PENDAHULUAN
Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi
dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari hal tersebut kita dapat
mengetahui pengertian dan dimensi kurikulum serta fungsi dan peranan suatu komponen
kurikulum terhadap komponen kurikulum yang lain.
1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan pengertian kurikulum secara umum.
b. Mendeskripsikan pengertian kurikulum terkait dengan dimensi dimensi ide,
dimensi rencana, dimensi aktivitas, dan dimensi hasil.
c. Mendeskripsikan komponen-komponen kurikulum.
d. Mendeskripsikan tentang Organisasi kurikulum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
f. Harold B. Alberty CS memandang kurikulum sebagai “all of the activities that
the provided for the students by the school”. Dengan kurikulum dimaksud segala
kegiatan yang disajikan oleh sekolah bagi para pelajar dan tidak diadakan
pembatasan antara kegiatan di dalam dan di luar kelas.
g. B. Othanel Smith CS. mengartikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman
yang secara potensial dapat diberikan kepada anak, yang diperlukan agar mereka
dapat berpikir dan berkelakuan sesuai dengan masyarakatnya
h. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller, kurikulum lebih luas dari pada hanya
bahan pelajaran, dalam kurikulum termasuk metode belajar dan mengajar, cara
mengevaluasi kemajuan murid dan seluruh program, perubahan dalam tenaga
pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal
struktural mengenai waktu, jumlah, ruangan serta kemungkinan adanya pilihan
mata pelajaran.
i. Alice Miel, kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak
pendidikan yang diperoleh anak di sekolah.
j. Depdikbud, kurikulum dipandang sebagai suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan
pendidikan tertentu. Dari definisi ini mencerminkan adanya: 1) Pendidikan itu
adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan; 2) Di dalam kegiatan
pendidikan itu terdapat suatu rencana yang disusun/diatur; 3) Rencana tersebut
dilaksanakan di sekolah melalui cara yang telah ditetapkan.
4
e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. Tuntutan dunia kerja;
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. Agama;
i. Dinamika perkembangan global;
j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik
yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu,
kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global.
Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab
permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan
dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan.
Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi
dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu. Kurikulum berfungsi
sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang
terkait, baim secara langsung maupun tidak langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah,
pengawas, orangtua, masyarakat dan pihak siswa itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi
siswa kurikulum memiliki enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian,
fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
5
pemegang kebijakan pendidikan dan masyarakat. Dimensi kedua, memandang kurikulum
sebagai bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan dan bahkan sistem masyarakat.
Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia dan prosedur kerja bagaimana cara
menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari
suatu sistem adalah tersusunnya suatu kurikulum dan fungsi dari sistem kurikulum adalah
memelihara aga tetap dinamis. Dimensi ketiga, memandang kurikulum sebagai bidang studi
yaitu bidang studi kurikulum. Hal ini merupakan kajian para ahli kurikulum dan ahli
pendidikan dan pengajaran. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep
– konsep dasar tentang kurikulum, melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan
penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal – hal baru yang dapat memperkaya dan
memperkuat bidang studi kurikulum.
S. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum
memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling
berhubungan. Keempat dimensi tersebut yaitu: (1) kurikulum sebagi ide/gagasan, (2)
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide, (3) kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut
dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoritis
dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis. (4)
kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan. Selanjutnya bila kita merujuk pada dimensi pengertian yang terakhir, maka dapat
dengan mudah mengungkap keempat dimensi kurikulum tersebut dikaitkan dengan
pengertian kurikulum.
6
A. Pengertian Kurikulum Dihubungkan dengan Dimensi Ide
Pengertian kurikum sebagai dimensi yang berkaitan dengan ide pada dasarnya
mengandung makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan
pedoman dan pengembangan kurikulum selanjutnya. Kurikulum sebagai suatu ide pada
dasarnya merupakan sekumpulan ide-ide yang dipikirkan untuk mengembangkan kurikulum
baik dalam skala terbatas (mikro), maupun skala yang luas (makro). Pengertian kurikulum
yang berkaitan dengan dimensi ini, diantaranya:
a. “….the content of instruction without reference to instructional ways or
means” (Henry C. Marrison, 1940).
b. “…curriculum is the substance of the school program. It is the content
pupils are expected to learn” (Donald E. Orlosky and B. Othanel
smith,1978).
c. Curriculm itself is a contruct or concept, a verbalization of an extremely
complex idea or set of ideas” (Olivia, 1997:12).
