Anda di halaman 1dari 22

Kata Pengantar

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana atas
berkat dan pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing bapak Rojaki M.Pd.
yang telah membimbing kami sehingga bisa menyelesaikan makalah ini sesuai
waktu yang telah ditentukan. Terimakasih juga kepada teman-teman yang turut
andil dalam terselesainya makalah ini.

Sholawat serta salam senantiasa kami haturkan kepada suri tauladan kita
Nabi Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya di hari kiamat
nanti.

Makalah ini kami buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan


dan pemahaman mengenai Ejaan dengan harapan agar para mahasiswa bisa lebih
memperdalam pengetahuan tentang Ejaan. Makalah ini juga dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Dengan segala keterbatasan yang ada penulis telah berusaha dengan segala daya
dan upaya guna menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwasanya
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
menyempurnakan makalah ini. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan banyak
terimakasih.

Palembang, Agustus 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………..………………………………I

Kata Pengantar …………………………………….….…………………………..1

Daftar Isi ……………………………………….…….……………………………2

BAB I PENDAHULUAN

 Latar Belakang…………………………..……………………………… ..3


 Rumusan Masalah ……….…………………..……………………………3
 Tujuan Penulisan ……………………………………..………………...…4

BAB II PEMBAHASAN

 Pengertian Ejaan ……………………………………………….………… 5


 Fungsi Ejaan Dalam Bahasa Indonesia …………………………………...6
 Sejarah Perkembangan Ejaan ……………………………..………………7
 Ruang Lingkup Ejaan Dalam Bahasa Indonesia ……………….………..13

BAB III PENUTUP

 Kesimpulan ………………………………….…………………………..20
 Saran ………………………………………..……………………………20

Daftar Pustaka ………………………………………...…………………………22

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain


digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan
sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan
reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi
dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar,
sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media
penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau
materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut
secara baik dan benar.
Gunakanlah tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.
Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran
aturan baku tersebut digunakan dalam hal ini kita selaku warga negara yang baik
hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang
baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub materi dalam
ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur
etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di
sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya
diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat
sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan dalam
keseharian.

2. Rumusan Masalah

a) Apa pengertian dari Ejaan ?


b) Apa fungsi dari Ejaan ?
c) Bagaimana sejarah perkembangan Ejaan ?
d) Apa saja ruang lingkup Ejaan ?

3
3. Tujuan Penulisan

a) Untuk memahami pengertian dari Ejaan.


b) Untuk memahami Fungsi dari Ejaan.
c) Untuk memahami sejarah perkembangan Ejaan.
d) Untuk mengetahui ruang lingkup Ejaan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ejaan
Kata “ejaan” berasal dari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat
akhiran –an. Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka
turunan dari bahasa lisan. Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah bahsa
lisan terutama yang tidak baku, sangat simpel. Setelah Islam datang, di
Nusantara digunakan huruf arab untuk menulis bahasa melayu. Pada 1901
pertama kali penggunaan huruf latin untuk bahasa melayu. Ejaan ini dikenal
dengan ejaan Van Ophuijsen.
Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan
(huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja
adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan
adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah
pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.
Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna.
Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang
harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-
rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah
kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan
(EYD). EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan dalam
sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan

5
sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal
dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik
Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa
Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai
dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan
unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.
Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang
menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis
memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD
digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.

B. Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia


Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut
pembakuan tata bahasa maupun kosa kata dan peristilahan, ejaan
mempunyai fungsi yang cukup penting. Oleh karena itu, pembakuan ejaan
perlu diberi prioritas lebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan, antara lain,
berfungsi sebagai :
1.Landasan pembakuan tata bahasa.
2. Landasan pembakuan kosakata dan peristilahan.
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa
Indonesia.
4. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
5. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
6. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa
Indonesia
Apabila pembakuan ejaan telah dalam dilaksanakan, pembakuan aspek
kebahasaan yang lain pun dapat ditunjang dengan keberhasilan itu,
terutama jika segenap pemakai bahasa yang bersangkutan telah menaati
segala ketentuan yang terdapat di dalam buku pedoman.

