Makalah
Diajukkan untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Pembinaan Kompetensi Mengajar
Matematika
Dosen Pengampu :
Drs. Edi Susanto, M. Pd.
Disusun Oleh :
Rifqi Rahmatuloh Azis 1801105065
Anisa Dita Rahmawati 1801105078
Farha Lailiah 1801105141
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah mata kuliah pembinaan
kompetensi mengajar yang berjudul “Model, Metode, dan Teknik Pembelajaran Matematika”
dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulisan makalah ini tidak
akan terwujud. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang banyak
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan
mereka yang telah memberikan bantuan kepada penulis. Penullis menyadari bahwa dalam
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi perbaikan lebih lanjut.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran Matematika 3
1. Pembelajaran Klasik 3
2. Pembelajaran Individu 3
3. Cooperative Learning 4
4. Pembelajaran Berdasarkan Masalah 6
5. Pengajaran Teman Sebaya Sebagai Sumber Belajar 6
6. Examples Non Examples 7
7. Debate 7
B. Metode Pembelajaran Matematika 8
1. Pengertian Metode Pembelajaran Matematika 8
2. Macam-Macam Metode Pembelajaran Matematika 9
C. Teknik Pembelajaran Matematika 18
1. Pengertian Teknik Pembelajaran Matematika 18
2. Macam-Macam Teknik Pembelajaran Matematika 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajarpada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang
terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran, alat, siswa dan guru. Semua unsur atau
komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan semuanya berfungsi
dengan berorientasi pada tujuan. Seperti telah kita ketahui bahwa tugas utama guru ialah
mengajar yang berarti membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu atau
kompetensi. Tujuan atau kompetensi itu telah dirumuskan dalam kurikulum yang
berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran yang menjadi persoalan pokok ialah bagaimana
memilih dan menentukan strategi pembelajaran. Strategi belajar mengajar menentukan
jenis interaksi di dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang di gunakan
harus menimbulkan aktivitasbelajar yang baik, aktif, kreatif, efektif dan efesien, sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapaisecara maksimal.
Dalam proses pembelajaran matematika di sekolah terdapat beberapa
permasalahan. Terkait dengan karekteristik matematika, objeknya yang abstrak, konsep
dan prinsipnya berjenjang, dan prosedur pengerjaannya yang banyak memanipulasi
bentuk-bentuk membuat siswa seringkali mengalami kesulitan. Objek tersebut tidak
semuanya bisa divisualisasikan dalam tiga dimensi yang bisa diindera dengan baik oleh
siswa. Hal ini menuntut peraga yang tepat, yang mampu membantu siswa memahami
konsep yang diajarkan dan mampu mengatasi keberagaman kecepatan belajar dan gaya
belajar siswa, serta mengatasi keterbatasan yang ada pada guru.
Pada pokok bahasan persamaan garis lurus, siswa disuguhkan dengan objek
matematika berupa titik, garis, dan persamaan yang abstrak. Kecenderungan yang terjadi
dilapangan, guru membantu siswa dengan menggambar garis lurus di kertas atau di papan
tulis. Karena visualisasi yang berupa dua dimensi, disamping memakan waktu yang lama
juga memberi kesan kurang menarik. Dengan media yang selama ini digunakan dirasa
masih kurang efektif untuk menciptakan kebermaknaan pembelajaran, kurang efisien
yang berdampak pada kurangnya kesempatan yang dimiliki siswa untuk memperoleh
pengalaman belajar yang lebih banyak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka, rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan model, metode, dan teknik pembelajaran matematika?
1
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan yang dapat diuraikan dalam penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Menjelaskan tentang model, metode, dan teknik pembelajaran matematika.
2. Mengetahui model, metode dan teknik pembelajaran matematika.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran Matematika
Model pembelajaran dimaksudkan sebagau pola interaksi siswa dengan guru di dalam
kelas yang menyangkut tentang strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran
yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Sebagai guru kita
harus mampu melakukan identifikasi terhadap kekuatan dan kelemahan model
pembelajaran yang tepat, mampu memilihnya secara tepat, mengembangkan dan
menerapkannya dalam proses pembelajaran. Agar efektivitas pembelajaran yang
diselenggarakan akan dapat meningkat. Berikut ini adalah beberapa model pembelajaran
pada matematika.
1. Pembelajaran Klasik
Pembelajaran klasik yaitu pembelajaran yang kita jumpai sehari-hari disekolah.
Proses belajar mengajarnya masih menggunakan cara lama yaitu:
a. Guru mengajar sejumlah siswa antar 30 sampai 40 orang siswa.
b. Para siswa memiliki kemampuan minimum.
c. Siswa dapat dikatakan atau diasumsikan mempunyai minat dan kecepatan yang
relative sama.
d. Kesukaran guru untuk memperhatikan kecepatan belajar, kesulitan belajar, dan
minta belajar pada siswa.
e. Guru menentukan kecepatan menyajikan dan tingkat kesukaran materi kepada
siswanya berdasarkan informasi kemampuan siswa secara umum.
f. Guru sangat mendominasi untuk menentukan kegiatan pembelajaran.
Kekurangan dari model pembelajaran klasik itu adalah tidak dapat melayani
kebutuhan belajar siswa secara individu. Misalnya, siswa mengeluh karena gurunya
mengajar terlalu cepat, gurunya mengajar terlalu bertele-tele dan sebagainya.
2. Pembelajaran Individu
Model pembelajaran individu merupakan model yang menggunakan pembelajaran
individual.
a. Ciri-ciri pembelajaran individual:
Siswa belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing.
Siswa belajar secara tuntas.
Setiap unit dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus yang jelas.
Keberhasilan siswa diukur berdasarkan pada system nilai mutlak.
3
Model pembelajaran yang menggunakan pembelajaran individual salah satunya
adalah modul. Modul yaitu suatu paket pembelajaran yang memuat suatu unit konsep
pembelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa sendiri (self instruction). Prosedur
pembelajaran modul secara rinci sebagai berikut:
a. Guru membagikan modul yang telah disiapkan kepada setiap siswa.
b. Guru yang menyuruh siswa untuk mempelajari (sendiri-sendiri) bagian dari
modul, dan mengerjakan soal-soal latihannya dalam waktu 2x40 menit.
c. Setelah siswa menyelesaikan perintah, siswa diminta mengumpulkan pekerjaaya
untuk diperiksa guru.
d. Guru memberikan tes bila siswa dapat menyelesaikan latihan soal dengan baik.
Hasil tes menentukan siswa dapat melanjutkan ke modul selanjutnya.
e. Untuk siswa yang belum dapat menyelesaikan soal latihan dengan baik. Siswa
dapat meminta bantuian dengan mendiskusikan masalahnya. Jika sudah
menguasai betul baru siswa meminta tes kepada guru.
3. Cooperative Learning
Cooperative learning adalah pembelajaran dimana para siswa diberi kesempatan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan
suatu
Masalah secara bersama dengan cara berdiskusi. Siswa juga bisa menentukan strategi
pemecahan dan menghubungkan masalah tersebut dengan masalah-masalah lain yang
telah dapat diselesaikan.
Cooperative learning dapat melatih para siswa untuk mendengarkan pendapat
orang lain atau temuan-teuan dalam bentuk tulisan. Adanya tugas kelompok dapat
memacu atau bekerja sama dalam mengipertasikan pengetahuan-pengetahuan baru
dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimilikinya.
Didalam matematika sendiri cooperative learning dapat membantu para siswa
meningkatkan sikap positif dalam matematika. Seperti contoh membangu
kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah
matematika. Dan dapat meningkatkan berfikir kritis serta meningkatkan kemampuan
siswa dalam pemecahan masalah.
4
Beberapa model cooperative learning telah dikembangkan oleh para ahli.
Beberapa diantaranya STAD dan jigsaw.
STAD
Inti dari STAD (Student Team Acheviement Division) ini adalah guru
menyampaikan suatu materi, kemudian para siswa bergabung dalam
kelompok yang terdiri atas empat atau lima orang yang menyelesaikan
soal-soal yang diberikan guru. Setelah selesai mereka menyerahkan
pekerjaannya kepada guru.
Jigsaw
Setiap kelompok diberi tugas mempelajari topik tertentu yang berbeda.
Siswa bertemu dengan anggota-anggota dari kelompok lain yang
mempelaari topik sama atau saling bertukar pendapat dan informasi.
Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya semula untuk menyampaikan
apa yang didapatkannya.
5
Didalam cooperative learning para siswa biasanya terlibat konflik-konflik
verbal yang berkenaan dengan perbadaan pendapat anggota-anggota
kelompoknya. Guru memaikan peranan yang menentukan dalam penerapan
cooperative learning yang efektif.
7. Debate
Debat adalah model pembelajaran dengan siswa menjadi dua kelompok kemudian
duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-
masing kelompok, menyajikan presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu
kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara
bergantian. Guru membimbingdengan membuat kesimpulan dan menambahkannya
bila diperlukan. Langkah-langkah:
a. Guru membagidua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya
kontra.
b. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua
kelompok diatas.
7
c. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro
untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
d. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap
pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
e. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap.
f. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
8
Metode Pembelajaran ialah sebuah cara-cara yang berbeda untuk
mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
Sehingga berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajran berarti suatu prosedur, urutan langkah-
langkah dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat
dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu
pendekatan dapat dijabarkan kedalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula
dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke
pencapaian tujuan.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan
metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
a) Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau
gairah belajar siswa.
b) Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar
lebih lanjut.
c) Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa
untuk mewujudkan hasil karya.
d) Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan
kepribadian siswa.
e) Metode yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar
sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
f) Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-
nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.
9
metode lain. Berikut dikemukakan beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih
oleh guru, yaitu:
a) Metode Ceramah
Ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari
seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat
pada penceramah dan komunikasi terjadi searah dari pembicara kepada
pendengar. Metode ceramah merupakan metode mengajar yang paling
banyak dipakai, hal ini mungkin dianggap sebagai metode yang paling
mudah dilaksanakan. Jika bahan pelajaran dikuasai dan sudah ditentukan
urutan penyampaiannya, guru tinggal menyajikan di depan kelas.
Gambaran pembelajaran matematika dengan pendekatan ceramah adalah
guru mendominasi kegiatan belajaran mengajar, definisi dan rumus
diberikan, penurunan rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh
guru, siswa diberitahu apa yang harus dikerjakan dan bagaimana
menyimpulkan, contoh-contoh soal diberukan dan dikerjakan oleh guru,
langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa, siswa meniru cara
kerja guru.
10
Matematika merupakan ilmu yang memerlukan prasarat untuk dapat
dimengerti. Untuk mengajarkan matematika dengan metode ceramah, perlu
diperhatikan:
b) Metode Eksposiori
Metode ini sama dengan metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan
pada guru sebagai pemberi informasi. Tetapi pada metode ekspositori
dominasi guru banyak berkurang. Guru berbicara pada awal pelajaran,
menerangkan materi dan contoh soal, pada waktu yang diperlukan saja.
Siswa tidak hanya mencatat, tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya.
Guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual. Pada metode ini siswa
belajar lebih aktif daripada metode ceramah. Kalau dibandingkan dominasi
guru dalam kegiatan belajar mengajar,metode ceramah lebih terpusat pada
guru daripada metode ekspositori. Pada metode ekspositori siswa belajar
lebih aktif daripada metode ceramah. Murid mengerjakan latihan soal
sendiri, mungkin juga dilakukan sambil bertanya dan mengerjakannya
bersama dengan temannya, atau mengerjakan tugas dipapan tulis.
Melihat perbedaan-perbedaan di atas, cara mengerjakan matematika yang
pada umumnya digunakan para guru matematika adalah lebih tepat dikatakan
sebagai menggunakan metode ekspositori daripada ceramah. Yang biasa
dinamakan mengajar matematika dengan metode ceramah (seperti yang
tercantum dalam satuan pelajaran) menurut penjelasan di atas sebenarnya
adalah metode ekspositori, sebab guru memberikan pula soal-soal latihan
untuk dikerjakan siswa di kelas
Metode ekspositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan
efisien, tetapi metode ekspositori bukan satu-satunya metode mengajar yang
11
baik. Tiap metode kalau digunakan dengan tepat akan menjadi metode yang
baik.
c) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi sejenis dengan metode ceramah dan ekspositori.
Tetapi pada metode demonstrasi aktivitas siswa lebih banyak lagi, dengan
demikian dominasi guru lebih banyak berkurang. Metode ini dapat
menghilangkan verbalisme, sehingga siswa semakin memahami materi
pelajaran.
