Hambatan belajar dapat dinyatakan sebagai sebuah kesulitan belajar. Mulyadi (Darjiani, Meter,
& Negara, 2015) bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai
dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga untuk dapat
mengatasinya diperlukan usaha lebih giat lagi. Menurut Hasibuan (2018), mengatakan bahwa
kesulitan belajar adalah salah satu factor dari luar diri siswa yang menyebabkan rendahnya
prestasi belajar matematika siswa. Kesulitan belajar dapat disebabkan oleh faktor misalnya
siswa tidak mengerti dengan baik dan jelas akan tujuan pembelajaran, isi materi yang dipelajari.
Faktor lainnya adalah kurang termotivasinya siswa dalam belajar yang menyebabkan
ditemukannya kesulitan belajar matematika.
Hambatan belajar adalah gangguan yang dimiliki siswa terkait dengan faktor internal dan
eksternal pada anak yang menyebabkan kesulitan otak dalam mengikuti proses pembelajaran
secara normal dalam hal menerima, memproses, dan menganalisis informasi yang didapat
selama pembelajaran (Yeni, 2015).
Ada banyak faktor yang menyebabkan adanya hambatan belajar siswa, baik itu secara internal
maupun eksternal. Tentu juga beberapa pandangan yang muncul dalam menilai hambatan
belajar ini. Brousseau (Yusuf, Titat, & Yuliawati, 2017) yang menyatakan bahwa ada tiga
faktor penyebab hambatan belajar siswa yaitu hambatan ontogeny (kesiapan mental belajar),
didaktis (akibat pengajaran guru), dan epistemology (pengetahuan siswa yang memiliki
konteks aplikasi yang terbatas.
Faktor Internal: Hambatan Belajar Matematika
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti kesehatan, bakat
minat, motivasi dan intelegensi (Jamal, 2014). Kesehatan yang buruk, kurangnya motivasi
untuk belajar serta intelegensi yang kurang, dapat mengakibatkan siswa terhambat dalam
belajar matematika. Menurut Riyani (2012),
Menurut (Mulyani, 2013) ada tiga bagian di dalam faktor internal yaitu:
1. faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan rohani),
2. faktor fisiologis (kesehatan, cacat tubuh) dan
3. faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, keterampilan
dan kesiapan belajar).
Ketiga faktor diatas sering disebut faktor dasar umum. Jadi, Dapat disimpulkan bahwa
hambatan belajar matematika yang termasuk dalam faktor internal adalah hambatan yang
timbul dari dalam diri siswa sendiri baik itu faktor fisiologis (baik karena bawaan sejak lahir
ataupun bukan), faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
Sedangkan faktor dasar khusus yang meliputi contoh dalam pembelajaran matematika
dikehidupan sehari-hari yaitu:
Dalam hal ini diasumsikan bahwa siswa telah memperoleh pembelajaran mengenai konsep,
tetapi belum menguasai dengan baik karena mungkin lupa sebagian atau seluruhnya.
Menurut Sujono (1984) kesulitan menggunakan konsep disebabkan antara lain:
• siswa tidak mampu mengingat nama singkat suatu situasi, misalnya nama garis yang
memotong lingkaran di dua titik, lambang ruas garis, sinar dan garis.
• ketidakmampuan siswa menyatakan arti istilah dalam suatu konsep, misalnya siswa tidak
mampu menyatakan istilah, hukum komutatif, asosiatif, distributif, dan identitas.
• ketidakmampuan siswa mengingat satu atau lebih kondisi yang diharuskan (syarat perlu)
untuk berlakunya suatu sifat tertentu, misalnya dalam mempelajari pengertian fungsi,
bahwa fungsi adalah suatu relasi khusus bila dua anggota komponen pertama sama
(anggota daerah asal) maka komponen kedua sama (anggota daerah hasil) merupakan
syarat cukup untuk suatu fungsi atau siswa tidak mampu membedakan antara yang contoh
dan bukan contoh. Disini siswa gagal mengklasifikasikan mana contoh dan mana yang
bukan contoh.
• ketidakmampuan mengingat syarat perlu suatu objek yang dinyatakan oleh istilah yang
ditunjukkan dalam konsep. Akibatnya siswa tidak dapat membedakan yang contoh dan
yang bukan contoh. Misalnya siswa lupa bahwa suatu relasi yang mempunyai dua
anggota sama pada komponen pertama (anggota daerah asal) sedangkan anggota
komponen kedua berbeda (anggota daerah hasil) bukan merupakan suatu fungsi.
• ketidakmampuan siswa membuat generalisasi berdasarkan suatu situasi tertentu,
misalnya siswa tidak dapat menyimpulkan bahwa diagonal suatu belah ketupat
berpotongan tegak lurus dan belah ketupat terdiri dari dua segitiga samakaki. Mungkin
siswa juga mengalami kesulitan menerima generalisasi bahwa luas daerah suatu belah
ketupat sama dengan setengah dari hasil kali panjang diagonalnya.
Soal cerita adalah soal yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu cerita
yang dapat dimengerti dan ditangkap secara matematis. Kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita adalah kesulitan siswa memahami cerita itu, menetapkan
besaran-besaran yang ada serta hubungannya sehingga diperoleh model matematika dan
meyelesaikan model matematika tersebut secara matematika. Kesulitan ini dialami tidak
hanya oleh siswa sekolah menengah, tetapi juga siswa di jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Soegiono (1984; 214) menyatakan bahwa kesulitan-kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika adalah sebagai berikut: