Anda di halaman 1dari 48

Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 1

BAB I
LOGIKA KALIMAT

1.1 PENGERTIAN LOGIKA
Dalam mempelajari Logika kita akan berkenalan dengan penalaran, yang diartikan
sebagai penarikan kesimpulan dalam sebuah argumen. Penalaran, ( sering pula diartikan cara
berfikir ) merupakan penjelasan dalam upaya memperlihatkan hubungan antara dua hal atau
lebih berdasarkan siIat-siIat atau hukum-hukum tertentu yang sudah diakui kebenarannya
dengan langkah-langkah tertentu yang berakhir dengan sebuah kesimpulan.
Secara etimologis, istilah Logika berasal dari kata ' Logos ' (Yunani) yang berarti
kata, ucapan, Iikiran secara utuh, atau bisa juga mengandung makna ilmu pengetahuan.
Dalam arti luas Logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan
secara tegas antara penalaran yang tepat ( correct ) dengan penalaran yang tidak tepat.
Dalam Logika kita mempelajari dan meneliti apakah sebuah penalaran yang kita
lakukan itu tepat ( correct ) atau tidak. Untuk dapat berIikir dengan tepat (correct) , Logika
menawarkan sejumlah aturan atau kaidah-kaidah yang harus diperhatikan agar kesimpulan
yang kita peroleh hasilnya tepat.
Logika tidak menjelaskan bagaimana siIat atau karakteristik orang yang berIikir, juga
tidak mempersoalkan bagaimana dan dalam keadaan apa seseorang dapat menarik kesimpulan
benar atau dapat berIikir dengan tepat, namun Logika menganalisa apakah jalan Iikiran atau
penarikan kesimpulan benar atau tidak danLogika juga mempersoalkan apakah sebuah
kesimpulan ditarik secara syah atau tidak.
Orang yang pertama merintis dan mempelopori Logika adalah Aristoteles , seorang
ahli IilsaIat Yunani yang hidup pada 348322 SM. Aristoteles mengobservasi dan mencatat
hukum-hukum dari logika Iormal , yaitu logika yang kesahihan dari langkah-langkahnya
dipandang hanya dari bentuk (Iorm) dari rangkaian langkah-langkah itu dan tidak bergantung
pada materi persoalan sehingga berlaku baik di ilmu alam, ilmu kimia, maupun ilmu-ilmu
lainnya serta dalam persoalan sehari-hari. Sebagai contoh bentuk penalaran khusus yang
dikenal dengan Silogisme dengan bentuk Barbara yang terdiri dari dua premis dan satu
konklusi:
Premis : semua a adalah b.
Premis : semua b adalah c.
Dengan konklusi: semua a adalah c.
Langkah dari dua premis di atas menghasilkan konklusi, tidak tergantung pada isi dari a , b
dan c.
Dalam karya-karya tentang logika Iormal, Aristoteles menggunakan bahasa alami
(natural language). Namun bahasa alami selain memiliki kelebihan, yaitu adanya berbagai
nuansa arti dari kata-kata yang memungkinkan orang mengungkapkan perbedaan perasaan-
perasaan yang halus, dari lain Iihak, bahasa alami memiliki kelemahan dan kekurangan jika
dipadang dari segi univalensi dan ketepatan ungkapan, sebab bahasa alami bermakna ganda
(multivalent) , tak jelas/kabur (ambiguous) dan tak beraturan (irregular). Padahal ilmu,
khususnya matematika, memerlukan ketunggalan dan ketepatan ungkapan, ciri-ciri yang
diperlukan untuk menggapai ketajaman penalaran. Pada khususnya kata-kata kunci dalam
suatu penalaran seperti ' dan ', ' atau ', ' jika maka ', dan lain-lain memerlukan deIinisi-
deIinisi yang tunggal dan tepat (precise) agar supaya penalaran dapat berjalan dengan derajat
ketajaman yang tinggi.
Perlu juga dicatat bahwa di dalam matematika, bahasa itu tidak hanya merupakan alat
komunikasi, tetapi juga, dan lebih-lebih berIungsi sebagai pembawa pikiran, kendaraan
berIikir.



