Anda di halaman 1dari 25

MODEL, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Makalah
Diajukkan untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Pembinaan Kompetensi Mengajar
Matematika

Dosen Pengampu :
Drs. Edi Susanto, M. Pd.

Disusun Oleh :
Rifqi Rahmatuloh Azis 1801105065
Anisa Dita Rahmawati 1801105078
Farha Lailiah 1801105141

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah mata kuliah pembinaan
kompetensi mengajar yang berjudul “Model, Metode, dan Teknik Pembelajaran Matematika”
dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulisan makalah ini tidak
akan terwujud. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang banyak
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan
mereka yang telah memberikan bantuan kepada penulis. Penullis menyadari bahwa dalam
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi perbaikan lebih lanjut.

Depok, 23 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran Matematika 3
1. Pembelajaran Klasik 3
2. Pembelajaran Individu 3
3. Cooperative Learning 4
4. Pembelajaran Berdasarkan Masalah 6
5. Pengajaran Teman Sebaya Sebagai Sumber Belajar 6
6. Examples Non Examples 7
7. Debate 7
B. Metode Pembelajaran Matematika 8
1. Pengertian Metode Pembelajaran Matematika 8
2. Macam-Macam Metode Pembelajaran Matematika 9
C. Teknik Pembelajaran Matematika 18
1. Pengertian Teknik Pembelajaran Matematika 18
2. Macam-Macam Teknik Pembelajaran Matematika 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajarpada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang
terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran, alat, siswa dan guru. Semua unsur atau
komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan semuanya berfungsi
dengan berorientasi pada tujuan. Seperti telah kita ketahui bahwa tugas utama guru ialah
mengajar yang berarti membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu atau
kompetensi. Tujuan atau kompetensi itu telah dirumuskan dalam kurikulum yang
berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran yang menjadi persoalan pokok ialah bagaimana
memilih dan menentukan strategi pembelajaran. Strategi belajar mengajar menentukan
jenis interaksi di dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang di gunakan
harus menimbulkan aktivitasbelajar yang baik, aktif, kreatif, efektif dan efesien, sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapaisecara maksimal.
Dalam proses pembelajaran matematika di sekolah terdapat beberapa
permasalahan. Terkait dengan karekteristik matematika, objeknya yang abstrak, konsep
dan prinsipnya berjenjang, dan prosedur pengerjaannya yang banyak memanipulasi
bentuk-bentuk membuat siswa seringkali mengalami kesulitan. Objek tersebut tidak
semuanya bisa divisualisasikan dalam tiga dimensi yang bisa diindera dengan baik oleh
siswa. Hal ini menuntut peraga yang tepat, yang mampu membantu siswa memahami
konsep yang diajarkan dan mampu mengatasi keberagaman kecepatan belajar dan gaya
belajar siswa, serta mengatasi keterbatasan yang ada pada guru.
Pada pokok bahasan persamaan garis lurus, siswa disuguhkan dengan objek
matematika berupa titik, garis, dan persamaan yang abstrak. Kecenderungan yang terjadi
dilapangan, guru membantu siswa dengan menggambar garis lurus di kertas atau di papan
tulis. Karena visualisasi yang berupa dua dimensi, disamping memakan waktu yang lama
juga memberi kesan kurang menarik. Dengan media yang selama ini digunakan dirasa
masih kurang efektif untuk menciptakan kebermaknaan pembelajaran, kurang efisien
yang berdampak pada kurangnya kesempatan yang dimiliki siswa untuk memperoleh
pengalaman belajar yang lebih banyak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka, rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan model, metode, dan teknik pembelajaran matematika?

1
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan yang dapat diuraikan dalam penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Menjelaskan tentang model, metode, dan teknik pembelajaran matematika.
2. Mengetahui model, metode dan teknik pembelajaran matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran Matematika
Model pembelajaran dimaksudkan sebagau pola interaksi siswa dengan guru di dalam
kelas yang menyangkut tentang strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran
yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Sebagai guru kita
harus mampu melakukan identifikasi terhadap kekuatan dan kelemahan model
pembelajaran yang tepat, mampu memilihnya secara tepat, mengembangkan dan
menerapkannya dalam proses pembelajaran. Agar efektivitas pembelajaran yang
diselenggarakan akan dapat meningkat. Berikut ini adalah beberapa model pembelajaran
pada matematika.

1. Pembelajaran Klasik
Pembelajaran klasik yaitu pembelajaran yang kita jumpai sehari-hari disekolah.
Proses belajar mengajarnya masih menggunakan cara lama yaitu:
a. Guru mengajar sejumlah siswa antar 30 sampai 40 orang siswa.
b. Para siswa memiliki kemampuan minimum.
c. Siswa dapat dikatakan atau diasumsikan mempunyai minat dan kecepatan yang
relative sama.
d. Kesukaran guru untuk memperhatikan kecepatan belajar, kesulitan belajar, dan
minta belajar pada siswa.
e. Guru menentukan kecepatan menyajikan dan tingkat kesukaran materi kepada
siswanya berdasarkan informasi kemampuan siswa secara umum.
f. Guru sangat mendominasi untuk menentukan kegiatan pembelajaran.
Kekurangan dari model pembelajaran klasik itu adalah tidak dapat melayani
kebutuhan belajar siswa secara individu. Misalnya, siswa mengeluh karena gurunya
mengajar terlalu cepat, gurunya mengajar terlalu bertele-tele dan sebagainya.

