Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia pengajaran, seorang pengajar tidak akan lepas dari apa yang disebut
dengan kurikulum, silabus dan rencana pengajaran. Kurikulum yang merupakan patokan
materi utama sangatlah penting peranannya. Oleh karena itu seorang pengajar yang baik
hendaknya mengetahui seluk-beluk kurikulum itu sendiri.

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat


strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam
penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari kurikulum.

Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah (Depdiknas) yaitu pengembangan


kurikulum operasional dilakukan oleh setiap satuan pendidikan dengan program Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, maka seluruh jajaran di setiap satuan pendidikan harus memiliki
pemahaman yang luas dan mendalam tentang konsep dasar kurikulum, dan secara
operasional harus dijadikan rujukan dalam mengimplementasikan kurikulum di setiap satuan
pendidikan yang dikelolanya.

Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi
dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari hal tersebut kita dapat
mengetahui pengertian dan dimensi kurikulum serta fungsi dan peranan suatu komponen
kurikulum terhadap komponen kurikulum yang lain.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai


berikut:
a. Bagaimana pengertian kurikulum secara umum ?
b. Bagaimana pengertian kurikulum terkait dengan dimensi dimensi ide, dimensi
rencana, dimensi aktivitas, dan dimensi hasil ?
c. Apa saja komponen kurikulum ?
d. Bagaimana pengorganisasian kurikulum ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan pengertian kurikulum secara umum.
b. Mendeskripsikan pengertian kurikulum terkait dengan dimensi dimensi ide,
dimensi rencana, dimensi aktivitas, dan dimensi hasil.
c. Mendeskripsikan komponen-komponen kurikulum.
d. Mendeskripsikan tentang Organisasi kurikulum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum


Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata “Curir“ artinya pelari dan
“Curere“ artinya ditempuh atau berpacu. Kurikulum diartikan jarak yang harus ditempuh
oleh pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan tersebut, kurikulum dalam
pendidikan diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak
didik untuk memperoleh ijazah. Kurikulum sebagai program pendidikan harus mencakup:
(1) Sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; (2) pengalaman belajar atau
kegiatan belajar; (3) program belajar (plan for learning) untuk siswa; (4) hasil belajar yang
diharapkan. Dari rumusan tersebut, kurikulum diartikan program dan pengalaman belajar
serta hasil-hasil belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan
kegiatan yang tersusun secara sistematis, diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab
sekolah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kompetensi sosial
siswa (Nana Sudjana). Adapun beberapa pengertian kurikulum, yaitu sebagai berikut :
a. Kurikulum sesbagai satu seri pengalaman yang terjadi pada pebelajar di
sekolah (Oliva, 1992) (cenderung mengarah pada definisi kurikulum
dihubungkan dengan dimensi proses).
b. Kurikulum diintepretasikan melingkupi materi pelajaran, aktivitas, dan
pengalaman yang dimiliki siswa di bawah pengarahan sekolah baik di kelas
maupun di luar kelas (Romine, dalam Hamalik, 2001) (cenderung mengarah
pada definisi kurikulum dihubungkan dengan dimensi proses).
c. Kurikulum itu sendiri adalah sebuah konstruk/konsepsi yang merupakan
verbalisasi dari sebuah atau satu set ide yang sangat kompleks (Oliva, dalam
Hasan, 2004) (cenderung mengarah pada definisi kurikulum dihubungkan
dengan dimensi ide).
d. Hilda Taba, mengartikan kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu
yang direncanakan untuk dipelajari oleh anak-anak.
e. J. Galen Saylor dan William M. Alexander, menjelaskan “the curriculum is the
sum total of schools effort to influence learning, whether in the classroom, on the
playground, or out of school”. Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi
anak itu belajar, apakah dalam ruangan kelas, dihalaman sekolah atau di luar
sekolah.

3
f. Harold B. Alberty CS memandang kurikulum sebagai “all of the activities that
the provided for the students by the school”. Dengan kurikulum dimaksud segala
kegiatan yang disajikan oleh sekolah bagi para pelajar dan tidak diadakan
pembatasan antara kegiatan di dalam dan di luar kelas.
g. B. Othanel Smith CS. mengartikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman
yang secara potensial dapat diberikan kepada anak, yang diperlukan agar mereka
dapat berpikir dan berkelakuan sesuai dengan masyarakatnya
h. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller, kurikulum lebih luas dari pada hanya
bahan pelajaran, dalam kurikulum termasuk metode belajar dan mengajar, cara
mengevaluasi kemajuan murid dan seluruh program, perubahan dalam tenaga
pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal
struktural mengenai waktu, jumlah, ruangan serta kemungkinan adanya pilihan
mata pelajaran.
i. Alice Miel, kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak
pendidikan yang diperoleh anak di sekolah.
j. Depdikbud, kurikulum dipandang sebagai suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan
pendidikan tertentu. Dari definisi ini mencerminkan adanya: 1) Pendidikan itu
adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan; 2) Di dalam kegiatan
pendidikan itu terdapat suatu rencana yang disusun/diatur; 3) Rencana tersebut
dilaksanakan di sekolah melalui cara yang telah ditetapkan.

Sehubungan dengan banyaknya definisi tentang kurikulum, dalam implementasi


kurikulum kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang tercantum dalam Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi:
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3)
disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a. Peningkatan iman dan takwa;
b. Peningkatan akhlak mulia;
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;

4
e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. Tuntutan dunia kerja;
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. Agama;
i. Dinamika perkembangan global;
j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik
yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu,
kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global.
Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab
permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan
dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan.

Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi
dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu. Kurikulum berfungsi
sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang
terkait, baim secara langsung maupun tidak langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah,
pengawas, orangtua, masyarakat dan pihak siswa itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi
siswa kurikulum memiliki enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian,
fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.

2.2 Dimensi Kurikulum


Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan
teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum,
maka secara teoretis kita agak sulit menentukan satu pengertian yang dapat merangkum
semua pendapat.

R. Ibrahim (2006) mengelompokkan kurikulum menjadi tiga dimensi, yaitu


kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi.
Dimensi pertama, memandang kurikulum sebagai rencana kegiatan belajar bagi siswa di
sekolah atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum dapat juga
menunjuk pada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan
belajar mengajar, jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai
dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara penyusun kurikulum dan

5
pemegang kebijakan pendidikan dan masyarakat. Dimensi kedua, memandang kurikulum
sebagai bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan dan bahkan sistem masyarakat.
Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia dan prosedur kerja bagaimana cara
menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari
suatu sistem adalah tersusunnya suatu kurikulum dan fungsi dari sistem kurikulum adalah
memelihara aga tetap dinamis. Dimensi ketiga, memandang kurikulum sebagai bidang studi
yaitu bidang studi kurikulum. Hal ini merupakan kajian para ahli kurikulum dan ahli
pendidikan dan pengajaran. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep
– konsep dasar tentang kurikulum, melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan
penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal – hal baru yang dapat memperkaya dan
memperkuat bidang studi kurikulum.

Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau


dari tiga dimensi, yaitu sebagai ilmu, sebagai sistem dan sebagai rencana. Kurikulum sebagi
ilmu dikaji konsep, asumsi, teori-teori dan prinsip-prinsip dasar tentang kurikulum.
Kurikulum sebagai sistem dijelaskan kedudukan kurikulum dalam hubungannya dengan
sistem-sistem lain, komponen-komponen kurikulum, kurikulum dalam berbagai jalur,
jenjang, jenis pendidikan, manajemen kurikulum, dan sebagainya. Kurikulum sebagai
rencana diungkap beragam rencana dan rancangan atau desain kurikulum. Rencana bersifat
menyeluruh untuk semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan atau khusus untuk jalur, jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Demikian pula dengan rancangan atau desain, terdapat desain
berdasarkan konsep, tujuan, isi, proses, masalah, kebutuhan siswa.

S. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum
memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling
berhubungan. Keempat dimensi tersebut yaitu: (1) kurikulum sebagi ide/gagasan, (2)
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide, (3) kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut
dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoritis
dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis. (4)
kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan. Selanjutnya bila kita merujuk pada dimensi pengertian yang terakhir, maka dapat
dengan mudah mengungkap keempat dimensi kurikulum tersebut dikaitkan dengan
pengertian kurikulum.

6
A. Pengertian Kurikulum Dihubungkan dengan Dimensi Ide
Pengertian kurikum sebagai dimensi yang berkaitan dengan ide pada dasarnya
mengandung makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan
pedoman dan pengembangan kurikulum selanjutnya. Kurikulum sebagai suatu ide pada
dasarnya merupakan sekumpulan ide-ide yang dipikirkan untuk mengembangkan kurikulum
baik dalam skala terbatas (mikro), maupun skala yang luas (makro). Pengertian kurikulum
yang berkaitan dengan dimensi ini, diantaranya:
a. “….the content of instruction without reference to instructional ways or
means” (Henry C. Marrison, 1940).
b. “…curriculum is the substance of the school program. It is the content
pupils are expected to learn” (Donald E. Orlosky and B. Othanel
smith,1978).
c. Curriculm itself is a contruct or concept, a verbalization of an extremely
complex idea or set of ideas” (Olivia, 1997:12).
(Disadur dari Konsep Dasar Kurikulum, Kurtek UPI 2008)

B. Pengertian Kurikulum Dihubungkan dengan Dimensi Rencana


Makna dari dimensi kurikulum ini adalah sebagai seperangkat rencana dan cara
mengadministrasikan tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum menurut dimensi kedua ini terfokus pada bentuk program yang tertulis
(document curriculum). Kurikulum dalam dimensi kedua ini merupakan tindak lanjut dari
pengertian kurikulum dimensi pertama (dimensi ide). Misalnya sebelum mengajar guru
terlebih dahulu membuat persiapan tertulis, seperti RPP, skenario pembelajaran, LKS.
Pengertian-pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini, diantaranya:
a. “…A curriculum is a plan for learning; therefore, what is known about the
learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of
curriculum” (Hilda Taba, 1962).
b. “…all planned learning outcomes for wich the school is responsible” (W.
Popham and Eva L. Baker, 1970).
c. “…the palnned and guided learning experiences and intended learning
outcomes, formulated trough the systematic reconstruction of knowledge and
experiences of the school for leaner’s continous and will full growth in personal-
social competence” (Daniel Tanner and Laurel Tanner, 1975).

(Disadur dari Konsep Dasar Kurikulum, Kurtek UPI 2008)

7
Pada dasarnya kegiatan merencanakan meliputi penentuan tujuan pengajaran,
menentukan bahan pelajaran, menentukan alat dan metode dan alat pengajaran dan
merencanakan penilaian pengajaran (Sudjana, 1989: 31). Dengan demikian kegiatan
merencanakan merupakan upaya yang sistematis dalam upaya mencapai tujuan, melalui
perencanaan yang diharapkan akan mempermudah proses belajar mengajar yang kondusif.

Dalam kegiatan perencanaan langkah pertama yang harus ditempuh oleh guru adalah
menentukan tujuan yang hendak dicapai. Berangkat dari tujuan yang kongkrit akan dapat
dijadikan patokan dalam melakukan langkah dan kegiatan yang harus ditempuh termasuk
cara bagaimana melaksanakanya. Dalam pandangan Zais (1976: 297) ada beberapa istilah
yang berkenaan dengan tujuan, antara lain aim goals dan objective. Pada materi ini yang
dimaksud tujuan adalah objective, yaitu tujuan pokok bahasan yang lebih spesifik,
merupakan hasil proses belajar mengajar. Bloom (1954: 18) mengklasifikasikan tujuan
tersebut menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan
menurut Ansary (1988: 95) ada beberapa sumber tujuan pengajar yaitu: kebutuhan anak,
kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan filsafat.

Taba (1962: 200-105) memberi beberapa pentujuk tentang cara merumuskan tujuan
pengajaran yaitu:
a. Tujuan hendaknya mengandung unsure proses dan produk.
b. Tujuan harus bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk prilaku nyata.
c. Mengandung pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tu-juan yang
dimaksudkan.
d. Pencapaian tujuan kadang kala membutuhkan waktu ralatif lama (tak dapat
dicapai dengan segera).
e. Harus realistis dan dapat dimaknai sebagai kegiatan belajar atau pe-ngalaman
belajar tertentu.
f. Harus komprehensif, artinya mencakup semua aspek dan tujuan yang ingin
dicapai sekolah.
Dalam merencanakan proses pembelajaran maka langkah kedua adalah menetapkan
bahan pelajaran. Dalam pandangan Ansary (1988: 120) bahan pelajaran mencangkup tiga
komponen, yaitu ilmu pengetahuan, proses dan nilai-nilai. Dalam hal ini tiga kompunen
tersebut dapat dirinci sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sekolah.

8
Dalam menentukan bahan pelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah akan tetapi
pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi yang serius, karena bahan pelajaran harus
disesuaikan dengan perkembangan sosial di samping-perkembanga ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga dalam menentu-kan bahan pelajaran perlu memperhatikan beberapa hal
yaitu: signifikan-si, kegunaan, minat, dan perkembangan manusiawi (Zais, 1976: 343). Yang
harus diperhatikan adalah bagaimana bahan pelajaran yang akan disajikan kepada anak didik
dirancang dan diogarnisir dengan baik. Nasution (1988: 142) mengartikan organisasi
kurikulum sebagai pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan pada
murid. Sedangkan menurut Ansyar (1988: 122) bahwa organisasi kurikulum mencangkup
urutan, aturan dan integrasi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa guna mencapai tujuan-
tujuan.

Sukmadinata (1988: 123) menjelaskan beberapa jenis organisasi kurikulum yang


dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yaitu sebagai berikut: (1) organisasi
kurikulum berdasarkan atas pelajaran, (2) organisasi kurikulum berdasarkan kebutuhan
anak, (3) organisasi kuriku-lum berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
Oleh karena itu, guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah sudah seharusnya data
memilih jenis organisasi kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.

Penentuan metode mengajar adalah merupakan langkah ketiga dari tugas guru
sebagai pengembang kurikulum di sekolah. Menentukan me-tode mengajar ini erat dengan
hubungannya pemilihan strategi belajar me-ngajar yang paling efektif dan efensien dalam
melakukan proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran. Waridjan dkk. (1984:
32) mengartikan strategi pengajaran sebagai kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar
mengajar, yang dapat diberikan kemudahan atau fasilitas kepada anak didik menuju
tercapainya tujuan pengajaran.

Menurut Sudjana (1989: 57) ada beberapa hal yang harus menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan metode mengajar yang akan di-gunakan, yaitu:
(1) tujuan pengajaran yang ingin dicapai, (2) bahan pela-jaran yang akan diajarkan,
(3) jenis kegiatan belajar anak didik yang dii-nginkan. Ada beberapa metode
mengajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar
mengajar, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, resitasi, belajar kelompok, dan
sebagainya.

9
Sedangkan langkah ke empat dalam merencanakan pembelajaran adalah
merencanakan penilaian pelajaran. Penilaian pada dasarnya adalah suatu proses menentukan
nilai dari suatu obyek atau peristiwa dalam kon-teks situasi tertentu (Sudjana dan Ibrahim,
1989: 119). Di sisi lain, Hasan (1988: 11) mengatakan bahwa penilaian berbeda dengan tes
dan pengukuran. Tes merupakan bagian integral dari pengukuran, sedangkan pengukur-an
hanya merupakan salah satu langkah yang mungkin digunakan dalam kegiatan penilaian.

C. Pengertian Kurikulum Dihubungkan dengan Dimensi Aktivitas


Kurikulum dalam pengertian ini, yaitu dimaknai sebagai kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan oleh guru dan siswa maupun para pihak-pihak yang terkait dengan
pengelolaan pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Pengertian-
pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini, di antaranya:
a. “.....The curriculum is a design made by all of those who are most intimately
concerned with the activities of the life of the children while they are in
school...a curriculum must be as flexible as life and living. It cannot be made
beforehand and given to pupils and teachers to install.[also it/.. represents those
learning each child selects, accepts, and incorporates into himself to act with,
in, and upon in subsequent experiences” (L. Thomas Hopkins, 1941).
b. “[the curriculum is] the...stream of guided activities that constitutes the life of
young people and their elders. [in a much earlier book, Rugg disapprovingly
spoke of the traditional curriculum as one...... passing on description of earlier
cultures and to perpetuating dead languages and abstract techniques which
were useful to no more than a negligible fraction of our population” (Harold
Rugg, 1947).
c. “All of the activities that are provided for students by the school constituttes its
curriculum” (Harold Alberty, 1953).
(Disadur dari Konsep Dasar Kurikulum, Kurtek UPI 2008)

Dalam penjelasan sebelumnya, kita ketahui bahwa melaksanakan kurikulum merupakan


kegiatan inti dari proses perencanaan, karena tidak akan mempunyai makna apa-apa jika
rencana tersebut tidak dapat direncanakan. Melaksanakan kurikulum yang dimaksudkan
dalam studi ini guru mampu mengimpletasikannya dalam proses belajar mengajar. Proses
belajar mengajar pada dasarnya dapat berlangsung di dalam dan di luar sekolah dan di dalam
jam pelajaran atau di luar jam pelajaran yang telah dijadwalkan (Depdikbud, 1991: 15).

10
Dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, seyogyanya seorang guru
memahami langkah-langkah yang harus ditempuh. Apapun langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam proses belajar mengajar meliputi tahap permulaan, tahap pengajaran dan
tahap penilaian serta tindak lanjut (Sudjana, 1989: 68).

Tahap permulaan adalah tahap untuk mengkondisikan siswa agar dapat mengikuti
pelajaran secara kondusif, sedangkan tahap pengajaran adalah tahap inti, saat guru berupaya
menyampaikan materi pelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dalam tahap ini,
penggunaan metode mengajar akan berpengaruh pada pendekatan yang akan dilakukan oleh
seorang guru. Misalnya seorang guru ingin mengaktifkan anak atau peran anak menjadi
lebih dominan, maka metode CBSA adalah metode yang tepat.

Disamping itu dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, perlu


diperhatikan pula bagaimana proses kegiatan siswa dalam belajar. Kegiatan belajar siswa
dibagi dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut.

a. Kegiatan siswa dalam belajar mandiri, artinya setiap anak yang ada di kelas
melakukan kegiatan belajar masing-masing. Kegiatan belajar tersebut mungkin
sama atau mungkin pula berbeda antara seorang siswa dengan siswa lainnya.

b. Kegiatan siswa dalam belajar kelompok, artinya siswa melakukan kegiatan


dalam situasi kelompok, misalnya bediskusi dalam memecahkan masalah.

c. Kegiatan siswa dalam pembelajaran klasikal, artinya semua siswa dalam waktu
yang sama, misalnya bila guru mengajar dengan metode ceramah, maka
kegiatan belajar siswa termasuk metode belajar klasikal.

Salah satu unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penyesuaian untuk
memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Belajar yang
penting bukan menghilangkan hal-hal yang harus dipelajari, tapi mengerti atau memperoleh
pengertian yang jelas tentang sangkutpaut dan hubungan tertentu dalam materi pelajaran
yang megandung suatu masalah.

