Disusun oleh :
Amalia Mu’tazilah 182151101
Nina Nur Agni 182151036
Rista Marsela 182151141
Wildan Anugrah 172151158
UNIVERSITAS SILIWANGI
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Robbi, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Model Pembelajaran Eksploratif dan Generatif”,
yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Pembelajaran
Matematika.
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
kami alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang-orang
terdekat, sehingga kami mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih
memiliki banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun dari segi sistematika
penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan luas serta manfaat bagi kami pada khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek pembangunan yang harus
dikembangkan, karena pendidikan memiliki peranan yang sangat penting
dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia
dituntut memiliki kemampuan dalam memperoleh, memilih, mengelola,
dan menindaklanjuti informasi untuk dimanfaatkan dalam kehidupan
yang dinamis, sarat tantangan dan penuh kompetisi. Kemampuan yang
harus dimiliki saat ini, yakni kemampuan berpikir kritis, kreatif, logis dan
sistematis sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika memerlukan suatu strategi yang dapat
mengaktifkan peserta didik secara keseluruhan dan mampu
mengembangkan potensinya secara maksimal. Pembelajaran matematika
sendiri merupakan upaya untuk memfasilitasi, mendorong dan
mendukung peserta didik dalam belajar matematika.
Berikut ini adalah pendapat dari De Lange (Shadiq, Fadjar, 2014:
8) yang mengemukakan bahwa kompetensi atau kemampuan yang harus
dipelajari dan dikuasai para peserta didik selama proses pembelajaran
matematika di kelas terdiri dari: berpikir dan bernalar secara matematik
(mathematical thinking and reasoning), berargumentasi secara matematik
(mathematical argumentation), berkomunikasi matematik (mathematical
communication), pemodelan (modelling), penyusunan dan pemecahan
masalah (problem possing dan solving), representasi (representation),
simbol (symbol), alat dan teknologi (tools and technology).
Kedelapan kompetensi tersebut merupakan aspek yang penting
untuk dipelajari dalam matematika, salah satunya kemampuan penalaran
matematik sehingga peserta didik harus mampu mengkaji dan berpikir
(bernalar) secara logis, kritis dan sistematis. Menurut Haerudin (2015: 23)
“Penalaran matematika merupakan suatu kebiasaan otak yang apabila
dikembangkan dengan baik dan konsisten akan memudahkan dalam
1
mengkomunikasikan matematika baik secara tertulis maupun lisan”.
Namun pada kenyataannya kemampuan penalaran matematik peserta
didik masih rendah. Terlihat dari hasil penemuan Wahyudin (Hadi,
Windia, 2016: 96) mengemukakan “Salah satu kelemahan yang ada pada
siswa antara lain kurang memiliki kemampuan nalar yang logis dalam
menyelesaikan persoalan atau soal-soal matematika”. Untuk itu
pengajaran matematika memerlukan cara pengajaran yang dapat
meningkatkan penalaran peserta didik, tidak hanya pada tataran hafalan
atau aplikasi saja.
Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, perlu diterapkannya
model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran
peserta didik melalui proses pembelajaran yang memberikan peluang
kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam mengonstruksi
pengetahuannya sehingga peserta didik mampu mengatasi kesulitan
dalam menggunakan rumus untuk menganalisis situasi, begitupun
kemampuan mereka untuk memberikan penjelasan dengan menggunakan
model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan. Alternatif model pembelajaran
matematika yang dapat mendukung dalam meningkatkan kemampuan
penalaran matematik adalah model pembelajaran yang berlandaskan pada
paham konstruktivisme, dengan asumsi dasar bahwa pengetahuan
dikonstruksi dalam pikiran peserta didik yaitu model pembelajaran
eksploratif dan generatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan
beberapa permasalahan, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran eksploratif?
2. Bagaimana karakteristik model pembelajaran eksploratif?
3. Bagaimana sintak model pembelajaran eksploratif?
4. Bagaimana strategi model pembelajaran eksploratif?
5. Apa saja kelebihan dari model pembelajaran eksploratif?
6. Apa saja kekurangan dari model pembelajaran eksploratif?
7. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran generatif?
2
8. Bagaimana karakteristik model pembelajaran generatif?
9. Bagaimana sintak model pembelajaran generatif?
10. Bagaimana strategi model pembelajaran generatif?
11. Apa saja kelebihan dari model pembelajaran generatif?
12. Apa saja kekurangan dari model pembelajaran generatif?
C. Tujuan
a. Bagi Penulis
Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan tentang
model pembelajaran eksploratif dan generatif dalam dunia pendidikan.
b. Bagi Pembaca
Sebagai bahan bacaan dan bahan acuan bagi tulisan-tulisan lain
yang membutuhkan referensi berkaitan dengan materi model
pembelajaran eksploratif dan generatif, dan bagi calon pendidik sebagai
dasar dalam proses pembelajaran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
kegiatan eksplorasi yang dilakukannya. Dalam pembelajarannya
diawali dengan membangun pengetahuan awal untuk mencari
informasi tentang materi yang akan dipelajari, melalui kegiatan
eksplorasi terhadap pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa.
Pembelajaran eksploratif memiliki kesamaan dengan
pendekatan investigasi tetapi juga memiliki perbedaan. Hal ini sejalan
dengan yang diungkapkan oleh Cifarelli dan Cai yang menyatakan
bahwa investigasi matematika lebih banyak digunakan oleh peneliti,
berkaitan dengan penggunaan strategi formal dalam aktivitas mencari
solusi masalah seperti penggunaan berbagai metode ilmiah dan
aktivitas penalaran. Sedangkan eksplorasi matematika menunjukkan
suatu aktivitas yang berkaitan dengan penggunaan strategi formal dan
tidak formal untuk mencari suatu solusi permasalahan. Baik itu
investigasi maupun eksplorasi matematika merupakan bentuk khusus
dari kegiatan pemecahan masalah.
5
b. Menggunakan Beragam Pendekatan, Media dan Sumber Belajar
Dalam model pembelajaran eksploratif guru dapat
menggunakan atau menggabungkan berbagai pendekatan lain. Hal
itu karena hampir semua pendekatan terdapat fase eksplorasi yang
memberikan kesempatan pengalaman belajar untuk siswa
memperoleh informasi. Selain itu guru juga dapat menggunakan
berbagai media pembelajaran yang mendukung berbagai macam
gaya belajar siswa. Media ini harus dapat menjadi jembatan untuk
memahami informasi salah satunya konsep matematika yang
abstrak. Dalam proses pembelajarannya, guru juga dapat
memanfaatkan berbagai sumber belajar yang terdapat di
lingkungan untuk mempermudah dalam proses eksplorasi yang
dilakukan siswa. Dengan demikian maka pembelajaran akan
menjadi lebih menarik.
c. Memfasilitasi Terjadinya Interaksi Antarpeserta Didik
Dalam model pembelajaran eksploratif, pembelajaran
berlangsung dua arah yakni adanya interaksi guru dan siswa
ataupun interaksi antar siswa. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk menimbulkan interaksi dalam pembelajaran yaitu
adanya kegiatan diskusi kelompok yang dilakukan oleh siswa
dalam mengeksplor informasi. Dengan adanya kegiatan diskusi ini
dapat melatih siswa dalam berinteraksi dengan siswa lainnya.
Kegiatan interaksi antar siswa ini dapat memberi manfaat untuk
menambah wawasan pengetahuan siswa.
d. Guru Memberi Umpan Balik Positif terhadap Hasil Belajar Peserta
Didik
Kegiatan umpan balik dapat dilakukan dengan memberikan
saran atau masukan dan penguatan positif terhadap hasil belajar
siswa. Kegiatan umpan balik ini sangatlah penting bagi siswa
untuk membangun pengetahuan dan kemampuan peserta didik.
6
e. Guru Memberi Konfirmasi terhadap Eksplorasi Peserta Didik.
Setelah siswa melakukan kegiatan eksplorasi, guru harus
melakukan konfirmasi dari hasil pengetahuan yang diperoleh siswa
selama kegiatan eksplorasi yang dilakukannya. Hal ini bertujuan
agar pengetahuan atau informasi yang didapat siswa dapat
diluruskan, jika terjadi kesalahan dan diperjelas pengetahuan
tersebut.
f. Guru Memberikan Kesempatan kepada Peserta Didik untuk
Merefleksi Pengalaman Belajarnya.
Setelah kegiatan eksplorasi selesai, guru dan siswa dapat
melakukan kegiatan refleksi guna melihat kembali selama kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini berguna untuk melihat
ketercapaian tujuan pembelajaran dan memperbaiki proses
pembelajaran di lain waktu.
7
tersebut diperoleh dari aktivitas diskusi antar siswa maupun buku.
Kegiatan siswa dilakukan melalui belajar kelompok kecil atau
berpasangan. Setiap siswa mengungkapkan ide yang terkait dengan
permasalahan kepada siswa lain sehingga ide tersebut menjadi
perbandingan dan pertimbangan dalam melakukan kegiatan
penyelidikan.
c. Tahap Analisis Data
Setelah kegiatan pengumpulan data dan informasi, siswa masuk
pada tahap analisis data. Kegiatan belajar seperti ini dilakukan
dengan menganalisis data setiap kelompok sehingga diperoleh
suatu penyelesaian masalah. Guru memberikan bantuan melalui
teknik scaffolding dengan melontarkan pertanyaan yang bersifat
mengarahkan kegiatan belajar siswa. Pada tahap ini, guru juga
harus mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan suatu
fenomena nyata terkait ilmu matematika. Hal ini bertujuan untuk
membantu dalam kategori siswa kurang dan tidak mampu
menyelesaikan masalah untuk memecahkan permasalahan.
d. Tahap Mempresentasikan Laporan Hasil dan Penyimpulan
Setelah melakukan analisis data dengan berbagai cara
kemudian siswa menyampaikan hasil laporan, hasil pemecahan
masalah baik secara tertulis ataupun lisan. Guru dan siswa
mengoreksi bersama hasil eksplorasi yang telah ditemukan siswa.
Hasil seluruh eksplorasi siswa disimpulkan melalui bimbingan
guru.
8
mengaplikasikan pengetahuan awal yang dimilikinya untuk
menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
b. Eksplorasi Individu
Siswa dituntut untuk mengingat kembali materi-materi yang
berkaitan dengan konsep yang diajarkan dengan menggunakan
pengetahuan lama (struktur kognitif lama) untuk membantu
menyelesaikan masalah yang baru.
c. Presentasi
Tahap ini merupakan aktivitas perluasan pemahaman siswa,
dimana siswa lain dan guru memberikan tanggapan, saran dan
perbaikan terhadap hasil presentasi siswa.
d. Eksplorasi Kelompok
Artinya eksplorasi lanjutan yang dilakukan secara berkelompok
karena hasil eksplorasi individu belum maksimal.
e. Diskusi dan Evaluasi
Tahap terakhir dimaksud untuk membahas berbagai variasi soal
yang dapat mengintegrasikan antara kemampuan siswa atau
pemahaman siswa dalam menyelesaikan soa-soal.
9
matematika menggunakan kemampuan yang dimilikinya, baik
materi yang telah dipelajari ataupun dari pengetahuan yang
diperoleh dari lingkungan.
6. Kekurangan Model Pembelajaran Eksploratif
Selain memiliki beberapa kelebihan, model pembelajaran
eksploratif memiliki beberapa kelemahan. Menurut Anggraeni, dkk.
(2014: 123), terdapat tiga kekurangan model pembelajaran eksploratif,
yaitu sebagai berikut.
a. Guru harus pandai memberikan bimbingan kepada siswa
b. Kesulitan siswa dalam memecahkan masalah berbeda sehingga
dalam memberikan bimbingan pun akan terjadi perbedaan
c. Guru harus pandai memilah-milih kemampuan pemecahan masalah
siswa.
10
pendapat Situmeang (2016:37) bahwa model pembelajaran generatif
lebih menitikberatkan pada upaya untuk mengaktifkan siswa dalam
membangun pengetahuan dalam pikirannya. Pandangan yang sama
mengenai pembelajaran generatif juga diungkapkan oleh Chappin dan
Koszalka (2016: 2) yakni, “the learner created ways of remembering
the terms based on previuos knowledge and experiences or based on
the connections among the new information”. Selanjutnya, didukung
pendapat dan Wimberg dan Hollins (Sugilar, 2013:159) sebagai
berikut.
Pada aspek teoritis, pembelajaran generatif erat kaitannya
denga kontruktivisme, strategi pembelajaran yang mirip dengan
pembelajaran kooperatif, menjelajahi perspektif, membangun
pengetahuan di atas pengetahuan sebelumnya, dan secara aktif
mengahsilkan empat elemen ide, yaitu: ingat, integrasi, organisasi dan
elaborasi.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran generatif
merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan
pada siswa untuk membangun konsep materi baru secara mandiri
dengan mengaktifkan pengetahuan yang dimiliki siswa sehinga
menghasilkan elemen ingatan, integrasi, organisasi, dan elaborasi.
Proses membangun ilmu pengetahuan dilakukan dengan memberikan
motivasi belajar, menggunakan berbagai strategi pembelajaran, dan
memori atau ingatan seseorang sehingga menghasilkan suatu informasi
baru. Berdasarkan kegiatan tersebut, terjadi suatu proses metakognisi.
Proses metakognisi merupakan suatu perbaikan pola pikir seseorang.
Pembelajaran aktif yang mendorong siswa melakukan berbagai
kegiatan pembelajaran sehingga menghasilkan konsep baru dan
bertujuan untuk memperbaiki pola pikir seseorang.
Seluruh kegiatan belajar yang dilakukan siswa selama
pembelajaran generatif, bertujuan untuk recall, comprehension, higher
order thingking, dan reading comprehension.