2. Pembelajaran Individu
Model pembelajaran individu merupakan model yang menggunakan pembelajaran
individual.
a. Ciri-ciri pembelajaran individual:
 Siswa belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing.
 Siswa belajar secara tuntas.
 Setiap unit dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus yang jelas.
 Keberhasilan siswa diukur berdasarkan pada system nilai mutlak.

3
Model pembelajaran yang menggunakan pembelajaran individual salah satunya
adalah modul. Modul yaitu suatu paket pembelajaran yang memuat suatu unit konsep
pembelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa sendiri (self instruction). Prosedur
pembelajaran modul secara rinci sebagai berikut:
a. Guru membagikan modul yang telah disiapkan kepada setiap siswa.
b. Guru yang menyuruh siswa untuk mempelajari (sendiri-sendiri) bagian dari
modul, dan mengerjakan soal-soal latihannya dalam waktu 2x40 menit.
c. Setelah siswa menyelesaikan perintah, siswa diminta mengumpulkan pekerjaaya
untuk diperiksa guru.
d. Guru memberikan tes bila siswa dapat menyelesaikan latihan soal dengan baik.
Hasil tes menentukan siswa dapat melanjutkan ke modul selanjutnya.
e. Untuk siswa yang belum dapat menyelesaikan soal latihan dengan baik. Siswa
dapat meminta bantuian dengan mendiskusikan masalahnya. Jika sudah
menguasai betul baru siswa meminta tes kepada guru.

3. Cooperative Learning
Cooperative learning adalah pembelajaran dimana para siswa diberi kesempatan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan
suatu
Masalah secara bersama dengan cara berdiskusi. Siswa juga bisa menentukan strategi
pemecahan dan menghubungkan masalah tersebut dengan masalah-masalah lain yang
telah dapat diselesaikan.
Cooperative learning dapat melatih para siswa untuk mendengarkan pendapat
orang lain atau temuan-teuan dalam bentuk tulisan. Adanya tugas kelompok dapat
memacu atau bekerja sama dalam mengipertasikan pengetahuan-pengetahuan baru
dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimilikinya.
Didalam matematika sendiri cooperative learning dapat membantu para siswa
meningkatkan sikap positif dalam matematika. Seperti contoh membangu
kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah
matematika. Dan dapat meningkatkan berfikir kritis serta meningkatkan kemampuan
siswa dalam pemecahan masalah.

a. Hal-hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative learning:


 Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa
mereka adalah bagan dari tim dan mempunyai tujuan bersama untuk
dicapai.
 Siswa harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah
tanggung jawab kelompok.
 Mencapai hasil yang maksimum dengan cara berbicara satu sama lain
dalam mendiskusikan masalah yang dihadapi.

4
Beberapa model cooperative learning telah dikembangkan oleh para ahli.
Beberapa diantaranya STAD dan jigsaw.
 STAD
Inti dari STAD (Student Team Acheviement Division) ini adalah guru
menyampaikan suatu materi, kemudian para siswa bergabung dalam
kelompok yang terdiri atas empat atau lima orang yang menyelesaikan
soal-soal yang diberikan guru. Setelah selesai mereka menyerahkan
pekerjaannya kepada guru.

 Jigsaw
Setiap kelompok diberi tugas mempelajari topik tertentu yang berbeda.
Siswa bertemu dengan anggota-anggota dari kelompok lain yang
mempelaari topik sama atau saling bertukar pendapat dan informasi.
Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya semula untuk menyampaikan
apa yang didapatkannya.

b. Penggunaan Cooperative Learning


1) Memanfaatkan tugas pekerjaan rumah:
 Membentuk beberapa kelompok beranggotakan3-4 orang setiap
kelompok.
 Mintalah mereka membandingkan dan mendiskusikan hasil pekerjaan
rumah.
 Guru dapat membimbing memecahkan kesulitan-kesulitan yang siswa
alami pada saat diskusi.
 Dapat memberikan perhatian secara individual untuk para siswa yang
tidak aktif.

2) Pembahasan Materi Baru:


 Guru menerangkan, mengembangkan, atau mendemostrasikan suatu
teknik baru yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
 Kemudian siswa disuruh bekerja sendiri-sendiri menggunakan
pengetahuan yang baru.
 Guru mengharapkan adanya pertanyaan dari para siswa tentang materi
baru tersebut.

Untuk mengoptimalkan manfaat cooperative learning, keanggotaannya


sebaiknya heterogen. Baik dari kemampuannya, karakteristiknya, untuk
menjamin keheterogenetas kelompok, maka gurulah yang membentuk kelompok.
Ukuran besar kecilnya kelompok akan mempengaruhi pada kemampuan
produktivita kelompoknya.

5
Didalam cooperative learning para siswa biasanya terlibat konflik-konflik
verbal yang berkenaan dengan perbadaan pendapat anggota-anggota
kelompoknya. Guru memaikan peranan yang menentukan dalam penerapan
cooperative learning yang efektif.

4. Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah adalah pengajuan pertanyaan atau
masalah, memusatkan pada keterkaitan antara disiplin, penyelidikan autentik,
kerjasama, dan menghasilkan karya atau peragaan. Pembelajaran ini bertujuan untuk :
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
b. Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
c. Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
e. Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

5. Pengajaran Teman Sebaya Sebagai Sumber Belajar


Keberhasilan suatu program pembelajaran tidak disebabkan oleh satu macam
sumber daya tetapi disebabkan oleh berbagai sumber yang saling mendukung menjadi
satu sistem yang integral.
Sumber belajar dapat orang lain yang bukan guru, teman dari kelas yang lebih
tinggi, teman sekelas, atau keluarganya di rumah. Sumber belajar bukan guru berasal
dari orang yang lebih pandai disebut tutor.Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya
dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai dan tutor kakak
adalah tutor dari kelas yang lebih tinggi (Harsunarko, 1989, 13).
Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan
ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut
diambil dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi (Supriyadi, 1985, 36). Tutor
sebaya adalah siswa yang pandai yang dapat memberikan bantuan belajar kepada
siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman-teman
sekelasnya di luar sekolah (Semiawan, 1987, 70).
Siswa adalah unsur pokok dalam pengajaran maka siswalah yang harus menerima
dan mencapai berbagai informasi pengajaran yang pada akhirnya dapat mengubah
tingkah lakunya sesuai dengan yang diharapkan.Untuk itu, maka siswa harus
dijadikan sebagai sumber pertimbangan dalam pemilihan sumber pengajaran
(Sudirman, 1987, 210).
6
Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan, tidak
rendah diri, malu untuk bertanya ataupun minta bantuan.Bahasa teman sebaya lebih
mudah dipahami. Kegiatan sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan
pengalaman, yang justru sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam
persiapan ini antara lain mereka berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru
yang mantap dengan teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan
kecakapan intelektual dan konsep-konsep yang penting, mendapatkan tingkah laku
yang bertanggung jawab secara social (Dinkmeyer, 1985, 164-165).
Dalam pembelajaran dengan pendekatan teman sebaya, hendaknya tutor adalah
siswa yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan teman-teman pada
umumnya. Sehingga pada saat ia memberikan pengayaan ia sudah menguasai bahan
yang akan disampaikan.

6. Examples Non Examples


Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-
contoh.Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD. Langkah-
langkah:
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/LCD.
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa
untukmemperhatikan/menganalisa gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas.
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai.
g. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat
kesimpulan/rangkuman.

7. Debate
Debat adalah model pembelajaran dengan siswa menjadi dua kelompok kemudian
duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-
masing kelompok, menyajikan presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu
kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara
bergantian. Guru membimbingdengan membuat kesimpulan dan menambahkannya
bila diperlukan. Langkah-langkah:
a. Guru membagidua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya
kontra.
b. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua
kelompok diatas.

7
c. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro
untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
d. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap
pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
e. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap.
f. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

B. Metode Pembelajaran Matematika


1. Pengertian Metode Pembelajaran
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” dan “hados”. Meta
berarti “melalui” dan hodos “jalan”. Dengan demikian metode bisa berarti cara atau
jalan yang harus ditempuh untuk mencapi tujuan tertentu.
Adapun Defenisi Metode Pembelajaran antara lain :

a) Menurut BIGGS ( 1991 )


Metode Pembelajaran adalah Cara – cara untuk menajikan bahan – bahan
Pembelajaran kepada Siswa – siswi untuk tercapainyatujuan yang telah
ditetapkan.

b) Menurut Sangidu (2004)


Metode Pembelajaran adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai
pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna mencapai tujuan yang elah
ditentuakan.

c) Menurut ADRIAN ( 2004 )


Metode Pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara – cara untuk
melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari
pendidik dan peserta didik untuk saling beriteraksi dalam melakukan suatu
kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam artian tujuan
pengajaran tercapai.

d) Menurut Sudjana (2005)


Metode Pembelajaran merupakan perencanaan secara menyeluruh untuk
menyajikan materi pembelajaran bahasa secara tertur, tidak ada satu bagian
yang bertentangan dan semua berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu.

e) Menurut Salamun (2009)

8
Metode Pembelajaran ialah sebuah cara-cara yang berbeda untuk
mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.

Sehingga berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajran berarti suatu prosedur, urutan langkah-
langkah dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat
dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu
pendekatan dapat dijabarkan kedalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula
dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke
pencapaian tujuan.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan
metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
a) Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau
gairah belajar siswa.
b) Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar
lebih lanjut.
c) Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa
untuk mewujudkan hasil karya.
d) Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan
kepribadian siswa.
e) Metode yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar
sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
f) Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-
nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.

2. Macam-Macam Pembelajaran Matematika


Perkembangan mental siswa di sekolah, antara lain, meliputi kemampuan untuk
bekerja secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada pembelajaran, harus
memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi.
Pembelajaran harus memperhatikan minat dan kemampuan siswa.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi
pembelajaran. Pembelajaran matematika perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan
metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi
peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika.
Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tingkah laku, serta perlu
menekankan pada kreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan kearah
kedewasaan. Sesuai dengan pendekatan seperti telah dibahas pada bahasan
sebelumnya, pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan
aktivitas dan kreativitas siswa. Tiap metode tidak berdiri sendiri tanpa terlibatnya

9
metode lain. Berikut dikemukakan beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih
oleh guru, yaitu:

a) Metode Ceramah
Ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari
seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat
pada penceramah dan komunikasi terjadi searah dari pembicara kepada
pendengar. Metode ceramah merupakan metode mengajar yang paling
banyak dipakai, hal ini mungkin dianggap sebagai metode yang paling
mudah dilaksanakan. Jika bahan pelajaran dikuasai dan sudah ditentukan
urutan penyampaiannya, guru tinggal menyajikan di depan kelas.
Gambaran pembelajaran matematika dengan pendekatan ceramah adalah
guru mendominasi kegiatan belajaran mengajar, definisi dan rumus
diberikan, penurunan rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh
guru, siswa diberitahu apa yang harus dikerjakan dan bagaimana
menyimpulkan, contoh-contoh soal diberukan dan dikerjakan oleh guru,
langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa, siswa meniru cara
kerja guru.

1) Kekuatan metode ceramah:


 Dapat menampung kelas besar, setiap siswa mempunyai
kesempatan yang sama untuk mendengarkan, dan biayanya menjadi
relatif murah.
 Konsep yang disajikan secara hirarkis akan memberikan fasilitas
belajar pada siswa.
 Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting, hingga
waktu energi dapat digunakan sebaik mungkin.
 Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak
harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.
 Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu
pelajaran tidak menghambat pelaksanaan pelajaran dengan ceramah.

2) Kelemahan metode ceramah:


 Pelajaran berjalan membosankan, siswa pasif, hanya aktif membuat
catatan.
 Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa
tidak mampu menguasai bahan.
 Pengetahuan lebih cepat terlupakan.
 Belajar menjadi menghafal (rote learning) yang tidak
mengakibatkan timbulnya pengertian.

10
Matematika merupakan ilmu yang memerlukan prasarat untuk dapat
dimengerti. Untuk mengajarkan matematika dengan metode ceramah, perlu
diperhatikan:

 Bertujuan untuk memberikan informasi


 Materi yang diberikan belum ada pada sumber-sumber lain.
 Materi sajian telah disesuaikan dengan kemampuan kelompok yang
akan menerimanya.
 Materinya menarik atau dibuat menarik.
 Setelah ceramah selesai diberikan pengendapan agar lebih lama
dapat diingat.
Metode ceramah tidak dilakukan jika:
 Tujuannya agar siswa kreatif, terampil, atau menyangkut aspek
kognitif yang lebih tinggi.
 Diperlukan ingatan yang tahan lama.
 Diperlukan partisipasi aktif dari siswa untuk mencapai tujuan
 Kemampuan kelas rendah.

b) Metode Eksposiori
Metode ini sama dengan metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan
pada guru sebagai pemberi informasi. Tetapi pada metode ekspositori
dominasi guru banyak berkurang. Guru berbicara pada awal pelajaran,
menerangkan materi dan contoh soal, pada waktu yang diperlukan saja.
Siswa tidak hanya mencatat, tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya.
Guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual. Pada metode ini siswa
belajar lebih aktif daripada metode ceramah. Kalau dibandingkan dominasi
guru dalam kegiatan belajar mengajar,metode ceramah lebih terpusat pada
guru daripada metode ekspositori. Pada metode ekspositori siswa belajar
lebih aktif daripada metode ceramah. Murid mengerjakan latihan soal
sendiri, mungkin juga dilakukan sambil bertanya dan mengerjakannya
bersama dengan temannya, atau mengerjakan tugas dipapan tulis.
Melihat perbedaan-perbedaan di atas, cara mengerjakan matematika yang
pada umumnya digunakan para guru matematika adalah lebih tepat dikatakan
sebagai menggunakan metode ekspositori daripada ceramah. Yang biasa
dinamakan mengajar matematika dengan metode ceramah (seperti yang
tercantum dalam satuan pelajaran) menurut penjelasan di atas sebenarnya
adalah metode ekspositori, sebab guru memberikan pula soal-soal latihan
untuk dikerjakan siswa di kelas
Metode ekspositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan
efisien, tetapi metode ekspositori bukan satu-satunya metode mengajar yang

11
baik. Tiap metode kalau digunakan dengan tepat akan menjadi metode yang
baik.

c) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi sejenis dengan metode ceramah dan ekspositori.
Tetapi pada metode demonstrasi aktivitas siswa lebih banyak lagi, dengan
demikian dominasi guru lebih banyak berkurang. Metode ini dapat
menghilangkan verbalisme, sehingga siswa semakin memahami materi
pelajaran.
Ciri khas metode ini terlihat dari adanya penonjolan mengenai suatu
kemampuan (guru maupun siswa), misal kemmapuan guru membuktikan
dalil, menurunkan rumus, atau memecahkan soal cerita. Sedangkan yang
berhubungan dengan alat, misalnya pemakaian sepasang segitiga untuk
menggambarkan dua buah garis sejajar atau saling tegak lurus, penggunaan
daftar atau kalkulator untuk perhitungan merupakan kemampuan siswa.
Agar pembelajaran dengan menggunakan metode berlangsung secara
efektif dan efisien, ada beberapa yang dapat dilakukan, yaitu :
1) Lakukanlah perencanaan yang matang sebelum pembelajaran dimulai.
2) Rumuskanlah tujuan pembelajaran dengan metode demonstrasi, dan
pilihlah materi yang tepat untuk didemontrasikan.
3) Buatlah garis besar langkah-langkah demonstrasi, akan lebih efektif
jika yang dikuasai dan dipahami baik oleh siswa maupun guru.
4) Tetapkanlah apakah demontrasi tersebut akan dilakukan guru atau oleh
siswa atau oleh guru kemudian diikuti siswa.
5) Mulailah demonstrasi dengan menarik perhatian seluruh peserta didik,
dan ciptakanlah suasana yang tenang dan menyenangkan.
6) Upayakanlah agar semua peserta didik terlibat secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
7) Lakukanlah   evaluasi   terhadap   pembelajaran   yang   telah  
dilaksanakan, baik terhadap efektivitas metode demonstrasi maupun
terhadap hasil belajar siswa.
Untuk memantapkan hasil pembelajaran melalui metode demonstrasi,
pada akhir pertemuan dapat diberikan tugas-tugas yang sesuai dengan
kegiatan yang dilaksanakan.