11
D. Pengertian Kurikulum Dihubungkan dengan Dimensi Hasil

Definisi kurikulum sebagai dimensi hasil memandang kurikulum itu sangat


memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan apa yang telah
direncanakan dan yang menjadi tujuan dari kurikulum tersebut. Biasanya tekanan utama
aspek hasil yang dimaksud dilihat dari segi capaian seluruh kompetensi yang harus dimiliki
oleh siswa, (kompetensi akademik maupun non akademik). Pengertian-pengertian
kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini, diantarannya sebagai berikut.

a. “…a structured series of intended learning outcomes” (Maurit. Johnson, Jr.,


1967).

b. “Curriculum is defined as a plan for archieving intended learning outcomes: a


plan concerned with porpuses, whit what is to be learned and with the result of
instruction” (Unruh and unruh 1984:96)

c. “segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang
diharapkan dalam situasi didalam ataupun diluar sekolah (Hilda Taba Nasution,
Azas-azas kurikulum).

(Disadur dari Konsep Dasar Kurikulum, Kurtek UPI 2008)

2.3 KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM


Kurikulum memiliki empat unsur komponen pembentuk atau penyusun kurikulum
sebagai berikut.
1) Komponen Tujuan
Kurikulum merupakan suatu sistem pembelajaran yang digunakan untuk mencapai
tujuan karna berhasil atau tidaknya sistem pembelajaran diukur dari banyaknya tujuan-
tujuan yang tercapai. Tujuan pendidikan menurut permendiknas No. 22 Tahun 2007 pada
tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut.
 Tujuan pendidikan dasar adalah untuk meletakkan dasar pengetahuan,
kecerdasan, kepribadian, keterampilan hidup mandiri, akhlak mulia serta
mengikuti untuk pendidikan selanjutnya.
 Tujuan pendidikan menengah yaitu untuk meningkatkan pengetahuan,
kecerdasan, kepribadian, keterampilan hidup mandiri, akhlak mulia serta
untuk mengikuti pendidikan pada tahap selanjutnya.

12
 Tujuan pendidikan menengah kejurusan yaiut untuk meningkatkan
pengetahuan, kecerdasan, kepribadian, keterampilan hidup mandiri, akhlak
mulia serta untuk mengikuti pendidikan yang selanjutnya sesuai jurusannnya
masing-masing.
 Tujuan pendidikan institusional yaitu tujuan pendidikan yang dikembangkan
di kurikuler dalam setiap mata pelajaran disekolah.

2) Komponen Isi (Bahan pengajaran)


Kurikulum dalam komponen isi adalah suatu yang diberikan kepada anak didik
untuk bahan belajar mengajar guna mencapai tujuan. Kurikulum memiliki kriteria yang
membantu perencanaan pada kurikulum. Kriteria kurikulum adalah sebagai berikut.
 Sesuai dan bermakna bagi perkembangan siswa.
 Mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji.
 Mencerminkan kenyataan sosial.
 Menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

3) Komponen Strategi
Kurikulum sebagai komponen strategi tentunya merujuk pada metode dan
pendekatan serta peralatan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Strategi dalam
pembelajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam pembelajaran, mengadakan
penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan baik umum maupun yang sifatnya
khusus. Strategi pelaksanaan adalah bimbingan, pengajaran, penilaian, dan penyeluhan
kegiatan sekolah. Tercapainya tujuan, ini diperlukan pelaksanaan yang baik dalam
menghantarkan peserta didik ke tujuan tersebut yang merupakan tolak ukur dari program
pembelajaran (kurikulum).

4) Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi yakni memeriksa suatu kurikulum apakah tujuan kurikulum
tersebut telah tercapai dengan baik dalam proses maupun dalam hasil belajar peserta didik
yang mempunyai peranan penting dalam menentukan keputusan dari hasil evaluasi untuk
dapat digunakan dalam pengembangan model kurikulum sehingga nantinya mampu
mengetahui tingkat keberhasilan suatu siswa dalam mencapai tujuannya.

13
2.4 ORGANISASI KURIKULUM

Organisasi kurikulum, yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan
disampaikan kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam
pembinaan kurikulumdan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak
dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara
menyajikannya kepada murid-murid.
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka
umum program-pengajaran-pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik
(Nurgiantoro, 1988: 111).
A. Faktor-Faktor pada Organisasi Kurikulum
Dalam penyusunan organisasi kurikulum ada sejumlah faktor yang harus
diperhatikan, yakni :
1. Ruang lingkup (Scope)
Merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang harus dipelajari
siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan pendidikan yang
hendak dicapai.
2. Urutan bahan (Sequence)
Berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan
kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar. Urutan bahan meliputi dua
hal yaitu urutan isi bahan pelajaran dan urutan pengalaman belajar yang memerlukan
pengetahuan tentang perkembangan anak dalam menghadapi pelajaran tertentu.
3. Kontinuitas
Berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap mata pelajaran, pada tiap
jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang
bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif .
4. Keseimbangan
Adalah faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata pelajaran itu
mendapat perhatia yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan diprogramkan pada
siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau dari dua segi yakni keseimbangan isi
atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau proses belajar.

14
5. Integrasi atau keterpaduan
Yang berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang diterima
siswa mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan hidupnya, setelah siswa
menyelesaikan program pendidikan disekolah.

B. Jenis-jenis Organisasi Kurikulum


Menurut S. Nasution (1989: 80) organisasi kurikulum terdapat tiga tipe atau bentuk
kurikulum, yaitu :
1. Separated Subject Curriculum (Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran)
Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajarn disajikan dalam
subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah. Sehingga banyak jenis mata pelajaran
menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan cukup bervariasi
bergantung pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian
pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing guru atau pendidik yang
menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject centered,
berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat pada minat dan
kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat menekankan
pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara
keseluruhan.
Kurikulum ini sejak lama diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai dengan
munculnya kurikulum tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
a) Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, dan masing-
masing berdiri sendiri
b) Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiri dan diberikan
dalam waktu tertentu
c) Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan
perkembangan aspek tingkah laku lainnya
d) Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapai para siswa
e) Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan tututan
dalam masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang
f) Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem penuangan
(imposisi) dan menciptakan perbedaan individual di kalangan para siswa

15
g) Guru berperan aktif, dengan pelaksaan sistem guru mata pelajaran dan mengabaikan
unsur belajar aktif di kalangan para siswa
h) Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara
kooperatif.
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:
a) Penyajian bahan pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis
b) Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk
direncanakan, serta mudah dilaksanakan
c) Mudah dievaluasi dan dites
d) Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi
e) Pendidik atau guru sebagai pelaksana kurikulum dalam mempergunakannya lebih
mudah
f) Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan
g) Lebih tersusun secara sistematis.

Di samping adanya keuntungan kurikulum bentuk tersebut, ada juga beberapa


kelemahan dari bentuk separated subject curriculum, sebagai berikut:
a) Bentuk mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya tidak relevan dengan kenyataan
dan tidak mendidik anak dalam menghadapi stuasi kehidupan mereka.
b) Tidak memperhatikan masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik
secara faktual dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya
berpedoman pada apa yang tertera dalam buku atau teks.
c) Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik
d) Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan pertumbuhan
jasmani, perkembangan emosional dan sosial peserta didik serta hanya memusatkan
pada perkembangan intelektual
e) Kurikulum semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir, karena
mengutamakan penguasaan dan pengetahuan dengan cara hafalan
f) Separated curriculum ini cenderung menjadi statis dan tidak bersifat inovatif.

2. Correlated Curriculum (Kurikulum Gabungan)


Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu
hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap

16
memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan antar mata pelajaran
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pertama, insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung
tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.
Kedua, menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang
dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika
dibicarakan dalam mata pelajaran agama.
Ketiga, batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan
batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa mata
peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran bahasa
merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis,
mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.

Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai berikut :


a) Berbagai mata pelajaran di korelasikan satu dengan yang lainnya
b) Sudah dimulai dengan adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan
permasalaham kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan
pengetahuan
c) Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemapuan para
siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas
d) Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak yang
menghadapi kesulitan
e) Meski guru masih memegang peran penting, namun aktivitas siswa sudah mulai
dikembangkan

Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai beberapa


keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud antara lain:
1. Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mana dalam
pelajaran disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu.
2. Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara
berbagai mata pelajaran.
3. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam dengan
penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran.

17
4. Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional
5. Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan
(knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.

Selain itu correlated curriculum mempunyai kelemahan, antara lain:


1. Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan
minat peserta didik
2. Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada berbagai
mata pelajaran
3. Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis
4. Kebanyakan di antara para pendidik atau guru kurang menguasai antar disiplin ilmu,
sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik atau siswa.

Untuk mengurangi kelemahan dengan adanya keterpisahan diantara berbagai mata


pelajaran tersebut, diusahakanlah agar mata pelajaran tersebut disusun dalam pola
korelasi. Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata pelajaran :
1. Korelasi faktual, misalnya sejarah dan kesusastraan. Fakta-fakta sejarah disajikan
melalui penulisan karangan sehingga menambah kemungkinan menikmati
bacaannya oleh siswa.
2. Korelasi deskriptif, korelasi ini dapat dilihat pada penggunaan generalisasi yang
berlaku untuk dua atau lebih mata pelajaran. Misal psikologi dapat berkorelasi
dengan sejarah atau Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip
yang ada dalam psikologi untuk menerangkan kejadian-kejadian sosial.
3. Korelasi normatif, hampir sama denagan korelasi deskriptif, perbedaannya terletak
pada prinsipnya yang bersifat moral sosial. Sejarah dan kesusastraan dapat
dikorelasikan berdasarkan prinsip-prinsip moral sosial dan etika.

3. Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu)

Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau unit
tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat terbentuk kebulatan
pribadi peserta didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, hal-
hal yang diajarkan di sekolah harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan
kehidupan di luar sekolah.

