomi Bloom dalam bukunya
yang berjudul : A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing : A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational
Objectives. Revisi yang mereka lakukan mencakup beberapa perubahan antara lain :
(1) Mengubah jenis kata dalam taksonomi Bloom, dari jenis kata benda (noun) menjadi kata kerja (verb),
(2) Melakukan organisasi ulang urutan jenjang,
(3) Mengganti kategori pengetahuan (knowledge) menjadi mengingat (remembering), pemahaman (comprehension)
menjadi memahami (understanding) dan sintesis (Synthesis) menjadi menciptakan (creating).
Lebih lengkapnya, jenjang dalam taksonomi Bloom revisi adalah sebagai berikut :
1. Mengingat (remembering)
Indikator-indikator untuk jenjang ini adalah mengenali (recognizing), mendaftar (listing), menggambarkan (describing),
mengidentifikasi (identifying), menamakan (naming), meletakan (locating) dan menemukan (finding).
2. Memahami (understanding)
Indicator- indikatornya adalah menafsirkan (interpreting), mencontohkan (exemplify), merangkum (summarizing),
menyimpulkan (inferring), menyatakan kembali (paraphrasing), mengklasifikasi (classifying), membandingkan
(comparing) dan menjelaskan (explaning).
Dengan memahami taksonomi Bloom Revisi, kita sebagai guru matematika dapat memahami dan menerapkan
jenjang-jenjang itu sesuai dengan kondisi siswa di dlam kelasnya. Beberapa kemungkinan yang dapat diterapkan dalam
situasi kelas adalah :
1. Semua siswa melakukan aktivitas mengingat dan memahami, kemudian beberapa siswa dapat melakukan aktivitas pada
jenjang yang lebih tinggi (higher order thinking skills).
2. Beberapa siswa bekerja pada keterampilan berfikir jenjang dasar (basic thinking skills), sementara beberapa siswa lain
yang lebih cepat berfikirnya bekerja pada jenjang yang lebih tinggi.
3. Beberapa siswa melakukan aktivitas jenjang dasar, kemudian mereka dapat memilih aktivitas pada jenjang yang lebih
tinggi.
4. Beberapa aktivitas dikatakan wajib dikerjakan (essensial), sedangkan yang lainnya digolongkan sebagai pilihan
(optional).
5. Guru menerapkan proses pembelajaran diawali dengan membawa masalah yang berjenjang kemudian siswa dirangsang
untuk aktif berfikir pada tingkatannya.
Beberapa diantaranya contoh penerapan taksonomi Bloom Revisi dalam pembelajaran matematika di kelas :
1. Aspek Bilangan
Untuk jenjang pendidikan / kelas IV sekolah dasar semester 1
a. Mengingat
Buatlah daftar jenis makanan dan minuman yang dapat kamu beli dengan harga Rp 500, Rp 5.000, dan Rp 20.000.
b. Memahami
Jelaskan besaran uang rupiah yang dapat digunakan untuk membayar barang-barang tersebut.
c. Menerapkan
Hitunglah kembalian yang kamu terima jika uangmu Rp 1.000, Rp 10.000 atau Rp 20.000 untuk makanan/minuman
yang kamu beli.
d. Menganalisa
Tentukan dan catat operasi hitung apa yang kamu gunakan untuk menghitung kembalian tersebut.
e. Mengevaluasi
Kriteria apa yang kamu gunakan untuk mengetahui apakah jawabanmu benar atau salah?
f. Menciptakan
Buatlah daftar pesanan makanan yang terdiri dari 3 macam makanan yang harganya mendekati atau seharga Rp 2.500,
Rp 7.500 dan Rp 25.000. Hitung harga total pesananmu ! jika kamu diberikan uang sebesar Rp 50.000, hitung uang
kembaliannya!
Proses penerapan taksonomi Bloom Revisi tentu saja harus dianalisis tingkat kebutuhan dan karakteristis
siswa/peserta didik yang kita ajar, proses pengetahuan gambaran awal kemampuan siswa tertera dalam Kriteria
Ketuntasan minimal (KKM) khususnya intake siswa.
Tidak bermaksud untuk menggurui, tulisan ini hanyalah sepenggal gambaran dari penerapan taksonomi
Bloom revisi dalam pembelajaran matematika yang sebetulnya dapat lebih kita kembangkan lagi mulai dari jenjang
berfikir dasar sampai ke jenjang berfikir lebih tinggi. Akan terasa manfaatnya ketika kita mulai mencoba untuk
menerapkannya tidak hanya tahu dan memahami tentang taksonomi Bloom revisi. Pepatah bijak mengatakan “Tuliskan
apa yang akan kita lakukan dan Lakukan segera apa yang telah kita tuliskan” demi pengembangan kemampuan peserta
didik kita khususnya bidang matematika. Amien.
Referensi
_____________. 2006. Lampiran Permendiknas no. 22 dan 41 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Proses untuk mata pelajaran
matematika SD, SMP dan SMA. Jakarta : Depdiknas.
Setiawan, dkk. 2008. Pengembangan pembelajaran dan penilaian untuk memfasilitasi Higher Order Thinking. Bahan ajar Diklat Guru
Pengembang Matematika SMA jenjang Lanjut. Yogyakarta : PPPPPTK Matematika.
Iriyanti, P. 2008. Taksonomi Bloom Revisi. Yogyakarta : PPPPPTK Matematika.
Mulai tahun pelajaran 2013/2014, Pemerintah telah memberlakukan kurikulum baru yang
disebut dengan Kurikulum 2013.Kurikulum 2013 SD melaksanakan pembelajaran Tematik
Terpadu dan prosesnya dengan pendekatan saintifik.Penerapan pembelajaran Tematik Terpadu
dengan pendekatan saintifik membawa implikasi perubahan dalam pembelajaran di SD.
Perubahan itu mengakibatkan perubahan buku siswa, buku guru, sistem penilaian, pelaksanaan
program remedial dan pengayaan, dan sebagainya.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dirancang agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang
terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013.Oleh karena itu, kegiatan
pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi
yang diharapkan.Konsep-konsep inilah yang dikemas dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang wajib dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang
mengacu pada Silabus.
Kurikulum 2006 (KTSP) dikembangkan menjadi Kurikulum 2013 dengan dilandasi pemikiran
tantangan masa depan yaitu tantangan abad ke 21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan,
knowlwdge-based society dan kompetensi masa depan. Agar pelaksanaan Kurikulum 2013 dapat
berjalan dengan baik, perlu dilakukan pelatihan bagi para guru yang akan melaksanakan
kurikulum tersebut pada tahun ajaran 2013/2014 yaitu guru SD kelas I dan IV.
Tujuan dari pelatihan guru dalam implementasi Kurikulum 2013 agar guru dapat mempersiapkan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil pembelajaran sesuai dengan
pendekatan dan evaluasi pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan baik dan benar.Salah satu
materi yang harus dipahami guru dalam pelatihan ini adalah penyusunan RPP.Penelitian ini
dilakukan untuk melihat sejauh mana pemahaman dan kemampuan guru dalam menyusun RPP
pada Kurikulum 2013.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan di atas, rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana RPP yang disusun oleh guru SD pada Diklat Implementasi Kurikulum 2013
Bagi Guru SD”
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran RPP yang telah disusun oleh
guru SD pada Diklat Implementasi Kurikulum 2013 bagi Guru SD.
1. Manfaat Penelitian
1. Kajian Teori
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka
untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau
tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa
dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. RPP
disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
Komponen RPP
1. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan;
2. Materi pembelajaran adalah rincian dari materi pokok yang memuat fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator ketercapaian kompetensi;
3. Metode pembelajaran merupakan rincian dari kegiatan pembelajaran, digunakan oleh
pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan
dicapai;
1. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi
pelajaran;
2. Alat pembelajaran adalah alat bantu pembelajaran; yaitu alat bantu pembelajaran yang
memudahkan memberikan pengertian kepada siswa.
3. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber
belajar lain yang relevan;
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai berikut:
1. RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang
telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran
untuk direalisasikan dalam pembelajaran.
2. RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus
dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal siswa, minat, motivasi
belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan siswa.
3. Mendorong partisipasi aktif siswa.
Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan siswa sebagai manusia yang mandiri
dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada siswa
untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi,
kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar.
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remedi. Pemberian pembelajaran remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian
dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap siswa dapat teridentifikasi. Pemberian
pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan siswa.
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik,
keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya.
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran dengan
maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran.
Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara individu maupun berkelompok dalam
kelompok kerja guru (KKG) di gugus sekolah, di bawah koordinasi dan supervisi oleh pengawas
atau dinas pendidikan. Kurikulum 2013 untuk sekolah dasar (SD) menggunakan pendekatan
pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pengembangan RPP disusun
dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik atau disebut dengan RPP Tematik.
Dalam implementasi Kurikulum 2013, tema tidak dinegosiasikan dengan siswa, tetapi sudah
ditetapkan oleh pemerintah, bahkan silabus tematik, buku guru, dan buku siswa telah disediakan
oleh pemerintah. Untuk keperluan penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu di kelas, guru dapat
mengembangkan RPP Tematik dengan memperhatikan silabus tematik, buku guru, dan buku
siswa yang telah tersedia serta mengacu pada format dan sistematika RPP yang berlaku. RPP
tematik adalah rencana pembelajaran tematik terpadu yang dikembangkan secara rinci dari suatu
tema dengan tahapan sebagai berikut:
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu dalam
pelaksanaan kurikulum sekolah dasar. Komponen silabus mencakup: kompetensi inti,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar. Silabus berfungsi sebagai rujukan bagi guru dalam penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada Kurikulum 2013, silabus tematik telah disiapkan oleh
pemerintah, guru tinggal menggunakan silabus sebagai dasar penyusunan RPP. Guru memilih
kegiatan-kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tema/subtema yang akan dilaksanakan pada
satu pertemuan atau lebih. Kegiatan yang dipilih harus mencakup kegiatan pembelajaran sesuai
dengan standar proses.
1) Nama kegiatan
2) Tujuan pembelajaran
4) Langkah-langkah kegiatan
5) Penilaian.
1. Setiap akhir pembelajaran, guru hendaknya melakukan kegiatan refleksi untuk
melakukan kegiatan remedial dan pengayaan.
Buku Seri Pembelajaran Tematik terpadu untuk siswa disusun mengacu pada kurikulum berbasis
kompetensi. Buku siswa memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas. Didalamnya memuat
urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa.
Buku ini mengarahkan yang harus dilakukan siswa bersama guru untuk mencapai kompetensi
tertentu, bukan buku yang materinya dibaca, diisi, atau dihafal.
Buku siswa merupakan buku panduan sekaligus buku aktivitas yang akan memudahkan para
siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Buku siswa dilengkapi dengan penjelasan lebih rinci
tentang isi dan penggunaan sebagaimana dituangkan dalam Buku Guru. Kegiatan pembelajaran
yang ada di buku siswa lebih merupakan contoh kegiatan yang dapat dipilih guru dalam
melaksanakan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu. Guru diharapkan mampu
mengembangkan ide-ide kreatif lebih lanjut dengan memanfaatkan alternatif-alternatif kegiatan
yang ditawarkan di dalam Buku Guru, atau mengembangkan ide-ide pembelajaran sendiri.
Buku guru dengan cakupan isi tersebut di atas, sangat membantu dan membimbing guru dalam
menyusun RPP. Beberapa catatan yang berkaitan dengan buku guru, buku siswa, dan sistematika
RPP sebagai berikut.
1. Sistematika RPP berbeda dengan sistematika urutan pada buku guru dan buku siswa.
2. Metode pembelajaran belum disajikan secara eksplisit dalam buku guru.
3. Cakupan materi sangat luas berbasis aktivitas.
4. Kegiatan pembelajaran belum terinci, pendahuluan, inti, dan penutup.
5. Pendekatan saintifik belum terlihat secara nyata.
Hal-hal tersebut harus menjadi perhatian para guru dalam penyusunan RPP agar kegiatan
pembelajaran berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Kegiatan pembelajaran dirancang
untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi
antar siswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian KD. Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-
langkah guru dalam membuat siswa aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan:
Pendahuluan, Inti, dan Penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
1. Kegiatan Inti
Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dari kegiatan: mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan termasuk
di dalamnya kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
1. Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru memberi kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk
membaca, mendengar, menyimak, melihat, merasa, meraba, dan membaui (tanpa atau dengan
alat).
1. Menanya
Dalam kegiatan menanya guru mendorong siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah
dilihat, disimak, atau dibaca. Bagi siswa yang belum mampu mengajukan pertanyaan guru
membimbing agar siswa mampu melakukannya secara mandiri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
bisa bersifat faktual, hipotetik yang terkait dengan hasil pengamatan terhadap objek konkrit
sampai abstrak yang berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, dan generalisasi. Kegiatan
mengajukan pertanyaan perlu dilakukan terus-menerus agar siswa terlatih dalam mengajukan
pertanyaan sehingga rasa ingin tahu berkembang. Melalui kegiatan mengajukan pertanyaan
siswa dapat memperoleh informasi lebiih lanjut dari beragam sumber, baik dari guru , anak
maupun sumber lainnya.
1. Mengumpulkan Informasi/eksperimen
Setelah melakukan kegiatan menanya, siswa menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber belajar, misalnya dengan membaca buku yang lebih banyak, memerhatikan
fenomena atau objek yang lebih teliti atau bahkan melakukan eksperimen untuk dijadikan
sebagai bahan berpikir kritis dalam menggali berbagai sumber belajar.
1. Mengasosiasi/menalar
Berdasarkan berbagai informasi yang diperoleh, siswa dapat menemukan keterkaitan satu
informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil
berbagai kesimpulan.
1. Mengomunikasikan
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan/ mempresentasikan hasil dari kegiatan
yang telah dilakukan oleh siswa. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru
sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.
1. Kegiatan Penutup
Berdasarkan hasil analisis terhadap 40 RPP yang telah disusun oleh peserta diklat pada Diklat
Implementasi Kurikulum 2013 Bagi Guru SD adalah sebagai berikut:
Secara umum RPP yang dihasilkan sudah baik, terutama untuk komponen-komponen yang
tercantum jelas dalam buku pedoman guru seperti komponen perumusan indikator dan tujuan
pembelajaran. Ketika guru harus menganalisis buku pedoman guru dan siswa kemudian
menuangkannya dalam format RPP guru mulai merasa kesulitan. Hal ini dimulai dari
penyusunan RPP pada komponen pemilihan sumber belajar, media belajar, metode
pembelajaran, dan skenario pembelajaran.Pada komponen penilaian, nilai rata-rata yang
didapatkan sangat rendah dibandingkan komponen lainnya. Berikut pembahasan untuk setiap
komponen penyusunan RPP yang telah dianalisis:
Komponen identitas mata pelajaran memperoleh nilai 100 atau Kategori A (Amat Baik).
Keseluruhan RPP yang dianalisis telah memuat identitas berupa nama sekolah, kelas/semester,
Tema/Subtema, dan pembelajaran/pertemuan mana RPP tersebut disusun sesuai buku guru dan
buku siswa.
1. Perumusan Indikator
Komponen perumusan indikator memperoleh nilai 100 atau kategori A (Amat Baik).Keseluruhan
RPP yang dianalisis menunjukkan bahwa indikator yang telah disusun telah sesuai dengan SKL,
KI dan KD; kata kerja yang digunakan sudah operasional dan dapat diukur melalui penilaian di
akhir pembelajaran; serta telah mencakup tiga aspek yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator yang dicantumkan guru dalam RPP umumnya sama seperti yang tercantum dalam buku
pedoman guru. Umumnya guru belum mampu mengembangkan indikator yang lebih luas lagi
selain yang terdapat dalam buku pedoman guru.Indikator harus mencapai tingkat kompetensi
minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan
kebutuhan siswa.
Pada komponen perumusan tujuan pembelajaran diperoleh nilai sebesar 98,75 atau kategori A
(Amat Baik). Umumnya tujuan pembelajaran telah sesuai dengan kompetensi dasar dan dalam
perumusannya telah menggambarkan proses serta hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai.
Dari 40 RPP yang dianalisis, terdapat dua RPP yang kurang lengkap pada perumusan tujuan
pembelajarannya. Tujuan pembelajaran sebenarnya telah tercantum dalam buku pedoman guru,
sehingga guru relatif lebih mudah dalam mengembangkannya tergantung pada strategi dan hasil
yang ingin di capai oleh guru dalam proses pembelajaran.
Pada komponen pemilihan materi ajar diperoleh nilai sebesar 94,72 atau kategori A (Amat Baik).
Walaupun kategori rata-rata bernilai amat baik, namun ada beberapa guru yang belum mampu
mencantumkan materi ajar dalam RPP. Ketidakmampuan tersebut terletak pada perumusan
kalimat yang menyerupai rumusan kalimat indikator dan tujuan pembelajaran, misalnya
“mengenal rumah adat; mengenal macam-macam sudut; siswa melakukan observasi dengan
beberapa barang yang ada disekolahnya; siswa mengamati gambar dan menuliskan jenis
pekerjaan dari gambar yang ada”. Kekurangan lainnya terletak pada kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran. Materi ajar yang dicantumkan belum lengkap seperti yang tercantum dalam tujuan
pembelajaran. Materi pembelajaran adalah rincian materi pokok yang memuat fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi.
