Anda di halaman 1dari 18

Kata Pengantar

Puji syukur kita selalu panjatkan atas hadirnya ALLAH SWT yang mana atas
berkat dan rahmat nya lah kami bisa menyelesaikan tugas makalah dengan sebaik-
baiknya. Terima kasih juga kepada ibu dosen yang telah membimbing kami untuk
membuat makalah ini. Dan tak lupa kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
mendukung tugas ini agar selesai tepat pada waktunya.

Sholawat beserta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita, nabi
besar kita, nabi Muhammad Saw. Dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Semoga
kita termasuk kedalamnya. Amin ya rabbal alamin.

Makalah ini dibuat untuk memperdalam ilmu studi keislaman filsafat islam
dengan tujuan agar mahasiswa dapat memperdalam pengetahuannya. Makalah ini
juga dibuat dalam memenuhi tugas studi keislaman.

Hanya ini yang bisa saya sampaikan. Apabila terjadi kesalahan dalam bentuk
tulisan atau apapun itu kami meminta maaf. Jika para pembaca ingin menyampaikan
kritik dan sarannya kami menerima dengan hati yang terbuka. Sekian dan terima
kasih.

Palembang, September 2019

Penyusun
Daftar isi

Halaman judul …………………………………………………………………i

Kata pengantar ………………………………………………………….……..ii

Daftar isi ………………………………………………………………...…….iii

Bab 1 pendahuluan

1. Latar belakang ………………………………………………………..1


2. Rumusan masalah ……………………………………………………1
3. Tujuan masalah ……………………………………………………….1

Bab 2 pembahasan

A. Pengertian filsafat dan cabang-cabangnya ………………………….2


B. Ajaran islam mendorong berfilsafat ……………………………….
C. Ilmu, Filsafat, dan agama …………………………………………..
D. Masuknya filsafat yunani ke dunia islam …………………………..
E. Mengenal tokoh-tokoh filosof muslim ………………………………

Bab 3 penutup

a) Kesimpulan ………………………………………………………
b) Saran …………………………………………………………….

Daftar pustaka …………………………………………………………


Bab 1

Pendahuluan

1. Latar belakang
Islam merupakan agama terakhir yang turun dimuka bumi ini sebagai
agama penyempurna dari agama yang sebelumnya. Sebagai agama yang
diturunkan kepada nabi Muhammad saw dimekkah. Banyak orang mekkah
pada saat itu melakukan banyak pertentangan dan menolak agama islam
disebarkan ditenah mekkah. Namun, nabi Muhammad saw tidak berputus asa
untuk menyebarkan agama ALLAH SWT ditanah mekkah hingga sampai
seluruh dunia.

Hingga saat ini banyak sejarahwan yang mengemukakan tentang


sejarah islam didunia. Dan kali ini kami ingin membahas tentang studi filsafat
dalam islam. Seperti yang kita tau bahwa filsafat itu adalah kajian yang lebih
mendalam dari suatu topic pembahasan. Maka dari itu kami ingin mengkaji
secara lebih mendalam tentang islam.

2. Rumusan masalah
A. Pengertian filsafat dan cabang-cabangnya ?
B. Ajaran islam mendorong berfilsafat ?
C. Ilmu, filsafat, dan agama, (suatu perbandingan) ?
D. Masuknya filsafat yunani ke dunia islam ?
E. Mengenal tokokh-tokoh filosof muslim ?
3. Tujuan penulisan
A. Agar dapat mengetahui pengertian filsafat dan cabang-cabangnya
B. Agar dapat mengetahui ajaran islam mendorong berfilsafat
C. Agar dapat mengetahui ilmu, filsafat, dan agama, (suatu perbandingan)
D. Agar dapat mengetahui masuknya filsafat yunani ke dunia islam
E. Agar dapat mengetahui mengenal tokoh-tokoh filosof muslim
Bab 2

Pembahasan

A. Pengertian filsafat islam

Filsafat berasal dari bahasa yunani, yakni philosophia. Philo berarti


cinta sedangkan shophia berarti pengetahuan atau kebijaksanaan. Jadi, filsafat
secara sederhana berarti cinta pada pengetahuan atau kebijaksanaan.
Pengertian cinta yang dimaksudkan disii dalam arti yang seluas- luasnya,
yaitu ingin dan dan dengan rasa keinginan itulah ia berusaha mencapai atau
mendalami hal yang diinginkan. Demikian juga dengan pengetahuan, yaitu
tahu dengan mendalam sampai ke akar- akarnya atau sampai kedasar segala
dasar.1 Plato mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala
yang ada, dengan mencintai kebenaran serta penyelidikan , dan lebih
mengutamakan jalan keyakinan daripada dugaan. Sementara aristoteles
mengatakan bahwa filsafat adalah menyelidiki sebab dan azas segala benda.2
Ditinjau dari segi terminologis, filsafat itu mempunyai pengertian
yang bermacam-macam tetapi memiliki inti sari yang relative sama. Menurut
Harun Nasution bahwa definisi filsafat itu memang berbeda-beda, antara lain
sebagai berikut:

1. Pengetahuan hikmah
2. Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar
3. Mencari kebenaran
4. Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas,dll

1
Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A., Filsafat Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 2-3.
2
Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Mencerna Akar Dalam Islam, Ulumuna Jurnal Studi
Keislamaan Vol. 17 No. 1, Juni 2013,hlm. 5.
Menurut Endang saifuddin anshari, bahwa filsafat itu adalah hasil usaha
manusia dengan kekuatan akal budinya untuk memenuhi (menyelami dan
mendalami) secara radikal, integral, dan universal hakikat sarwa yang ada
(hakikat tuhan, hakikat alam, dan hakikat manusia), serta sikap manusia
termasuk sebagai konsekuensi dari paham ( pemahaman)-nya tersebut.

Dari berbagai pendapat itu dapat dipahami banwa istilah filsafat


mengandung pengertian :

i. Sebagai aktivitas piker murni, atau kegiatan akal manusia dalam


usaha untuk mengerti secara mendalam segala sesuatu
(kesemestaan ).
ii. Sebagai produk kegiatan berfikir murni tersebut.

Sebagai suatu ilmu, filsafat merupakan “ ilmu istimewa ” yang


mencoba menjawab persoalan yang belum/tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan biasa, karena persoalan-persoalan tersebut ada diluar jangkauan
ilmu pengetahuan biasa.

Adapun bagian-bagian cabang-cabang dari filsafat yaitu :

 Metafisika ( ontology ), yakni filsafat tentang hakikat yang ada dibalik


fisika, tentang hakikat yang bersifat transenden, diluar atau diatas
pengalaman manusia.
 Logika, yakni filsafat tentang pikiran yang benar dan salah.
 Etika, yakni filsafat tentang tingkah laku yang baik dan buruk.
 Estetika, yakni filsafat tentang karya ( kreasi ) yang indah dan yang
jelek.
 Epistemology, yakni filsafat tentang ilmu pengetahuan.
 Filsafat-filsafat khusus, seperti filsafat alam, filsafat agama, dll.3
3
Prof. Dr. Muhaimin, M.A.,et al. Studi Islam, (Jakarta: Putra Grafika, 2018), hlm. 306.
B. Ajaran islam mendorong berfilsafat
Agama islam memberi penghargaan yang tinggi terhadap akal, tidak
sedikit ayat- ayat Al-Qur’an yang menganjurkan dan mendorong manusia
supaya banyak berpikir dan menggunakan akalnya. Di dalam Al-Qur’an
dijumpai perkataan yang berakar dari kata ‘aql (akal) sebanyak 49 kali, yang
semuanya dalam bentuk kata kerja aktif, seperti ‘aqaluh, ta’qilun; ta’qilun;
naqil; ya’qiluha; dan ya’qilun.4
Telah dikemukakan bahwa Al-Qur’an merupakan pendorong utama
lahirnya pemikiran filsafat dalam islam. Dalam Al-Qur’an terdapat banyak
ayat yang mendorong pemeluknya agar banyak berpikir dan mempergunakan
akalnya.5
Kata- kata yang dipakai Al-Qur’an dalam menggambarkankegiatan berpikir
adalah:
1. Kata- kata berasal dari ‘aqala mengandung arti mengerti, memahami,
dan berpikir, terdapat lebih dari 45 ayat. Diantaranya surat Al-
Baqarah[2] : 242, Al-Anfal [8] : 22 dan An-Nahl[16] : 11-12.
2. Kata- kata yang berasal dari nazhara melihat secara abstrak dalam arti
berpikir dan merenungkan atau menalar, terdapat dalam Al-Qur’an
lebih dari 30 ayat. Diantaranya surat Qaf [50] : 6-7, AL-thariq [86] : 5-
7 dan Al-Ghasyiah [88] : 17-20.
3. Kata yang berasal dari tadabbara mengandung arti merenungkan,
terdapat dalam beberapa ayat, sepeti surat Shad [38] : 29 dan
Muhammad [47] : 24.
4. Kata- kata yang beraal dari tafakkara yang berarti berpikir, terdapat 16
ayat dalam Al-Qur’an. Diantaranya surat Al-Nahl [16] : 68-69 dan Al-
Jasiyah [45] : 12-13.

4
Ibid , hlm. 306.
5
Ibid, hlm. 20.
5. Kata- kata yang berasal dari faqiha yang berarti mengerti dan paham,
terdapat 16 ayat dalam Al-Qur’an. Diantaranya surat Al-Isra’ [17] : 44,
Al-An’am [6] : 97-98 dan Al-Taubah [9] : 122.
6. Kata- kata yang berasal dari tazakkara yang berarti mengingat,
terdapat lebih dari 44 ayat. Diantaraya surat Al-Nahl [16] : 17, Al-
Zumar [39] : 9 dan Al-Zariyat [51] : 47-49.
7. Kata-kata yang berasal dari fahima yang berarti memahami,
diantaranya surat Al-Anbiya’ [21] : 78-79.
8. Ulul a-lbab yang berarti orang berpikiran, diantaranya terdapat dalam
surat Yusuf [12] : 111 dan surat Ali- Imran [3] : 190; ulul al-‘ilm yang
berarti orang berilmu, diantaranya terdapat dalam surat Ali- Imran [3]n
: 18, ulul al- abshar yang berarti mempunyai pandangan, diantaranya
terdapat di surat Al- Nur [24] : 44, ulul al-nuha yang berarti orang
bijaksana, diantaranya terdapat di surat Al-Anfal [8] : 22 dan Al-Nahl
[16] : 11-12; dan juga kata ayat sendiri erat hubungannya dengsn
perbuatan berpikir, yang arti asalnya adalah tanda.6

Dorongan terhadap akal dan pemikiran filsafat juga datang dari hadis sebagai
sumber kedua dari ajaran islam. Salah satu dari hadis qudsi yang
menggambarkan betapa tingginya kedudukan akal dalam ajaran islam dapat
dilihat dalam hadis dibawah ini yang artinya; “Demi kekuasaan dan
keagungan-Ku tidaklah kuciptakan makhluk lebih mulia dari engkau (akal).
Karena engkaulah aku mengambil dan memberi dan karena engkaulah aku
menurunkan pahala dan menjatuhkan siksa”.7

C. Ilmu, filsafat, dan agama. (suatu perbandingan)

6
Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A., Filsafat Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 21-22.
7
Ibid, hlm. 22
Menurut Beni Saebeni, ilmu dalam bahasa arab dikenal dengan “ilm”
yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Ilmu merupakan
pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan
mengapa. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu gologan
masalah yang sama hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari
dalam. Objek dapat bersifat ada atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya.8
Menurut Bakhtiar, agama berasal dari bahasa sanskerta dari kata “a”
berarti tidak dan “gama” berarti kacau. Kedua kata ini jika dihubungkan
berarti tidak kacau.9
Manusia adalah makhluk berfikir, berfikir adalah bertanya, bertanya
adalah mencari jawaban, dan mencari jawaban adalah mencari kebenaran,
mencari jawaban tentang sesuatu berarti mencari kebenaran tentang sesuatu
itu. Mencari jawaban tentang hidup misalnya adalah mencari kebenaran
tentang hidup. Dengan demikian pada akhirnya manusia adalah makhluk
pencari kebenaran.
Cara manusia mencari dan menemukan kebenaran itu ada tiga macam,
yaitu dengan agama, filsafat, dan dengan ilmu. Antara ketiganya ini
mempunyai persamaan, perbedaan, dan titik singgung.
Persamaan antara ketiga ini adalah baik agama, filsafat maupun ilmu
setidak-tidaknya bertujuan atau berurusan dengan hal yang sama, yaitu
kebenaran, agama, memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang
dipertanyakan manusia. Filsafat, berusaha mencari kebenaran baik tentang
alam, manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu). Ilmu
pengetahuan, mencari kebenaran tentang alam dan masuk didalamnya
manusia.
8
Prof. Dr. mukhtar Latif, M.Pd., orientasi ke arah pemahaman filsafat ilmu. (Jakarta:
prenadamedia group, 2014), hlm 304-305
9
Ibid, hlm 311-312
Perbedaan antara ketiganya adalah bahwa agama bersumber dari
wahyu ALLAH SWT, sehingga kebenaran mutlak. Sedangkan filsafat dan
ilmu pengetahuan bersumber ra’yu (akal, budi, rasio) manusia. Filsafat
menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (menggambarkan) akal
budi secara radikal, integral, dan universal, tidak merasa terikat oleh ikatan
tertentu. Dan ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan riset, empri
(pengalaman) dan eksperimen.
Titik singgung ketiganya adalah bahwa tidak semua masalah yang
dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh ilmu pengetahuan,
karena ilmu itu terbatas, dalam arti terbatas oleh subjek (penyelidiki),
objeknya. Tidak semua masalah yang tidak atau belum terjawab oleh ilmu
kemudian dengan sendirinya dapat dijawab oleh filsafat, karena jawaban
filsafat sifatnya spekulatif dan juga alternative, sedangkan agama memberikan
jawaban tentang berbagai masalah asasi yang sama sekali tidak terjawab oleh
ilmu pengetahuan dan yang dipertanyakan namun tidak terjawab secara bulat
oleh filsafat.
Dengan demikian, semua persoalan hidup dan kehidupan manusia
terdapat jawabanya dalam agama, tetapi ada pula persoalan yang tiada
jawabannya agama. Persoalan itu menyangkut :
1. Soal-soal kecil, detail/terperinci, yang tidak prinsipil
2. Persoalan-persoalan yang tidak/belum jelas dan tegas tersurat dalam Al-
Qur’an dan as-sunnah.
3. Persoalan-persoalan yang tetap merupakan misteri, dikabuti lainnya
karena keterbatasannya.10

D. Masuknya filsafat yunani ke dunia islam

10
Muhaimin, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, (Jakarta, Prenadamedia
Group, 2018), hlm. 308-311
Filsafat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-7 sebelum
masehi. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi
akan keadaan alam, dunia, lingkungan di sekitar mereka dan tidak
menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas
pertanyaan itu.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.
Filsafat tidak didalami denan melakukan eskperimen dan percobaan, tetapi
dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu,
memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.11
Filsafat yunani ini diwakilkan oleh plato dan aristoteles. Puncak
zaman yunani dicapai pada pemikiran filsafati Socrates (470-399 SM), plato
(428-348 SM), aristoteles (384-322 SM).
Menurut plato, hanya idea lah realitas sejati. Semua fenomena alam
hanya baying-bayng dari bentuknya (idea) yang kekal. Plato berpendapat,
bahwa pengalaman hanya merupakan ingatan (bersifat intuintif, bawakaan
dalam diri). Seseorang terhadap apa yang sebenarnya telah diketahuinya dari
dunia idea, sebelum manusia itu masuk dalam dunia indriawi.
Aristoles menempatkan filsafat dalam suatu skema yang utuh untuk
mempelajari realitas studi tentang logika atau pengetahuan tentang penalaran,
berperan sebagai organi “ alat” untuk sampai kepada pengethuan yang lebih
mendalam, untuk selanjutnya diolah dalam “theoria”yang membawa kepada
“praxis”. 12

E. Mengenal Tokoh-Tokoh Filosof Muslim


1) Al-kindi

11
Prof. Dr. mukhtar Latif, M.Pd., orientasi ke arah pemahaman filsafat ilmu. (Jakarta:
prenadamedia group, 2014), hlm 45
12
Ibid, hlm 49-52
Al-kindi atau nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq Ibn
Al- Shaban Ibn Imran Ibn Ismail Ibn Muhammad Ibn Al-Asy’ats Ibn Qais Al-
Kindi. Al- kindi dilahirkan di kuffah sekitar tahun 185 H (801 M) dari
keluarga kaya raya dan terhormat. Kakek buyutnya, Al- Asy’as Ibnu Qais,
adalah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw. Sementara itu ayahnya, Ishaq
Ibnu Al-Shabbah, adalah gubernur kuffah pada masa pemerintah Al-Mahdi
(775-785) dan Al-Rasyid (786-809). Ayahnya meninggal ketika ia masih
kanak-kanak, namun ia tetap memperoleh kesempatan untuk menuntut ilmu
dengan baik.13 Ada suatu riwayat yang meyebutkan bahwa ia pernah tinggal di
basrah dan belajar di baghdad ketika ia telah dewasa, serta mendapat
lindungan dari khalifah al-ma’mum (813-833 M) dan khalifah al-mu’tasim
(833-842 M).14 Ia menetap di baghdad, ibu kota kerajaan bani abbas, yang
juga sebagai jantung kehidupan intelektual pada masa itu. Ia sangat tekun
mempelajari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, tidaklah heran ia dapat
menguasai ilmu astronomi, ilmu ukur, ilmu alam, astrologi, ilmu pasti, ilmu
seni musik, meteorologi, optika, kedokteran, matematika, filsafat, dan politik.
Penguasaannya terhadap filsafat dan ilmu lainnya menempatkan ia menjadi
orang islam pertama yang berkebangsaan arab dalam jajaran filosof
terkemuka, dan diberi gelar failasuf al-‘Arab (filosof berkebangsaan arab).15
Bahkan ia pernah diangkat sebagai guru istana oleh khalifah al-mu’tasim
untuk mengajar anaknya, Ahmad Ibn Al-Mu’tasim yang kemudian menjadi
pengganti ayahnya sebagai khalifah di Baghdad.16 Di bawah ini dikemukakan
beberapa karya tulis al- kindi.
i. Fi al- falsafat al- ‘ula
ii. Kitab al-Hassi ‘ala Ta’allum al-falsafat

13
Ibid, hlm 37-38
14
Prof. Dr. Muhaimin, M.A.,et al, Studi Islam, (Jakarta: Putra Grafika, 2018), hlm. 321.
15
Prof. Dr. mukhtar Latif, M.Pd., orientasi ke arah pemahaman filsafat ilmu. (Jakarta:
prenadamedia group, 2014), hlm. 38.
16
Op.cit, Prof. Dr. Muhaimin, M.A.,et al, hlm. 322.
iii. Risalat ila al-Ma’mun fi al-‘illat wa Ma’lul
iv. Risalat fi Ta’lif al-A’dad
v. Kitab al-falsafat al-Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyat wa al-
Mu’tashah wa ma Fauqa al-Thabi’iyyat
vi. Kammiyat Kutub Aristoteles
vii. Fi al-Nafs.17

2) Al-farabi
Nama lengkapnya ialah Abu Nashr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tharkhan
Ibn Auzalagh Al-Farabi. Ia dilahirkan pada tahun 870 M (257 H) di desa
wasij, suatu daerah kota farab, yaitu wilayah kekuasaan Turki, dan wilayah itu
terletak di dekat perbatasan dengan parsi (khurasan). Ayahnya orang iran dan
ibunya turkistan. Ayah al-farabi adalah seorang panglima perang dinasti
samani yang memperoleh kekuasaan otonom atas daerah Transoxonia dan
persia dari tahun 874-999 M. Alfarabi adalah seorang filosof muslim dalam
arti yang sebenarnya.pemikiran para filosof islam yang datang sesudahnya
terdapat asal- usul dan akarnya dalam filsafah al- farabi. Ia juga dikenal
sebagai komentator buku- buku filsafat yunani. Karya- karya al- farabi banyak
yang diterjemahkan kedalam bahasa latin yang kini banyak dijumpai di
berbagai perpustakaan eropa. 18
Di antara karya tulis al- farabi yang terpenting ialah:
i. Al-jam’bain Ra’yai al- Hakimain
ii. Tahshil al-Sa’adat
iii. Maqalat fi Aghradh ma ba’d al- Thabi’at
iv. Risalat fi Isbat al-Mufaraqat
v. ‘Uyun al-Masa’il
vi. Ara’ Ahl al-Madinat al- Fadhilat

17
Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A., Filsafat Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 43.
18
Prof. Dr. Muhaimin, M.A.,et al, Studi Islam, (Jakarta: Putra Grafika, 2018), hlm. 323-324.
vii. Maqalat fi Ma’any al-‘Aql
viii. Ihsha al-‘Ulum
ix. Fushul al-Hukm
x. Al-Siyasat al-Madaniyyat
xi. Risalat al-‘Aql dan lain- lainnya.19

3) Ibnu Miskawih
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al- Khazim Ahmad Ibn Muhammad Ibn
Ya’qub Miskawih. Nama itu diambil dari nama kakeknya yang semula beragama
majusi (persi) yang kemudian masuk islam. Ibnu maskawih dilahirkan di Ray
(sekarang Taheran), iran pada tahun 330 H atau 941 M dan wafat di Asfahan
pada tanggal 9 Shafar 421 H atau 16 Februari 1030 M. Ibnu Maskawih seorang
penganut syiah. Indikasi ini didasarkan pada pengabdiannya kepada sultan dan
wazir-wazir syiah dalam masa pemerintahan Banu Buwaih (320-448 H). Disiplin
ilmunya meliputi kedokteran, bahasa, sejarah, dan filsafat. Akan tetapi ia lebih
populer sebagai seorang filosof akhlak ( al- falsafat al-‘amaliyat) ketimbang
filosof ketuhanan (al-falsafat al-nazhariyyatal-Ilahiyyat). 20 Keberhasilan ibnu
miskawih ini di buktikan dengan banyaknya buku yang ditulisnya, antara lain:
i. Al-fauz al-Ashghar
ii. Al-Fauz al-Akbar
iii. Tajarib al-Umam
iv. Tartib al-Sa’adah
v. Al-Mustawfi
vi. Al-Jami’
vii. Jawizan Khard
viii. Tahdzib al-Akhlak waTthat-hir al-A’raq

19
Prof. Dr. mukhtar Latif, M.Pd., orientasi ke arah pemahaman filsafat ilmu. (Jakarta:
prenadamedia group, 2014), hlm 67-68.
20
Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A., Filsafat Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 127-128.
ix. Al-Adwiyah
x. Al-Asyribah.21

4) Ibnu sina
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husain Ibn Abdillah Ibn Hasan Ibn Ali
Ibn Sina. Di Eropa dikenal dengan nama Avicenna. Ia dilahirkan pada tahun 370
H (980 M) di suatu tempat yang bernama Afsyana di Bukhara. Wilayah ini
dikuasai oleh daulat samani khalifahnya adalah Nuh Ibn Manshur (340 H / 980
M).22 Menjelang usia 17 tahun, ia telah dikenal sebagai seorang ahli kedokteran,
dan pada usia 17 tahun telah berhasil mengobati Pangeran Nuh Ibnu Manshur,
sehingga ia diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkunjung ke
perpustakaan pangeran tersebut. Kecemerlangan Ibnu Sina dalam bidang
kedokteran itu menyebabkan ia dikenal sebagai Amir al-Thibba’ (pangeran
dokter-dokter). Setelah ayahnya wafat, pada saat itu ia berjumpa dengan Abu
‘Ubaid al-Juzajani yang kemudian menjadi seorang muridnya yang menulis
sejarah hidupnya. Karena terjadi kekacauan politik di kota itu, sehingga tidak
lama kemudian ia pindah ke Hamazan, di mana ia berjumpa dengan penguasa
wilayah ini, yakni Raja Syamsud daulah dari dinasti Buwaihi.23

Di antara karya tulisnya yang terpenting, yakni sebagai berikut:

i. Al-Syifa’ berisikan uraian tentang filsafat yang terdiri atas empat


bagian: ketuhanan, fisika, matematika, dan logika.
ii. Al-Najat berisikan keringkasan dati kitab al-Syifa’.
iii. Al-Qanun fi al-Thibb, berisikan ilmu kedokteran yang terbagi atas lima
kitab dalam berbagai ilmu dan berjenis- jenis penyakit dan lain-
lainnya.