d) Metode Drill dan Latihan


Metode drill dan latihan dimaksudkan agar siswa cepat dan cermat
menyelesaikan soal. Metode ini berhubungan dengan kemampuan untuk
cepat ingat dan kegiatan-kegiatan yang bersifat lisan yang memerlukan
hafalan. Kemampuan mengenai fakta-fakta dasar berhitung, rumus, definisi,
sifat, serta aplikasi-aplikasinya dan hal-hal yang tidak memerlukan prosedur
12
pengerjaan bergantung pada ingatan. Cepat mengingat, kemampuan
mengingat kebali dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat lisan merupakan
hal yang perlu “hafal”.
Kemampuan yang dipelukan untuk menyelesaikan soal dengan cepat dan
cermat tidak dapat diperoleh dengan metode drill. Keculi hafal fakta-fakta
dasar berhitung, diperlukan pula hafal dan terampil menggunakan algoritma
berhitung, dan jika dilakukan tanpa kesalahan akan menghasilkan jawaban
yang benar untuk sebuah soal.
Dalam matematika terdapat banyak prosedur pengerjaan yang pasti dan
tetap seperti algoritma berhitung.mislanya dalam aljabar untuk menentukan
hasil kali dan hasil pemangkatan . Dalam geometri misalnya, melukis garis
garis istimewa dalam segitiga ditentukan oleh tiga buah unsur.
Hafal algoritma dan prosedur matematika serta cepat dengan cermat
menggunakannya merupakan tujuan dari metode latihan dalam pengajaran
matematika, sedangkan tujuan daari metode drill adalah agar siswa hafal dan
cepat dalam fakta-fakta matematika.
Metode latihan diperlukan agar siswa terampil menyelesaikan soal-soal
yang pengertian dan prosedur penyelesaiannya sudah dipahami. Metode
latian secara tertulis dapt diberikan di kelas atau sebagai tugas pekerjaan
rumah, dan diberikan secara teratur. Soal-soal latihan untuk di rumah
hendaknya mudah, sehingga tidak menimbulkan keengganan siswa untuk
mengerjakannya.

e) Metode Tanya Jawab


Suatu pengajaran disajikan melalui tanya jawab jika bahan pelajaran
disajikan melalui tanya jawab. Dalam metode tanya jawab, pertanyaan-
pertanyaan bisa muncul dari guru, bisa juga dari peserta didik, demikian pula
halnya jawaban yang dapat muncul dari guru maupun peserta didik. Dengan
menggunakan metode ini siswa menjadi aktif dari pada belajar-mengajar
dengan menggunakan ekspositori. Sebab, pertanyaan-pertanyaan diberikan,
sebagai pengarahan diperlukan pula cara informatif. Bahan yang diajarkan
masih terbatas pada hal-hal yang dintanyakan oleh guru. Inisiatif dimulai
dari guru. Sesudah pengarahan, dimulailah dengan pengajuan pertanyaan.
Pertanyaan jangan terlalu sulit, karena akan membut kelas diam. Agar siswa
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode tanya jawab, hendaknya
guru berlaku sebagai berikut:
1) Mengahargai jawaban, pertanyaan, keluhan, atau tindakan siswa
bagaimanapun jelek mutunya.
2) Menerima jawaban siswa, kemudian memeriksa dengan pertanyaan.
3) Merangsang siswa untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran.
13
4) Mengajukan pertanyaan kepada sasaran yang sesuai dengan keperluan.
5) Bertindak atau bersikap seolah-olah belum tahu atau membuat
kekeliruan yang disengaja.
6) Mengajukan pertanyaan yang tinggi tarafnya.
7) Mengajukan pertanyaan yang tinggi tarafnya. Bandingkan “benarkah
ini?”, “Apakah jawaban ini benar?”, “Mengapa jawabnanya
demikian?”, “Bagaimana cara kau peroleh jawabn itu?”. Pertanyaan
yang jawabnnya hanya “ya atau tidak”, “benar atau salah” digolongkan
dalam pertanyaan yang kurang bermutu.
8) Pertanyaan dengan kata-kata “Mengapa”, “Bagaimana”, “darimana”,
“Bilamana” akan menghasilkan jawaban-jawabna yang lebih bermutu.
Siswa harus memberi alasan, penjelasan, keterangna dan pendapatnya.
Dengan demikian siswa tidak dapat asal menjawab atau hanya
menyebutkan fakta saja sebagai hasil ingatan (hafalan, recall).
Metode ini dapat digunakan untuk menghubungkan topik-topik
pembelajaran yang lampau dengan yang baru. Langkah ini dapat digunakan
untuk meyakinkan apakah siswa sudah siap menerima materi baru atau
belum. Pertanyaan yang dapat juga digunkan untuk memperkecil kelalaian
siswa dan mengembalikan perhatian siswa pada proses belajar dan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Pertanyaan yang diajukan pada
akhir pelajaran dapat memebantu menentukan sejauh mana siswa telah
mengerti pengetahuan yang diberikan.

f) Metode Penemuan
Kata penemuan sebgai metode mengajar merupakan penemuan yang
dilakukan siswa dalam belajarnya. Siswa menemukan sendiri sesuatu hal
yang baru, bukan berarti baru bagi dirinya saja karena hal itu sudah dikenal
oleh orang lain. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih
mengutamakan proses daripada hasil belajar.
Cara belajar dengan menemukan (discovery learning) ini tidak merupakan
cara belajar yang baru. Cara belajar melalui penemuan sudah digunakan
puluhan abad yang lalu dan Socrates dianggap orang sebagai pemula yang
menggunakannya.
Pembelajaran dengan metode penemuan mengharapkan agar siswa benar-
benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. Untuk
mengajarkan sifat komutatif perkalian dengan penemuan, dapat dilakukan
dengan memberikan sejumlah soal perkalian. Kemudian siswa diminta untuk
mncari hasil-hasil yang sama, atau membuat kesimpulan dari hasil
pengerjaannya.
Hal baru bagi siswa yang diharapkan dapat ditemukannya itu dapat berupa
konsep, teorema, rumus, pola, aturan, dugaan, perkiraan, coba-coba, atau
14
usaha lain dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya melalui cara
induksi, deduksi, observasi, ekstrapolasi. Pembelajaran dengan metode ini
tidak dapat direncanakan, karena sangat tergantung kemampuan siswa, dan
bahan yang akan disajikan. Pembelajaran dengan metode ini harus
memperhatikan:
1) Aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh
2) Hasil (bentuk) akhir ditemukan sendiri oleh siswa
3) Prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa.
4) Guru haya bertindak sebgaia pengarah dan pembimbing saja, bukan
pemberitahu.
Pelaksanaan metode ini dapat dilakukan dengan dialog tanya jawab atau
dengan menggunakan lembaran kerja. Pembahasan materi dapat dengan
pendekatan induktif, deduktif atau keduanya. Metode ini mempunyai
kelebihan antara lain :
1) Siswa aktif, karena siswa berpikir dan menggunakan kemampuan
untuk menemukan hasil akhir.
2) Siswa menjadi paham benar, sebab mengalami sendiri proses
menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih diingat.
3) Menemukan sendiri menmbulkan kepuasan. Kepuasan intrinsic ini
mendorong ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya
meningkat.
4) Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan
lebih mampu mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks.
5) Melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
6) Menurut J. Bruner metode ini mampu mengembangan kemampuan
siswa dalam mengorganisasikan segala sumber untuk menyelesaikan
problem, menjadi lebih peka terhadap problem solving yang
dihadapinya dan motivasinya meningkat karena terlibat dalam proses
penemuan.
7) Davis mengatakan metode ini akan menjadikan siswa memiliki
persamaan terhadap sejarah matematika, mengerti bahwa matematika
itu ditemukan, siswa dapat menilai kemampuannya untuk menemukan
dan mengabtraksi.
Sedangkan kelemahan metode ini adalah:
1) Banyak menyita waktu juga tidak menjamin siswa tetap bersemangat
menemukan.
2) Tidak setiap guru mempunyai kemampuan menggunakannya.Tidak
semua anak mampu melakukannya. Jika bimbingan guru kurang tepat
akan merusak struktur pengetahauannya, karena tidak sesuai dengan
kesiapan intelektual siswa. Juga jika terlalu banyak bimbingan akan
mematikan insisatifnya.
15
3) Tidak dapat digunakan untuk setiap topic.
4) Guru akan repot dengan kelas besar dalam pelaksanaan metode ini.

g) Metode Pemecahan Masalah


Pemecahan masalah merupakan tipe belajar aktif yang tingkatnya paling
tinggi dan kompleks dibanding tipe belajar yang lain. Pemecahan masalah
dalam matematika dipandang sebagai dasar aktivitas matematika.
Matematika kelihatannya tidak dapat dipahami jika tanpa masalah (Cooney,
1975: P.244). Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang mana
siswa sendiri dapat menyelesaikan tanpa menggunakan cara atau algoritma
yang rutin (Russeffendi, 1977: P.216). Suatu persoalan menjadi masalah atau
memberikan tantangan yang sapat dipecahkan dengan prosedur rutin yang
diketahui siswa (Cooney, 1975 : P.242). Menurut Russeffendi suatu
persoalan menjadi masalah, jika :
1) Siswa tidak mengenal persoalan itu,
2) Siswa menganggap persoalan itu jadi masalah karena siswa belum
memiliki prosedur atau algoritma tertentu untuk menyelesaikannya.
3) Siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya
maupun pengetahuan siapnya. Terlepas ia sampai atau tidak pada
jawabannya.
4) Siswa punya niat untuk menyelesaikan.
Karena suatu persoalan belum tentu menjadi masalah bagi seorang siswa
maka guru harus menyeleksi dan membuat soal yang merupakan pemecahan
masalah. Pentingnya pemecahan masalah dalam pembelajaran disebabkan
oleh :
1) Pemecahan masalah membuat siswa berpikir lebih analitis dalam
membuat keputusan.
2) Pemecahan masalah dapat menimbulkan jawaban yang asli, khas,
beranekaragam dan dapat menambah pengetahuan baru.
3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aplikasi atau penerapan dari
ilmu yang diperolehnya.
4) Pemecahan masalah dapat merangsang siswa menggunakan segala
kemampuannya.
5) Pemecahan masalah dapt menimbulkan sikap ingin tahu dan motivasi
kreatif.