Komponen pemilihan sumber belajar memperoleh nilai rata-rata 84,72 dari 40 RPP yang
dianalisis atau kategori B (Baik). Untuk pemilihan sumber belajar umumnya guru
mencantumkan hanya buku pegangan guru dan siswa, padahal kegiatan belajarnya menuntut
siswa untuk mengamati lingkungan luar kelas atau berdasarkan pengalaman siswa sehari-hari.
Oleh karenanya sumber belajar tersebut kurang sesuai dengan materi pembelajaran dan
pendekatan scientific. Ada pula RPP yang tidak mencantumkan sumber belajar sama sekali.
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik,
alam, sosial, dan budaya atau sumber belajar lain yang relevan.
Nilai rata-rata pada kompenen Pemilihan Media Belajar adalah sebesar 84,17 atau kategori B
(Baik). Media pembelajaran yang dicantumkan umumnya kurang lengkap sehingga kesesuaian
dengan tujuan dan materi pembelajaran serta pendekatan scientific kurang sesuai. Misalnya pada
RPP dengan tujuan pembelajaran tercantum sebagai berikut:
1. Setelah mengamati gambar, siswa mampu menjelaskan bentuk luar tubuh hewan dan
fungsinya dengan benar
2. Dengan menggunakan bahan alam dan barang bekas, siswa mampu membuat karya seni
kolase dengan teknik yang benar
Dari tujuan pembelajaran yang tertera di atas, pada komponen pemilihan media belajar, guru
hanya mencantumkan lingkungan sekitar dan kertas origami. Bahan alam (sperti daun, ranting,
biji, dsb), barang bekas (plastik, kertas, dsb), dan gambar berbagai macam hewan belum
dicantumkan pada RPP tersebut. Media pembelajaran dapat berupa alat bantu proses
pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga memudahkan siswa untuk
lebih memahami materi pelajaran.
1. Metode Pembelajaran
Rata-rata nilai untuk komponen ini adalah sebesar 80,83 atau kategori B (Baik).
Kekurangan guru pada komponen ini umumnya adalah kurang lengkapnya metode yang
disajikan sehingga kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan pendekatan scientific.Misalnya
pada RPP dengan tujuan pembelajaran “Dengan melakukan percobaan, siswa mampu
membedakan bunyi tinggi dan bunyi rendah”.Pada tujuan pembelajaran tersebut jelas
menyebutkan bahwa siswa harus melakukan percobaan, tetapi metode eksperimen tidak
tercantum dalam komponen metode pembelajaran. Metode pembelajaran digunakan oleh
pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai KD yang ditetapkan.
1. Skenario Pembelajaran
Nilai rata-rata pada komponen skenario pembelajaran adalah 80 atau kategori B (Baik). Ada
empat kriteria penilaian dalam komponen skenario pembelajaran ini, yaitu: (1) menampilkan
kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dengan jelas; (2) kesesuaian kegiatan dengan
pendekatan scientific; (3) Kesesuaian penyajian dengan sistematika materi; dan (4) kesesuaian
alokasi waktu dengan cakupan materi.
Pada kriteria (1) sebagian besar guru sudah mampu merinci kegiatan pendahuluan, inti, penutup
dengan jelas, tetapi ada pula beberapa RPP yang masih sangat kurang dalam menyajikan rincian
kegiatan tersebut. Umumnya bagian yang sangat kurang rinciannya adalah pada bagian
pendahuluan dan penutup. Misalnya pada RPP berikut:
Kegiatan Pendahuluan:
Apersepsi
Pembiasaan
Mengkomunikasikan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa
Kegiatan Penutup:
Pada kegiatan pendahuluan tersebut, guru belum merinci apa bentuk kegiatan apersepsi yang
berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Pada kegiatan penutup di RPP tersebut hanya
dicantumkan siswa menyanyikan sebuah lagu, padahal lagu tersebut juga tidak sesuai dengan
materi yang dibahas yaitu tentang sumber-sumber energi.
Dalam kegiatan pendahuluan, guru hendaknya menuliskan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran
2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari
3. Mengantarkan siswa kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk
mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan
dicapai
4. Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan
dilakukan siswa untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.
Dari 40 RPP yang dianalisis, sebagian besar telah mampu menjabarkan rincian kegiatan inti yang
memuat pendekatan scientific yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan membentuk
jejaring. Namun ada beberapa yang kegiatannya belum mencakup keseluruhan kegiatan seperti
yang tercantum dalam tujuan pembelajaran. Di dalam buku pedoman guru sebenarnya telah
terinci sangat jelas langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan oleh guru, hanya saja
memang tidak dipisahkan menjadi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Kecermatan guru
dalam menganalisis buku pedoman guru sangat diperlukan dalam penyusunan RPP tersebut.
Untuk penilaian pada kriteria (2) dan (3), umumnya guru telah mampu memenuhi standar pada
kriteria tersebut. Materi sudah disajikan secara sistematis dan pendekatan scientific telah
tercantum dengan baik dan sesuai dengan buku pedoman guru. Hal ini dapat terlihat pada
rumusan kegiatan inti dalam RPP. Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dari
kegiatan: mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan termasuk juga
didalamnya kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Pada kriteria ke (4) yaitu menentukan alokasi waktu yang proporsional pada kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup. Hampir semua peserta tidak mencantumkan alokasi waktu untuk
ketiga kegiatan tersebut, sehingga tidak bisa dilihat kesesuaian antara penyampaian materi
dengan alokasi waktunya.
1. Penilaian
Pada komponen penilaian, nilai rata-rata yang diperoleh adalah 67,5 atau kategori C (Cukup).
Nilai pada komponen ini adalah yang paling rendah dibandingkan dengan komponen lainnya.
Ada empat kriteria penilaian dalam komponen ini yaitu: (1) Kesesuaian dengan teknik dan
bentuk penilaian autentik; (2) Kesesuaian dengan indikator pencapaian kompetensi; (3)
Kesesuaian kunci jawaban dengan soal; dan (4) Kesesuaian pedoman penskoran dengan soal.
Pada kriteria (1) dan (2) nilai yang diperoleh termasuk pada kategori Baik. Beberapa RPP belum
sesuai dengan standar pada kriteria penilaian ini. Kekurangan yang paling umum, guru hanya
mencantumkan teknik penilaiannya saja tetapi bentuk instrument penilaian secara rincinya tidak
dicantumkan dalam RPP.misalnya pada contoh berikut ini:
Portofolio
Penilaian sikap
Penilaian kinerja
Penilaian:
Pada lampiran RPP tersebut tidak dicantumkan rubrik penilaiannya ataupun pedoman
penskorannya, sehingga tidak jelas guru mau menilai apa pada pembelajaran tersebut.
Kekurangan lainnya adalah tidak semua instrument penilaian yang dicantumkan telah mencakup
semua indikator pencapaian kompetensi. Misalnya pada RPP di komponen indikator tertulis
indikator untuk mata pelajaran PKn, Bahasa Indonesia, dan IPA. Pada komponen penilaian
hanya ada instrumen penilaian untuk dua mata pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia dan IPA.
Pada kriteria (3) dan (4), yaitu tentang soal, kunci jawaban, dan pedoman penskoran, nilai rata-
rata yang didapat adalah 1,55. Ini berarti untuk kedua kriteria tersebut guru belum
mencantumkan soal, kunci jawaban, dan pedoman penskorannya. Padahal dalam kegiatan inti
tertulis bahwa siswa mengerjakan latihan dalam bentuk soal. Alasan guru tidak
mencantumkannya adalah karena semuanya sudah tercantum dalam buku siswa. Komponen
Penilaian dalam RPP hendaknya mencantumkan jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
pedoman penskoran. Penilaian pencapaian KD siswa dilakukan berdasarkan indikator.
Secara umum sebenarnya guru sudah memahami bagaimana penyusunan RPP tematik ini. Untuk
Guru Kelas IV yang baru pertama kali mengajarkan tematik, mungkin masih merasa kesulitan
dalam menuangkan perencanaan pembelajaran ke dalam format RPP tematik. Dengan adanya
buku pedoman guru dan siswa diharapkan dapat lebih membantu guru memahami penyusunan
RPP tematik ini. Hal ini penting sekali untuk dipahami sebagai bekal guru dalam melaksanakan
pembelajaran secara riil di kelas, terutama bagi guru dengan pengalaman pertama menggunakan
pendekatan tematik.
1. Komponen RPP yang berkategori A yaitu komponen Identitas Mata Pelajaran dengan
nilai rata-rata 100; Perumusan Indikator dengan nilai rata-rata 100; Perumusan Tujuan
Pembelajaran dengan nilai rata-rata 98,75; dan komponen Pemilihan Materi Ajar dengan
nilai rata-rata 94,72.
2. Komponen RPP yang berkategori B yaitu komponen Pemilihan Sumber Belajar dengan
nilai rata-rata 84,72; Pemilihan Media Belajar sebesar 84,17; Metode Pembelajaran
80,87; dan komponen Skenario Pembelajaran dengan nilai rata-rata sebesar 80.
3. Komponen RPP yang berkategori C yaitu komponen Penilaian dengan nilai rata-rata
sebesar 67,5
1. Guru perlu maningkatkan pemahaman tentang penyusunan RPP tematik terutama pada
komponen Penilaian
2. Perlunya menganalisis lebih dalam dan memahami dengan cermat buku pedoman guru
dan siswa
3. Mengoptimalkan peranan pengawas dan widyaiswara dalam penyusunan RPP tematik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2013). Panduan Teknis Penyusunan RPP di Sekolah Dasar. Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar. Jakarta.
Anonim (2013). Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar. Direktorat Pembinaan Sekolah
Dasar. Jakarta.
Hasibuan, Marinasari (2012). Analisis Silabus dan RPP Peserta Diklat Guru Mata Pelajaran
SKI Tingkat MTs. Balai Diklat Keagamaan. Medan.
Harahap, Riama (2011). Analisis RPP dan Pelaksanaannya berdasarkan KTSP mata Pelajaran
Biologi SMA Swasta di Medan Tembung.UNIMED. Medan.
Penulis:
ASMUNIV
Widyaiswara PPPPTK-VEDC Malang
asmuniv@gmail.com
ABSTRAKSI:
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang
psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah,
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Taksonomi Bloom ranah kognitif merupakan salah satu kerangka dasar untuk pengkategorian
tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum ketrampilan (skills) abad 21.
Kata Kunci: Taksonomi Bloom versi lama, Taksonomi Bloom versi revisi, Bloom’s taxonomy
and instruction, Taksonomi Bloom dan kurikulum ketrampilan abad 21, Kognitif, Afektif,
Psikomotorik, Kedalaman & Keluasan Pengetahuan, Berfikir Orde Rendah, Berfikir Orde
Tinggi.
Menurut Bloom, Krathwhohl, dan Masia (Truschel, 2008) ranah sikap berkaitan
dengan nilai tentang kesadaran (awarness/receiving), untuk dapat membedakan nilai-
nilai secara implisit melalui analisis. Dalam kurun waktu yang lama, dalam pelaksanaan
pembelajaran taksonomi Bloom pada ranah sikap kurang begitu mendapat perhatian
disebabkan kurang praktis dari pada ranah kognitif. Ranah psikomotor pada awalnya
kurang detail penjelasannya (Truschel, 2008), namun dalam pelaksanaan
pembelajaran, secara umum dapat dipraktikkan dan dilakukan penilaiannya melalui
pengamatan (observation). Ranah kognitif secara luas digunakan para guru untuk
mengukur hasil belajar peserta didik. Ranah proses kognitif, secara detil dapat dilihat
pada Gambar 1(kanan).
Proses kognitif Gambar 1(kanan) dikenal dengan istilah dimensi proses
kognitif (cognitive process dimension). Dimensi proses kognitif merupakan proses
berpikir dalam mengkonstruk pengetahuan yang meliputi mengingat (remember),
memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi
(evaluate), dan menciptakan (create).
Pada tahun 1990-an, kelompok psikologi kognitif yang dipimpin oleh Lorin
Anderson (mantan mahapeserta didik Bloom), melakukan revisi terhadap level kognitif
yang dikembangkan oleh Bloom. Revisi dan pengembangan taksonomi Bloom terus
dilakukan, dan pengembangan yang terbaru adalah pengembangan taksonomi Bloom
menjadi 4 domain yaitu domain kognitif, afektif, psikomotorik, dan sosial yang disebut
sebagai Developing Human Potential in Four Domains for Learning and Doing (Peggy
Dettmer, 2006), dimana ke-empat ranah ini yang diterapakan dalam pengembangan
kurikulum 2013.
Dalam taksonomi Bloom terdapat dua aspek: kata benda (noun) dan kata
kerja (verb). Dalam revisi taksonomi Bloom aspek ″noun″ dan ″verb″ menjadi dua aspek
yang terpisah, yaitu aspek ″knowledge dimension″ dan ″cognitive process dimension″.
Dalam dimensi pengetahuan (knowledge dimension), sebagaimana dalam taksonomi
Bloom asli, berkaitan dengan penguasaan materi pelajaran tetapi terdiri dari empat
kategori, bukan tiga kategori sebagaimana pada taksonomi Bloom asli. Kategori
keempat merupakan kategori baru adalah pengetahuan metakognisi (metacognitive
knowledge). Dalam dimensi proses kognisi (cognitive process dimension) terdapat
enam kategori sebagaimana pada taksonomi Bloom lama; tetapi ada perubahan:
kategori pengetahuan (knowledge) diganti dengan ingatan (remember), pemahaman
(comprehension) diganti nama pengertian (understand). Penerapan (application),
analisis (analysis), dan evaluasi (evaluation) dipertahankan, tetapi berganti sebutan
″application″ diganti dengan ″apply″, ″analysis″ diganti dengan ″analyze″, dan
″evaluation″ diganti dengan ″evaluate″.” Sintetis (synthesis) bertukar tempat dengan
evaluasi dan berganti sebutan mencipta (create).
Pengetahuan domain afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri atas
aspek penerimaan, tanggapan, penilaian, pengelolaan, dan penghayatan
(karakterisasi).
Proses kognitif yang kita kenal selama ini adalah proses kognitif yang
dikemukakan oleh Benjamin Bloom. Bloom menyatakan suatu daftar proses kognitif dan
mengindikasikan jenis-jenis perilaku peserta didik yang menunjukkan pencapaian
tujuan belajar. Keterampilan tersebut mencakup 1) pengetahuan (knowledge); (2)
pemahaman (comprehension); (3) aplikasi (application); (4) analisis (analysis); (5)
sintesis (synthesis); dan (6) penilaian (evaluation).
1. Pengetahuan-Hafalan (C1)
Kemampuan memberikan contoh terjadi pada peserta didik jika peserta didik
tersebut dapat memberikan contoh spesifik dari suatu konsep. Kemampuan
memberikan contoh melibatkan kemampuan mengenali ciri-ciri dari suatu definisi atau
konsep dan kemudian menggunakan ciri-ciri tersebut untuk digunakan sebagai contoh.
Simbol Interprestasi
• Transistor
• Transistor bipolar
• Transistor bipolar tipe NPN
• Transistor bipolar tipe NPN dengan tiga buah elektroda, yaitu
Base (B), Collector (C), dan Emitter (E).
• Transistor
• Transistor bipolar
• Transistor bipolar tipe PNP
• Transistor bipolar tipe PNP dengan tiga buah elektroda, yaitu
Base (B), Collector (C), dan Emitter (E).
Kemampuan ″merangkum″ terjadi pada peserta didik bilamana peserta didik
telah dapat mengemukakan gagasan, kemudian merepresentasikan informasi kedalam
″tema″ tertentu. Kemampuan ″merangkum″ melibatkan kemampuan dalam menyusun
informasi peserta didik, seperti merangkum makna yang terkandung dalam karya tulis
ilmiah menjadi bentuk abstraksi dengan tema tertentu.
Urutan dimensi proses kognitif diatas merupakan hasil revisi dari taksonomi
Anderson terhadap proses kognitif yang dikemukanakan oleh Bloom yang selama ini
dikenal sebagai ranah kognitif. Keterkaitan dimensi proses kognitif dan ranah kognitif
Bloom terhadap Anderson dapat dilihat pada Gambar 6.
Perbedaan taksonomi lama dengan yang baru terletak pada ranah sintesis
(C5), dimana pada taksonomi yang direvisi ranah sintesis tidak ada lagi, tetapi
sebenarnya digabungkan dengan analisis. Tambahannya adalah mencipta (C6) yang
berasal dari Create.
Skills
Mencipta/Kreasi → Menciptakan Menciptakan, mendesain, memformulasikan,
• Menghasilkan ide-ide baru atau produk memprediksi, mengkategorisasikan,
Membangun sebuah struktur atau pola dari berbagai mengkombinasikan, menghasilkan sesuatu,
elemen atau mengkombinasikan bagian-bagian mengorganisasikan, merencanakan, menata
untuk membentuk sebuah kesatuan yang utuh kembali, merekonstruksi, merevisi, menulis
dengan penekanan pada hasil berupa sebuah kembali, merangkum.
pengertian atau struktur baru.
Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan merupakan pengetahuan yang diharapkan dikonstruk
peserta didik berdasarkan tujuan yang ingin dicapai pada materi pembelajaran. Dimensi
pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu dimensi pengetahuan faktual,
pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognisi. Ke
empat pengetahuan ini akan membentuk proses perjalanan pengetahuan peserta didik
dari yang bersifat konkrit menuju pengetahuan yang bersifat abstrak. Berikut akan
diuraikan empat katagori dimensi pengetahuan:
a. Pengetahuan Faktual
b. Pengetahuan Konseptual
Konsep dasar susunan (struktur) fisis dari transistor terdiri dari dua
persambungan semikonduktor-PN. Proses tersusunnya komponen transistor terbentuk
dari konsep pengetahuan, yaitu gabungan dari konsep fisika dan konsep kimia. Konsep
fisika adalah proses terbentuknya dua bahan semikonduktor tipe-P dan N menjadi
semikonduktor tipe-PN. Sedangkan Konsep kimia berhubungan dengan tabel periodik
material elektronika.
Gambar 3. Susunan Fisis Transistor Tipe NPN dan Tipe PNP
c. Pengetahuan Prosedural
Bagaimana kita dapat mengetahui transistor dalam kondisi baik?. Apakah proses
pengetahuan untuk mengetahui transistor dalam keadaan baik diperlukan langkah-
langkah prosedur dengan melalui proses pengukuran praktek?
1.Bias Maju 2. Bias Mundur 3. Bias Maju 4. Bias Mundur
Gambar 4. Prosedur Pengukuran Transistor
d. Pengetahuan Metakognitif
“mengetahui”. Kemampuan refleksi diri dari proses kognitif yang sedang berlangsung
merupakan sesuatu yang unik bagi individu dan memainkan peran penting dalam
Gambar 5. Pengetahuan Metakognisi
Pengetahuan Metakognitif
Konstruk dari pengetahuan metakognitif telah diteliti dengan fokus penelitian
pada dimensi metamemori. Berdasarkan Flavell dan peneliti-peneliti lainnya
(Neuenhaus, dkk, 2011) pengetahuan metakognitif membentuk sub-komponen
pengetahuan dari metakognisi, sementara istilah umum “metakognisi” merujuk pada
konsep superordinat yang terdiri dari dua komponen, yaitu komponen (1) pengetahuan;
(2) monitoring (pengalaman) dan regulasi (ketrampilan), dimana komponen ini sering
merujuk pada dimensi pengetahuan procedural-metacognition. Berbeda ketika
procedural metacognition yang meliputi ketrampilan-ketrampilan dan pengalaman-
pengalaman yang kemungkinan merupakan sesuatu yang tidak disadari, pengetahuan
metakognitif merupakan pengetahuan deklaratif yang stabil, dapat diperoleh seseorang
berkaitan dengan kognisi dan memori yang disimpan dalam memori jangka panjang
(long term memory) sehingga dapat diakses dalam keadaan sadar, dan oleh karena itu
metakognitif deklaratif dapat digunakan sebagai kontrol proses kognitif (Neunhaus, dkk,
2011).
Tabel 2: Arah Matrik Tujuan Pembelajaran (C1) Dimensi Pengetahuan dan Proses Kognitif
Tabel 2, target tujuan pembelajaran (C1) dimulai dari sel matrik 1C1, 2C1, 3C1, 3C2,
3C3 dan berakhir pada sel matrik 3C4 yang merupakan tujuan target kompetensi dasar
(KD).
Tabel 3: Arah Matrik Tujuan Pembelajaran (C2) Dimensi Pengetahuan dan Proses Kognitif
Tabel 3, target tujuan pembelajaran (C2) dimulai dari sel matrik 1C2, 2C2, 3C2, 3C3
dan berakhir pada sel matrik 3C4 yang merupakan tujuan target kompetensi dasar
(KD).
Tabel 4: Arah Matrik Tujuan Pembelajaran (C3) Dimensi Pengetahuan dan Proses Kognitif
Tabel 4, target tujuan pembelajaran (C3) dimulai dari sel matrik 1C3, 2C3, 3C3 dan
berakhir pada sel matrik 3C4 yang merupakan tujuan target kompetensi dasar (KD).
Tabel 5: Arah Matrik Tujuan Pembelajaran (C4) Dimensi Pengetahuan dan Proses Kognitif
Tabel 5, target tujuan pembelajaran (C4) dimulai dari sel matrik 1C4, 2C4 dan berakhir
pada sel matrik 3C4 yang merupakan tujuan target kompetensi dasar (KD).
Dan dengan mencermati kata kerja operasional yang tertuang pada tabel 6
serta melihat Kompetensi Dasar (KD) dan standar isi dalam kurikulum, maka langkah
selanjutnya adalah menyusun dan mengembangkan tujuan pembelajaran sebagai
indikator untuk mencapai KD. Misalnya, Indikator tujuan pembelajaran yang akan ditulis
dalam RPP atau silabus adalah sebagai berikut:
Dengan cara yang sama, hasil analisa semua indikator tujuan pembelajaran
yang telah disusun dan dikembangkan, dapat dilihat pada tabel 7 taksonomi berikut ini.
Tabel 7: Analisis Kompetensi Dasar Menurut Taksonomi Bloom
Tujuan pembelajaran pada sel matrik 1C1 dari ranah proses kognitif
“mengingat” dan pengetahuan faktual, 1C2 dari ranah proses kognitif “mengingat dan
pengetaahuan konseptual, dan 1C2 dari ranah proses kognitif “memahami” dan
pengetahuan faktual merupakan sel-sel yang mendasari kemampuan sel KD target.
Sedangkan indikator tujuan pembelajaran yang pada sel matrik 2C4 merupakan sel
yang sama dengan sel KD target.
Kesimpulan
Referensi
2016/06/23 by admin
2. Selanjutnya, mulai dengan membuka file LK 1.1. Perhatikan dan baca baik-baik keterangan
yang disampaikan. Kemudian agar lebih mudah simpan file LK 1.1 dengan nama baru, misal:
Silabus Prakarya Kelas X. Hapus keterangan yang tidak diperlukan.