21
Prof. Dr. Muhaimin, M.A.,et al, Studi Islam, (Jakarta: Putra Grafika, 2018), hlm. 328.
22
Ibid, hlm.328.
23
Op.cit, hlm. 329
iv. Al- Isyarat wa al-Tanbihat, isinya mengandung uraian tentang logika
dan hikmah.24

5) Al-Ghazali

Nama lengkapnya yaitu Abu Hamid Muhammad Ibnu Ahmad Al-Ghazali Al-
Thusi. Ia dilahirkan pada tahun 450 H/ 1058 M di Ghazal, Thus, Provinsi
Khurasan, Republik Islam Iran. Al-Ghazali bertemu dengan Yusuf Al- Nassaj,
seorang guru sufi kenamaan pada masa itu, dan di sini pula sebagai titik awal bagi
perkembangan pemikiran islam. Sepeninggal guru nya Al-Ghazali belajar di Thus
pada seorang ulama yang bernama Ahmad Ibnu Muhammad Al-Razakanya Al-
Thusi. Selanjutnya ia belajar pula kepada Abu Nashr Al-Isma’ily di Jurjan dan
akhirnya ia masuk ke sekolah Nizhamiyah di Naisabur yang dipimpin oleh Imam
Al-Haramain. Imam ini sangat menonjol kemahirannya dalam ilmu kalam Al-
Asy’ary. Dari pengaanut mazhab Syafi’i inilah Al-Ghazali memperoleh ilmu
pengetahuannya, seperti ilmu fiqih, ilmu kalam, dan ilmu logika. Di bawah ini
hanya akan disebutkan beberapa warisan dari karya ilmiahnya yang paling besar
pengaruhnya terhadap pemikiran umat islam.

i. Ihya’ Ulum Al-Din, berisikan kumpulan pokok- pokok agama dan


akidah, ibadah, akhlak, dan kaidah-kaidah suluk.
ii. Al-Iqtishad fi Al-I’tiqad, diuraikan di dalamnya akidah menurut aliran
Al-Asy’aria.
iii. Maqasid Al-Falasifat, berisikan ilmu mantiq, alam, dan ketuhanan.
iv. Tahafut Al-Falasifat, berisikan kritikan terhadap para filosof.
v. Al-Munqiz Min Al-Dhalal.
vi. Mizan Al-‘Amal, penjelasan tentang akhlak.25

24
Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A., Filsafat Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 94
25
Ibid, hlm. 156-159
Bab 3

Penutup

Kesimpulan

filsafat secara sederhana berarti cinta pada pengetahuan atau


kebijaksanaan. Cara manusia mencari dan menemukan kebenaran itu ada tiga
macam, yaitu dengan agama, filsafat, dan dengan ilmu. Antara ketiganya ini
mempunyai persamaan, perbedaan, dan titik singgung. Filsafat muncul di
Yunani semenjak kira-kira abad ke-7 sebelum masehi. Filsafat muncul ketika
orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia,
lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama
lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu. tokoh-tokoh filsafat muslim
yaitu: Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Miskawih, Ibnu Sina, Al-Ghazali.

Daftar pustaka
Muhaimin, 2005, studi islam dalam ragam dimensi dan pendekatan, Jakarta:
Prenadamedia.

Sirajuddin Zar, 2009, Filsafat Islam, Jakarta: Rajawali Pers.

Muhaimin, 2018, M.A.,et al. Studi Islam, Jakarta: Putra Grafika.


Latif Mukhtar, 2014, orientasi ke arah pemahaman filsafat ilmu. Jakarta:
Prenadamedia group.

Anda mungkin juga menyukai