h) Metode Inkuiri
Metode inkuiri adalah proses menyelidiki dan memeriksa suatu situasi
dengan maksud mencari informasi dan kebenaran. Metode ini adalah
16
keadaan khusus dari pemecahan masalah dan merupakan cara belajar aktif
dan mencakup proses ketrampilan. Karena proses inkuiri adalah suatu teknik
khusus untuk mengembangkan pengetahuan melalui penelitian.
Metode inkuiri adalah metode belajar dengan inisiatif sendiri yang dapat
dilaksanakan secara individu atau dalam kelompok. Situai inkuiri ideal
dalam kelas matematika terjadi jika siswa-siswa merumuskan prinsip
matematika baru melalui bekerja sendiri atau dalam kelompok kecil dengan
pengarahan minimal dari guru. Tujuan penggunaan metode ini adalah agar
siswa belajar metode ilmiah dan dapat menerapkan kedalam suasana lain.
Dalam metode ini guru selain berperan sebagai pengarah dan pembimbing,
juga sebagai sumber informasi data yang diperlukan. Siswa masih harus
mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis dan mengetesnya.
Jasdi, peran utama guru dalam hal ini adalah sebagai moderator. Metode ini
terdiri dari empat tahap, yaitu :
1) Merangsang siswa dengan pertanyaan, pernyataan, permaianan, teka-
teki dan sebagainya
2) Sebagai respon atas rangsangan yang diterima, siswa menentukan
prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang
diperlukannya untuk memecahkan masalah.
3) Menghayati pengetahuan yang diperoleh dengan inkuiri yang baru
dilaksanakan.
4) Menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk
dijadikan metode umum yang dapat diaplikasikannya ke situasi lain.
Metode inkuiri merupakan metode mengajar yang paling mirip
dengan metode penemuan, perbedaannya adalah:

Metode Penemuan Metode Inkuiri


i)
Dengan ekspositori dalam kelompok kecil di Dengan ekspositori dalam kelompok dan
laboratorium, bengkel atau kelas. individual.

Hasil akhir merupakan sesuatu yang baru Hasil akhir baru dari siswa dan juga belum
bagi dirinya, tetapi sudah diketahui guru. diketahui guru.

Guru sebagai pengarah, pembimbing dan


Guru sebagai pengarah dan pembimbing.
sumber informasi data.

Siswa diharapkan dapat menemukan


Siswa membuat hipotesis dan mengujinya.
sesuatu, hasilnya nomor dua.

Metode Pemberian Tugas

17
Metode ini disebut dengan metode tugas. Tugas yang paling sering
diberikan dalam pembelajaran matematika adalah pekerjaan rumah sebagai
latihan soal-soal. Metode ini mensyaratkan adanya pemberian tugas dan
adanya tanggungjawab dari siswa. Misalnya, mencari bukti lain dari sebuah
teorema , membaca sejarah perkembangan geometri, mempelajari dulu topic
yang akan dibahas. Tetapi dapat timbul atas inisiatif siswa setelah disetujui
guru. Hasilnya dapat lisan atau tulisan.
Cara menilai hasil tugas tertulis kadang-kadang menimbulkan kesukaran.
Bagaimana memberi nilai kepada seorang siswa jika ia bekerja dalam
kelompok? Apakah ia benar-benar aktif berperan dalam menghasilkan
laporan kelompok? Jika laporan individu apakah tulisan itu benar-benar hasil
pemikirannya sendiri atau bukan? Agar penilaian lebih obyektif dan
menimbulkan rasa tanggung jawab, perlu dicek dengan mengajukan
pertanyaan mengenai hasil pekerjaan yang dikumpulkan.
Maksud pemberian soal-soal pekerjaan rumah adalah agar siswa terampil
menyelesaikan soal, lebih memahami dan mendalami pelajaran yang
diberikan di sekolah. Selain itu agar siswa biasa belajar sendiri,
menumbuhkan rasa tanggungjawab dan sikap positif terhadap matematika.
Karena itu janganlah memberi tugas yang rerlalu sukar, terlalu banyak
sehingga murid tidak mempunyai waktu untuk melakukan tugas lain dari
sekolah atau kegiatan lain di luar sekolah. Komposisi soal hendaknya terdiri
atas yang mudah, sedang dan sukar. Memberikan tugas yang berlebihan tidak
akan menimbulkan sikap-sikap yang positif, malah mungkin menjadi
sebaliknya.
Tugas yang diberikan dapat berupa tugas membuat atau merancang
model-model, alat-alat atau permaianan yang berhubungan dengan pelajaran
matematika. Misalnya, mmbaca buku mengenai alat peraga atau permaianan
matematika, merancang model dan alat, memberikan kesempatan untuk
mendemonstrasikan kepada teman-teman, menyimpan hasil karya dilabmat.
Hal tersebut akan menimbulkan kepuasan intrinsik dan selanjutnya sikap
positif terhadap pelajaran matematika.

