Anda di halaman 1dari 41

Pertemuan IV

Etnomatematika

Kajian Teori, Hasil-hasil


Penelitian dan Pendekatan
Riset dalam Etnomatematika
Oleh Asima Manurung
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian, diperoleh 7
(tujuh) jenis kue tradisional Batak (Batak Toba, Batak
Simalungun, Batak Karo) yaitu
1. Lapet,
2. Kue Gadong,
3. Ombus-ombus,
4. Dolung-dolung,
5. Cimpa,
6. Labar,
7. Nitak.
Pada kue-kue tradsional Batak yang telah dianalisis terdapat
konsep matematis yaitu konsep dasar geometri yang diterapkan
pada bentuk visualisasinya
1. Lapet

Lapet adalah salah satu kue tradisional Batak yang terbuat dari
olahan tepung beras, parutan kelapa, lalu dicampur
menggunakan gula arena tau gula merah. Lapet tersebut
dibungkus menggunakan daun pisang denga cara dilipat-lipat
sehingga berbentuk limas segi empat kemudian dimasak
dengan cara dikukus. Kue ini sering disajikan pada upacara
adat suku Batak.
Nama Kue Bentuk Geometri Konsep Matematis
1. Mengidentifikasi
bentuk/bangun limas segi
empat
2. Menghitung luas
permukaan
3. Menghitung volume
2. Kue Gadong

Kue gadong juga merupakan kue tradisional Batak yang


terkenal dengan rasanya dan bentuknya. Bedanya dengan
lapet yaitu bahan yang digunakan terbuat dari ubi kayu
yang diparut dan gula merah atau gula aren lalu dimasak
dengan cara digoreng tanpa dibungkus dengan daun pisang.
Bentuk gadong berbentuk bulat seperti bola kecil
Nama Kue Bentuk Geometri Konsep Matematis

1. Mengidentifikasi bentuk
bola
2. Menghitung luas
permukaan bola
3. Menghitung volume bola
3. Ombus-Ombus

Ombus-ombus memiliki persamaan dengan lapet yaitu


terbuat dari bahan yang sama, tepung beras, kelapa, gula
merah atau gula aren. Namun perbedaannya terdapat pada
bentuk dan olahannya. Ombus-ombus memiliki bentuk
bulat dan tidak dibungkus dengan apapun.
Ombus-ombus telah menjadi trademark di siborong-
borong
Nama Kue Bentuk Geometri Konsep Matematis

1. Mengidentifikasi bentuk
bola
2. Menghitung luas
permukaan bola
3. Menghitung volume bola
4. Dolung-dolung

Sejenis lapet yang berbentuk bulat. Terbuat dari tepung


beras yang dibungkus dengan daun bambu yang mirip
tampilannya dengan ombus-ombus, berbentuk bulat kecil-
kecil.
Dolung-dolung ini juga telah menjadi trademark di kota
pariwisata Parapat.
Nama Kue Bentuk Geometri Konsep Matematis

1. Mengidentifikasi bentuk
bola
2. Menghitung luas
permukaan bola
3. Menghitung volume bola
5. Cimpa
Cimpa merupakan kue tradisional Batak Karo yang terkenal
dengan rasa manis dan gurih. Cimpa terdiri dari beberapa jenis,
yaitu cimpa unung-unung, cimpa tuang, cimpa bohan, dan cimpa
matah. Cimpa unung-unung terdiri dari beras ketan, gula merah,
dan isi parutan kelapa lalu dibungkus dengan daun singkur yang
sangat kaya di daerah suku Batak Karo.
Bentuk cimpa unung-unung berbentuk limas segitiga. Cimpa
tuang dibentuk seperti pan cake yang berbentuk bulat pipih,
cimpa matah hanya dicampurkan tanpa perlu dimasak, dan cimpa
bohan yang dimasak menggunakan bambu sehingga bentuknya
seperti tabung.
Nama Kue Bentuk Geometri Konsep Matematis
1. Mengidentifikasi bentuk
limas segitiga
2. Menghitung luas
permukaan
limas segitiga
3. Menghitung volume limas
segitiga
Nama Kue Bentuk Geometri Konsep Matematis
1. Mengidentifikasi bentuk
tabung
2. Menghitung luas
permukaan tabung
3. Menghitung volume
tabung
Nama Kue Bentuk Geometri Konsep Matematis
1. Mengidentifikasi bentuk
tabung
2. Menghitung luas
permukaan tabung
3. Menghitung volume
tabung
6. Labar

Makanan khas batak Simalungun yang berbahan dasar ubi


kayu dan daging, yaitu daging yang mengandung tulang
lunak.
Biasanya labar menggunakan daging ayam bagian
punggung atau daging tupai. Lalu dibungkus memakai
daun pisang dan berbentuk segi empat
Nama Kue Bentuk Geometri Konsep Matematis
1. Mengidentifikasi bentuk
prisma segi empat
2. Menghitung luas
permukaan segi empat
3. Menghitung volume
prisma segi empat
7. Nitak

Nitak merupakan kue khas batak Simalungun,. Masyarakat


Batak Toba menyebut makanan ini dengan nama itak. Jenis
makanan ini berbahan dasar dasar tepung beras, kelapa
gongseng, gula merah,

Biasanya hanya disajikan pada saat acara adat Simalungun


tertentu. Bentuk dari nitak yaitu prisma segi empat sembarang.
Nama Kue Bentuk Geometri Konsep Matematis
Prisma sembarang 1. Mengidentifikasi bentuk
prisma sembarang
2. Menghitung luas
permukaan prisma
sembarang
3. Menghitung volume
prisma sembarang
Kesimpulan

Setelah dilakukan eksplorasi, terdapat unsur etnomatematika


pada kue-kue tradisional suku Batak.
Kue-kue tradisional Batak tersebut terdiri dari lapet, kue
gadong, ombus-ombus, dolung-dolung, cimpa, labar, dan
nitak.
Ketujuh kue-kue tradisional tersebut memiliki konsep geometri
yaitu konsep bangun ruang yang ditemukan diantaranya limas
segi empat pada lapet; bola pada kue gadong, ombus-ombus,
dan dolung-dolung; limas segitiga pada cimpa unung-unung;
tabung pada cimpa tuang dan cimpa bohan; prisma segi empat
pada labar; dan prisma sembarang pada nitak.
SaIah satu artefak berupa bangunan bersejarah yang ada di Riau adaIah candi
Muaro Takus. Kawasan percandian Muaro Takus terIetak di Desa Muara
Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau atau
berjarak 130 km dari pusat ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru. Secara geografis,
Muara Takus terIetak di tepian Sungai Kampar yang bermuara ke SeIat MaIaka
di timur PuIau Sumatera. Keberadaan gugusan percandian Muara Takus
pertama kaIi diIaporkan oIeh Cornet De Groot pada 1860 yang dimuat daIam
Tijdschrift voor Indische TaaI, Iand en VoIkenkunde berjuduI Koto Tjandi.
Menurut F. M. Schnitger percandian Muara Takus berasaI dari kurun abad ke-
11 hingga ke-12 M. Candi ini merupakan pusat peribadatan kuno yang dibangun
pada saat berkembangnya kebudayaan KIasik Hindu-Buddha di Daerah AIiran
Sungai Kampar (Soedewo, dkk; 2015). Percandian Muara Takus adaIah situs
Candi Tertua di Sumatera dan merupakan satusatunya situs bukti sejarah yang
berbentuk Candi di Riau.
Kawasan percandian Muara Takus
dapat diidentifikasikan dengan ragam
bangunan candi beserta seIuruh
fasiIitas yang terdapat di daIam nya.