18
Ciri-ciri umum dari kurikulum studi adalah sebagai berikut :
a. Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang di dalamnya terpadu sejumlah
mata pelajaran sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama.
b. Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan menjadi sejumlah
pokok bahasan.
c. Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruktusional yang telah digariskan
d. Sistem penyampaian bersifat terpadu
e. Guru berperan selaku guru bidang studi
f. Minat, masalah, serta kebutuhan siwa dan masyarakat dipertimbangkan sebagai dasr
penyusunan kurikulum, walaupun masih dalam batas-batas tertentu
g. Dikenalkan berbagai jenis bidang studi

Adapun dalam bentuk kurikulum terpadu ini terbagi lagi, meliputi :

1. Kurikulum inti (core curriculum)


Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan integrasi, melayani kebutuhan siswa
dan meningkatkan keaktifan belajar dan hubungan antara kehidupan dan belajar. Ciri yang
membedakan kurikulum inti, yaitu :
a. Kurikulum inti menekankan kepada nilai-nilai sosial, unsur universalitas dalam suatu
kebudayaan memberikan stabilitas dan kesatuan pada masyarakat.
b. Struktur kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial.

Karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah :


a. Kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue), selalu berkaitan dan
direncanakan secara terus-menerus.
b. Isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari pengalaman yang
saling berkaitan.
c. Isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah atau problema yang dihadapi
secara actual.
d. Isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang bersifat pribadi
maupun social.
e. Isi kurikulum ini difokuskan berlaku untuk semua siswa, sehingga kurikulum ini
sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat problema, pribadi, sosial dan
pengalam pribadi.

19
Manfaat kurikulum inti adalah :
a. Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat.
b. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar.
c. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan
masyarakat.
d. Kurikulum ini sesuai dengan paham demokrasi.
e. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat.

2. Kurikulum yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan (social
functions and persistens situations)
Kurikulum social functions didasarkan atas kegiatan-kegiatan manusia dalam
masyarakat, dalam social functions dapat diangkat berbagai kegiatan-kegiatan manusia yang
dapat dijadikan sebagai topik pembelajaran. Sebagai modifikasi dari social functions adalah
persistent life situations yng berkarakteristik yaitu situasi yang diangkat senantiasa dihadapi
manusia dalam hidupnya, masal lalu, saat ini dan masa yang akan datang.
Secara umum ada tiga kelompok situasi yang dihadapi manusia, yaitu :
a. Situasi mengenai perkembangan individu. Misalnya kesehatan, intelektual, moral
dan keindahan.
b. Situasi untuk perkembangan partisipasi sosial yaitu : hubungan antar pribadi,
keanggotaan kelompok dan hubungan antar kelompok.
c. Situasi untuk perkembangan kemampuan menghadapi faktor-faktor ekonomi dan
daya-dayalingkugan, yaitu : bersifat alamiah, sumber teknologi danstruktur dan
daya-daya sosial ekonomi.
Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan life curruculum, yang bertujuan
memberikan pengalaman belajar yang berarti bagi anak sesuai dengan apa yang dibutuhkan
sehari-hari dalam kehidupan.
Ide life curriculum pada dasarnya bersumber dari pandangan Herbert Spencer (1860)
tentang lima kategori bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dijadikan tujuan pendidikan,
yaitu :
a. Self preservation (pemeliharaan diri)
b. Securing necessities of life (menggembarkan kepentingan kehidupan)
c. Rearing and disciplining of a offspringl (memelihara keturunan)
d. Meintenance of proper social and political relations (memelihara hubungan sosial
dan politik

20
Menurut Marshal dan Goets, diantara manfaat dari kurikulum ini adalah :
a. Mengambil bahan pelajaran sekitar masalah dan proses sosial atau segi-segi
kehidupan.
b. Memungkinkan digunakan latar belakang pengalaman siswa yang dapat menunjang
belajar, karena bahan pelajaran diorganisasi sekitar kehidupan anak. Pendekatannya
semacam laboratorium kehidupan sosial.
c. Data tentang kehidupan sosial setiap saat, dari berbagai tempat dan kebudayaan.
d. Memungkinkan mendapat pengalaman yang luas, karena siswa mempelajari
berbagai kehidupan sosisal.
e. Dengan kurikulum ini dapat dimungkinkan diciptakannya proses sosial sebagaimana
diinginkan (social engineering).

Adapun kesulitan dalam pengembangan kurikulum ini yaitu :


a. Dalam pelaksanaan, menemukan hubungan isi kurikulum dengan fungsi kehidupan
yang dikehendaki hanya sedikit yang dapat dicapai.
b. Menyusun kurikulum dengan skema didasarkan dari kehidupan lebih sulit
dibandingkan dengan mengorganisasi bahan pelajaran berpusat pada mata pelajaran.
c. Seringkali terjadi kegagalan dalam mengintegrasikan pengalaman-pengalaman
belajar sesuai dengan tujuan utama dari bentuk life curriculum

3. Kurikulum yang berpusat pada kegiatan atau pengalaman (experience and


activity curriculum)

Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan activity curriculum. Mengutamakan


kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa dalam rangka membentuk
kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun potensi siswa. Kurikulum ini
berupaya mengatasi kelemahan pada subject curriculum, yakni anak lebih banyak menerima
(passive), juga bahan pelajaran merupakan hasil pengalaman masa lampau.

Rasional penggunaan bentuk kurikulum ini adalah :


a. Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Anak dapat belajar dengan baik bila
ia dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat menemukan kebutuhan reel
atauminatnya.
b. Belajar merupakan transaksi aktif.

21
c. Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat
berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.
d. Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga mencapai
pemecahan atau tujuan.
e. Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkannya motivasi
dan upaya, sehingga anak berpengalaman dengan kegiatan yang bertujuan.

Penggunaan kurikulum ini dengan menggunakan metode proyek. Kill Patrick (1918)
membagi proyek-proyek yang dapat dilaksanakan sebagi berikut :
a. Proyek permainan seperti menari atau drama.
b. Proyek eksistensi seperti karya wisata ke tempat-tempat bersejarah, kebun biologi
dan sejenisnya.
c. Proyek cerita seperti membaca cerita, mendengarkan cerita.
d. Proyek pekerjaan tangan seperti membuat prakarya.

Menurut Nasution, dalam perkembangan kurikulum ini selanjutnya pengalaman


langsung dan minat spontan lebih-lebih digunakan sebagai bantuan dalam proses belajar.
Bukan sebagai pokok untuk menusun unit. Minat anak lebih banyak ditentukan berdasarkan
studi, pengalaman atau penelitian.

Organisasi kurikulum ini mempunyai kelebihan, sebagai berikut:


1. Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat
2. Sangat sesuai dengan perkembangan moderen tentang belajar mengajar
3. Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat
4. Sesuai dengan ide demokrasi, dimana peserta didik dirangsang untuk berpikir
sendiri, bekerja sendiri dan memikul tanggung jawab bersama serta bekerja sama
dalam kelompok
5. Penyajian bahan disesuaikan dengan kemampuan individu, minat dan kematangan
peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok.

Adapun kelemahan dari organisasi kurikulum ini adalah :


1. Pendidik atau guru tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini
2. Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis
3. Terlalu memberatkan tugas pendidik
4. Kurang memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum

22
5. Peserta didik dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum
6. Sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk menunjang pelaksanaan
kurikulum tersebut.

23
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
a. Kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen.
Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi
dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu. Kurikulum berfungsi
sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah bagi pihak-
pihak yang terkait, baim secara langsung maupun tidak langsung, seperti pihak guru,
kepala sekolah, pengawas, orangtua, masyarakat dan pihak siswa itu sendiri.
b. S. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum
memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya
saling berhubungan. Keempat dimensi tersebut yaitu: (1) Kurikulum sebagi
ide/gagasan, (2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya
merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, (3) Kurikulum sebagai
suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu
realita atau implementasi kurikulum. Secara teoritis dimensi kurikulum ini adalah
pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis. (4) Kurikulum sebagai
suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.
c. Kurikulum memiliki empat unsur komponen pembentuk atau penyusun kurikulum
yaitu tujuan, isi, strategi dan evaluasi.
d. Pada garis besarnya, ada tiga pengorganisasian pokok kurikulum, yaitu:
1. Separate subject curriculum, kalau bidang studi secara terpisah diajarkan dengan
pembatasan bahan serta waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu. Misalnya, mata
pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, masing-masing diajarkan oleh guru dengan
jadwal yang telah ditetapkan.
2. Correlated curriculum, kalau berbagai bidang studi yang sejenis dikelompokkan
untuk membahas sesuatu topik yang relevan. Misalnya kelompok mata pelajaran
biologi, fisika, kimia dijadikan suatu kelompok yaitu kelompok bidang studi Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).
3. Integrated curriculum, kalau suatu topik atau pembahasan dibahas dengan
berbagai pokok bahasan baik dari bidang studi yang sejenis maupun dari bidang
studi lain yang relevan.

24
3.2 Saran
Kurikulum yang merupakan salah satu komponen untuk menjalankan pembelajaran
hendaknya kita pahami dengan mendalam agar kita bisa melaksanakan pembelajaran
dengan baik. Kurikulum yang disusun berdasarkan keadaan dan kebutuhan masyarakat
terkini.

DAFTAR PUSTAKA

25
Santi, I Gede Dana(10 September 2013).DEFINISI DAN DIMENSI KURIKULUM.
Dikutip 1 September 2019 dari makalah definisi dan dimensi kurikulum:
https://www.academia.edu/11736629/DEFINISI_DAN_DIMENSI_KURIKULUM
Atriyanto(22 september 2013). ORGANISASI KURIKULUM. Dikutip 1 September
2019 dari Organisasi Kurikulum: https://atriyanto.wordpress.com/2013/09/22/organisasi-
kurikulum/

Prastya,Ilham(22 Agustus 2019). Definisi Kurikulum, Fungsi dan Komponen-


Komponen Kurikulum.Dikutip 2 September 2019 dari Definisi Kurikulum, Fungsi dan
Komponen-Komponen Kurikulum: https://www.ayoksinau.com/definisi-kurikulum-fungsi-
dan-komponen-komponen-kurikulum-ayoksinau-com/

26

Anda mungkin juga menyukai