(Disadur dari Konsep Dasar Kurikulum, Kurtek UPI 2008)
7
Pada dasarnya kegiatan merencanakan meliputi penentuan tujuan pengajaran,
menentukan bahan pelajaran, menentukan alat dan metode dan alat pengajaran dan
merencanakan penilaian pengajaran (Sudjana, 1989: 31). Dengan demikian kegiatan
merencanakan merupakan upaya yang sistematis dalam upaya mencapai tujuan, melalui
perencanaan yang diharapkan akan mempermudah proses belajar mengajar yang kondusif.
Dalam kegiatan perencanaan langkah pertama yang harus ditempuh oleh guru adalah
menentukan tujuan yang hendak dicapai. Berangkat dari tujuan yang kongkrit akan dapat
dijadikan patokan dalam melakukan langkah dan kegiatan yang harus ditempuh termasuk
cara bagaimana melaksanakanya. Dalam pandangan Zais (1976: 297) ada beberapa istilah
yang berkenaan dengan tujuan, antara lain aim goals dan objective. Pada materi ini yang
dimaksud tujuan adalah objective, yaitu tujuan pokok bahasan yang lebih spesifik,
merupakan hasil proses belajar mengajar. Bloom (1954: 18) mengklasifikasikan tujuan
tersebut menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan
menurut Ansary (1988: 95) ada beberapa sumber tujuan pengajar yaitu: kebutuhan anak,
kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan filsafat.
Taba (1962: 200-105) memberi beberapa pentujuk tentang cara merumuskan tujuan
pengajaran yaitu:
a. Tujuan hendaknya mengandung unsure proses dan produk.
b. Tujuan harus bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk prilaku nyata.
c. Mengandung pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tu-juan yang
dimaksudkan.
d. Pencapaian tujuan kadang kala membutuhkan waktu ralatif lama (tak dapat
dicapai dengan segera).
e. Harus realistis dan dapat dimaknai sebagai kegiatan belajar atau pe-ngalaman
belajar tertentu.
f. Harus komprehensif, artinya mencakup semua aspek dan tujuan yang ingin
dicapai sekolah.
Dalam merencanakan proses pembelajaran maka langkah kedua adalah menetapkan
bahan pelajaran. Dalam pandangan Ansary (1988: 120) bahan pelajaran mencangkup tiga
komponen, yaitu ilmu pengetahuan, proses dan nilai-nilai. Dalam hal ini tiga kompunen
tersebut dapat dirinci sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sekolah.
8
Dalam menentukan bahan pelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah akan tetapi
pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi yang serius, karena bahan pelajaran harus
disesuaikan dengan perkembangan sosial di samping-perkembanga ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga dalam menentu-kan bahan pelajaran perlu memperhatikan beberapa hal
yaitu: signifikan-si, kegunaan, minat, dan perkembangan manusiawi (Zais, 1976: 343). Yang
harus diperhatikan adalah bagaimana bahan pelajaran yang akan disajikan kepada anak didik
dirancang dan diogarnisir dengan baik. Nasution (1988: 142) mengartikan organisasi
kurikulum sebagai pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan pada
murid. Sedangkan menurut Ansyar (1988: 122) bahwa organisasi kurikulum mencangkup
urutan, aturan dan integrasi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa guna mencapai tujuan-
tujuan.
Penentuan metode mengajar adalah merupakan langkah ketiga dari tugas guru
sebagai pengembang kurikulum di sekolah. Menentukan me-tode mengajar ini erat dengan
hubungannya pemilihan strategi belajar me-ngajar yang paling efektif dan efensien dalam
melakukan proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran. Waridjan dkk. (1984:
32) mengartikan strategi pengajaran sebagai kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar
mengajar, yang dapat diberikan kemudahan atau fasilitas kepada anak didik menuju
tercapainya tujuan pengajaran.
Menurut Sudjana (1989: 57) ada beberapa hal yang harus menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan metode mengajar yang akan di-gunakan, yaitu:
(1) tujuan pengajaran yang ingin dicapai, (2) bahan pela-jaran yang akan diajarkan,
(3) jenis kegiatan belajar anak didik yang dii-nginkan. Ada beberapa metode
mengajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar
mengajar, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, resitasi, belajar kelompok, dan
sebagainya.
9
Sedangkan langkah ke empat dalam merencanakan pembelajaran adalah
merencanakan penilaian pelajaran. Penilaian pada dasarnya adalah suatu proses menentukan
nilai dari suatu obyek atau peristiwa dalam kon-teks situasi tertentu (Sudjana dan Ibrahim,
1989: 119). Di sisi lain, Hasan (1988: 11) mengatakan bahwa penilaian berbeda dengan tes
dan pengukuran. Tes merupakan bagian integral dari pengukuran, sedangkan pengukur-an
hanya merupakan salah satu langkah yang mungkin digunakan dalam kegiatan penilaian.
10
Dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, seyogyanya seorang guru
memahami langkah-langkah yang harus ditempuh. Apapun langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam proses belajar mengajar meliputi tahap permulaan, tahap pengajaran dan
tahap penilaian serta tindak lanjut (Sudjana, 1989: 68).
Tahap permulaan adalah tahap untuk mengkondisikan siswa agar dapat mengikuti
pelajaran secara kondusif, sedangkan tahap pengajaran adalah tahap inti, saat guru berupaya
menyampaikan materi pelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dalam tahap ini,
penggunaan metode mengajar akan berpengaruh pada pendekatan yang akan dilakukan oleh
seorang guru. Misalnya seorang guru ingin mengaktifkan anak atau peran anak menjadi
lebih dominan, maka metode CBSA adalah metode yang tepat.
a. Kegiatan siswa dalam belajar mandiri, artinya setiap anak yang ada di kelas
melakukan kegiatan belajar masing-masing. Kegiatan belajar tersebut mungkin
sama atau mungkin pula berbeda antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
c. Kegiatan siswa dalam pembelajaran klasikal, artinya semua siswa dalam waktu
yang sama, misalnya bila guru mengajar dengan metode ceramah, maka
kegiatan belajar siswa termasuk metode belajar klasikal.
Salah satu unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penyesuaian untuk
memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Belajar yang
penting bukan menghilangkan hal-hal yang harus dipelajari, tapi mengerti atau memperoleh
pengertian yang jelas tentang sangkutpaut dan hubungan tertentu dalam materi pelajaran
yang megandung suatu masalah.
11
D. Pengertian Kurikulum Dihubungkan dengan Dimensi Hasil
c. “segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang
diharapkan dalam situasi didalam ataupun diluar sekolah (Hilda Taba Nasution,
Azas-azas kurikulum).
12
Tujuan pendidikan menengah kejurusan yaiut untuk meningkatkan
pengetahuan, kecerdasan, kepribadian, keterampilan hidup mandiri, akhlak
mulia serta untuk mengikuti pendidikan yang selanjutnya sesuai jurusannnya
masing-masing.
Tujuan pendidikan institusional yaitu tujuan pendidikan yang dikembangkan
di kurikuler dalam setiap mata pelajaran disekolah.
3) Komponen Strategi
Kurikulum sebagai komponen strategi tentunya merujuk pada metode dan
pendekatan serta peralatan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Strategi dalam
pembelajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam pembelajaran, mengadakan
penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan baik umum maupun yang sifatnya
khusus. Strategi pelaksanaan adalah bimbingan, pengajaran, penilaian, dan penyeluhan
kegiatan sekolah. Tercapainya tujuan, ini diperlukan pelaksanaan yang baik dalam
menghantarkan peserta didik ke tujuan tersebut yang merupakan tolak ukur dari program
pembelajaran (kurikulum).
4) Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi yakni memeriksa suatu kurikulum apakah tujuan kurikulum
tersebut telah tercapai dengan baik dalam proses maupun dalam hasil belajar peserta didik
yang mempunyai peranan penting dalam menentukan keputusan dari hasil evaluasi untuk
dapat digunakan dalam pengembangan model kurikulum sehingga nantinya mampu
mengetahui tingkat keberhasilan suatu siswa dalam mencapai tujuannya.
13
2.4 ORGANISASI KURIKULUM
Organisasi kurikulum, yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan
disampaikan kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam
pembinaan kurikulumdan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak
dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara
menyajikannya kepada murid-murid.
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka
umum program-pengajaran-pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik
(Nurgiantoro, 1988: 111).
A. Faktor-Faktor pada Organisasi Kurikulum
Dalam penyusunan organisasi kurikulum ada sejumlah faktor yang harus
diperhatikan, yakni :
1. Ruang lingkup (Scope)
Merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang harus dipelajari
siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan pendidikan yang
hendak dicapai.
2. Urutan bahan (Sequence)
Berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan
kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar. Urutan bahan meliputi dua
hal yaitu urutan isi bahan pelajaran dan urutan pengalaman belajar yang memerlukan
pengetahuan tentang perkembangan anak dalam menghadapi pelajaran tertentu.
3. Kontinuitas
Berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap mata pelajaran, pada tiap
jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang
bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif .
4. Keseimbangan
Adalah faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata pelajaran itu
mendapat perhatia yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan diprogramkan pada
siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau dari dua segi yakni keseimbangan isi
atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau proses belajar.
14
5. Integrasi atau keterpaduan
Yang berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang diterima
siswa mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan hidupnya, setelah siswa
menyelesaikan program pendidikan disekolah.
15
g) Guru berperan aktif, dengan pelaksaan sistem guru mata pelajaran dan mengabaikan
unsur belajar aktif di kalangan para siswa
h) Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara
kooperatif.
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:
a) Penyajian bahan pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis
b) Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk
direncanakan, serta mudah dilaksanakan
c) Mudah dievaluasi dan dites
d) Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi
e) Pendidik atau guru sebagai pelaksana kurikulum dalam mempergunakannya lebih
mudah
f) Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan
g) Lebih tersusun secara sistematis.
16
memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan antar mata pelajaran
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pertama, insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung
tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.
Kedua, menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang
dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika
dibicarakan dalam mata pelajaran agama.
Ketiga, batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan
batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa mata
peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran bahasa
merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis,
mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.
17
4. Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional
5. Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan
(knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.
Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau unit
tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat terbentuk kebulatan
pribadi peserta didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, hal-
hal yang diajarkan di sekolah harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan
kehidupan di luar sekolah.
18
Ciri-ciri umum dari kurikulum studi adalah sebagai berikut :
a. Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang di dalamnya terpadu sejumlah
mata pelajaran sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama.
b. Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan menjadi sejumlah
pokok bahasan.
c. Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruktusional yang telah digariskan
d. Sistem penyampaian bersifat terpadu
e. Guru berperan selaku guru bidang studi
f. Minat, masalah, serta kebutuhan siwa dan masyarakat dipertimbangkan sebagai dasr
penyusunan kurikulum, walaupun masih dalam batas-batas tertentu
g. Dikenalkan berbagai jenis bidang studi
19
Manfaat kurikulum inti adalah :
a. Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat.
b. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar.
c. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan
masyarakat.
d. Kurikulum ini sesuai dengan paham demokrasi.
e. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat.
2. Kurikulum yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan (social
functions and persistens situations)
Kurikulum social functions didasarkan atas kegiatan-kegiatan manusia dalam
masyarakat, dalam social functions dapat diangkat berbagai kegiatan-kegiatan manusia yang
dapat dijadikan sebagai topik pembelajaran. Sebagai modifikasi dari social functions adalah
persistent life situations yng berkarakteristik yaitu situasi yang diangkat senantiasa dihadapi
manusia dalam hidupnya, masal lalu, saat ini dan masa yang akan datang.
Secara umum ada tiga kelompok situasi yang dihadapi manusia, yaitu :
a. Situasi mengenai perkembangan individu. Misalnya kesehatan, intelektual, moral
dan keindahan.
b. Situasi untuk perkembangan partisipasi sosial yaitu : hubungan antar pribadi,
keanggotaan kelompok dan hubungan antar kelompok.
c. Situasi untuk perkembangan kemampuan menghadapi faktor-faktor ekonomi dan
daya-dayalingkugan, yaitu : bersifat alamiah, sumber teknologi danstruktur dan
daya-daya sosial ekonomi.
Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan life curruculum, yang bertujuan
memberikan pengalaman belajar yang berarti bagi anak sesuai dengan apa yang dibutuhkan
sehari-hari dalam kehidupan.
Ide life curriculum pada dasarnya bersumber dari pandangan Herbert Spencer (1860)
tentang lima kategori bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dijadikan tujuan pendidikan,
yaitu :
a. Self preservation (pemeliharaan diri)
b. Securing necessities of life (menggembarkan kepentingan kehidupan)
c. Rearing and disciplining of a offspringl (memelihara keturunan)
d. Meintenance of proper social and political relations (memelihara hubungan sosial
dan politik
20
Menurut Marshal dan Goets, diantara manfaat dari kurikulum ini adalah :
a. Mengambil bahan pelajaran sekitar masalah dan proses sosial atau segi-segi
kehidupan.
b. Memungkinkan digunakan latar belakang pengalaman siswa yang dapat menunjang
belajar, karena bahan pelajaran diorganisasi sekitar kehidupan anak. Pendekatannya
semacam laboratorium kehidupan sosial.
c. Data tentang kehidupan sosial setiap saat, dari berbagai tempat dan kebudayaan.
d. Memungkinkan mendapat pengalaman yang luas, karena siswa mempelajari
berbagai kehidupan sosisal.
e. Dengan kurikulum ini dapat dimungkinkan diciptakannya proses sosial sebagaimana
diinginkan (social engineering).
21
c. Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat
berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.
d. Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga mencapai
pemecahan atau tujuan.
e. Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkannya motivasi
dan upaya, sehingga anak berpengalaman dengan kegiatan yang bertujuan.
Penggunaan kurikulum ini dengan menggunakan metode proyek. Kill Patrick (1918)
membagi proyek-proyek yang dapat dilaksanakan sebagi berikut :
a. Proyek permainan seperti menari atau drama.
b. Proyek eksistensi seperti karya wisata ke tempat-tempat bersejarah, kebun biologi
dan sejenisnya.
c. Proyek cerita seperti membaca cerita, mendengarkan cerita.
d. Proyek pekerjaan tangan seperti membuat prakarya.
22
5. Peserta didik dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum
6. Sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk menunjang pelaksanaan
kurikulum tersebut.
23
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
a. Kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen.
Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi
dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu. Kurikulum berfungsi
sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah bagi pihak-
pihak yang terkait, baim secara langsung maupun tidak langsung, seperti pihak guru,
kepala sekolah, pengawas, orangtua, masyarakat dan pihak siswa itu sendiri.
b. S. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum
memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya
saling berhubungan. Keempat dimensi tersebut yaitu: (1) Kurikulum sebagi
ide/gagasan, (2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya
merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, (3) Kurikulum sebagai
suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu
realita atau implementasi kurikulum. Secara teoritis dimensi kurikulum ini adalah
pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis. (4) Kurikulum sebagai
suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.
c. Kurikulum memiliki empat unsur komponen pembentuk atau penyusun kurikulum
yaitu tujuan, isi, strategi dan evaluasi.
d. Pada garis besarnya, ada tiga pengorganisasian pokok kurikulum, yaitu:
1. Separate subject curriculum, kalau bidang studi secara terpisah diajarkan dengan
pembatasan bahan serta waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu. Misalnya, mata
pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, masing-masing diajarkan oleh guru dengan
jadwal yang telah ditetapkan.
2. Correlated curriculum, kalau berbagai bidang studi yang sejenis dikelompokkan
untuk membahas sesuatu topik yang relevan. Misalnya kelompok mata pelajaran
biologi, fisika, kimia dijadikan suatu kelompok yaitu kelompok bidang studi Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).
3. Integrated curriculum, kalau suatu topik atau pembahasan dibahas dengan
berbagai pokok bahasan baik dari bidang studi yang sejenis maupun dari bidang
studi lain yang relevan.
24
3.2 Saran
Kurikulum yang merupakan salah satu komponen untuk menjalankan pembelajaran
hendaknya kita pahami dengan mendalam agar kita bisa melaksanakan pembelajaran
dengan baik. Kurikulum yang disusun berdasarkan keadaan dan kebutuhan masyarakat
terkini.
DAFTAR PUSTAKA
25
Santi, I Gede Dana(10 September 2013).DEFINISI DAN DIMENSI KURIKULUM.
Dikutip 1 September 2019 dari makalah definisi dan dimensi kurikulum:
https://www.academia.edu/11736629/DEFINISI_DAN_DIMENSI_KURIKULUM
Atriyanto(22 september 2013). ORGANISASI KURIKULUM. Dikutip 1 September
2019 dari Organisasi Kurikulum: https://atriyanto.wordpress.com/2013/09/22/organisasi-
kurikulum/
26