11
2. Karakteristik Model Pembelajaran Generatif
Ciri-ciri pokok dalam pembelajaran generatif yakni sebagai berikut.
a. Siswa memiliki ide awal
b. Siswa tidak menerima secara pasif. Materi ajar dikontruksi oleh
siswa secara mandiri. Berbagai kegiatan belajar dilakukan siswa
didasarkan pada pengetahuan awal. Dengan demikian, materi ajar
diperoleh siswa secara aktif.
c. Siswa akan mengontruksi makna. Pengetahuan awal siswa dan
proses kegiatan belajar aktif, membantu siswa membangun atau
mengontruksi materi ajar. Hal ini berdampak pada perolehan
pemahaman siswa terhadap materi ajar.
d. Siswa mengubah memori yang dimiliki dengan ilmu baru yang
terkontruksi.
12
c. The Challenge Step (Tahap Tantangan)
Tahap tantangan merupakan tahap mengambil kesimpulan
dengan mencatat atau menuliskan hasil diskusi yang dilakukan
dalam kelompok. Setelah itu, hasil diskusi kelompok dapat
disampaikan dalam diskusi kelas. Di sini siswa dapat berpendapat
tentang hasil temuannya dan mereka juga dapat mengetahui hasil
yang ditemukan oleh kelompok lain. Apabila terjadi perbedaan
pendapat, di sinilah guru harus mengarahkan dan membimbing
siswa untuk menemukan suatu kebenaran konsep matematika yang
sedang dibahas.
d. The Aplication Step (Tahap Aplikasi)
Tahap aplikasi merupakan tahap penerapan konsep matematika
hasil temuan dan diskusi yang telah dilakukan. Pada tahapan ini,
guru dapat menyajikan suatu permasalahan matematika yang
berbeda dan menuntut siswa untuk menyelesaikan nya dengan
menggunakan konsep yang telah mereka temukan.
13
d. Aplikasi
Yaitu untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi
yang telah dijelaskan, pada tahap ini siswa diminta untuk
mengerjakan beberapa soal dengan menggunakan ide-ide atau
konsep yang telah dipelajari, membantu siswa menjelaskan hal-hal
yang kurang mengerti dan meminta siswa menyajikan solusi dari
soal yang diberikan.
14
memfasilitasi siswa dalam memperbaiki pola fikir pengetahuan
awal yang dimiliki.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran eksploratif adalah suatu pembelajaran yang
menuntut siswa untuk melakukan semacam percobaan dengan berbagai
cara dalam membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman
atas suatu fenomena.
Model pembelajaran eksploratif ini dapat membuat siswa aktif untuk
terlibat langsung selama proses pembelajaran, dalam rangka memperoleh
informasi dari kegiatan eksplorasi yang dilakukannya. Dalam
pembelajarannya diawali dengan membangun pengetahuan awal untuk
mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari, melalui kegiatan
eksplorasi terhadap pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa.
Model pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran
yang memebrikan kesempatan pada siswa untuk membangun konsep
materi baru secara mandiri dengan mengaktifkan pengetahuan yang
dimiliki siswa sehinga menghasilkan elemen ingatan, integrasi, organisasi,
dan elaborasi. Proses membangun ilmu pengetahuan dilakukan dengan
memberikan motivasi belajar, menggunakan berbagai strategi
pembelajaran, dan memori atau ingatan seseorang sehingga menghasilkan
suatu informasi baru.
Berdasarkan kegiatan tersebut, terjadi suatu proses metakognisi. Proses
metakognisi merupakan suatu suatu perbaikan pola pikir seseorang.
Pembelajaran aktif yang mendorong siswa melakukan berbagai kegiatan
pembelajaran sehingga menghasilkan konsep baru dan bertujuan untuk
memperbaiki pola pikir seseorang.
B. Saran
Dalam model pembelajaran eksploratif dan generatif, hendaknya
pendidik memahami terlebih dahulu sampai sejauh mana materi yang akan
dijelaskan kepada peserta didik. Setiap guru harus dapat memahami model
pembelajaran eksploratif dan generatif dalam pembelajaran Matematika
agar dapat memposisikan dirinya dengan benar sesuai dengan hakekat
16
pendidikan Dengan demikian pendidik harus bisa memberikan motivasi,
semangat dan membantu peserta didik dalam menguasai model
pembelajaran eksploratif dan generatif. Selain itu peserta didik harus siap
menerima materi yang akan diberikan, sehingga peserta didik mampu
menjalani setiap tahapan pembelajaran dan memperoleh pengetahuan yang
diperlukan sesuai dengan tujuan yang telah ditenukan.
17
DAFTAR PUSTAKA