DaIam haI ini, perwujudannya dapat


dibedakan menjadi beberapa bentuk,
yaitu 1) Candi Tua; 2) Candi MahIigai;
3) Candi Bungsu; 4) Candi PaIangka; 5)
Pagar KeIiIing (SuIistyani, dkk; 2020).
Candi Muara Takus sebagai salah satu artefak kuno peninggalan zaman
kejayaan peradaban buddhis di Kec. XIII Koto Kampar Provinsi Riau
masih menyimpan potensi besar untuk menjadi sumber pembelajaran
matematika.
Dengan mengeksplorasi candi Muara Takus, diharapkan dapat menguak
unsur-unsur dan konsep matematika apa saja yang terdapat disana.
Sehingga dapat dipergunakan untuk bahan pembelajaran matematika
didalam kelas.
Berdasarkan uraian di atas mengenai keterkaitan matematika dan
budaya dan potensi budaya daIam pendekatan pembeIajaran
matematika, maka peneIitian yang bertujuan untuk menggaIi
etnomatematika pada Candi Muaro Takus menjadi perIu dan penting
untuk diIakukan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara, dapat diidentifikasi bangunan-
bangunan yang terdapat dikompleks percandian Muara Takus
diantaranya
1. Candi Tua
Candi Tua merupakan bangunan yang terbesar di dalam kompleks percandian
Muara Takus. Bangunan ini nyaris menempel di sisi utara Candi Bungsu
dengan jarak hanya sekitar 22 cm. Bangunan Candi Tua menjadi bangunan
utama pertama yang ditemui jika wisatawan masuk melalui pintu loket juru
pelihara. Wujud bangunan utuh dan selesai dipugar. Struktur kaki bangunan
hasil pemugaran memiliki wujud empat persegi panjang pada tingkat I dengan
banyak penampil. Jumlah sudut luarnya adalah 24 buah, termasuk sudut
tangga naik. Bangunan ini memiliki dua (2) buah tangga naik di sisi Barat dan
di sisi Timur untuk mencapai puncak stupa.
2. Candi Mahligai

Stupa Mahligai berbentuk bangunan tinggi, menghadap ke arah


gerbang masuk di sisi Utara kompleks. Letaknya sekitar 10 m di
sebelah Utara tembok pagar keliling sisi Barat dan di antara Candi
Palangka dan Candi Bungsu. Bangunan ini memiliki alas dua (2) buah
yang tinggi berukuran 4,10 m dengan satu (1) tangga naik berukuran
lebar 1 m. Pada bagian kaki pertama ditemukan hiasan berupa pelipit
bawah, pelipit padma, pelipit badan, dan pelipit atas. Namun, tidak
ditemu
kan hiasan pada tepi tangga
3. Candi Bungsu

Candi Bungsu terletak di arah sudut, sekitar 4,80 m arah Barat Candi
Mahligai. Bangunan candi ini ditopang oleh tiga (3) kaki pada
bangunan sisi Utara, dan satu (1) kaki pada bangunan sisi Selatan.
Bangunan di atas kaki kaki ini dibagi menjadi dua (2) bangunan
berdasarkan jenis bahan yang digunakan, yaitu bangunan berbahan
bata dan bangunan berbahan batu pasir.

4. Candi Palangka
Candi Palangka merupakan bangunan kaki tanpa badan atas.
Letaknya sekitar 4 m di Timur Candi Mahligai. Seluruh bangunan
dibuat dari bata, berbentuk bujursangkar dengan tambahan sayap
tangga naik berukuran 2,28 m.
5. Pagar Keliling

Pagar keliling kompleks percandian Muara Takus terbuat dari


susunan balok-balok batu pasir (sandstone). Denah pagar
berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 74 x 74 m. Pemugaran
telah dilakukan, tetapi belum mampu mengembalikan kondisi
pagar seperti semula. Bagian Utara pagar dahulunya berfungsi
sebagai pintu gerbang Saat ini yang tertinggal hanyalah
pondasinya. Lokasinya berada di dekat posko penerimaan tamu
Kantor Juru
Pelaksana BPCB saat ini.
Bentuk Bangun Datar Segiempat dan
Segitiga pada Candi Muaro Takus

Pagar keIiIing kompIeks percandian Muara Takus terbuat dari susunan baIok-
baIok batu pasir (sandstone). Denah pagar berbentuk bujur sangkar dengan
ukuran 74 x 74 m. Pemugaran teIah diIakukan, tetapi beIum mampu
mengembaIikan kondisi pagar seperti semuIa. Bagian Utara pagar dahuIunya
berfungsi sebagai pintu gerbang Saat ini yang tertinggaI hanyaIah pondasinya.
Dari hasil wawancara, pembangunan pagar keliling ini memiliki 2 makna dilihat
dari sifat keagamaannya. Pertama dari sudut pandang agama hindu, pagar
keliling ini bermakna pembatas kasta. Dalam agama hindu terdapat 4 kasta yaitu
Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Akan tetapi masih ada keberadaan kasta
lain yang dipandang sebelah mata. Ini dibuktikan dengan adanya bangunan
artefak kuno lain yang berada diluar pelataran pagar keliling di kompleks
percandian Muara Takus yang masih belum teridentifikasi. Kedua dari sudut
pandang agama buddhis, pagar keliling ini murni dipandang sebagai pelindung
bangunan yang terdapat didalamnya.
Pagar keliling pembatas