C. Teknik Pembelajaran Matematika


1. Pengertian Teknik Pembelajaran Matematika
Kemampuan Pendidik sangat menentukan dalam memilih teknik pembelajaran
yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Jika
seorang pendidik mempunyai keterbatasan pengetahuan dan penguasaan mengenai
disiplin ilmu, sudah tentu ia akan terus berkutat dengan teknik yang sama tanpa
variasi. Dengan demikian pembelajaran akan terkesan monoton dan membosankan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang pendidik untuk membuat teknik

18
pembelajaran yang bervariasi untuk mencegah siswa merasa bosan terhadap
pembelajaran yang sedang berlangsung.
 Setiap teknik mempunyai kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Oleh
karenanya, dalam hal ini seorang pendidik perlu mengkaji teknik pembelajaran yang
sesuai dan memilih strategi-strategi yang memberikan peluang-peluang paling banyak
bagi peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pencapaian tujuan
pembelajaran atau kompetensi tertentu.

2. Macam-Macam Teknik Pembelajaran Matematika


Matematika adalah salah satu pelajaran yang selama ini selalu dianggap sulit. Hal
tersebut karena pelajaran yang termasuk dalam ilmu eksak ini bersifat abstrak
sehingga perlu pemikiran yang lebih mendalam untuk dapat memahaminya. Karena
itu seorang tenaga pendidik memerlukan teknik atau cara yang baik ketika
menyampaikan materi pembelajaran matematika ini pada peserta didik.
Ada beberapa teknik atau cara yang efektif untuk digunakan pada pembelajaran
matematika, diantaranya sebagai berikut:

a) Teknik pembelajaran langsung


Seorang tenaga pendidik haruslah menyadari bahwa materi pembelajaran
yang mereka ajarkan bukanlah sesuatu yang konkret melainkan sebuah
pelajaran yang abstrak yang menuntut banyak pemahaman bagi para peserta
didik. Untuk itu maka pembelajaran pertama yang dapat diberikan adalah
dengan teknik pembelajaran langsung. Dengan teknik ini diharapkan para
peserta didik akan memiliki bekal dasar terhadap materi pembelajaran yang
mereka terima.

b) Teknik problem solving


Untuk memberikan pembelajaran matematika kepada para peserta didik
maka seorang tenaga pendidik dapat menggunakan teknik pembelajaran yang
berorientasi pada problem solving atau pemecahan masalah. Disini seorang
tenga pendidik dapat memberikan tugas kepada para peserta didiknya untuk
memecahkan soal-soal dalam pembelajaran matematika yang diberikan oleh
tenaga pendidiknya.

c)  Teknik pembelajaran kooperatif

19
Ini merupakan sebuah teknik pembelajaran yang lebih menekankan pada
kerjasama yang terjalin antar para peserta didik yang terlibat daalm kegiatan
pembelajaran matematika. Disini seorang tenaga pendidik dapat membentuk
kelompok-kelompok peserta didik yang mana setiap kelompok tersebut
diberikan tugas untuk menyelesaikan persoalan matematika. Dengan cara ini
sangat baik untuk meningkatkan pemahaman dan keaktifan yang dimiliki oleh
para peserta didik dalam kegiatan pembelajaran matematika.

d) Teknik pembelajaran kontekstual


Teknik pembelajaran yang satu ini merupakan sebuah teknik atau cara
pembelajaran yang berbasis pada konteks. Artinya seorang tenaga pendidik
diharapkan agar mrnyampaikan atau memberikan pelajaran matematika yang
sesuai dengan konteks yang dialami para peserta didik. Cara semacam ini
akan lebih mudah menangkap materi pelajarn matematika yang disampaikan
tenaga pendidiknya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

20
Dari hasil penelaahan penulis, penulis dapat membuat satu kesimpulan
sebagai berikut.Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model
pembelajaran terbentuk dari pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran
yang sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh.
Macam-macam model pembelajaran yaituPembelajaran Klasikal, Pembelajaran
Individual, Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Pengajaran
Teman Sebaya Sebagai Sumber Belajar, Examples Non Examples, Student Teams
Achievement – Divisions (STAD), dan Debate.Kedelapan model pembelajaran tersebut
mempunyai ciri-ciri dan langkah yang berbeda satu sama lain.
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” dan “hados”. Meta
berarti “melalui” dan hodos “jalan”. Metode pembelajran berarti suatu prosedur, urutan
langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan.
Sesuai dengan pendekatan seperti telah dibahas pada bahasan sebelumnya,
pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan
kreativitas siswa. Tiap metode tidak berdiri sendiri tanpa terlibatnya metode lain. Berikut
dikemukakan beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru, yaitu: metode
ceramah, metode eksposiori, metode demonstrasi, metode drill dan latihan, metode tanya
jawab, metode penemuan, metode pemecahan masalah, metode inkuiri, serta metode
pemberian tugas.

B. Saran
Dengan penyusunan makalah ini, penulis berharap pengetahuan mengenai Metode
Pembelajaran Matematika dapat meningkat kualitas guru dalam proses pembelajaran.
Adapun saran yang dapat dikemukakan bagi para pembaca yaitu agar mereka mampu
mengimplementasikan Model, Metode dan Teknik Pembelajaran Matematika yang benar
ini dalam melakukan pengajaran di lingkungan sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

https://azahelvana.wordpress.com/2016/12/30/metode-pembelajaran-matematika/

21
https://citramanggraini.wordpress.com/2017/01/02/model-pembelajaran-matematika/
http://daracempakadwipuspa.blogspot.com/2016/12/teknik-pembelajaran-matematika.html?m=1

22

Anda mungkin juga menyukai