6
Ejaan sebenarnya juga mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis,
ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna
informasi yang disampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis
itu dapat dicapai jika segala ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah
diterapkan dengan baik
.

C. Sejarah Perkembangan Ejaan


1. Ejaan yang diresmikan
A. Ejaan Van Ophuijsen
Aksara Arab Melayu dipakai secara umum di daerah Melayu
dan daerah-daerah yang telah menggunakan bahasa Melayu. Akan
tetapi, karena terjadi kontak budaya dengan dunia Barat, sebagai
akibat dari kedatangan orang Barat dalam menjajah di Tanah
Melayu itu, di sekolah-sekolah Melayu telah digunakan aksara
latin secara tidak terpimpin. Oeh sebab itu, pada tahun 1900,
menurut C.A. Mees (1956:30), Van Ophuijsen, seorang ahli bahasa
dari Belanda mendapat perintah untuk merancang suatu ejaan yang
dapai dipakai dalam bahasa Melayu, terutama untuk kepentingan
pengajaran. Jika penyususnan ejaan itu tidak cepat-cepat dilakukan,
dikh awatirkan bahwa sekolah-sekolah tersebut akan menyusun
dengan cara yang tidak terpimpin sehingga akan muncul kekacauan
dalam ejaan tersebut.
Dalam menyusun ejaan tersebut, Van Ophuijsen dibantu oleh
dua orang pakar bahasa dari Melayu, yaitu Engkoe Nawawi Soetan
Ma’moer dan Moehammad Thaib Soetan Ibrahim. Dengan
menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan Ejaan Belanda, Van
Ophuijsen dan teman-teman berhasil membuat ejaan bahasa
Melayu, yang ejaan tersebut lazim disebut sebagai “Ejaan Van
Ophuijsen”. Ejaan tersebut diresmikan pemakaiannya pada tahun
1901.Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari
Ejaan Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia

7
merdeka. Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van
Ophuysen antara lain sebagai berikut :
Huruf y ditulis dengan j
Misalnya : Sayang-Sajang
Huruf u ditulis dengan oe
Misalnya : Umum-Oemoem
Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda
koma diatas
Misalnya : Rakyat-Ra’yat
Huruf j ditulis dengan dj
Misalnya : Jakarta-Djakarta
Huruf c ditulis dengan tj
Misalnya : Pacar-Patjar
Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch
Misalnya : Khawatir –Chawatir

B. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)


Beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka yakni pada masa
pendudukan Jepang, pemerintah sudah mulai memikirkan keadaan
ejaan kita yang sangat tidak mampu mengikuti perkembangan ejaan
internasional. Oleh sebab itu, Pemerintah melalui Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan melakukan pengubahan ejaan untuk
menyempurnakan ejaan yang dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, pada tahun
1947 muncullah sebuah ejaan yang baru sebagai pengganti ejaan Van
Ophuijsen. Ejaan tersebut diresmikan oleh Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Soewandi, pada
tanggal 19 Maret 1947 yang disebut sebagai Ejaan Republik. Karena
Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan adalah Dr.
Soewandi, ejaan yang diresmikan itu disebut juga sebagai Ejaan
Soewandi. Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Soewandi atau Ejaan

8
Republik itu adalah sebagai berikut :
Huruf /oe/ diganti dengan /u/, seperti dalam kata berikut :

 goeroe menjdi guruitoe menjadi itu


 oemoer menjdi umur

Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k/, seperti dalam kata
berikut :

 Pa’ menjadi Pak


 ma’lum menjadi maklum
 ra’yat menjadi rakyat

Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan, seperti kata


berikut:

 anak-anak menjadi anak2


 berlari-larian menjadi ber-lari-2an
 berjalan-jalan menjadi ber-jalan2

Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan


kata yang mengikutinya, seperti berikut :

 Diluar (kata depan), dikebun (kata depan), ditulis (awalan),


diantara (kata depan), disimpan (awalan), dipimpin (awalan),
dimuka (kata depan), ditimpa (awalan), disini (kata depan).

Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antar
suku kata diftong, seperti kata berikut

 Didjoempaϊ menjadi didjumpai


 Dihargaϊ menjadi dihargai
 Moelaϊ menjadi mulai

Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi, seperti pada kata berikut :

9
 ekor menjadi ekor
 heran mejadi heran
 merah menjadi merah
 berbeda menjadi berbeda

Di hadapan tj dan dj, bunyi sengau ny dituliskan sebagai n untuk

 mengindahkan cara tulis


 Menjtjuri menjdi mentjuri
 Menjdjual menjadi mendjual

Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran


dianggap sebagai suku-suku kata yang terpisah

 be-rangkat menjadi ber-angkat


 atu-ran menjadi atur-an

C. Ejaan Yang Disempurnakan


Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia
(Bapak Soeharto) meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan yang lazim disingkat dengan EYD. Peresmian
ejaan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun
1972. Dengan dasar itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan yang memuat berbagai patokan
pemakaian ejaan yang baru. Buku yang beredar yang memuat kaidah-
kaidah ejaan tersebut direvisi dan dilengkapi oleh suatu badan yang
berada di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang
diketuai oleh Prof. Dr. Amran Halim dengan dasar surat keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 12 Oktober 1972,
Nomor 156/P/1972. Hasil kerja komisi tersebut adalah berupa sebuah
buku yang berjudul Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

10
Disempurnakan yang diberlakukan dengan surat keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0196/1975.
Pembentukan Istilah.Badan itu bernama Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa yang sekarang bernama Pusat Bahasa.
Bersama buku tersebut, lahir pula sebuah buku yang berfungsi sebagai
pendukung buku yang pertama, yaitu buku Pedoma. Beberapa hal
yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan itu adalah sebagai berikut :

Ø Huruf yang berubah fungsi adalah sebagai berikut


a. /dj/ djalan menjadi /j/ jalan
b. /j/ pajung menjadi /y/ paying
c. /nj/ njanji menjadi /ny/ nyanyi
d. /sj/ isjarat menjadi /sy/ isyarat
e. /tj/ tjukup menjadi /c/ cukup
f. /ch/ achir menjdi /kh/ akhir
Ø Peresmian penggunaan huruh berikut yang sebelumnya belum
resmi adalah :
a. pemakaian huruf /f/ dalam kata maaf, fakir
b. pemakaian huruf /v/ dalam kata universitas, valuta
c. pemakaian huruf /z/ dalam kata lezat, zeni
Ø Huruf yang hanya dipakai dalam ilmu eksakta, adalah sebagai
berikut:
a. pemakaian huruf /q/ dalam rumus a:b = p:q
b. pemakaian huruf /x/ dalam istilah Sinar-X
Ø Penulisan di- sebagai awalan dan penulisan di sebagai kata depan
dilakukan seperti berikut :
a. penulisan awalan di- diserangkaiakan dengan kata yang
mengikutinya, seperti dimakan.
b. penulisan kata depan di dipisahkan dengan kata yang
mengikutinya, seperti di muka, di pojok, di antara.

11
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu terdapat
pembicaraan yang lengkap, yaitu:

1. pembicaraan tentang nama dan penulisan huruf


2. pembicaraan tentang pemakaian huruf
3. pembicaraan tentang penulisan kata
4. . pembicaraan tentang penulisan unsur serapan
5. pembicaraan tentang pemakaian tanda baca.

Dengan lahirnya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu kini


kita dapat merasakan bahwa ejaan bahasa kita sudah tidak perlu
diubah lagi. Jika ada hal-hal yang perlu dimasukkan ke dalam ejaan
yang selama ini tidak diatur dalam ejaan tersebut, cukup ejaan itu
direvisi dalam edisi berikutnya.

2. Ejaan yang tidak diresmikan

A. Ejaan Melindo
Pada akhir tahun 1950-an para penulis mulai pula
merasakan kelemahan yang terdapat pada Ejaan Republik itu.
Ada kata-kata yang sangat mengganggu penulisan karena ada
satu bunyi bahas yang dilambangkan dengan dua huruf, seperti
dj, tj, sj, ng, dan ch. Para pakar bahasa menginginkan satu
lamabang untuk satu bunyi. Gagasan tersebut dibawa ke dalam
pertemuan dua Negara, yaitu Indonensia dan Malaysia. Dari
pertemuan itu, pada akhir tahun 1959 Sidang Perutusan
Indonensia dan Melayu (Slametmulyana dan Syeh Nasir bin
Ismail, masing-masing berperanan sebagi ketua perutusan)
menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal
dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
Konsep bersama itu memperlihatkan bahwa satu bunyi bahasa
dilambangkan dengan satu huruf. Salah satu lambing itu

12
adalah huruf j sebagai pengganti dj, huruf c sebagai pengganti
huruf tj, huruf η sebagai pengganti ng, dan huruf ή sebagai
pengganti nj. Sebagai contoh :
sejajar sebagai pengganti sedjadjar
mencuci sebagai pengganti mentjutji
meηaηa sebagai pengganti dari menganga
berήaήi sebagai pengganti berjanji
Ejaan Melindo tidak pernah diresmikan. Di samping terdapat
beberapa kesukaran teknis untuk menuliskan beberapa huruf,
politik yang terjadi pada kedua negara antara Indonesia-
Malaysia tidak memungkinkan untuk meresmikan ejaan
tersebut. Perencanaan pertama yang dilakukan dalam ejaan
Melindo, yaitu penyamaan lambang ujaran antara kedua
negara, tidak dapat diwujudkan. Perencanaan kedua, yaitu
pelambangan setiap bunyi ujaran untuk satu lambang, juga
tidak dapat dilaksanakan. Berbagai gagasan tersebut dapat
dituangkan dalam Ejaan bahasa Indonensia yang
disempurnakan yang berlaku saat ini.

D. Ruang lingkup Ejaan dalam Bahasa Indonesia


Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari hal-hal berikut :
1. Pemakaian Huruf
Nama huruf bahasa Indonesia seperti yang kita kenal dengan huruf
abjad dan ada juga penggabungan untuk melambangkan diftong
seperti: Au(harimau), atau penggabungan khusus, seperti:
ng(lambang). Ejaan Indonesia menggunakan ejaan fonemis dimana
hanya ada satu bunyi utuk satu lambang, lain dengan bahasa Inggris
yang satu lambang memiliki beberapa bunyi. Karena bahasa Indonesia
menggunakan satu sistem ejaan, pada dasarnya lafal singkatan dan kata
mengikuti bunyi nama huruf secara konsisten, seperti: bus(dibaca:bus)

13
Yang harus diperhatikan dalam persukuan (pemenggalan kata),
(1)menggunakan tanda hubung, (2)tidak memenggal kata dengan garis
bawah, (3)hindari penggalan satu huruf. Begitupun dengan nama
orang, hanya dibenarkan dengan memisahkan nama pertama dan nama
kedua. Penulisan nama diri ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku.

2. Penulisan Huruf
Huruf terdiri dari: huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring.
Huruf kapital digunakan sebagai:
-huruf pertama awal kalimat
-huruf pertama petikan langsung
-huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal
keagamaan
-huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan yang diikuti nama
orang
-huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang.
-huruf pertama nama orang
-huruf pertama hubungan kekerabatan seperti: bapak, ibu, saudara
yang dipakai sebagai kata ganti.
Huruf miring digunakan untuk:
-menulis nama buku, majalah yang dikutip dari karangan
-menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok
kata
-menuliskan nama ilmiyah atau ungkapan asing.

3. Penulisan Kata
Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Penulisan kata turunan:
-imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasar
-kalau gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikutinya.

14
-kalau gabungan kata, awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan
kata tersebut
-kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam unsur
kombinasi:
Jika bentuk terikat diikuti kata berhuruf awal kapital, maka antara
keduanya diberi
tanda hubung. Jika kata maha diikuti kata esa dan selainkata dasar
sebagai unsur gabungan, maka ditulis terpisah. Bentuk kata ulang
ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata hubung.
Penulisan gabungan kata:
-kata majemuk, istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.
-istilah khusus yang mungkin akan menimbulkan salah baca diberi
tanda hubung.
-kata yang dianggap sudah satu ditulis serangkai.
Penulisan kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya. Kata si dan sang ditulis terpisah dengan kata
yang mengikutinya.
Penulisan partikel:
-partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
-partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah.
Penulisan singkatan dan Akronim:
-singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat
diikuti dengan tanda titik.
-singkatan nama resmi lembaga dan nama dokumen resmi , huruf awal
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik,
misalnya: BPK, PT, KTP, SLTP.
-singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu
titik, misalnya:dkk.
-singkatan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.

15
- akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan hruruf kapital.
-akronim yang berupa gabungan kata atau huruf dari deret kata ditulis
dengan huruf awal huruf kapital, misalnya: Angkatan Bersenjata RI
(Akabri).
-akronim yang bukan nama diri berupa gabungan kata atau huruf dan
suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan angka lambang bilangan:
-Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
-angka digunakan untuk menyatakan : panjang, berat, dan isi, satuan
waktu, mata uang, nomor jalan.
-penulisan lambang bilangan, misalnya: 3/8(tiga perdelapan)
-penulisan kata bilangan tingkat
-penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an ditulis dengan
angka atau dengan ejaan.
-Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja
sebagian supaya mudah dibaca, kecuali dalam dokumen resmi.
-bilangan tidak perlu ditulis angka dan huruf sekaligus kecuali pada
dokumen resmi.
-bilangan yang dilambangkan dengan kata dan huruf, penulisannya
harus tepat.

4. Penulisan Unsur Serapan


Bahsa arab sebenarnya sudah banyak yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia dan relatif konsisten. Untuk menyerap bahasa arab, kita
harus memperhatikan:
-unsur mad (panjang) ditiadakan.
-konsonan yang tidak ada dalam bahasa indonesia sebaiknya diadaptasi
dengan fonem yang berdekatan dengan fonem bahasa indonesia baik
lafal maupun ejaannya, seperti: rizq(rezeki).
Jika tidak, maka tulislah sesuai lafal sebenarnya dengan huruf miring.

16
5. Pemakaian Tanda Baca
Orang sering mengabaikan tanda baca yang sebenarnya sangat
membantu orang dalam memahami bacaan.
1. Tanda titik (.)
2. Tanda koma (,)
3. Tanda titik koma (; )
4. Tanda titik dua (: )
5. Tanda hubung (-)
6. Tanda tanya (?)
7. Tanda seru (!)
8. Tanda kurung ((…))
9. Tanda garis miring ( / )
10. Tanda petik ganda ("“…” ")
11. Tanda pisah (--)
12. Tanda elipsis (...…)
13. Tanda kurung siku ([ ])
14. Tanda petik tunggal ( ' '‘…)
15. Tanda penyingkat ( ‘' )

Berikut produk yang disajikan untuk melengkapi pemahaman tentang


Ejaan :
Bandingkanlah kedua paragraf berikut ini!
Kejahatan merupakan suatu peristiwa penyelewengan terhadap
norma norma atau perilaku teratur yang menyebabkan terganggunya
ketertiban dan ketentraman kehidupan manusia perilaku yang
dikualifikasikan sebagai kejahatan biasanya dilakukan oleh sebagian
besar warga masyarakat atau penguasa yang menjadi wakil wakil
masyarakat seharusnya ada sesuatu keserasian pendapat antara kedua
unsur tersebut walaupun tidak mustahil terjadi perbedaan perbedaan
perbedaan tersebut mungkin timbul kareana kedua unsure tadi tidak

17
sepakat mengenai kepentingan kepentingan pokok yang harus
dilindungi

Dapatkah anda memahami tulisan tersebut diatas?Mungkin dapat tetapi


agak sulit. Cobalah membaca kembali tulisan dibawah ini !