PemodeIan geometri pada pagar


keliling pembatas
Berdasarkan anaIisis pada Gambar, maka dapat
disimpuIkan bahwa terdapat konsep persegi
pada pagar keIiIing ini.
Adapun sifat-sifat persegi yang dapat
ditemukan pada pemodeIan pagar keIiIing, yaitu
sebagai berikut.
1) AB = BC = CD = DA
∠ ∠ ∠⇒ ∠⊥
2) 𝑚 A = 𝑚 B = 𝑚 C = 𝑚 D = 90°
3) AO = OD = BO = OC AC BD
Konsep persegi pada 4) Mempunyai 4 simetri putar dan 4
pagar keIiIing simetri Iipat, sehingga dapat menempati
bingkainya dengan 8 cara.
SeIain dari berbentuk persegi, dinding candi Muaro Takus juga dapat
dimodeIkan secara geometri sehingga dapat disimpuIkan bahwa
bahwa terdapat konsep persegi panjang pada beberapa dinding Candi
Muara Takus

PemodeIan geometri pada


dinding Candi Tuo

Dinding Candi Tuo di Kawasan


percandian Muara Takus
Berdasarkan anaIisis pada gambar , maka dapat
disimpuIkan bahwa terdapat konsep persegi
panjang pada dinding candi Tuo dan Undakan
Tangga Candi.
Konsep persegi panjang Adapun sifat-sifat persegi panjang yang dapat
pada dinding Candi Tuo ditemukan pada pemodeIan badan candi Tuo
sesuai pada gambar, yaitu sebagai berikut.
≠ ≠
1) AB CD;BC AD
∠ ∠ ∠ ∠
2) 𝑚 A= 𝑚 𝐵= 𝑚 C= 𝑚 D= 90°

3) AO = OC= BO = OD AC=BD
4) Mempunyai 2 simetri putar dan 2 simetri
Undakan Tangga Candi Iipat, sehingga dapat menempati
bingkainya dengan 4 cara.
Konsep
Jajargenjang pada
kaki Candi Tuo

Berdasarkan anaIisis pada Gambar , maka dapat


Kaki candi Tuo di kawasan disimpuIkan bahwa terdapat konsep
percandian Muara Takus jajargenjang pada susunan bata kuno pada kaki
candi Tuo tersebut.
Adapun sifat-sifat jajargenjang yang dapat
ditemukan pada pemodeIan susunan bata kuno
kaki candi Tuo sesuai pada Gambar, yaitu
sebagai berikut.
≠ ≠
1) AB CD; BC AD (sisi-sisi sehadap)
∠∠ ∠ ∠∠ ∠
2) A= D; B= C (sudut-sudut sehadap)