3. Mulai dengan mengisi informasi yang ada pada tabel. Untuk kolom KI, dapat menyalin
kompetensi inti pada ranah pengetahuan (3) yang terdapat di file KIKD. Rekatkan (paste) di LK
1.1 atau file yang telah Anda beri nama baru tadi (dalam contoh di atas, nama file baru Silabus
Prakarya). Lakukan hal yang sama untuk Kompetensi Dasar Pertama (KD 3.1).
Demikian pula untuk Materi Pembelajaran dan Kegiatan Pembelajaran yang dapat dilihat pada
file kerangka kurikulum (Silabus Diknas). Untuk kegiatan pembelajaran pilih salah satu kegiatan
yang ingin kita gunakan dalam KBM.
4. Untuk mengisi kolom IPK, maka kita harus memperhatikan kata kerja operasional yang
digunakan pada capaian kompetensi dasar. Sebagai contoh, di KD 3.1 kata kerja operasional
yang digunakan adalah: memahami karakteristik kewirausahaan dstnya. Maka di sini artinya
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada kompetensi dasar tersebut (KD 3.1) adalah siswa
mampu memahami pengertian kewirausahaan. Perhatikan Kata Kerja Operasional Taksonomi
Bloom untuk ranah pengetahuan, pemahaman berada di kolom C2-Pemahaman. Maka untuk
menentukan indikator, kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah semua kata kerja
operasional yang berada di kolom C2 ke atas. Sebagai contoh, saya menuliskan menguraikan
pengertian kewirausahaan. Artinya siswa dikatakan telah memahami pengertian kewirausahaan
jika ia dapat menguraikan dengan jelas definisi kewirausahaan. Nah, nyambung, bukan? Hehe
5. Selanjutnya untuk kolom Rencana Penilaian, pilih jenis penilaian yang ingin Anda lakukan.
Misal tertulis bentuk essay untuk ranah pengetahuan dan sebagainya.
6. Untuk kolom Pelaporan apakah tugas berupa jurnal, slide, tabel pengamatan yang semuanya
termasuk ke dalam portofolio. Jadi, bisa dicantumkan portofolio (slide) jika anak mengumpulkan
tugas dalam bentuk slide.
7. Jangan lupa, lanjutan berikutnya untuk KD adalah ranah psikomotor. Karena KD harus
berpasangan, Pengetahuan berpasangan dengan Psikomotor. KD 3.1 pasangannya KD 4.1 dan
seterusnya.
8. Capek juga ya nulis ini.. hehe. Masih banyak banget LK yang harus dikerjakan untuk akhirnya
bisa sampai ke penyusunan RPP. Idealnya memang semua LK harus dikerjakan untuk akhirnya
kita dapat dengan mudah salin dan rekat ke dalam format RPP. Namun kalau tidak banyak waktu
ya boleh-boleh saja sih langsung ke penyusunan RPP nya dengan sedikit berpusing-pusing ria
Kompetensi Dasar
3.1 Memahami karakteristik kewirausahaan (misalnya berorientasi ke masa depan dan berani
mengambil risiko) dalam menjalankan kegiatan usaha
3.2 Mengidentifikasi karakteristik wirausaha berdasarkan keberhasilan dan kegagalan usaha
Indikator
3.1.1 Menguraikan pengertian kewirausahaan, macam-macam kualitas dasar dan kualitas
instrumental wirausaha yang berhasil dan gagal
3.1.2 Membuat dasar pengelompokkan karakteristik keberhasilan dan kegagalan seorang
wirausahawan
C. Materi Pembelajaran
• Kualitas dasar
• kualitas intrumental
• Cara-cara pengembangan
• Skill seorang wirausahawan
• Keberhasilan dan kegagalan wirausahawan
D. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Pendahuluan
• Berdoa, mengkondisikan kesiapan peserta didik agar lebih kondusif untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran, (memeriksa kerapihan, kebersihan kelas, absensi, agenda kegiatan, menyiapkan
media dan alat serta buku yang diperlukan).
• Guru memberikan motivasi, dan sikap spiritual yaitu bersyukur karena bisa mendapatkan
berbagai nikmat.
• Guru menyampaikan Topik yang akan dipelajari dan menyampaikan kompetensi yang akan di
capai.
• Guru menggunakan buku teks dari berbagai sumber ( yang sudah disahkan kemendikbud )
b. Kegiatan Inti
• Siswa membaca atau menonton video tentang kisah sukses dan kegagalan seorang wirausaha
• Siswa mendiskusikan pengertian kewirausahaan, macam-macam kualitas dasar dan kualitas
instrumental wirausaha yang berhasil dan gagal.
• Siswa mengasosiasiakan konsep kewirauisahaan dengan karakteristik wirausaha yang gagal
dan berhasil.
• Siswa menyimpulkan konsep kewirausahaan, kualitas dasar dan kualitas instrumental
wirausaha yang berhasil dan gagal.
• Siswa mengkomunikasikan pengertian kewirausahaan dan karakteristik wirausaha yang
berhasil dan gagal.
c. Kegiatan Penutup
• Guru memberi penguatan.
• Guru memberikan refleksi.
• Guru menyampaikan materi yang akan datang.
E. Teknik penilaian
1. Penilaian Pengetahuan
a. Aspek yang di nilai: Pengetahuan
b. Teknik penilaian: Tertulis (Essay)
c. Instrumen (terlampir)
d. Rubrik Penilaian (terlampir)
2. Penilaian Keterampilan
a. Aspek yang di nilai: Unjuk kerja
b. Teknik penilaian: Menggunakan rubrik
c. Instrumen (terlampir)
d. Rubrik Penilaian (terlampir)
Lampiran-lampiran:
1. Materi Pembelajaran Pertemuan 1
2. Instrumen Penilaian Pertemuan 1
3. Materi Pembelajaran Pertemuan 2
4. Instrumen Penilaian Pertemuan 2
Share: