Anda di halaman 1dari 38

PENALARAN DAN PEMBUKTIAN MATEMATIS

Makalah ini disusun dan diajukan sebagai bahan diskusi dalam memenuhi tugas Mata
Kuliah Pengembangan Keterampilan Berpikir Matematik Kelas 6A

Dosen Pengampu:
Dr. Dedek Kustiawati, M. Pd.
Dr. Gelar Dwirahayu, M. Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 2
A Rama El Shinta (11200170000004)
Wirda Nur Indah (11200170000015)
Widia Wulandari (11200170000035)
Hartika Anggraini Puji Astuti (11200170000045)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. atas ke hadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayat-Nya kepada penyusun sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul "Kemampuan Berpikir Penalaran dan Pembuktian
Matematis" dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita, yaitu Nabi Muhammad saw. yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat
nanti.
Tujuan penyusunan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Keterampilan Berpikir Matematik. Makalah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini, khususnya Dr. Dedek Kustiawati, M.Pd., dan Dr. Gelar Dwirahayu,
M.Pd., selaku dosen dan pembimbing makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan,
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar penyusun dapat memperbaiki makalah ini menjadi
lebih baik.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah dengan judul "Penalaran dan Pembuktian
Matematis" ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Tangerang, 8 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Pengertian Penalaran Matematis................................................................................3
2.2 Pengertian Pembuktian Matematis............................................................................5
2.3 Indikator Penalaran Matematis..................................................................................7
2.4 Indikator Pembuktian Matematis...............................................................................9
2.5 Contoh Butir Soal dari Penalaran Matematis..........................................................11
2.6 Contoh Butir Soal dari Pembuktian Matematis.......................................................17
2.7 Instrumen Penilaian dari Penalaran Matematis.......................................................22
2.8 Instrumen Penilaian dari Pembuktian Matematis....................................................24
2.9 Rubrik Penskoran Penilaian Penalaran Matematis..................................................27
2.10 Rubrik Penskoran Penilaian Pembuktian Matematis...............................................28
BAB III PENUTUP................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................29
3.2 Saran........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk dipelajari
siswa pada setiap jenjang pendidikan (Hera & Sari, 2015) dalam (Ariati & Juandi,
2022). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran
matematika agar siswa menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematis dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
ide dan pernyataan matematika (Depdiknas, 2006) dalam (Ariati & Juandi, 2022).
Menurut NTCM dalam (Ariati & Juandi, 2022) pembelajaran matematika mencakup
lima kemampuan dasar matematis yang merupakan lima standar proses yaitu
pemecahan masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi
(communication), koneksi (connection), dan representasi (representation). Sehingga
kemampuan penalaran matematis merupakan salah satu kemampuan matematis yang
perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika.
Kemampuan penalaran matematis memiliki peranan yang penting dalam
pembelajaran matematika (Ario, 2016). Akan tetapi, berdasarkan hasil studi Program
for International Student Assessment (PISA) tahun 2019, skor matematika berada di
peringkat 72 dari 78 negara. Hasil studi lainnya juga ditunjukkan oleh Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS), Indonesia berada pada peringkat
44 dari 49 negara. Dengan hasil pencapaian matematika menunjukkan 54% rendah,
15% sedang dan 6% tinggi. Dari Studi PISA dan TIMSS tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kualitas pembelajaran matematika di Indonesia masih sangat rendah. Artinya
tujuan pembelajaran matematika (Ariati & Juandi, 2022).
Rendahnya skor matematis Indonesia berkaitan dengan kemampuan penalaran
matematis. Kemampuan penalaran matematis adalah salah satu bentuk pemikiran,
Hardjosatoto mengatakan bahwa penalaran merupakan salah satu peristiwa dari proses
berpikir, Batasan tentang berpikir adalah seperangkat variasi aktivitas mental seperti
mengingat sesuatu lagi, membayangkan, menghafal, menghubungkan beberapa makna,
menciptakan konsep atau menebak beberapa kemungkinan (Ahmad, 2016).
Kemampuan pembuktian matematis merupakan kemampuan yang termasuk ke
dalam kemampuan penalaran. Rumusan indikator kemampuan penalaran matematis dari

1
beberapa sumber seperti dalam NCTM (2000) dan Hendriana, Rohaeti, & Sumarmo
(2017) dalam (Herizal, 2020) menunjukkan bahwa salah satu indikator kemampuan
penalaran matematis berkenaan dengan bukti matematis. Tergolongnya kemampuan
pembuktian matematis sebagai bagian dari kemampuan penalaran matematis juga
diperkuat dengan pendapat beberapa ahli. Brodie bersama dengan pakar-pakar lainnya,
yaitu Ball, Bass, Hanna, Jahnke, Davis, Hersh, Kilpatrick, dan Krumheuer sepakat
menyatakan bahwa bukti adalah salah satu bentuk dari argumentasi dan justifikasi
sehingga bisa dikatakan bahwa kemampuan pembuktian matematis merupakan bagian
dari kemampuan penalaran matematis, meskipun banyak juga pendapat dimana
pembuktian matematis disamakan dengan penalaran matematis (Herizal, 2020).
Rendahnya kemampuan siswa dalam pembuktian matematis merupakan suatu
masalah yang harus dipecahkan. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan pembuktian matematis tersebut.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi kemampuan pembuktian matematis siswa (Herizal, 2020).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan kemampuan penalaran dan pembuktian matematis?
2. Apa saja indikator terkait kemampuan penalaran dan pembuktian matematis?
3. Seperti apa butir soal kemampuan penalaran dan pembuktian matematis berdasarkan
indikator?
4. Bagaimana bentuk instrumen dari kemampuan penalaran dan pembuktian
matematis?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari penalaran matematis dan pembuktian matematis.
2. Untuk mengetahui indikator mengenai penalaran matematis dan pembuktian
matematis.
3. Untuk mengetahui contoh butir soal yang berkaitan dengan kemampuan penalaran
matematis dan pembuktian matematis.
4. Untuk mengetahui bentuk instrumen penilaian terkait dengan kemampuan penalaran
matematis dan pembuktian matematis..

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penalaran Matematis


Menurut Gardner dalam (Konita, Asikin, & Asih, 2019) mengungkapkan, bahwa
penalaran matematis adalah kemampuan menganalisis, menggeneralisasi, mensintesis/
mengintegrasikan, memberikan alasan yang tepat dan menyelesaikan masalah yang
tidak rutin. Killpatrick et al. dalam (Konita, Asikin, & Asih, 2019), mendefinisikan
penalaran sebagai konsep kemampuan matematika yang membutuhkan lima alur saling
terkait dan saling mempengaruhi pemahaman konseptual, yang mencakup pemahaman
konsep, operasi, dan hubungan matematis, kelancaran prosedural, melibatkan
keterampilan dalam menjalankan procedural secara feksibel, akrat, efisien, dan tepat;
kompetensi strategis, yaitu kemampuan untuk merumuskan, mewakili, dan
memecahkan masalah matematika; penalaran adaptif, yang merupakan kapasitas
pemikiran logis, refleksi, penjelasan, dan justifikasi; dan disposisi produktif, orientasi
untuk melihat matematika masuk akal, berguna, bermanfaat, dan masuk akal, dan siapa
pun dapat memberi alasan untuk memahami gagasan matematis.
Menurut Lithner dalam (Konita, Asikin, & Asih, 2019), definisi penalaran yang
luas diterapkan: “reasoning is the line of thought adopted to produce assertions and
reach conclusions in task solving. It is not necessarily based on formal logic, thus not
restricted to proof, and may even be incorrect as long as there are some kind of
sensible (to the reasoner) reasons backing it”. Dari definisi penalaran menurut Lithner
adalah garis pemikiran yang diadopsi untuk menghasilkan pernyataan dan mencapai
kesimpulan dalam penyelesaian tugas. Ini tidak selalu didasarkan pada logika formal,
sehingga tidak terbatas pada bukti, dan bahkan mungkin salah selama ada beberapa
alasan masuk akal (untuk alasan) mendukungnya ". Hal ini sejalan dengan pernyataan
Suherman dalam (Konita, Asikin, & Asih, 2019) penalaran adalah proses berpikir yang
dilakukan dengan suatu cara untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh
dari hasil bernalar, didasarkan pada pengamatan data-data yang ada sebelumnya dan
telah diuji kebenarannya.
Menurut Sumartini (2015: 71) dalam (Nababan, 2020) menyatakan bahwa
penalaran matematis merupakan kemampuan siswa dalam menyimpulkan dan
membuktikan suatu pernyataan, membangun gagasan baru, sampai pada menyelesaikan
masalah-masalah dalam matematika.

4
Ball, Lewis & Thamel dalam (Putri & Azizah, 2019) menyatakan, “mathematical
reasoning is the foundation for the construction of mathematical knowledge”. Hal ini
berarti kemampuan penalaran matematis adalah pondasi untuk mendapatkan
pengetahuan matematika.
Killpatrick et al. (dalam Kusumawardani et al., 2018), juga mendefinisikan bahwa
penalaran sebagai konsep kemampuan matematika yang membutuhkan lima alur saling
terkait dan saling mempengaruhi pemahaman konseptual, yang mencakup :
1. Pemahaman konsep, operasi, dan hubungan matematis.
2. Kelancaran prosedural, melibatkan keterampilan dalam menjalankan procedural
secara feksibel, akrat, efisien, dan tepat.
3. Kompetensi strategis, yaitu kemampuan untuk merumuskan, mewakili, dan
memecahkan masalah matematika.
4. Penalaran adaptif, yang merupakan kapasitas pemikiran logis, refleksi, penjelasan,
dan justifikasi.
5. Disposisi produktif, orientasi untuk melihat matematika masuk akal, berguna,
bermanfaat, dan masuk akal, dan siapa pun dapat memberi alasan untuk memahami
gagasan matematis.
Math Glossary menyatakan, definisi penalaran matematis adalah berpikir
mengenai permasalahan-permasalahan matematika secara logis untuk memperoleh
penyelesaian. Penalaran matematis juga mensyaratkan kemampuan untuk memilah apa
yang penting dan tidak penting dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dan untuk
menjelaskan atau memberikan alasan atas sebuah penyelesaian. Dari definisi yang
tercantum pada Math Glossary tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat dua hal yang
harus dimiliki siswa dalam melakukan penalaran matematis yaitu kemampuan
menjalankan prosedural penyelesaian masalah secara matematis dan kemampuan
menjelaskan atau memberikan alasan atas penyelesaian yang dilakukan
(Kusumawardani, Wardono, & Kartono, 2018).
Menurut NCTM, secara umum terdapat beberapa tahapan dalam penalaran
matematis yaitu:
1. Menganalisis masalah;
2. Menerapkan strategi;
3. Mencari dan menggunakan hubungan antara domain matematika yang berbeda,
konteks yang berbeda, dan representasi berbeda;
4. Merefleksikan solusi pada suatu masalah.

5
Selanjutnya mengenai pentingnya peran penalaran matematis dalam matematika
dikemukakan oleh Loong et. al., yang menyatakan bahwa penalaran matematis adalah
kemampuan yang dijadikan pondasi dalam berpikir matematis. Polya juga
menambahkan bahwa kemampuan penalaran berperan penting dalam kesuksesan
belajar matematika. Salah satu peran penting penalaran matematis dalam matematika
adalah untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah.
Dengan kebiasaan bernalar secara matematis yang baik, siswa akan mampu memahami
dan menggunakan apa yang telah mereka pelajari di sekolah untuk menyelesaikan
masalah secara efektif (Mayfana, Yekti., & Kusmayadi, 2016).
Dari pendapat beberapa ahli tentang penalaran matematis, dapat disimpulkan
bahwa penalaran matematis adalah penalaran tentang dan dengan objek matematika
yang diperlukan untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat pernyataan baru
berdasarkan pada pernyataan sebelumnya yang telah diketahui kebenarannya. Penalaran
matematika diperlukan untuk menentukan apakah sebuah argumen matematika benar
atau salah dan dipakai untuk membangun suatu argumen matematika. Penalaran dan
matematika tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena dalam menyelesaikan
permasalahan matematika memerlukan penalaran sedangkan kemampuan penalaran
dapat dilatih dengan belajar matematika. Melalui penalaran, siswa diharapkan dapat
melihat bahwa matematika merupakan kajian yang masuk akal atau logis. Dengan
demikian siswa merasa yakin bahwa matematika dapat dipahami, dipikirkan,
dibuktikan, dan dapat dievaluasi. Dan untuk mengerjakan hal-hal yang berhubungan
diperlukan bernalar.

2.2 Pengertian Pembuktian Matematis


Dalam (KBBI, 2016) kemampuan memiliki arti sebagai kesanggupan, kecakapan,
kekuatan, dan berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan pembuktian memiliki definisi
sebuah proses, cara perbuatan membuktikan. Pembuktian suatu pernyataan terdiri dari
verifikasi, menjelaskan, mengkomunikasikan, meyakinkan, mengkontruksi pengetahuan
baru atau mensintesis pengetahuan menjadi bentuk aksiomatik (Maslahah et al., 2019).
Dalam konteks matematika, pembuktian meliputi pengujian kebenaran suatu premis
atau hipotesis melalui uraian pernyataan yang bersesuaian dengan aturan logika dan
memperhatikan struktur spesifik yang digunakan. Stylianndines mengungkapkan bahwa
pembuktian merupakan argumen matematis yang dirancang untuk menyetujui atau

6
menentang fakta matematis yang dapat diterima secara umum baik dugaan ataupun
konsepnya (Maryono & Et.al, 2018).
Menurut Lestari dan Yudhanegara, kemampuan pembuktian matematis
merupakan kemampuan memahami pernyataan atau simbol matematika serta
memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi (Angraini et al., 2019).
Menurut (Abdurrahman, 2019) pembuktian dalam matematika merupakan cara berpikir
logis yang diawali dengan suatu argumentasi berupa definisi ataupun teorema
berdasarkan pembenaran dari langkah-langkah sebelumnya melalui langkah langkah
logis menuju suatu kesimpulan. Menurut Griffiths, pembuktian yaitu meringkas alur
berpikir dan bernalar baik secara formal dan logis yang diawali aksioma aksioma serta
melalui langkah logis menuju kesimpulan yang diterima. Ada pula pendapat dari Frasier
yang menyatakan pembuktian dalam matematika menyimpulkan intisari berpikir
abstrak yang digunakan untuk memeriksa, mengajukan alasan dan menyusun
pengetahuan matematika. Selain itu Imamoglu menyatakan bahwa pembuktian juga
membutuhkan keterampilan untuk menyusun argumen yang logis dengan menggunakan
aksioma-aksioma melalui proses verifikasi hingga menghasilkan kesimpulan (Maslahah
et al., 2019).
Pendapat lain tentang pembuktian matematika berasal dari sumarmo, ia
menyatakan bahwa pembuktian matematika terdiri dari kemampuan membaca bukti dan
kemampuan mengkonstruksi bukti. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Hodds yang
mengatakan bahwa dalam pembuktian matematis terdapat dua kemampuan, yaitu
kemampuan memahami bukti (proof comprehension) dan kemampuan mengonstruksi
bukti (proof construction) (Sumarmo, 2014). Sehingga dari berbagai pendapat dan juga
pernyataan para ahli tersebut, dapat kita simpulkan bahwasannya kemampuan
pembuktian matematis adalah kemampuan individu dalam berpikir dengan logika
terhadap proses untuk mendapatkan kesimpulan berdasarkan aksioma atau teori.
Tujuan dilakukannya pembuktian dalan matematika yang dikemukakan oleh
Abdurrahman dalam bukunya adalah untuk:
1. Menyusun fakta-fakta dengan yakin
2. Mendapatkan pemahaman
3. Mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain
4. Tantangan
5. Membuat sesuatu menjadi indah
6. Mengembangkan gagasan yang sudah ada

7
7. Membangun teori matematika (Abdurrahman, 2019).
Namun, Weber (2003) menjelaskan tujuan pembuktian dalam matematika secara
umum sebagai berikut :
1. Penjelasan (explanation), dengan memeriksa bukti maka pembaca dapat
memahami mengapa pernyataan tertentu benar.
2. Sistemisasi (systemization), seseorang dapat menggunakan bukti untuk mengatur
hasil yang sebelumnya berbeda atau memperbaiki argumen yang mungkin keliru
atau tidak sempurna menjadi satu kesatuan yang utuh secara deduktif.
3. Komunikasi (communication), bahasa pembuktian dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan dan memperdebatkan ide dengan orang lain.
4. Penemuan hasil baru (discovery of new results), model atau teori baru dapat
dikembangkan dengan mengeksplorasi konsekuensi logis dari suatu definisi.
5. Pembenaran definisi (justification of a definition), seseorang dapat menunjukkan
bahwa definisi dari suatu konsep dapat diturunkan dari definisi yang diusulkan.
6. Mengembangkan intuisi (developing intuition), pemahaman konseptual dan intuitif
dapat dikembangkan dengan memeriksa definisi konsep yang logis.
7. Memberikan otonomi (prividing autonomy), mengajarkan siswa bagaimana
membuktikan dapat memungkinkan mereka untuk secara mandiri membangun dan
memvalidasi pengetahuan matematika baru (Aidah, 2021).

2.3 Indikator Penalaran Matematis


Untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa dalam memecahkan
masalah matematika, diperlukan beberapa indikator kemampuan penalaran matematis
(Gustiati, 2016). Menurut Lithner dalam (Konita, Asikin, & Asih, 2019) one way to
structure the reasoning is:
1. A problematic situation is met where it is not obvious how to proceed;
2. Strategy choice: Try to choose (in a wide sense: choose, recall, construct, discover,
etc.) a strategy that can solve the difficulty. This choice can be supported by
predictive argumentation: Will the strategy solve the difficulty?;
3. Strategy implementation: This can be supported by verificative argumentation: Did
the strategy solve the difficulty?;
4. Conclusion: A result is obtained.
Salah satu cara untuk menyusun penalaran adalah:

8
1. Situasi masalah terpenuhi di mana situasi masalah tersebut tidak jelas bagaimana
untuk memprosesnya.
2. Pilihan strategi: Cobalah untuk memilih (dalam arti luas: pilih, ingat, bangun,
temukan, dll.) Strategi yang dapat memecahkan kesulitan. Pilihan ini dapat
didukung oleh argumentasi prediksi: Akankah strategi tersebut menyelesaikan
kesulitan?;
3. Implementasi strategi: Hal ini dapat didukung oleh argumentasi verifikatif: Apakah
strategi memecahkan kesulitan?;
4. Kesimpulan: hasilnya diperoleh.
Berdasarkan karya Napitupulu, Suryadi, & Kusumah (2016) dalam (Konita,
Asikin, & Asih, 2019) empat indikator untuk mengukur kemampuan penalaran
matematis siswa, yaitu:
1. Buat kesimpulan logis;
2. Berikan penjelasan tentang model, fakta, properti, hubungan, atau pola yang ada;
3. Buatlah dugaan dan bukti;
4. Penggunaan pola hubungan untuk menganalisa situasi, membuat analogi, atau
menggeneralisasikan.
Adapun indikator kemampuan penalaran matematis menurut Sumarmo dalam
(Gustiati, 2016) dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
1. Menarik kesimpulan logis;
2. Memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan;
3. Memperkirakan jawaban dan proses solusi;
4. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematis;
5. Mengaitkan ide-ide matematis;
6. Menarik analogi dan generalisasi;
7. Menyusun dan mengkaji konjektur;
8. Merumuskan comtoh, mengikuti aturan inferensi, memeriksa validitas argumen;
9. Menyusun argumen yang valid;
10. Menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan menggunakan induksi
matematis.
Romadhina dalam (Ariati & Juandi, 2022) yang merujuk Pedoman Teknis
Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004, merinci indikator
kemampuan penalaran matematis sebagai berikut :
1. Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram;

9
2. Mengajukan dugaan;
3. Melakukan manipulasi matematika;
4. Menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi;
5. Menarik kesimpulan dari pernyataan;
6. Memeriksa kesahihan suatu argument; dan
7. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Menurut (NCTM, 2009) dalam (Ariati & Juandi, 2022) dengan tidak menjelaskan
indikator penalaran matematis secara rinci, namun menggunakan garis besar tujuan
pembelajaran matematika berkenaan penalaran dan bukti dalam empat butir sebagai
berikut:
1. Mengenali penalaran dan bukti sebagai aspek dasar matematika
2. Menyusun dan menemukan konjektur (dugaan, hipotesis) matematis
3. Mengembangkan dan menilai argumen matematis dan bukti
4. Memilih dan menggunakan beragam jenis penalaran dan bukti matematis.
Bjuland juga mengatakan bahwa indikator penalaran matematis, yaitu:
1. Merepresentasikan (Sense-making);
2. Menentukan Strategi penyelesaian (Conjecturing);
3. Mengimplementasikan Strategi Penyelesaian (Convincing);
4. Mengevaluasi Kembali (Reflecting);
5. Menggeneralisasi Kesimpulan (Generalising).
Indikator Bjuland sudah mencakup semua indikator menurut Sumarmo dan
Dikdasmen No.506/C/PP/2004 karena indikator Bjuland dirumuskan berdasarkan
model pemecahan masalah Polya (Fahrudin, 2019).

2.4 Indikator Pembuktian Matematis


Fadillah dan Jamilah mengatakan bahwa kemampuan pembuktian matematis
diperoleh apabila seseorang telah mampu dalam memvalidasi atau mengkritisi bukti dan
mengonstruksi bukti yang berhubungan dengan jenis-jenis pembuktian yang sering
muncul (Jamilah et al., 2017). Hal ini senada dengan pendapat yang dikatakan
Sumarmo, bahwa kemampuan pembuktian matematis terdiri dari dua kemampuan, yaitu
kemampuan membaca bukti dan kemampuan mengonstruksi bukti matematis.
Kemampuan membaca bukti itu sendiri adalah kemampuan menilai kebenaran dari
pembuktian dan memberikan alasan dari tiap-tiap langkah pembuktian. Sedangkan,
kemampuan mengonstruksi bukti matematis adalah kemampuan menyusun bukti

10
pernyataan matematika dengan lengkap, baik pembuktian langsung maupun tidak
langsung berdasarkan definisi, prinsip, dan teorema (Dewi et al., 2020). Terdapat
banyak pendapat para ahli terkait indikator kemampuan pembuktian matematis.
Menurut Selden, indikator kemampuan pembuktian matematis terbagi menjadi
dua, yaitu: (1) kemampuan menyusun pembuktian; dan (2) kemampuan memvalidasi
bentuk pembuktian (Perbowo & Pradipta, 2017). Pendapat lain tentang indikator
kemampuan pembuktian matematis adalah sebagai berikut (Lestari, 2018):
1. Kemampuan membaca bukti, yaitu kemampuan mengidentifikasi apa yang
diketahui (premis) dan apa yang harus ditunjukkan/dibuktikan (konklusi);
2. Kemampuan menggunakan metode-metode pembuktian (bukti langsung, bukti tidak
langsung, dan lain-lain);
3. Kemampuan mengorganisasikan dan memanipulasi fakta-fakta yang diketahui atau
yang telah terbukti kebenarannya (definisi, lemma, dan teorema);
4. Kemampuan membuat koneksi antara fakta yang diberikan/diketahui dengan unsur-
unsur dari konklusi yang hendak dibuktikan;
5. Kemampuan menyusun/menuliskan bukti menurut sistematika yang sistematis dan
logis.
6. Kemampuan dalam melengkapi alasan dari setiap langkah yang diambil atau dipilih.
Sedangkan menurut Rani dan Friska, indikator pembuktian matematis yaitu
(Sinaga & Siahaan, 2019):
1) Memahami pernyataan atau simbol matematika; dan
2) Dapat menyusun bukti kebenaran suatu pernyataan secara matematis berdasarkan
definisi, prinsip, dan teorema.
Adapun pendapat lain mengenai indikator membaca bukti sebagai berikut (Mujib,
2019).
1) Kemampuan menerapkan tahapan-tahapan pembuktian pernyataan ke dalam
pernyataan lain yang serupa;
2) Kemampuan menggunakan definisi sebagai acuan dalam memberikan alasan terkait
langkah pembuktian yang benar atau perbaikan terkait simbol, narasi, premis
apabila tahapan bukti kurang tepat;
3) Membuat suatu hipotesis (konjektur) berdasarkan pola dan sifat dari beberapa
pernyataan dan membuktikan konjektur yang diperoleh tesebut secara deduktif.
Sedangkan indikator kemampuan mengonstruksi suatu bukti yaitu (Darmawan,
2017):

11
1. Kemampuan mengorganisasikan dan memanipulasi fakta-fakta, serta mengurutkan
langkah-langkah bukti yang diberikan untuk konstruksi bukti yang valid;
2. Kemampuan yang membuat kaitan antara fakta-fakta yang diketahui dalam
pernyataan dengan unsur-unsur yang hendak dibuktikan;
3. Kemampuan menggunakan premis, definisi, atau teorema-teorema yang terkait
pernyataan untuk membangun suatu pembuktian.

2.5 Contoh Butir Soal dari Penalaran Matematis

Contoh Butir Soal Penalaran Matematis Tingkat SMP

Indikator Soal Alternatif Penyelesaian


Mengajukan Materi: Bangun Datar Diketahui:
dugaan
(Mutmainnah, 2013) Panjang lidi = d 1=40 cm, d 2=24 cm
Danang akan membuat Luas kertas = 1500 m2
layang-layang. Sebuah Ditanya:
layang-layang membutuhkan Berapa perkiraan banyak layang-layang
dua potong lidi yang yang bisa dibuat oleh Danang?
digunakan sebagai kerangka Jawab:
dengan panjang masing- 1) Luas kertas yang dibutuhkan untuk
masing 40 cm dan 24 cm. membuat 1 layang-layang:
Jika Danang hanya memiliki 1 1
¿ ×d 1 ×d 2= × 40 cm× 24 cm=480 c m2
kertas yang luasnya 1500 m² 2 2

untuk membuat layang- 2) Luas kertas yang dibutuhkan untuk

layang, dapatkah kamu membuat 2 layang-layang:

memperkirakan berapa
banyak layang-layang yang
¿2× ( 12 × d × d )
1 2

¿ 2 ×( × 40 cm ×24 cm )
1
bisa dibuat oleh Danang?
2
¿ 960 c m2
3) Luas kertas yang dibutuhkan untuk
membuat 3 layang-layang:

¿3× ( 12 ×d × d )
1 2

¿ 3 × ( ×40 cm ×24 cm)


1
2

12
¿ 1440 c m2
Jadi, Danang hanya bisa membuat 3 buah
layang-layang.
Melakukan Materi: Fungsi (Aprilia, Diketahui:
manipulasi 2022) A={ x|2 ≤ x ≤7 , x ∈ bilangan prima }⇾{2 , 3 ,5 , 7 }
matematika Misalkan B= { 4 , 9 , 16 , 25 ,36 , 49 }
A={ x|2 ≤ x ≤7 , x ∈ bilangan prima } dari A ke B jika dinyatakan dengan
Relasi
dan B= { 4 , 9 , 16 , 25 ,36 , 49 } diagram panah adalah:
. Relasi dari A ke B
didefinisikan sebagai
“anggota A faktor dari
anggota B”. Apakah relasi
tersebut termasuk fungsi?

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa


{2} dan {3} berpasangan dengan anggota
himpunan B lebih dari 1 anggota. Karena
tidak semua anggota A berpasangan tepat 1
anggota dengan B, maka relasi dari A ke B
bukan merupakan fungsi.
Menarik Materi: Perbandingan Diketahui:
kesimpulan, Berbalik Nilai (Lauselang,  120 anak dapat makan 8 kali
menyusun 2020)  Asrama mendapat tambahan 40 anak
bukti, Pemimpin asrama Ditanya: Penyediaan makan untuk semua
memberikan memperkirakan dapat anak?
alasan atau menyediakan 8 kali makan Jawab:
bukti terhadap bagi 120 anak yatim piatu Karena jumlah anak bertambah, maka
kebenaran asuhannya. Jika datang 40 penyediaan makanan juga akan berkurang.
solusi. anak lagi dalam asrama Sehingga soal berbentuk perbandingan
tersebut, berapa kali berbalik nilai.
pemimpin asrama itu dapat Karena 120 anak dapat disediakan makan 8
menyediakan makan untuk kali dan terdapat penambahan 40 anak,
semua anak? maka model
120 8

13
matematika dalam perbandingan adalah:

120 + 40 = 160 x

Menentukan nilai x
dengan menggunakan perhitungan
berdasarkan perbandingan.
120 160
=
x 8
120 ×8=160 × x
960=160 x
960
x=
160
x=6
Bukti:
120 160
=
x 8
120 160
=
6 8
20=20
Terbukti nilai x = 6.
Jadi, pemimpin asrama dapat menyediakan
sebanyak 6 kali makan untuk 160 anak
yatim.
Menggunakan Materi: Bangun Ruang Sisi Diketahui:
pola dan Datar (Shevana, 2022)  Panjang; 8 meter
hubungan Pak Ali ingin membagikan  Lebar; 14 meter
untuk sedikit rezeki yang ia punya,  Tinggi; 6 meter
menganalisis dengan menghibahkan tanah  Rp. 35.000,00 per meter persegi
situasi atau yang akan dibuat sebuah Ditanya: Seluruh biaya pengecatan aula?
membuat aula sebagai tempat kajian. Jawab:
analogi dan Panjang tanah tersebut 8 *karena aula berbentuk balok dan hanya
generalisasi. meter, lebar 14 meter, dan dinding bagian dalam akan dicat (lantai dan
tinggi 6. Dinding bagian atap tidak dicat), maka permukaan luas
dalam akan dicat dengan yang akan dicat:

14
biaya Rp. 35.000,00 per Lp=2 ( p ×t ) +2 (l ×t )
meter persegi. Maka seluruh Lp=2 ( 8 m ×6 m ) +2 (14 m× 6 m )
biaya pengecatan aula Lp=2 ( 48 m ) + 2 ( 84 m )
2 2

tersebut adalah... Lp=96 m2+168 m 2


a. Rp. 9.200.000 Lp=264 m
2

b. Rp. 9.240.000 *biaya pengecatan Rp. 35.000,00 per meter


c. Rp. 9.300.000 persegi, maka untuk luas 264 m2 biaya yang
d. Rp.9.340.000 dibutuhkan adalah
264 × Rp . 35.000,00=Rp . 9.240 .000
⸫ Maka seluruh biaya pengecatan aula
adalah Rp . 9.240.000
Kunci Jawaban: B

Contoh Butir Soal Penalaran Matematis Tingkat SMA


Pokok Bahasan : Turunan Fungsi Aljabar (Lubis, 2021a)
Kelas : XI
Semester : Genap

Indikator Soal Alternatif Penyelesaian


Menyusun bukti dan Buktikan kesamaan hasil turunan Dengan konsep limit:
memberikan bukti dari f ( x )=3 x 2 dengan a. Diketahui : f ( x )=3 x 2
terhadap kebenaran menggunakan konsep limit dan Ditanya : f ' ( x )=… ?
solusi serta menarik aturan-aturan turunan!
kesimpulan dari suatu a. Apa saja yang diketahui dan b. f ( x +h ) =3 ( x+h )2
pernyataan ditanyakan pada soal tersebut? ¿ 3 ( x + 2 xh+ h )
2 2

b. Rumus apa yang digunakan 2 2


¿ 3 x +6 xh+ 3 h
untuk menyelesaikan masalah
tersebut? ' f ( x +h )−f ( x )
c. f ( x )=lim
c. Buatlah penyelesaian dari soal h→ 0 h
tersebut! ( 3 x 2+ 6 xh+3 h2 )−( 3 x 2 )
¿ lim
d. Buatlah kesimpulan h→0 h
2
berdasarkan hasil penyelesaian ¿ lim 6 xh+3 h
h→0 h
yang kamu kerjakan!
¿ lim 6 x +3 h
h→0

15
¿ 6 x +3 ( 0 )=6 x

Dengan aturan turunan


a. Diketahui : a=3
n=2
Ditanya : f ' ( x )=… ?
b. f ( x )=a x n
' n−1
f ( x )=n . a x
Maka,
c. f ' ( x )=2.3 x 2−1
'
f ( x )=6 x
d. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa terbukti turunan
suatu fungsi dengan
menggunakan konsep
limit memiliki hasil yang
sama dengan aturan-aturan
turunan.
Mengikuti aturan Apabila terdapat fungsi a. Diketahui :
2
inferensi, memeriksa f ( x )=a x 2 +bx +c . f ( x )=a x +bx +c
kesahihan suatu Buktikan Ditanya :
argumen 2 f ( x )−2 x ( f ( x ) ) + x ( f ( x ) ) =2c
' 2 ''
2 f ( x )−2 x ( f ( x ) ) + x ( f ( x ) ) =2c
' 2 ''

a. Apa saja yang diketahui dan ...?


ditanyakan pada soal tersebut? b. Turunan pertama
'
b. Rumus apa yang digunakan f ( x )=2 ax +b
untuk menyelesaikan masalah Turunan kedua f '' ( x ) =2 a
tersebut? Maka,
c. Buatlah penyelesaian dari soal c. 2 f ( x )=2 ( a x 2+ bx+ c )
tersebut! 2
¿ 2 a x +2 bx +2 c
d. Buatlah kesimpulan
2 x f '' ( x ) =2 x ( 2 ax+ b )
berdasarkan hasil penyelesaian 2
¿ 4 a x +2 bx
yang kamu kerjakan!
x 2 ( f ' ' ( x ) )=x 2 ( 2 a )=2 a x 2

16
Sehingga,
2 f ( x )−2 x ( f ( x ) ) + x ( f ( x ) ) =2 a x +2 bx+ 2c
' 2 '' 2

d. Jadi, terbukti bahwa


2 f ( x )−2 x ( f ' ( x ) ) + x 2 ( f ' ' ( x ) ) =2c
Melakukan Jika f ( x )=( 3 x−1 )3 maka nilai f ' ( x ) a. Diketahui : f ( x )=( 3 x−1 )3
manipulasi adalah ... Ditanya : f ' ( x )=… ?
matematika a. Apa saja yang diketahui dan b. Misalkan:
ditanyakan pada soal tersebut? u ( x )=3 x−1
b. Rumus apa yang digunakan '
u ( x ) =3
untuk menyelesaikan masalah n=3
tersebut? n−1
f ( x )=n . ( u ( x ))
' '
.u ( x)
c. Buatlah penyelesaian dari soal
c. f ' ( x )=3 ( 3 x−1 )3−1 .(3)
tersebut!
' 2
f ( x )=9. ( 3 x−1 )
d. Buatlah kesimpulan
berdasarkan hasil penyelesaian f ' ( x )=9 ( 9 x 2−6 x +1 )
' 2
yang kamu kerjakan! f ( x )=81 x −54 x+ 9
d. Jadi, nilai
f ( x )=81 x 2−54 x+ 9
'

Menggunakan pola Hasil penjualan Jus Buah Kak Rita a. Diketahui :


2
dan hubungan untuk dinyatakan oleh fungsi p ( x ) =60 x−3 x (dalam
menganalisis p ( x ) =60 x−3 x2 (dalam ribuan ribuan rupiah)
rupiah). Hasil penjualan maksimum Ditanya : p ( x ) maks=… ?
yang diperoleh adalah ... b. Syarat maksimum :
a. Apa saja yang diketahui dan p' ( x )=0
ditanyakan pada soal tersebut? p ( x ) =60 x−3 x2
b. Rumus apa yang digunakan '
p ( x )=60−6 x=0
untuk menyelesaikan masalah
c. p' ( x )=0
tersebut?
60−6 x=0
c. Buatlah penyelesaian dari soal
60=6 x
tersebut!
60
d. Buatlah kesimpulan x=
6
berdasarkan hasil penyelesaian x=10
yang kamu kerjakan! d. Jadi, penjualan maksimum

17
Jus Buah Kak Rita yang
diperoleh adalah
Rp10.000,00.

2.6 Contoh Butir Soal dari Pembuktian Matematis

Contoh Butir Soal Pembuktian Matematis Tingkat SMA

Pokok Bahasan : Induksi Matematika (Sari, 2023)


Kelas : XI
Semester : Ganjil

Indikator Soal Alternatif Penyelesaian


Kemampuan Identifikasi mana yang termasuk  Langkah 1 : Langkah basis
membaca bukti, yaitu langkah basis, langkah induksi, dan Misalkan P ( n )=2
4 n−1

mengidentifikasi kesimpulan pada pembuktian habis dibagi 8.


unsur-unsur dalam berikut! Akan ditunjukkan bahwa
pembuktian. Pembuktian 24 n−1 habis dibagi 8 P ( n ) benar.
untuk setiap n anggota bilangan  Langkah 2 : Langkah basis
asli. Akan dibuktikan bahwa
 Langkah 1 P ( n ) benar untuk n = 1.
Misalkan P ( n )=2 4 n−1 habis P ( 1 )=2
4 (1)−1
habis dibagi
dibagi 8. 8.
Akan ditunjukkan bahwa P ( n ) Pernyataan ini benar.
benar. Untuk itu, P ( n ) bernilai
 Langkah 2 benar untuk n = 1.
Akan dibuktikan bahwa P ( n )  Langkah 3 : Langkah
benar untuk n = 1. Induksi
P ( 1 )=24 (1)−1 habis dibagi 8. Akan dibuktikan jika P ( k )
Pernyataan ini benar. benar maka P ( k +1 ) juga
Untuk itu, P ( n ) bernilai benar benar.
untuk n = 1. Misalkan n= k,
4 k−1
 Langkah 3 P ( k )=2 habis dibagi 8.
Akan dibuktikan jika P ( k )  Langkah 4 : Langkah
benar maka P ( k +1 ) juga benar. Induksi

18
Misalkan n= k, Asumsikan pernyataan ini
P ( k )=2
4 k−1
habis dibagi 8. benar sehingga harus
 Langkah 4 ditunjukkan bahwa
Asumsikan pernyataan ini P ( k +1 ) juga benar,
benar sehingga harus dengan
ditunjukkan bahwa P ( k +1 ) P ( k +1 )=2 4(k +1)−1=24 k+3
juga benar, dengan habis dibagi 8. Perhatikan
P ( k +1 )=2 4(k +1)−1=24 k+3 habis bahwa:
4 k+3 4 k−1+4 4 k−1 4 4 k −1
dibagi 8. Perhatikan bahwa: 2 =2 =2 ×2 =2 ×16
24 k+3=2 4 k−1+4 =24 k−1 ×24 =24 k −1 ×16 Karena 24 k−1 atau 16
Karena 2
4 k−1
atau 16 habis habis dibagi 8, maka
dibagi 8, maka pernyataan pernyataan P ( k +1 )
P ( k +1 ) terbukti benar. terbukti benar.
 Langkah 5  Langkah 5 : Kesimpulan
Karena langkah basis dan Karena langkah basis dan
langkah induksi terpenuhi, langkah induksi terpenuhi,
maka berbasiskan prinsip maka berbasiskan prinsip
induksi matematika P(n) benar induksi matematika P(n)
untuk setiap n € N. benar untuk setiap n € N.
Dengan demikian kesimpulannya Dengan demikian
adalah terbukti bahwa 24 n−1 habis kesimpulannya adalah terbukti
4 n−1
dibagi 8 untuk setiap n anggota bahwa 2 habis dibagi 8
bilangan asli. untuk setiap n anggota
bilangan asli.
Menyusun ulang Susun ulang pembuktian berikut P ( n ) : 1+ 2+ 22+23 + …+ 2n=2n +1−1
pembuktian induksi agar menjadi susunan pembuktian
matematika yang benar! Langkah Basis
Pembuktian P ( n ) benar.
2 3 n n+1
1+2+2 +2 +…+2 =2 −1 untuk P ( n ) untuk n = 0 diperoleh,
setiap n bilangan cacah.
P ( 0 ) : 1=20+1 −1=1
Terbukti bahwa P ( 0 ) benar
maka P ( n ) benar.

19
Langkah induksi:
Asumsikan P ( k ) benar.
P ( n ) untuk n = k diperoleh
2 3 k k+1
P ( k ) : 1+ 2+ 2 + 2 + …+2 =2 −1
Dengan asumsi P ( k ) benar,
maka P ( k +1 ) juga benar.
P ( n ) untuk n = k + 1 diperoleh
P ( k +1 ) :1+ 2+ 22+23 + …+2k +2k+1 =2(k+1 )+1−
.
Pembuktian akan dimulai dari
ruas kiri sebagai berikut:
2 3 k k +1
¿ 1+2+2 +2 + …+2 +2
k+ 1 k+1
¿2 −1+ 2
k+ 1
¿ 2.2 −1
k+ 2
¿2 −1
Terbukti bahwa P ( k +1 )
bernilai benar.
Berdasarkan prinsip induksi
matematika, Pn terbukti benar
untuk n bilangan cacah.
Sehingga kesimpulannya
adalah terbukti bahwa
2 3 n n+1
1+2+2 +2 +…+2 =2 −1
untuk setiap n bilangan cacah.
Menggunakan Ridho memiliki perkebunan Langkah basis (langkah
induksi matematika strawberry di suatu desa. Setiap awal):
untuk membuktikan minggunya, Ridho dan Akan dibuktikan bahwa P ( n )
kebenaran. karyawannya memanen strawberry benar untuk sebarang bilangan
tersebut. Pada minggu pertama asli n . Misal n=1 untuk suku
Ridho memanen 120 Strawberry. ke-1. Maka
Minggu kedua Ridho memanen 140 P ( 1 ) :U 1=20 ( 1 ) +100=20+100=120
strawberry. Minggu ketiga Ridho . Terbukti bahwa 𝑃(1) = 𝑈1
memanen 160 strawberry dan

20
begitu seterusnya. Hasil panen adalah benar.
perkebunan strawberry Ridho Langkah induksi:
selalu bertambah setiap minggunya. Akan dibuktikan jika P ( k )
Didapat suatu pola untuk benar maka P ( k +1 )juga
menghitung banyak strawberry benar. Karena P ( 1 )=U 1
yang akan ia dapatkan yaitu 120, benar, asumsikan P ( k ) benar
140, 160,.. Ujilah kebenaran pola yaitu n=k : 𝑃(𝑘) = 𝑈𝑘 =
yang diperoleh dengan 20(𝑘) + 100 untuk sebarang
menggunakan induksi matematika bilangan asli.
dan bantulah Ridho untuk Selanjutnya akan ditunjukkan
mengetahui berapa banyak hasil P ( k +1 )=U ( k + 1 )=20 ( k +1 ) +100
panen yang akan ia peroleh pada Jika 𝑈𝑘 = 20𝑘 + 100 maka
minggu ke-100! dapat dituliskan sebanyak 𝑘
suku barisan bilangan asli
yang mengikuti pola
bertambah 20, yaitu :
120,140,160, … , (20𝑘 +
100)
Sehingga jika dituliskan
sebanyak ( k +1 )suku barisan
bilangan asli yang mengikuti
pola bertambah 20, yaitu :
120,140,160, … , (20𝑘 +
100), (20𝑘 + 120). Terbukti
P ( k +1 )=¿ benar. Karena
langkah basis dan langkah
induksi terpenuhi, maka
Berdasarkan prinsip induksi
matematika P ( n ) benar untuk
sebarang 𝑛 bilangan asli. Jadi,
terbukti bahwa pola 𝑈n=
20(n) + 100 adalah formula
yang benar untuk barisan

21
bilangan asli
120,140,160,180, …
Memverifikasi Periksa kebenaran dari pembuktian Langkah 1 (langkah basis):
kebenaran berikut! Pembuktian “3 n2 +3 n Benar
pembuktian induksi habis dibagi 6.” P ( n ) benar. P ( n ) untuk n=1
matematika. Langkah Pembuktian: diperoleh P ( 1 ) :3 n2 +3 n =
P ( n ) : 3 n2+ 3 n habis dibagi 6 3(1)2 +3 (1 )=6. Terbukti
Langkah basis: P ( n ) benar. P ( n ) bahwa P ( 1 ) benar maka P ( n )
untuk n=1diperoleh P ( 1 ) : 3 n2 +3 n benar.
= 3(1)2 +3 (1 )=6. Terbukti bahwa Langkah 2 (Langkah
P ( 1 ) benar maka P ( n ) benar. induksi): Benar
Langkah 2 (Langkah induksi): Asumsikan P ( k ) benar. P ( n )
Asumsikan P ( k ) benar. P ( n ) untuk untuk n=k diperoleh
2
n=k diperoleh P ( k ) :3 k 2 +3 k habis P ( k ) : 3 k +3 k habis dibagi 6
dibagi 6
Langkah 3: Dengan asumsi P ( k )
Langkah 3: Salah
benar, maka P ( k +1 )juga benar.
Dengan asumsi P ( k ) benar,
P (n) untuk n=k +1 diperoleh
maka P ( k +1 )juga benar. P ( n )
P ( k +1 ) ∶ 3(k +1)2 +3( k +1)habis
untuk n=k +1 diperoleh
dibagi 6. Sehingga akan
2
P ( k +1 )∶ 3( k +1) +3( k +1)
ditunjukkan bahwa
habis dibagi 6. Sehingga akan
3( k +1)2 +3( k +1)habis dibagi 6.
ditunjukkan bahwa
diperoleh:
2
2 3( k +1) +3( k +1)habis dibagi
3 ( k +1 ) +3 ( k +1 )
6. diperoleh:
¿ 3(k ¿¿ 2+ 1)+3( k +1)¿
2
2 3 ( k +1 ) +3 ( k +1 )
¿ 3 k +3+3 k + 3
¿ 3(k ¿¿ 2+ 1)+3( k +1)¿
¿(3 k ¿¿ 2+ 3 k )+ 6 ¿
2
¿ 3 k +3+3 k + 3
Langkah 4: Berbasiskan asumsi
¿(3 k ¿¿ 2+ 3 k )+ 6 ¿
P ( k ) benar, maka (3 k ¿¿ 2+3 k )¿
Terdapat perhitungan yang
habis dibagi 6 dan jelas bahwa 6
salah. Perhitungan yang
akan habis dibagi 6. Sehingga
benar adalah
kesimpulannya adalah terbukti
(3 k ¿¿ 2+3 k )+6 (k +1)¿
bahwa 3 n2 +3 n habis dibagi 6

22
untuk sebarang bilangan asli n. Langkah 4: Benar
Berbasiskan asumsi P (k )
benar, maka (3 k ¿¿ 2+3 k )¿
habis dibagi 6 dan jelas bahwa
6 akan habis dibagi 6.
Sehingga kesimpulannya
adalah terbukti bahwa
2
3 n +3 n habis dibagi 6 untuk
sebarang bilangan asli n.

2.7 Instrumen Penilaian dari Penalaran Matematis

Indikator Soal Skor


Buktikan kesamaan hasil turunan dari f ( x )=3 x 2 4
dengan menggunakan konsep limit dan aturan-aturan
Menyusun bukti dan turunan!
memberikan bukti a. Apa saja yang diketahui dan ditanyakan pada soal
terhadap kebenaran tersebut?
solusi serta menarik b. Rumus apa yang digunakan untuk menyelesaikan
kesimpulan dari suatu masalah tersebut?
pernyataan c. Buatlah penyelesaian dari soal tersebut!
d. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil penyelesaian
yang kamu kerjakan!
Mengikuti aturan Apabila terdapat fungsi f ( x )=a x 2 +bx +c . 4
inferensi, memeriksa Buktikan 2 f ( x )−2 x ( f ' ( x ) ) + x 2 ( f ' ' ( x ) ) =2c
kesahihan suatu argumen a. Apa saja yang diketahui dan ditanyakan pada soal

tersebut?
b. Rumus apa yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut?
c. Buatlah penyelesaian dari soal tersebut!
d. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil penyelesaian
yang kamu kerjakan!
Melakukan manipulasi Jika f ( x )=( 3 x−1 )3 m maka nilai f ' ( x ) adalah ... 4
matematika

23
a. Apa saja yang diketahui dan ditanyakan pada soal
tersebut?
b. Rumus apa yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut?
c. Buatlah penyelesaian dari soal tersebut!
d. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil penyelesaian
yang kamu kerjakan!
Menggunakan pola dan Hasil penjualan Jus Buah Kak Rita dinyatakan oleh 4
hubungan untuk fungsi p ( x ) =60 x−3 x2 (dalam ribuan rupiah). Hasil
menganalisis situasi penjualan maksimum yang diperoleh adalah ...
matematis a. Apa saja yang diketahui dan ditanyakan pada soal
tersebut?
b. Rumus apa yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut?
c. Buatlah penyelesaian dari soal tersebut!
d. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil penyelesaian
yang kamu kerjakan!

2.8 Instrumen Penilaian dari Pembuktian Matematis

Indikator Soal Skor


Kemampuan membaca bukti, Identifikasi mana yang termasuk langkah basis, 5
yaitu mengidentifikasi unsur- langkah induksi, dan kesimpulan pada pembuktian
unsur dalam pembuktian. berikut!
Pembuktian 24 n−1 habis dibagi 8 untuk setiap n
anggota bilangan asli.
 Langkah 1
Misalkan P ( n )=2 4 n−1 habis dibagi 8.
Akan ditunjukkan bahwa P ( n ) benar.
 Langkah 2
Akan dibuktikan bahwa P ( n ) benar untuk n = 1.
P ( 1 )=24 (1)−1 habis dibagi 8.
Pernyataan ini benar.

24
Untuk itu, P ( n ) bernilai benar untuk n = 1.
 Langkah 3
Akan dibuktikan jika P ( k ) benar maka P ( k +1 )
juga benar.
Misalkan n= k,
4 k−1
P ( k )=2 habis dibagi 8.
 Langkah 4
Asumsikan pernyataan ini benar sehingga harus
ditunjukkan bahwa P ( k +1 ) juga benar, dengan
4(k +1)−1 4 k+3
P ( k +1 )=2 =2 habis dibagi 8.
Perhatikan bahwa:
24 k+3=2 4 k−1+4
4 k−1 4
¿2 ×2
4 k−1
¿2 ×16
4 k−1
Karena 2 atau 16 habis dibagi 8, maka
pernyataan P ( k +1 ) terbukti benar.
 Langkah 5
Karena langkah basis dan langkah induksi
terpenuhi, maka berbasiskan prinsip induksi
matematika P(n) benar untuk setiap n € N.
Dengan demikian kesimpulannya adalah terbukti
bahwa 24 n−1 habis dibagi 8 untuk setiap n anggota
bilangan asli.
Menyusun ulang pembuktian Susun ulang pembuktian berikut agar menjadi 5
induksi matematika susunan pembuktian yang benar!
Pembuktian 1+2+22 +23 +…+2n=2n+1−1 untuk
setiap n bilangan cacah.
Menggunakan induksi Ridho memiliki perkebunan strawberry di suatu desa. 5
matematika untuk Setiap minggunya, Ridho dan karyawannya
membuktikan kebenaran. memanen strawberry tersebut. Pada minggu pertama
Ridho memanen 120 Strawberry. Minggu kedua
Ridho memanen 140 strawberry. Minggu ketiga
Ridho memanen 160 strawberry dan begitu

25
seterusnya. Hasil panen perkebunan strawberry
Ridho selalu bertambah setiap minggunya. Didapat
suatu pola untuk menghitung banyak strawberry yang
akan ia dapatkan yaitu 120, 140, 160,.. Ujilah
kebenaran pola yang diperoleh dengan menggunakan
induksi matematika dan bantulah Ridho untuk
mengetahui berapa banyak hasil panen yang akan ia
peroleh pada minggu ke-100!
Memverifikasi kebenaran Periksa kebenaran dari pembuktian berikut ! 5
pembuktian induksi Pembuktian “3 n2 +3 n habis dibagi 6.”
matematis Langkah Pembuktian: P ( n ) :3 n2+ 3 n habis dibagi 6
Langkah basis: P ( n ) benar. P ( n ) untuk n=1
diperoleh P ( 1 ) :3 n2 +3 n = 3(1)2 +3 (1 )=6. Terbukti
bahwa P ( 1 ) benar maka P ( n ) benar.
Langkah 2 (Langkah induksi): Asumsikan P ( k )
benar. P ( n ) untuk n=k diperoleh P ( k ) :3 k 2 +3 k habis
dibagi 6
Langkah 3: Dengan asumsi P ( k ) benar, maka
P ( k +1 )juga benar. P ( n ) untuk n=k +1 diperoleh
P ( k +1 )∶ 3(k +1)2 +3(k +1)habis dibagi 6. Sehingga
2
akan ditunjukkan bahwa 3(k +1) +3( k +1)habis
dibagi 6. diperoleh:
2
3 ( k +1 ) +3 ( k +1 )
¿ 3(k ¿¿ 2+ 1)+3(k +1)¿
2
¿ 3 k +3+3 k + 3
¿(3 k ¿¿ 2+ 3 k )+ 6 ¿
Langkah 4: Berbasiskan asumsi P ( k ) benar, maka
(3 k ¿¿ 2+3 k ) ¿ habis dibagi 6 dan jelas bahwa 6 akan
habis dibagi 6. Sehingga kesimpulannya adalah
terbukti bahwa 3 n2 +3 n habis dibagi 6 untuk
sebarang bilangan asli n.

2.9 Rubrik Penskoran Instrumen Penalaran Matematis

26
Indikator Aspek yang diukur Skor
Menyusun bukti dan Tidak ada jawaban 0
memberikan bukti terhadap Terdapat jawaban dengan menggunakan 1
kebenaran solusi serta menarik cara, tetapi jawaban salah
kesimpulan dari suatu Memberikan jawaban tetapi tidak semua 2
pernyataan benar
Memberi jawaban benar, tetapi tidak 3
disertai argumen logis
Menjawab dengan lengkap, jelas, dan 4
benar disertai argumen logis
Mengikuti aturan inferensi, Tidak ada jawaban 0
memeriksa kesahihan suatu Terdapat jawaban dengan menggunakan 1
argumen cara, tetapi jawaban salah
Memberikan jawaban tetapi tidak semua 2
benar
Memberi jawaban benar, tetapi tidak 3
disertai argumen logis
Menjawab dengan lengkap, jelas, dan 4
benar disertai argumen logis
Melakukan manipulasi Tidak ada jawaban 0
matematika Terdapat jawaban dengan menggunakan 1
cara, tetapi jawaban salah
Memberikan jawaban tetapi tidak semua 2
benar
Memberi jawaban benar, tetapi tidak 3
disertai argumen logis
Menjawab dengan lengkap, jelas, dan 4
benar disertai argumen logis
Menggunakan pola dan Tidak ada jawaban 0
hubungan untuk menganalisis Terdapat jawaban dengan menggunakan 1
situasi matematis cara, tetapi jawaban salah

27
Memberikan jawaban tetapi tidak semua 2
benar
Memberi jawaban benar, tetapi tidak 3
disertai argumen logis
Menjawab dengan lengkap, jelas, dan 4
benar disertai argumen logis

Kriteria penskoran tes penalaran matematis diatas memiliki skala 0 – 4, sehingga


skor yang diperoleh masih berupa skor mentah. Skor mentah yang diperoleh
ditransformasikan menjadi nilai dengan skala 0 – 100 dengan menggunakan aturan
sebagai berikut (Lubis, 2021b):

Skor Mentah
Nilai= x 100
Skor Maksimum Ideal

2.10 Rubrik Penskoran Instrumen Pembuktian Matematis

28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Penalaran matematis adalah penalaran tentang dan dengan objek matematika yang
diperlukan untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat pernyataan baru
berdasarkan pada pernyataan sebelumnya yang telah diketahui kebenarannya.
Kemampuan penalaran dapat dilatih dengan belajar matematika.
 Pembuktian matematis adalah kemampuan peserta didik dalam menyusun argumen
atau membuktikan pernyataan secara logis dan sesuai dengan teorema-teorema
matematis untuk mendapatkan sebuah kesimpulan.
 Indikator penalaran matematis terdiri dari; menyajikan pernyataan matematika
secara lisan, tertulis, gambar dan diagram; mengajukan dugaan; melakukan
manipulasi matematika; menyusun bukti, memberikan alasan terhadap kebenaran
solusi; menarik kesimpulan dari pernyataan; memeriksa kesahihan suatu argumen;
dan menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
 Indikator pembuktian matematis terdiri dari; mengorganisasikan dan memanipulasi
fakta-fakta, serta mengurutkan langkah-langkah bukti yang diberikan untuk
konstruksi bukti yang valid; membuat kaitan antara fakta-fakta yang diketahui
dalam pernyataan dengan unsur-unsur yang hendak dibuktikan; menggunakan
premis, definisi, atau teorema yang terkait pernyataan untuk membangun suatu
pembuktian.

3.2 Saran
Untuk mengembangkan kemampuan penalaran dan pembuktian matematis siswa,
para pendidik dan juga calon pendidik diharapkan untuk dapat menerapkan dan
memahami dengan baik model dan metode pembelajaran yang dapat efektif serta
efisien untuk pembelajaran siswa di kelas. Terlebih terdapat fakta berdasarkan hasil
studi Program for International Student Assesment (PISA) tahun 2019, skor
matematika siswa indonesia berada pada urutan ke 72 dari 78 negara. Kemudian hasil
studi lain pada Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)
menunjukkan persentase ketercapaian matematika sebesar 54% untuk kategori rendah,
15% untuk kategori sedang dan 6% untuk kategori tinggi. Dari hasil studi tersebut
berkaitan dengan kemampuan penalaran matematis siswa. Berkenaan dengan
permasalahan tersebut, para pendidik hendaknya dapat mengembangkan bahan ajar

29
ataupun soal-soal matematika yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan
pembuktian matematis siswa.

30
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, S. (2019). Seri Buku Ajar Bidang Aljabar Pengantar Teori Grup. Zifatama
Jawara.
Ahmad. (2016). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Materi Trigonometri Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintifik
Pada Kelas X SMA Negeri 11 Makassar. Jurnal Daya Matematis , 3(3).
Aidah, Z. (2021). Analisis Kemampuan Argumentasi Matematis Siswa Dalam Pembuktian
Matematika Ditinjau Dari Kecerdasan Linguistik. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Angraini, L. M., Sundawan, M. D., & Noto, M. S. (2019). Analisis Proses Berpikir
Menyusun Bukti Matematis Maha-Siswa Calon Guru Pada Mata Kuliah Struktur
Aljabar. Euclid 6, 2, 189–197.

Aprilia, B. (2022). Pengaruh Kebiasaan Berpikir Terhadap Kemampuan Penalaran


Matematis Melalui Kemampuan Awal Siswa SMP [UNiversitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta]. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/59350
Ariati, C., & Juandi, D. (2022, Juni). Kemampuan Penalaran Matematis : Systematic
Literature Review . LEMMA : Letters Of Mathematics Education, 8(2), 61-75.
Ario, M. (2016). Analisi Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMK Setelah Mengikuti
Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Ilmiah Edu Research, 5(2), 125-134.
Darmawan, P. (2017). Berpikir Analitik Mahasiswa Dalam Mengonstruksi Bukti Secara
Sintaksis. JPM : Jurnal Pendidikan Matematika, 2(2), 154.
https://doi.org/10.33474/jpm.v2i2.196
Dewi, N. R., Suryana, A., Tinungki, G. M., & Tandiseru, S. R. (2020). Model Pembelajaran
Inovatif dalam Pengembangan Hard Skill dan Soft Skill Matematis. Penerbit Lakeisha.
https://books.google.co.id/books?id=ORX5DwAAQBAJ diakses pada tanggal 12 Maret
2023.
Depdiknas. (2006). Permendiknas Nomor 22 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. 1-43.
Fahrudin, F. (2019). Penalaran and Sense Making. IAIN Tulungagung.
Gustiati, M. (2016). Profil kemampuan Penalaran Matematis dalam Pemecahan Masalah
Ditinjau dari Kecerdasan Emosinal dan Gaya Belajar Siswa. Universitas Negeri
Makassar.
Herizal. (2020). Faktor Yang Memengaruhi Kemampuan Pembuktian Matematis Siswa .
Jurnal Pendidikan Matematika, 8(1), 33-42.
Jamilah, J., Hartono, H., & Susiaty, U. D. (2017). Komparasi Model Penemuan Terbimbing
Dan Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Pembuktian Matematis.
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 6(2), 218.
https://doi.org/10.24127/ajpm.v6i2.962
KBBI. (2016). kamus versi online/daring. https://kbbi.web.id/didik

Konita, M., Asikin, M., & Asih, T. S. (2019). Kemampuan Penalaran Matematis dalam
Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE).
PRISMA : Prosiding Seminar Nasional Matemtika (pp. 611-615). Malang: Jurusan
Matematika, Universitas Negeri Malang.
Kusumawardani, Wardono, & Kartono. (2018). Pentingnya Penalaran Matematika dalam
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika. PRISMA : Prosiding Seminar
Nasional Matematika, 588-595.
Lauselang, N. A. (2020). Analisis Kemampuan Penalaran Matematis dalam Menyelesaikan
Masalah Perbandingan pada Siswa Kelas VII MTS Al-Islah Kailolo Kecamatan Haruku
Kabupaten Maluku Tengah [Institut Agama Islam Negeri Ambon].
http://repository.iainambon.ac.id/975/
Lestari, N. A. (2018). Implementasi Pembelajaran Matematika Model PACE untuk
Meningkatkan Kemampuan Pembuktian Matematis pada Mata Kuliah Aljabar Abstrak
Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bengkulu. Jurnal Equation:
Teori Dan Penelitian Pendidikan Matematika, 1(1), 81–94.
https://journal.iainbengkulu.ac.id/index.php/equation/article/view/1350
Lubis, A. (2021). Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa yang Diajar dengan
Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Model Pembelajaran Index Card Match
pada Materi Turunan Fungsi Aljabar Di Kelas Xi Smas Islam Terpadu Al-Husnayain
Pidoli Dolok T.P 2019/2020 [Universitas Islam Negeri Sumatera Utara].
http://repository.uinsu.ac.id/11754/
Maryono, I., & Et.al. (2018). Pencapaian Kemampuan Pembuktian Dan Kepercayaan Diri
Mahasiswa Melalui Metode Moore. Jurnal Analisa 4, 2, 72–82.

Maslahah, A. M., Ni’matul, F., & Abadi. (2019). Analisis Kemampuan Pembuktian,
Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Self Efficacy Mahasiswa Pendidikan Matematika
Pada Mata Kuliah Aljabar Abstrak Di Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta, h.31.

2
Mayfana, Yekti., & Kusmayadi. (2016). Penalaran Matematis Siswa dalam Pemecahan
Masalh Aljabar Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Dependent-Field Independent.
Jurnal JMEE, 6(2), 178-192.
Mujib, A. (2019). Kesulitan Mahasiswa dalam Pembuktian Matematis: Problem Matematika
Diskrit. Jurnal MathEducation Nusantara, 2(1), 51–57.
https://jurnal.pascaumnaw.ac.id/index.php/JMN/article/view/68
Mutmainnah, L. (2013). Strategi Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran
Induktif Matematis Tipe Generalisasi (Penelitian Tindakan Kelas di MTs. Negeri 8
Jakarta Barat). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nababan, S. A. (2020). Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Model
Problem Based Learning. Genta Mulia, XI(1), 6-12.
Perbowo, K. S., & Pradipta, T. R. (2017). Pemetaan Kemampuan Pembuktian Matematis
Sebagai Prasyarat Mata Kuliah Analisis Real Mahasiswa Pendidikan Matematika.
KALAMATIKA Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 81.
https://doi.org/10.22236/kalamatika.vol2no1.2017pp81-90

Putri, S., & Azizah. (2019). Kemampuan Penalaran Matematis Ditinjau dari Kemampuan
Pemecahan Masalah. International Journal of Elementry Education, 3(3), 351-
357.Abdurrahman, S. (2019). Seri Buku Ajar Bidang Aljabar Pengantar Teori Grup.
Zifatama Jawara.
Aidah, Z. (2021). Analisis Kemampuan Argumentasi Matematis Siswa Dalam Pembuktian
Matematika Ditinjau Dari Kecerdasan Linguistik. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Angraini, L. M., Sundawan, M. D., & Noto, M. S. (2019). Analisis Proses Berpikir
Menyusun Bukti Matematis Maha-Siswa Calon Guru Pada Mata Kuliah Struktur
Aljabar. Euclid 6, 2, 189–197.
Aprilia, B. (2022). Pengaruh Kebiasaan Berpikir Terhadap Kemampuan Penalaran
Matematis Melalui Kemampuan Awal Siswa SMP [UNiversitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta].
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/59350%0Ahttps://
repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/59350/1/11170170000065 BELLA
APRILIA.pdf
Darmawan, P. (2017). Berpikir Analitik Mahasiswa Dalam Mengonstruksi Bukti Secara
Sintaksis. JPM : Jurnal Pendidikan Matematika, 2(2), 154.

3
https://doi.org/10.33474/jpm.v2i2.196

Dewi, N. R., Suryana, A., Tinungki, G. M., & Tandiseru, S. R. (2020). Model Pembelajaran
Inovatif dalam Pengembangan Hard Skill dan Soft Skill Matematis. Penerbit Lakeisha.
https://books.google.co.id/books?id=ORX5DwAAQBAJ
Jamilah, J., Hartono, H., & Susiaty, U. D. (2017). Komparasi Model Penemuan Terbimbing
Dan Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Pembuktian Matematis.
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 6(2), 218.
https://doi.org/10.24127/ajpm.v6i2.962
KBBI. (2016). kamus versi online/daring.
Lauselang, N. A. (2020). Analisis Kemampuan Penalaran Matematis dalam Menyelesaikan
Masalah Perbandingan pada Siswa Kelas VII MTS Al-Islah Kailolo Kecamatan Haruku
Kabupaten Maluku Tengah [Institut Agama Islam Negeri Ambon].
http://repository.iainambon.ac.id/975/
Lestari, N. A. (2018). Implementasi Pembelajaran Matematika Model PACE untuk
Meningkatkan Kemampuan Pembuktian Matematis pada Mata Kuliah Aljabar Abstrak
Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bengkulu. Jurnal Equation:
Teori Dan Penelitian Pendidikan Matematika, 1(1), 81–94.
https://journal.iainbengkulu.ac.id/index.php/equation/article/view/1350
Lubis, A. (2021a). PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA
YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DAN
MODEL PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH PADA MATERI TURUNAN
FUNGSI ALJABAR DI KELAS XI SMAS ISLAM TERPADU AL-HUSNAYAIN PIDOLI
DOLOK T.P 2019/2020 [Universitas Islam Negeri Sumatera Utara].
http://repository.uinsu.ac.id/11754/
Lubis, A. (2021b). Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa yang Diajar dengan
Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Model Pembelajaran Index Card Match
pada Materi Turunan Fungsi Aljabar di Kelas XI SMAS Islam Terpadu Al-Husnayain
Pidoli Dolok T.P 2019/2020 (Vol. 3, Issue 2).
Maryono, I., & Et.al. (2018). Pencapaian Kemampuan Pembuktian Dan Kepercayaan Diri
Mahasiswa Melalui Metode Moore. Jurnal Analisa 4, 2, 72–82.
Maslahah, A. M., Ni’matul, F., & Abadi. (2019). Analisis Kemampuan Pembuktian,
Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Self Efficacy Mahasiswa Pendidikan Matematika
Pada Mata Kuliah Aljabar Abstrak Di Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta, h.31.

4
Mujib, A. (2019). Kesulitan Mahasiswa dalam Pembuktian Matematis: Problem Matematika
Diskrit. Jurnal MathEducation Nusantara, 2(1), 51–57.
https://jurnal.pascaumnaw.ac.id/index.php/JMN/article/view/68
Mutmainnah, L. (2013). Strategi Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran
Induktif Matematis Tipe Generalisasi (Penelitian Tindakan Kelas di MTs. Negeri 8
Jakarta Barat). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Perbowo, K. S., & Pradipta, T. R. (2017). Pemetaan Kemampuan Pembuktian Matematis
Sebagai Prasyarat Mata Kuliah Analisis Real Mahasiswa Pendidikan Matematika.
KALAMATIKA Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 81.
https://doi.org/10.22236/kalamatika.vol2no1.2017pp81-90
Sari, D. A. P. (2023). Analisis Kemampuan Pembuktian Matematis Siswa SMA pada Materi
Induksi Matematika Ditinjau dari Adversity Quotient. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Shevana, C. P. (2022). Pengembangan Instrumen Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Berbasis Konteks Keislaman. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sinaga, R. F., & Siahaan, F. (2019). Analisis Kemampuan Pembuktian Matematis Mahasiswa
dengan Pendekatan Konstruktivisme pada Mata Kuliah Teori Bilangan. JKIPM (Jurnal
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Matematika, 1(1), 58–63.
https://jurnal.uhnp.ac.id/jkipm-uhnp/article/view/59
Sumarmo. (2014). Advanced Mathematical Thinking Dan Habit of Mind Mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai