Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah kami
yang berjudul “Memahami Konsep Kejujuran dengan Konsep Perkalian” tanpa
suatu halangan apapun.

Shalawat serta salam selalu kami curahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW yang menjadi panutan dan suri tauladan bagi kita semua. Beliaulah yang
telah membimbing kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang,
yakni Addinul Islam.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kalkulus
Peubah Banyak. Dalam hal ini, kami selaku penulis banyak berhutang budi
kepada banyak pihak yang telah membantu, memotivasi, dan senantiasa
mendo’akan kami agar makalah ini selesai dengan baik. Kami juga tidak lupa
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang membantu kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Palembang, 12 Mei 2021


Kelompok 7

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pengertian Jujur.............................................................................................3

B. Pandangan Islam tentang Kejujuran.............................................................3

C. Macam – macam Kejujuran dalam Islam.....................................................5

D. Pahala untuk orang yang jujur......................................................................6

E. Pengertian Perkalian....................................................................................8

F. Memahami Konsep Kejujuran dengan Konsep Perkalian ..........................9

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP.............................................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12

B. Saran dan Kritik..........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara mengenai kejujuran dalam sebuah konsep perkalian
adalah hal yang sudah tertuang dalam Al-quran. Seperti yang kita ketahui
bahwa islam kejujuran dikenal sebagai ash shidqu. Istilah ini juga
dijadikan sebagai julukan bagi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang memiliki sifat jujur. Perlu kita ketahui kejujuran, dalam Islam
memiliki keutamaan tersendiri dan akan menjadi penyebab datangnya
pahala dan rahmat dari Allah. Kejujuran merupakan jalan yang lurus dan
penuh keselamatan dari azab di akhirat yang keras. Melainkan, tidak hanya
untuk bersikap jujur, Allah juga memerintahkan kita untuk bersama orang-
orang yang jujur. Dalam surat at Taubah ayat 119, Allah berfirman, ““Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang sidiqin”. Bersama dengan orang-orang yang
jujur diharapkan akan membuat kita untuk terbiasa menjaga kejujuran juga
dalam diri kita. Lantas, kaitannya dengan perkalian adalah penjumlahan
yang berulang ada dalam Al-quran yang berbunyi “Perumpamaan orang
yang menginfaqkan hartanya dijalan Allah seperti sebutir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai , pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah
melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan allah Maha luas,
Maha mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah : 261).
Oleh sebab itu, konsep kejujuran dan perkalian itu saling
berhubungan yang mana matematika mengajarkan konsep kejujuran dalam
artian yang hak harus kita katakan hak dan yang batil juga harus kita
katakan batil sehingga kita termasuk golongan orang-orang yang menyeru
pada sebuah kebenaran.
B. Rumusan Masalah
Adapun berikut ini rumusan masalah yang diperoleh dari latar
belakang masalah dalam konteks memahami konsep kejujuran terhadap
konsep perkalian, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Jujur?
2. Bagaimana pandangan orang Islam terhadap kejujuran?
3. Apa saja macam – macam kejujuran dalam Islam?
4. Apa pahala untuk orang jujur?
5. Apa yang dimaksud dengan Perkalian?
6. Bagaimana cara kita memahami konsep kejujuran terhadap konsep
perkalian?

C. Tujuan Penulisan
Adapun berikut ini Tujuan penulisan yang diperoleh dari rumusan
masalah terhadap latar belakang masalah dalam konteks memahami
konsep kejujuran terhadap konsep perkalian, sebagai berikut:
1. Mengetahui apa arti dari kejujuran itu sendiri dan perkalian.
2. Menjelaskan mengenai bagaimana cara pandang orang Islam
terhadap konsep kejujuran.
3. Mendeskripsikan macam-macam bentuk kejujuran dalam Islam.
4. Memberikan informasi pahala apa saja yang didapat bagi orang
yang jujur.
5. Mendeskripsikan bagaimana cara kita dalam memahami konsep
kejujuran terhadap konsep perkalian itu sendiri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jujur
Jujur, dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah ash shidqu atau
shiddiq, memiliki arti nyata atau berkata benar. Artinya, kejujuran
merupakan bentuk kesesuaian antara ucapan dan perbuatan atau antara
informasi dan kenyataan. Lebih jauh lagi, kejujuran berarti bebas dari
kecurangan, mengikuti aturan yang berlaku dan kelurusan hati. Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan teladan sempurna
untuk kita. Beliau memiliki akhlak atau sifat yang begitu mulia. Beberapa
sifat mulia yang dimiliki oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam antara lain amanah dan jujur. Nabi Muhammad dikenal sebagai
pribadi yang jujur, bahkan sejak beliau belum diangkat menjadi nabi.
Ada banyak sekali bentuk kejujuran dalam kehidupan kita sehari-
hari. Sejak kecil kita pasti telah diajarkan oleh orang tua kita untuk selalu
berbuat jujur dan tidak berbohong. Hal ini tentu sesuai dengan ajaran
agama Islam yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi sallam sendiri.

B. Pandangan Islam tentang Kejujuran


Adapun terkait pandangan islam tentang kejujuran. Telah
disebutkan sebelumnya, dalam Islam kejujuran dikenal sebagai ash shidqu.
Istilah ini juga dijadikan sebagai julukan bagi Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memiliki sifat jujur. Kejujuran, dalam
Islam memiliki keutamaan tersendiri dan akan menjadi penyebab
datangnya pahala dan rahmat dari Allah. 
Seseorang yang memiliki sifat jujur akan memperoleh kemuliaan
dan derajat yang tinggi dari Allah. Hal ini tercermin dalam firman Allah di
surat al Ahzab ayat 35 yang artinya, “Sesungguhnya laki-laki dan
perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki
dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang sidiqin (benar), laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-
laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan
dan pahala yang besar” dari ayat di atas, kita tahu bahwa jujur atau
bertindak benar, termasuk dalam salah satu sifat mulia yang mendatangkan
ampunan dari Allah. Tentu kita ingin termasuk orang-orang yang
diampuni, maka kita pun harus bersikap jujur.
Kejujuran merupakan jalan yang lurus dan penuh keselamatan dari
azab di akhirat yang keras. Bahkan, tidak hanya untuk bersikap jujur,
Allah juga memerintahkan kita untuk bersama orang-orang yang jujur.
Dalam surat at Taubah ayat 119, Allah berfirman, ““Hai orang-orang yang
beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-
orang yang sidiqin”. Bersama dengan orang-orang yang jujur diharapkan
akan membuat kita untuk terbiasa menjaga kejujuran juga dalam diri kita.
Kebalikan dari sifat jujur adalah sifat khianat atau berbohong. Sifat
ini amat dibenci oleh Allah dan termasuk dalam ciri-ciri orang yang
munafik. Hal ini diungkapkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang bersabda, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, apabila
bebicara selalu bohong, jika berjanji menyelisihi, dan jika dipercaya
khianat” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Maka, jika kita ingin menjadi umat Islam yang baik dan mendapat
kebaikan di dunia dan akhirat, kita harus selalu bersifat jujur. Dalam hadis
shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kejujuran
menunjukkan kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan menunjukkan
kepada surga, dan sesungguhnya seorang laki-laki benar-benar telah jujur
hingga ia di catat di sisi Allah sebagai orang jujur. Sesungguhnya
kebohongan itu menunjukkan kepada kedzaliman. Dan sesungguhnya
kedzaliman itu menunjukkan kepada neraka, dan sesungguhnya seorang
laki-laki telah berbuat dusta hingga ia di catat disisi Allah sebagai
pendusta”.

C. Macam-macam kejujuran dalam Islam


Kejujuran merupakan tiang utama bagi manusia untuk menegakkan
kebenaran dan segala sesuatu yang haq di muka bumi. Allah pun
berfirman dalam al Quran surat al Ahzab ayat 70, “Wahai orang-orang
yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. Dan ucapkanlah
perkataan yang benar”.
Dalam agama Islam terdapat beberapa macam sifat jujur yang
dibedakan berdasarkan penerapan sifat jujur tersebut, sebagai berikut:
1. Jujur dalam niatnya atau kehendaknya, artinya seseorang
terdorong untuk berbuat sesuatu atau bertindak dengan
dorongan dari Allah. 
2. Jujur dalam ucapan, yaitu seseorang yang berkata sesuai
dengan apa yang dia ketahui atau terima. Ia tidak berkata
apapun, kecuali perkataan tersebut merupakan kejujuran.
3. Jujur dalam perbuatan, yaitu seseorang yang beramal dengan
sungguh-sungguh sesuai dengan apa yang ada dalam batinnya.
4. Jujur dalam janji, artinya dia selalu menepati janji yang telah
diucapkan kepada manusia. Dia hanya mengucapkan janji yang
dia tahu bisa dia tepati.
5. Jujur sesuai kenyataan, yang berarti dia menerapkan kejujuran
pada segala hal yang dia alami di hidupnya.

Sebagai manusia yang berharap meraih surga, kita harus berusaha


untuk menerapkan kejujuran dalam semua hal di atas. Meskipun
penerapannya pasti sungguh sulit, kita harus selalu berusaha untuk
menjauhkan diri dari sifat dusta atau khianat. Begitu banyak godaan
ataupun cobaan yang mendorong kita untuk berbuat tidak jujur. Namun,
kita harus ingat bahwa barang siapa yang mampu mewujudkan sifat jujur
dalam segala aspek kehidupannya, maka dia akan tercatat sebagai seorang
hamba yang shiddiqin dan kehidupan dunia akan membawanya ke surga di
akhirat kelak.
Mewujudkan kejujuran dalam segala aspek kehidupan seperti yang
disebutkan di atas secara tidak langsung akan menjauhkan kita dari
perbuatan-perbuatan yang dilarang. Misalnya, dia tidak akan bersifat riya’,
karena dia jujur dengan niatnya melakukan sesuatu yang hanya mencari
ridha Allah. Dia juga akan menjauh dari ghibah atau perbuatan fitnah,
karena dia jujur dengan ucapannya yang tidak akan berbohong, apalagi
jika menyangkut orang lain. Masih banyak lagi manfaat berbuat jujur yang
bisa menyelamatkan kita dari perbuatan yang dosa.

D. Pahala Untuk Orang yang jujur


Telah kita bahas sejak awal bahwa kejujuran bisa membawa kita ke
dalam ampunan Allah subhanahu wa ta’ala. Tentu hal ini merupakan
keinginan semua manusia. Namun, apakah hanya itu saja balasan bagi
orang-orang yang bersifat jujur? Berikut ini akan dibahas janji yang diberi
oleh Allah untuk orang-orang yang menjunjung tinggi kejujuran:
1. Masuk Surga
Hal ini tercermin dalam hadis riwayat Muslim, dimana
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Hendaklah kalian (berbuat) jujur! Sesungguhnya jujur
menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkannya ke
Surga. Dan senantiasa seorang (berbuat) jujur dan menjaga
kejujurannya hingga ditulis di sisi Allah sebagai Ash-Shiddiq
(orang yang jujur)”.
2. Dekat dengan Para Nabi
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al Quran surat
an Nisaa’ ayat 69, “Dan barangsiapa yang mentaati Alloh dan
Rosul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang
yang dianugerahi nikmat oleh Alloh, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholeh,
mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya”.
Hal ini pasti merupakan impian setiap muslim, untuk bisa
bersama dengan para nabi, para sahabat dan orang-orang sholeh.
Ganjaran ini merupakan kenikmatan karena kita digolongkan sama
derajatnya dengan orang-orang yang mulia di sisi Allah subhanahu
wa ta’ala.
3. Membuat hati tenang
Tidak hanya ganjaran di akhirat, berbuat jujur ternyata juga
akan membawa kenikmatan di dunia. Dengan berbuat jujur, kita
akan merasakan hati yang tenang, bebas dari kekhawatiran dan rasa
was-was yang tidak perlu.
Hasan bin Ali radhiallahu ‘anhu berkata, “Aku hafal dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Tinggalkanlah perkara
yang meragukanmu kepada perkara yang tidak meragukanmu.
Sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan bohong adalah
kecemasan”. Sungguh Allah Maha Pengasih yang telah
menganugerahkan ganjaran mulia langsung di dunia untuk orang-
orang yang jujur.
4. Menaikan derajat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang
siapa meminta kepada Allah mati syahid dengan jujur, Allah
angkat dia ke tingkatan orang-orang yang syahid”.
5. Mendatangkan berkah
Dalam hadis riwayat Bukhari, Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Penjual dan pembeli (memiliki)
pilihan sebelum mereka berdua berpisah, jika berdua berkata jujur
dan menjelaskan (kekurangannya) maka diberkahi jual beli
mereka. Dan jika berdua menyembunyikan (kekurangan) dan
berbohong maka dihapus keberkahan jual beli mereka berdua”.
Dari ganjaran yang disebutkan di atas, kita mengetahui bahwa
kenikmatan yang didapat oleh orang-orang yang berbuat jujur, tidak hanya
diterimanya di akhirat, namun juga diterimanya di dunia. Maka, alangkah
baiknya jika kita mulai membiasakan berbuat jujur dan menjauhkan diri
dari perbuatan dusta atau bohong yang menjauhkan kita dari rahmat Allah
subhanahu wa ta’ala.

E. Pengertian Perkalian
Operasi matematika tentang perkalian. Al-Qur'an memberikan
suatu gambaran yang akan menampilkan operasi perkalian bilangan, yakni
pada Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 261.

“Perumpamaan orang yang menginfaqkan hartanya dijalan Allah


seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai , pada setiap tangkai
ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki,
dan allah Maha luas, Maha mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah : 261)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa satu biji akan menumbuhkan
tujuh batang, dan tiap-tiap batang terdapat seratus biji. Maka untuk
menentukan hasil keseluruhan biji, seseorang dapat menghitung dengan
cara 100 ditambah 100 hingga berjumlah 700. Konsep inilah yang
sebenarnya merupakan konsep dari operasi perkalian.
Sudah menjadi takdir bahwa manusia itu diberi akal yang
meninggikan derajat mereka dari ciptaan - ciptaan-Nya yang lain.
Sehingga dengan akal manusia mampu memikirkan apa yang dapat
memudahkan usaha mereka atau apa yang paling baik bagi mereka.
Keajaiban dan keistimewaan Al-Qur'an akan memberikan inspirasi dan
motivasi bagi ummat Islam.

F. Memahami Konsep Kejujuran dengan Konsep Perkalian


Memahami konsep kejujuran terhadap konsep perkalian dalam
matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat cabang ilmu
pasti lainnya. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak
diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul
dan benar sejak dini. Hal ini karena konsep-konsep dalam matematika
merupakan suatu rangkaian sebab akibat. Sehingga pemahaman yang salah
terhadap suatu konsep, akan berakibat pada kesalahan pemahaman
terhadap konsep-konsep selanjutnya.

AxB = BxA

Sewaktu SD dulu kita diajarkan bahwa AxB = BxA. Faktanya,


AxB = BxA hanya merupakan kesamaan pada tataran hasil komputasi
saja, dan kondisi ini menunjukkan berlakunya sifat pertukaran (komutatif)
dalam perkalian bilangan bulat.
Konsep dasar perkalian adalah penjumlahan yang berulang, inilah
yang menyebabkan AxB berbeda dengan BxA, sebab AxB = B+B+B+B
(sebanyak Ax), sedangkan BxA = A+A+A+A (sebanyak Bx). Misalnya
saja pada aturan pemakaian suatu obat, biasanya ditulis 3x1 tablet sehari.
Ini menunjukkan bahwa obat itu tidak diminum 3 tablet sekaligus,
melainkan 1 table setiap kali minum sebanyak 3 kali (pag/siang/sore).

Contoh lainnya ;

6x4 = 4+4+4+4+4+4 sedangkan 4x6 = 6+6+6+6,

Kenapa Berbeda??
Sebagian besar dari kita umumnya tidak mengerti perbedaan
pengertian antara AxB dengan BxA, dengan alasan ‘menghasilkan angka
akhir yang sama’ karena sifat Komutatif pada operasi bilangan bulat. Tapi
kita tidak menyadari bahwa sifat Komutatif ini hanya berorientasi pada
hasil akhir, sedangkan pada konsep keduanya berbeda. Hal ini berbeda
pada oprasi penambahan yang memang memiliki konsep bersifat
Komutatif.
Maka dari itu, perkalian adalah penjumlahan yang berulang.

Berdasarkan tabel gambar di atas yang menunjukkan bahwa perkalian itu


adalah penjumlahan yang berulang. Kemudian Apa hubungannya dengan
konsep kejujuran? Jadi seperti yang kita ketahui bahwa konsep kejujuran
terhadap konsep perkalian itu kita harus saling pahami berikut ini
penjabarannya:

1. Dalam operasi perkalian kita tahu bahwa ada yang namanya perkalian
dengan bilangan positif dikalikan dengan bilangan positif artinya
adalah bahwa ada nilai kebenaran. Maka, dari itu dikategorikan
sebagai golongan golongan orang yang benar.
2. Operasi perkalian berikutnya adalah ketika kita bertemu dengan
bilangan angka positif yang dikalikan dengan negatif menghasilkan
negatif maka itu artinya adalah bahwa ada nilai kebenaran dan juga ada
bernilai kesalahan. Maka, dari itu dapat kita kategorikan sebagai
golongan golongan orang yang salah.
3. Operasi perkalian berikutnya adalah jika kita bertemu nilai angka
negatif yang dikalikan dengan positif maka akan menghasilkan negatif
pula. Artinya adalah sesuatu yang awalnya itu bernilai salah tetapi kita
katakan itu bernilai benar sehingga hasilnya juga akan tetap
menimbulkan kesalahan juga. Maka, dari itu termasuk orang yang
dikategorikan salah.
4. Operasi perkalian Yang terakhir itu kita sering ketemu adalah bilangan
angka negatif jika kita kalikan dengan negatif pasti akan bernilai
Positif itu sudah ketentuan dari operasi perkalian lantas artinya adalah
bahwa sesuatu yang kita katakan salah dan juga tetap salah dengan
hasil kebenaran. Maka, dari itu kita tertermasuk ke orang-orang
kategori benar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi terkait tentang memahami konsep
kejujuran terhadap konsep perkalian bahwa dapat disimpulkan terkait
konsep kejujuran itu adalah konsep yang mana telah termuat dalam sebuah
Alquran bisa kita lihat bersama-sama ada pada surat Al Baqarah ayat 261
dan juga terhadap konsep perkalian itu adalah menggunakan konsep
komutatif seperti yang dijelaskan pada point materi.
Tidak hanya itu saja bahwa dalam memahami konsep perkalian
terhadap kejujuran itu menimbulkan sebuah pahala bagi orang yang jujur
karena perkalian itu adalah penjumlahan yang dilakukan secara berulang-
ulang dan tidak hanya itu saja ada beberapa kategori atau macam-macam
jenis orang-orang yang jujur yang dikategorikan dalam materi tadi untuk
keseluruhannya bahwa pemahaman terkait konsep kejujuran dan konsep
perkalian itu dapat kita pahami dengan panduan Alquran dan operasi
Matematika itu sendiri.

B. Saran dan kritik


Kami selaku pemateri dari Kelompok 7 mohon maaf jika ada
kekurangan dalam pembuatan makalah bertajuk memahami konsep
kejujuran terhadap konsep perkalian baik dari segi referensi dan tata cara
penulisannya. Maka dari itu, kami mengharapkan saran dan kritik untuk
menunjang kesempurnaan makalah yang telah kami buat. Semoga
bermanfaat bagi pemateri dan pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA

Indah, Nur. 2020. Mengenal Matematika dalam Al-quran. Tersedia pada


https://www.kompasiana.com/indah21/5f3bdc0577cadb7d152851d4/meng
enal-matematika-dalam-al-qur-an. Diakses pada tanggal 18 Agustus 2020.

Nesia, Fitri. 2014. Konsep dasar perkalian. Tersedia pada


https://www.kompasiana.com/nesiafitri/konsep-dasar-
perkalian_54f4bc5b745513a12b6c8c39. Diakses pada tanggal 24
September 2014.

Dalamislam, Redaksi. 2021. Kejujuran dalam Islam dan dalilnya. Tersedia


pada https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/kejujuran-dalam-islam.
Diakses pada 15 April 2021.

Anda mungkin juga menyukai