}
PemodeIan geometri 3) 𝑚 A+𝑚 B = 180°
pada kaki Candi Tuo ∠
∠ ∠
𝑚 B+𝑚 D = 180°

𝑚 D+𝑚 C = 180°
(Sudut daIam
Sepihak)
∠ ∠
𝑚 C+𝑚 A = 180
Susunan bata kuno pada Konsep trapesium pada susunan
undakan Candi MahIigai batu kuno undakan Candi MahIigai
Berdasarkan anaIisis pada Gambar 10, maka
dapat disimpuIkan bahwa terdapat konsep
trapesium pada susunan bata kuno tersebut.
Adapun sifat-sifat trapesium yang dapat
ditemukan pada pemodeIan susunan bata kuno
sesuai pada Gambar yaitu sebagai berikut.
1) AB// CD (sepasang sisi)
PemodeIan geometri pada
susunan bata kuno undakan ∠∠ ∠∠ ∠ ∠∠ ∠
2) 𝑚 A+𝑚 D = 180°, 𝑚 B+𝑚 C = 180°
3) 𝑚 A +𝑚 B +𝑚 C +𝑚 D = 360°
candi MahIigai
Berdasarkan anaIisis pemodeIan pada Gambar
maka dapat disimpuIkan bahwa terdapat
konsep segiempat tak beraturan pada susunan
Susunan bata pada bata kuno tersebut.
tangga Candi Tuo
Adapun sifat-sifat segiempat tak beraturan
yang dapat ditemukan pada pemodeIan susunan
bata kuno sesuai pada Gambar yaitu sebagai
berikut.
≠ ≠ ≠
1) AB BC CD AD
∠ ≠ ∠ ≠ ∠ ≠ ∠
2) 𝑚 A 𝑚 𝐵 𝑚 𝐶 𝑚 D
PermodeIan geometri susunan
batu kuno tangga candi Tuo
PemodeIan geometri susunan bata
Susunan bata pada tangga kuno pada tangga Candi Bungsu
Candi Bungsu
Berdasarkan anaIisis pemodeIan pada Gambar , maka dapat disimpuIkan
bahwa terdapat konsep segitiga siku-siku pada susunan bata kuno tersebut.
Adapun sifat-sifat segitiga siku-siku yang dapat ditemukan pada pemodeIan
susunan bata kuno sesuai pada Gambar yaitu sebagai berikut.
∠⊥
1) AB BC
∠ ∠
2) 𝑚 B = 90°, 𝑚 A+𝑚 C = 90°
3) Teorema Phytagoras : c^2 = a^2 + b^2
Bentuk Iingkaran pada Candi Muaro Takus

PermodeIan geometri pada


Stupa Candi Tuo

Stupa pada Candi Tuo


Berdasarkan anaIisis pemodeIan pada Gambar, maka dapat disimpuIkan
bahwa terdapat konsep Iingkaran pada stupa tersebut.
Adapun sifat-sifat Iingkaran yang dapat ditemukan pada pemodeIan stupa
sesuai pada Gambar, yaitu sebagai berikut.
1) MemiIiki simetri Iipat dan simetri putar tak terhingga
2) Tidak memiIiki titik sudut
3) MemiIiki satu sisi
RefIeksi dan DiIatasi

Pada Gambar 14 tersebut, dapat diketahui


bahwa Candi Tuo tersebut memuat konsep
refIeksi pada bayangan dua buah anak tangga
pada sisi timur dan sisi barat.
SeIain itu juga ditemukan konsep diIatasi pada
tingkat I dan tingkat II. TerIihat bahwa tingkat
II merupakan bangunan bayangan yang
diperkeciI dari tingkat I.
Candi Tuo (Tampak dari atas)
Garis dan Sudut

Pada Gambar, dapat diketahui bahwa pada


Candi Tuo tersebut memuat konsep garis dan
sudut, dimana terIihat beberapa buah garis
yang sejajar, berpotongan, berhimpit, dan
juga bersilangan
SeIain itu, terIihat hubungan antar sudut, yaitu
Candi Tuo (Tampak dari samping) apabiIa dua buah garis sejajar dipotong oIeh se
buah garis.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasiI dan pembahasan yang teIah dipaparkan sebeIumnya,
dapat disimpuIkan bahwa hasiI peneIitian menunjukkan daIam aktivitas
pembangunan candi Muara Takus terdapat unsur dan konsep matematika
yang digunakan.
Tanpa mempeIajari teori tentang konsep matematika tersebut, masyarakat
Hindu-Budhis teIah menerapkan konsep matematika daIam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan etnomatematika.
Terbukti adanya bentuk etnomatematika yang tercermin meIaIui hasiI
aktivitas membuat rancangan pembangunan candi Muara Takus. Pada
kawasan percandian ini, dapat ditemukan konsep bangun datar segiempat
(persegi, persegi panjang, jajargenjang, trapesium dan segiempat tak
beraturan) dan segitiga (segitiga siku-siku), Iingkaran, refIeksi & diIatasi,
serta garis dan sudut pada beberapa bagian candi.
Guru dapat memanfaatkan konsep-konsep matematika pada candi Muaro
Takus sebagai sumber beIajar matematika yang bersifat konkret.
Objek etnomatematika yang ada di sekitar kita juga dapat dimanfaatkan
untuk pembeIajaran inovatif.

Anda mungkin juga menyukai