Kejahatan merupakan suatu peristiwa penyelewengan terhadap


norma-norma atau perilaku teratur yang menyebabkan terganggunya
ketertiban dan ketentraman kehidupan manusia. Perilaku yang
dikualifikasikan sebagai kejahatan biasanya dilakukan oleh sebagian
besar warga masyarakat atau penguasa yang menjadi wakil-wakil
masyarakat. Seharusnya ada sesuatu keserasian pendapat antara
kedua unsur tersebut walaupun tidak mustahil terjadi perbedaan.
Perbedaan-perbedaan tersebut mungkin timbul kareana kedua unsur
tadi tidak sepakat mengenai kepentingan-kepentingan pokok yang
harus dilindungi.

Kita dapat melihat bahwa tulisan yang sudah diberi tanda baca serta
diperbaiki ejaannya jauh lebih mudah dan juga lebih cepat untuk
dipahami.Itulah mengapa, kemampuan dalam menerapkan ejaan dan
tanda baca sangat dituntut dalam tulis menulis.

Contoh Ejaan Yang Disempurnakan :

BUNUH DIRI DIKALANGAN REMAJA


Dari waktu ke waktu jumlah kasus bunuh diri terus bertambah.
Tidak hanya dikalangan orang dewasa tetapi juga terjadi pada remaja
bahkan anak-anak. Sebenarnya tidak seorangpun yang menginginkan
seperti ini tetapi keinginan manusia sering kali diarahkan oleh banyak
faktor yang terjadi diluar kendali kita sendiri sampai akhirnya
seseorang tiba pada keyakinan bahwa bunuh diri justru adalah jalan

18
terbaik untuk menyelesaikan masalahnya. Bagaimana hal itu bisa
terjadi? Dan bagaimana menghindarinya.

Dalam paragraf di atas ada beberapa kesalahan penerapan EYD, yaitu


penulisan kata dikalangan, seorangpun, dan diluar seharusnya
dipisahkan, penulisan kata sering kali seharusnya digabungkan, dan
sebelum kata tetapi seharusnya diberi tanda baca koma.

19
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa
Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari
pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur
serapan.
Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia
a. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
b. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia
Perkembangan ejaan di Indonesia telah mengalami beberapa pergantian, mulai
dari ejaan Van Ophuijsen, ejaan Soewandi (republik), dan ejaan yang
disempurnakan. Bahkan terdapat ejaan yang dirundingkan bersama antara
Indonesia dan Malaysia, yakni ejaan Melindo.Namun, karena faktor-faktor
tertentu ejaan tersebut tidak dapat diresmikan.
Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari
Pemakaian Huruf
Penulisan Huruf
Penulisan Kata
Penulisan Unsur Serapan
Pemakaian Tanda Baca

2. Saran
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu mengingatkan
kepada masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang
baik dan benar.Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam
proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.Dengan mempelajari

20
ejaan yang disempurnakan maka proses pembelajaran, pemahaman, dan penulisan
bahasa Indonesia akan menjadi lebih mudah. Untuk itu pelajarilah ejaan yang
disempurnakan dengan sungguh agar dapat dimengerti.

21
DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non


Jurusan. Cetakan ke-16, revisi (3). Jakarta : Diksi Insan Mulia
http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/05/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia
http://ibnuhasansibuan.wordpress.com/2011/03/06sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia
Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta.
:KawanPustaka
Hs, Widiono. 2005. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Di Peruruan Tinggi). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan
Depdikbud. 2008. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Jakarta: Hi-Fest Publishing.
Tim Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.
http://ipsb2011.wordpress.com/2012/04/18/arti-fungsi-dan-ragam-bahasa-oleh-
kelompok-1/
http://ridiawan.blogspot.com/2012/02/perkembangan-ejaan-bahasa-indonesia.html
http://iffah1995.blogspot.com/2015/04/makalah-ejaan-dalam-bahasa-indonesia.html
http://budipurnomoagung.blogspot.com/2013/11/fungsi-ragam-bahasa-dan-ejaan.html

22

Anda mungkin juga menyukai