Ciri khas metode ini terlihat dari adanya penonjolan mengenai suatu
kemampuan (guru maupun siswa), misal kemmapuan guru membuktikan
dalil, menurunkan rumus, atau memecahkan soal cerita. Sedangkan yang
berhubungan dengan alat, misalnya pemakaian sepasang segitiga untuk
menggambarkan dua buah garis sejajar atau saling tegak lurus, penggunaan
daftar atau kalkulator untuk perhitungan merupakan kemampuan siswa.
Agar pembelajaran dengan menggunakan metode berlangsung secara
efektif dan efisien, ada beberapa yang dapat dilakukan, yaitu :
1) Lakukanlah perencanaan yang matang sebelum pembelajaran dimulai.
2) Rumuskanlah tujuan pembelajaran dengan metode demonstrasi, dan
pilihlah materi yang tepat untuk didemontrasikan.
3) Buatlah garis besar langkah-langkah demonstrasi, akan lebih efektif
jika yang dikuasai dan dipahami baik oleh siswa maupun guru.
4) Tetapkanlah apakah demontrasi tersebut akan dilakukan guru atau oleh
siswa atau oleh guru kemudian diikuti siswa.
5) Mulailah demonstrasi dengan menarik perhatian seluruh peserta didik,
dan ciptakanlah suasana yang tenang dan menyenangkan.
6) Upayakanlah agar semua peserta didik terlibat secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
7) Lakukanlah evaluasi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan, baik terhadap efektivitas metode demonstrasi maupun
terhadap hasil belajar siswa.
Untuk memantapkan hasil pembelajaran melalui metode demonstrasi,
pada akhir pertemuan dapat diberikan tugas-tugas yang sesuai dengan
kegiatan yang dilaksanakan.
f) Metode Penemuan
Kata penemuan sebgai metode mengajar merupakan penemuan yang
dilakukan siswa dalam belajarnya. Siswa menemukan sendiri sesuatu hal
yang baru, bukan berarti baru bagi dirinya saja karena hal itu sudah dikenal
oleh orang lain. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih
mengutamakan proses daripada hasil belajar.
Cara belajar dengan menemukan (discovery learning) ini tidak merupakan
cara belajar yang baru. Cara belajar melalui penemuan sudah digunakan
puluhan abad yang lalu dan Socrates dianggap orang sebagai pemula yang
menggunakannya.
Pembelajaran dengan metode penemuan mengharapkan agar siswa benar-
benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. Untuk
mengajarkan sifat komutatif perkalian dengan penemuan, dapat dilakukan
dengan memberikan sejumlah soal perkalian. Kemudian siswa diminta untuk
mncari hasil-hasil yang sama, atau membuat kesimpulan dari hasil
pengerjaannya.
Hal baru bagi siswa yang diharapkan dapat ditemukannya itu dapat berupa
konsep, teorema, rumus, pola, aturan, dugaan, perkiraan, coba-coba, atau
14
usaha lain dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya melalui cara
induksi, deduksi, observasi, ekstrapolasi. Pembelajaran dengan metode ini
tidak dapat direncanakan, karena sangat tergantung kemampuan siswa, dan
bahan yang akan disajikan. Pembelajaran dengan metode ini harus
memperhatikan:
1) Aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh
2) Hasil (bentuk) akhir ditemukan sendiri oleh siswa
3) Prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa.
4) Guru haya bertindak sebgaia pengarah dan pembimbing saja, bukan
pemberitahu.
Pelaksanaan metode ini dapat dilakukan dengan dialog tanya jawab atau
dengan menggunakan lembaran kerja. Pembahasan materi dapat dengan
pendekatan induktif, deduktif atau keduanya. Metode ini mempunyai
kelebihan antara lain :
1) Siswa aktif, karena siswa berpikir dan menggunakan kemampuan
untuk menemukan hasil akhir.
2) Siswa menjadi paham benar, sebab mengalami sendiri proses
menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih diingat.
3) Menemukan sendiri menmbulkan kepuasan. Kepuasan intrinsic ini
mendorong ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya
meningkat.
4) Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan
lebih mampu mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks.
5) Melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
6) Menurut J. Bruner metode ini mampu mengembangan kemampuan
siswa dalam mengorganisasikan segala sumber untuk menyelesaikan
problem, menjadi lebih peka terhadap problem solving yang
dihadapinya dan motivasinya meningkat karena terlibat dalam proses
penemuan.
7) Davis mengatakan metode ini akan menjadikan siswa memiliki
persamaan terhadap sejarah matematika, mengerti bahwa matematika
itu ditemukan, siswa dapat menilai kemampuannya untuk menemukan
dan mengabtraksi.
Sedangkan kelemahan metode ini adalah:
1) Banyak menyita waktu juga tidak menjamin siswa tetap bersemangat
menemukan.
2) Tidak setiap guru mempunyai kemampuan menggunakannya.Tidak
semua anak mampu melakukannya. Jika bimbingan guru kurang tepat
akan merusak struktur pengetahauannya, karena tidak sesuai dengan
kesiapan intelektual siswa. Juga jika terlalu banyak bimbingan akan
mematikan insisatifnya.
15
3) Tidak dapat digunakan untuk setiap topic.
4) Guru akan repot dengan kelas besar dalam pelaksanaan metode ini.
h) Metode Inkuiri
Metode inkuiri adalah proses menyelidiki dan memeriksa suatu situasi
dengan maksud mencari informasi dan kebenaran. Metode ini adalah
16
keadaan khusus dari pemecahan masalah dan merupakan cara belajar aktif
dan mencakup proses ketrampilan. Karena proses inkuiri adalah suatu teknik
khusus untuk mengembangkan pengetahuan melalui penelitian.
Metode inkuiri adalah metode belajar dengan inisiatif sendiri yang dapat
dilaksanakan secara individu atau dalam kelompok. Situai inkuiri ideal
dalam kelas matematika terjadi jika siswa-siswa merumuskan prinsip
matematika baru melalui bekerja sendiri atau dalam kelompok kecil dengan
pengarahan minimal dari guru. Tujuan penggunaan metode ini adalah agar
siswa belajar metode ilmiah dan dapat menerapkan kedalam suasana lain.
Dalam metode ini guru selain berperan sebagai pengarah dan pembimbing,
juga sebagai sumber informasi data yang diperlukan. Siswa masih harus
mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis dan mengetesnya.
Jasdi, peran utama guru dalam hal ini adalah sebagai moderator. Metode ini
terdiri dari empat tahap, yaitu :
1) Merangsang siswa dengan pertanyaan, pernyataan, permaianan, teka-
teki dan sebagainya
2) Sebagai respon atas rangsangan yang diterima, siswa menentukan
prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang
diperlukannya untuk memecahkan masalah.
3) Menghayati pengetahuan yang diperoleh dengan inkuiri yang baru
dilaksanakan.
4) Menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk
dijadikan metode umum yang dapat diaplikasikannya ke situasi lain.
Metode inkuiri merupakan metode mengajar yang paling mirip
dengan metode penemuan, perbedaannya adalah:
Hasil akhir merupakan sesuatu yang baru Hasil akhir baru dari siswa dan juga belum
bagi dirinya, tetapi sudah diketahui guru. diketahui guru.
17
Metode ini disebut dengan metode tugas. Tugas yang paling sering
diberikan dalam pembelajaran matematika adalah pekerjaan rumah sebagai
latihan soal-soal. Metode ini mensyaratkan adanya pemberian tugas dan
adanya tanggungjawab dari siswa. Misalnya, mencari bukti lain dari sebuah
teorema , membaca sejarah perkembangan geometri, mempelajari dulu topic
yang akan dibahas. Tetapi dapat timbul atas inisiatif siswa setelah disetujui
guru. Hasilnya dapat lisan atau tulisan.
Cara menilai hasil tugas tertulis kadang-kadang menimbulkan kesukaran.
Bagaimana memberi nilai kepada seorang siswa jika ia bekerja dalam
kelompok? Apakah ia benar-benar aktif berperan dalam menghasilkan
laporan kelompok? Jika laporan individu apakah tulisan itu benar-benar hasil
pemikirannya sendiri atau bukan? Agar penilaian lebih obyektif dan
menimbulkan rasa tanggung jawab, perlu dicek dengan mengajukan
pertanyaan mengenai hasil pekerjaan yang dikumpulkan.
Maksud pemberian soal-soal pekerjaan rumah adalah agar siswa terampil
menyelesaikan soal, lebih memahami dan mendalami pelajaran yang
diberikan di sekolah. Selain itu agar siswa biasa belajar sendiri,
menumbuhkan rasa tanggungjawab dan sikap positif terhadap matematika.
Karena itu janganlah memberi tugas yang rerlalu sukar, terlalu banyak
sehingga murid tidak mempunyai waktu untuk melakukan tugas lain dari
sekolah atau kegiatan lain di luar sekolah. Komposisi soal hendaknya terdiri
atas yang mudah, sedang dan sukar. Memberikan tugas yang berlebihan tidak
akan menimbulkan sikap-sikap yang positif, malah mungkin menjadi
sebaliknya.
Tugas yang diberikan dapat berupa tugas membuat atau merancang
model-model, alat-alat atau permaianan yang berhubungan dengan pelajaran
matematika. Misalnya, mmbaca buku mengenai alat peraga atau permaianan
matematika, merancang model dan alat, memberikan kesempatan untuk
mendemonstrasikan kepada teman-teman, menyimpan hasil karya dilabmat.
Hal tersebut akan menimbulkan kepuasan intrinsik dan selanjutnya sikap
positif terhadap pelajaran matematika.
18
pembelajaran yang bervariasi untuk mencegah siswa merasa bosan terhadap
pembelajaran yang sedang berlangsung.
Setiap teknik mempunyai kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Oleh
karenanya, dalam hal ini seorang pendidik perlu mengkaji teknik pembelajaran yang
sesuai dan memilih strategi-strategi yang memberikan peluang-peluang paling banyak
bagi peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pencapaian tujuan
pembelajaran atau kompetensi tertentu.
19
Ini merupakan sebuah teknik pembelajaran yang lebih menekankan pada
kerjasama yang terjalin antar para peserta didik yang terlibat daalm kegiatan
pembelajaran matematika. Disini seorang tenaga pendidik dapat membentuk
kelompok-kelompok peserta didik yang mana setiap kelompok tersebut
diberikan tugas untuk menyelesaikan persoalan matematika. Dengan cara ini
sangat baik untuk meningkatkan pemahaman dan keaktifan yang dimiliki oleh
para peserta didik dalam kegiatan pembelajaran matematika.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
20
Dari hasil penelaahan penulis, penulis dapat membuat satu kesimpulan
sebagai berikut.Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model
pembelajaran terbentuk dari pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran
yang sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh.
Macam-macam model pembelajaran yaituPembelajaran Klasikal, Pembelajaran
Individual, Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Pengajaran
Teman Sebaya Sebagai Sumber Belajar, Examples Non Examples, Student Teams
Achievement – Divisions (STAD), dan Debate.Kedelapan model pembelajaran tersebut
mempunyai ciri-ciri dan langkah yang berbeda satu sama lain.
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” dan “hados”. Meta
berarti “melalui” dan hodos “jalan”. Metode pembelajran berarti suatu prosedur, urutan
langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan.
Sesuai dengan pendekatan seperti telah dibahas pada bahasan sebelumnya,
pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan
kreativitas siswa. Tiap metode tidak berdiri sendiri tanpa terlibatnya metode lain. Berikut
dikemukakan beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru, yaitu: metode
ceramah, metode eksposiori, metode demonstrasi, metode drill dan latihan, metode tanya
jawab, metode penemuan, metode pemecahan masalah, metode inkuiri, serta metode
pemberian tugas.
B. Saran
Dengan penyusunan makalah ini, penulis berharap pengetahuan mengenai Metode
Pembelajaran Matematika dapat meningkat kualitas guru dalam proses pembelajaran.
Adapun saran yang dapat dikemukakan bagi para pembaca yaitu agar mereka mampu
mengimplementasikan Model, Metode dan Teknik Pembelajaran Matematika yang benar
ini dalam melakukan pengajaran di lingkungan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
https://azahelvana.wordpress.com/2016/12/30/metode-pembelajaran-matematika/
21
https://citramanggraini.wordpress.com/2017/01/02/model-pembelajaran-matematika/
http://daracempakadwipuspa.blogspot.com/2016/12/teknik-pembelajaran-matematika.html?m=1
22