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 2
Setiap ilmu, termasuk logika Iormal, mengabdi pada dan mencari kebenaran. Jika tadi
dikatakan bahwa dalam logika Iormal isi dari kalimat-kalimatnya dikesampingkan maka
timbul pertanyaan demikian: Misalkan sebagai konklusi dari suatu penalaran didapat suatu
kalimat atomic, seperti ' Tono adalah pembunuh Ali '. Benarnya suatu kalimat atomic
dideIinisikan dengan adanya persesuaian antara apa yang disampaikan kalimat itu dan
keadaan sebenarnya yang terjadi di realitas. Tapi jika dalam logika Iormal kalimat-kalimatnya
dikosongkan dari isinya, bagaimana menentukan nilai benarnya suatu kalimat ? Dengan kata
lain, bagaimana hubungan antara logika Iormal dengan kebenaran yang menjadi tujuan setiap
ilmu ? Hubungan tersebut dapat dijelaskan demikian : ' Apabila kalimat-kalimat pangkal
bernilai benar, dan kebenaran itu diyakini dari observasi Iactual atau mental (berupa
kesesuaian dengan Iakta-Iakta ilmu) atau didapat dari sumber terpercaya, maka, jika
penalaran dilakukan sesuai dengan hukum-hukum logika Iormal, kita punya kepastian bahwa
konklusi juga benar, tanpa melakukan observasi lagi '. Dengan kata lain logika Iormal
memandu penalaran kita bergerak dari hal yang benar ke hal yang benar. Dengan syarat-
syarat :
1. Pangkal benar.
2. langkah-langkah sesuai dengan hukum-hukum dari logika Iormal.
Jadi ilmu logika Iormal hanya menentukan dan mencatat hukum-hukum dari penalaran
yang sahih ( correct ) .
Perlu dicatat bahwa kata ' benar ' untuk menyatakan kebenaran suatu kalimat,
sedangkan untuk tepatnya suatu penalaran menggunakan istilah ' sahih ' . Jadi disini
dibedakan antara ' benarnya kalimat atomic ' ( truth oI a sentence ) dan ' sahihnya penalaran
' ( validity oI reasoning ).
Dalam kehidupan sehari-hari kita juga dituntut untuk menggunakan akal Iikiran dalam
melakukan setiap kegiatan dengan penuh pemikiran dan pertimbangan. Oleh karena itu kita
harus mempunyai pola berIikir yang tepat, akurat, rasional dan obyektiI, disamping dapat
berIikir kritis. Pola berIikir seperti ini adalah cara berIikir atau penalaran yang terdapat dalam
logika. Oleh karena itu Logika sangat penting dalam setiap bidang kehidupan manusia.
DiIihak lain mempelajari logika juga mempunyai nilai praktis, karena penguasaan prinsip-
prinsipnya dapat membantu kita untuk menjadi lebih eIIektiI dalam mengenal dan
menghindari kesalahan dalam penalaran, baik penalaran yang dilakukan orang lain, maupun
yang dilakukan oleh diri sendiri. Seseorang yang dapat mengenal dan menghindari kesalahan
logika dalam penalaran akan dapat berIikir lebih jelas dan tepat, lebih baik dan lebih yakin,
apapun yang mungkin merupakan pokok persoalan yang akan dihadapi .

1.2 LOGIKA KALIMAT
Di dalam Logika Kalimat, kalimat-kalimat dipandang sebagai suatu keseluruhan yang
tidak dianalisis atas subyek dan predikat. Kalimat-kalimat itu satu sama lain dihubungkan
dengan kata-kata penghubung kalimat yaitu : 'dan' (untuk konjungsi), ' atau ' (untuk
disjungsi), 'jika . maka .' (untuk implikasi), ' . jika dan hanya jika .' (untuk
biimplikasi), 'tidak' (untuk negasi). Kata-kata itu juga kita jumpai dalam percakapan-
pergaulan sehari-hari. Akan tetapi dalam percakapan sehari-hari, pemakaiannya diwarnai
dengan macam-macam konotasi dan arti sampingan, yang tidak sesuai dengan matematika
sebagai ilmu yang eksak. Karena itu penggunaannya dalam matematika ditertibkan. Hal ini
dilaksanakan di dalam logika kalimat dengan menggunakan tabel-tabel nilai. Dalam penalaran
matematika, logika kalimat memegang peranan yang penting disamping teori kuantiIikasi
yang menganalisis struktur internal dari kalimat.






Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 3
1.2.1 SEMESTA PEMBICARAAN
Semesta Pembicaraan atau Himpunan Semesta Pembicaraan ( Universum /
Universe oI discourse ) adalah himpunan semua obyek-obyek yang dipaparkan dalam suatu
pembicaraan. Dalam percakapan sehari-hari sebagai semesta biasanya diambil alam semesta
seluruhnya. Kita berbicara tentang orang-orang, benda-benda langit, tumbuh-tumbuhan atau
apa saja. Akan tetapi kita dapat juga membatasi diri, misalnya dalam ilmu hitung, kita hanya
berbicara tentang bilangan-bilangan, mungkin yang dibicarakan hanyalah bilangan asli atau
bahkan mungkin kita hanya membicarakan bilangan-bilangan 0 , 1 , 2 , 3 , 4 dan 5 saja .
Menentukan himpunan semesta sebelum pembicaraan dimulai adalah sangat penting
dalam matematika. Sebab benar atau salahnya suatu pernyataan, memang dapat tergantung
pada semesta yang telah disepakati. Misal : Kalimat 'Ada bilangan terbesar ' mempunyai
nilai benar jika semestanya terdiri atas bilangan-bilangan 1 , 2 , 3 , 4 dan 5 saja . Akan tetapi
nilainya salah jika yang dibicarakan semua bilangan-bilangan asli. Coba buatlah contoh yang
lain sebagai latihan!
Kadang-kadang dari kalimatnya sendiri dapat diduga apa yang menjadi semestanya.
Umpama, dalam kalimat ' Tono adalah anggauta terbesar ', wajar menduga bahwa
semestanya terdiri atas orang-orang dan bukan bilangan-bilangan. Walaupun demikian di
dalam matematika elementer dan lebih-lebih di matematika lanjut, seringkali diperlukan
menyatakan semestanya secara eksplisit .

1.2.2 KALIMAT DEKLARATIF ( PERNYATAAN )
SiIat-siIat dari, dan hubungan (relasi) di antara anggauta-anggauta suatu
semesta dinyatakan dengan kalimat-kalimat. $:at: kalimat yang mengand:ng nilai benar
ata:p:n salah diseb:t kalimat deklaratif . Benar di sini diartikan adanya persesuaian antara
apa yang dinyatakan oleh kalimat itu dengan keadaan sesungguhnya.
Untuk selanjutnya dalam pembahasan kalimat deklaratiI disebut sebagai pernyataan.
Pernyataan harus dibedakan dari kalimat biasa. Tidak semua kalimat merupakan pernyataan .
Kalimat bisa merupakan perintah, pernyataan, kalimat yang kabur pengertiannya, atau kalimat
yang mempunyai arti ganda.
Pernyataan juga diartikan sebagai kalimat matematika tertutup yang benar atau yang
salah, tetapi tidak kedua-duanya dalam saat yang sama. Pernyataan biasanya dinyatakan
dengan huruI kecil, misalnya p , q , r , . . .
Perhatikan ungkapan-ungkapan di bawah ini .
1. Bilangan 7 adalah bilangan prima.
2. Kota Pontianak berpenduduk 3 juta orang.
3. Bilangan adalah bilangan irasional atau tidak rasional.
4. Ambilkan OHP di ruang Prodi !
5. Astaga !
6. Bilangan 9 mencintai bilangan 9999.
7. 5 x 12 90.
8. 3 y 4 5 y 14.
9. Himpunan kosong adalah himpunan bagian dari setiap himpunan.
Kalimat 1 , 2 , 3, 7 dan 9 adalah pernyataan. Pernyataan 1, 3 dan 9 mempunyai nilai benar
sedangkan pernyataan 2, dan 5 bernilai salah. Pernyataan 1, 2, dan 7 disebut FAKTUAL,
karena untuk menentukan nilainya orang harus memperhatikan Iakta diluar bahasa.
Sebaliknya benarnya kalimat 3 dan 9 independen dari Iakta dan hanya didasarkan atas
kesepakatan yang telah diadakan, berhubungan dengan arti kata 'atau dan 'implikasi.
Kalimat 4 suatu perintah sehingga tidak mempunyai nilai benar dan salahpun tidak.
Ungkapan 5 mempunyai arti tetapi bukan merupakan pernyataan, dan tidak mempunyai
strukturnya suatu kalimat. Sebaliknya walaupun kalimat 6 mempunyai strukturnya suatu



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 4
kalimat, namun tidak mempunyai nilai benar, salahpun tidak karena ingkarannya juga tidak
bernilai benar. Hal ini disebabkan karena relasi mencintai tidak terdapat di antara bilangan-
bilangan. Ungkapan 6 adalah contoh suatu ungkapan , yang walaupun mempunyai
strukturnya suatu kalimat, namun sebenarnya merupakan rangkaian kata-kata tanpa arti.
Ungkapan 8 bukan pernyataan karena belum dapat ditentukan nilainya, ungkapan tersebut
akan merupakan pernyataan setelah y diganti dengan suatu bilangan tertentu. Ungkapan
seperti tersebut biasa disebut persamaan .

1.2.3 KONSTAN , DENOTASI , DESIGNASI DAN VARIABEL
Untuk menunjuk pada dan untuk dapat berbicara tentang suatu anggauta tertentu
dari semestanya, kita memerlukan suatu lambang dari anggauta tersebut. Lambang tersebut
tidak lain adalah nama dari anggauta itu. Misalkan , jika kita hendak mendiskusikan pemain
bulutangkis 'TauIik Hidayat, kita tidak perlu membawanya kedalam ruang pembicaraan,
cukup gunakan namanya yang dapat diucapkan atau ditulis. Dalam bahasa matematika
lambang itu disebut suatu onstan-Aominal, atau disingkat onstan atau onstanta.

Definisi Konstan :
Lambang dari suatu anggauta tertentu dari semesta nya disebut onstan
( onstanta )

Perlu diperhatikan bahwa harus dibedakan antara lambang dengan apa yang
dilambangkan oleh lambang itu. Demikianlah harus dibedakan antara bilangan (number) dan
angka atau rangkaian angka (numerale) sebagai lambang dari bilangan. Angka adalah unsur
bahasa yang dapat diucapkan atau ditulis, sedangkan bilangan adalah unsur matematika yang
berada diluar bahasa. Jadi yang dijumlah atau digandakan adalah bilangan-bilangan,
sedangkan yang diucapkan atau ditulis adalah lambangnya, yaitu angka-angka.
Apa yang dilambangkan oleh suatu lambang disebut AO1A$ dari lambang
tersebut, sedangkan lambangnya sendiri disebut $AA$ dari apa yang dilambangkan
olehnya.
Dalam matematika konsep variable adalah konsep yang sangat penting. Untuk
menghindari salah Iaham maka perlu ditekankan bahwa pengertian variable yang diuraikan
disini adalah konsep matematika dan logika.

Definisi Variabel :
Jariabel adalah lambang yang melambangkan anggauta sebarang dari semestanya
Semesta ini disebut A#AH 1LA1AH (range) dari variable itu.

Variable biasa dinyatakan denhan huruI kecil seperti x , y , z , . . . ataupun dapat
dipilih lambang lainnya , seperti - , . , , 0 , . . . dan seterusnya. Peranan variable adalah
sama dengan peranan tempat kosong dalam suatu Iormulir. Umpamanya :

Yang bertanda tangan di bawah ini ........, Dekan FMIPA,
menerangkan bahwa mahasiswa bernama ............ , telah
lulus dst.

Setelah tempat-tempat itu diisi dengan nama-nama, maka barulah kalimatnya menjadi
pernyataan. Demikian juga ungkapan : 'x adalah bilangan genap' bukan merupakan
pernyataan, dan akan berubah menjadi pernyataan setelah variable x diganti dengan suatu
konstanta . Kalimat yang memuat variable bebas seperti kalimat tersebut disebut ALA1
1#&A ( open sentence atau sentential Iunction ). Dalam matematika



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 5
mengganti variable ' x ' dengan suatu konstanta, sering diungkapkan dengan kata-kata
'mensubstitusikan konstanta untuk variable'.
Selain penggunaannya di kalimat terbuka (sentential Iunctions) seperti x 4 , maka
variabel juga digunakan dalam Iungsi-Iungsi Designatorik (designatory Iunction). Contoh :
3(x y) ; 4 x 5 y 2 ;


Fungsi-Iungsi designatorik di atas berubah menjadi designasinya bilangan-bilangan tertentu,
setelah variabel-variabel di dalamnya diganti dengan konstanta-konstanta.

LATIHAN I
1. Tentukan suatu semesta sehingga persamaan kuadrat x
2
4 0 mempunyai tepat
satu penyelesaian.

2. Semesta adalah bilangan-bilangan bulat. Apakah kalimat 'Semua bilangan
mempunyai kebalikan bernilai benar atau salah ? Bagaimana dengan kalimat
'Semua bilangan mempunyai lawan bernilai benar atau salah ?

3. Tentukan apakah kalimat-kalimat di bawah ini merupakan pernyataan, atau ungkapan
yang mempunyai arti tapi bukan pernyataan, ataukah merupakan rangkaian kata-kata
tanpa arti. Apabila pernyataan tentukan kalimatnya Iactual atau tidak .
a. Apakah mantan Presiden RI kedua menderita sakit ?
b. Penyakit mantan Presiden RI kedua adalah kronis ( menahun ).
c. Mantan Presiden RI kedua mempunyai siIat kronis.
d. Tidak benar bahwa bilangan 2 adalah sekaligus prima dan tidak prima.
e. Mudah-mudahan saudara mendapat nilai A untuk mata kuliah PMM.
f. Budi adalah bilangan genap.
g. Tidak ada dua bilangan asli x dan y yang memenuhi persamaan
x
3
y
3
0.

4. Sebagai semesta diambil himpunan semua bilangan real. Perhatikan kalimat dibawah
ini. Untuk pasangan bilangan x, y sebarang dapat ditemukan bilangan z sedemikian
sehingga x z y. Apakah kalimat di atas merupakan kalimat terbuka atau kalimat
deklaratiI ? Apabila kalimatnya merupakan kalimat deklaratiI tentukan nilai
logikanya.

5. Diantara bentuk-bentuk di bawah ini tentukan mana yang merupakan kalimat terbuka
dan mana yang merupakan Iungsi designatorik
a. x y x y z
b. x y z
c. Hasil penjumlahan bilangan x dan 4
d. Hasil penjumlahan x dan y
e. X adalah kakak kandung Y
I. x
2
- y
2
( x y ) ( x y )
g. x
2
x 2 0
h. x ~ 6.








Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 6
BAB II
NILAI KEBENARAN PERNYATAAN DAN OPERASINYA

2.1. NILAI KEBENARAN PERNYATAAN
Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa pernyataan (kalimat deklaratiI) harus
dibedakan dari kalimat biasa. Kebenaran sebuah pernyataan dinamakan 'nilai kebenaran
atau 'nilai logik dari pernyataan tersebut. Nilai kebenaran pernyataan p jika benar maka
nilai kebenarannya disimbolkan dengan B atau T, jika salah nilai kebenarannya disimbolkan
dengan S atau F.
Contoh :
a. p : 3 x 8 38 , maka nilai kebenarannya S
b. ( x 2 )
2
( 2 x )
2
untuk x bilangan real, maka nilai kebenarannya B
c. x 2 10, bukan pernyataan karena sebab kalimat akan bernilai B jika x diganti
12, dan S jika x diganti dengan bilangan lain yang nilainya tidak sama dengan 12.

2.2. OPERASI UNER (Monar)
Dalam Logika Matematika terdapat operasi uner (monar), yaitu operasi negasi, atau
yang disebut penyangkalan (ingkaran). Seperti pada operasi uner lainnya, operasi negasi pun
merupakan operasi yang hanya berkenaan dengan satu unsur, yang dalam hal ini
pernyataanlah sebagai unsurnya. Nilai kebenaran negasi sebuah pernyataan adalah kebalikan
dari nilai kebenaran yang dimiliki oleh pernyataannya. Dengan demikian jika sebuah
pernyataan mempunyai nilai kebenaran B, maka negasinya adalah S nilai kebenarannya,
begitu pula sebaliknya.
Contoh :
a. p : Pohon ini tinggi
Maka negasi dari ' p ' disimbolkan dengan '> p atau 'J , dan dibaca
> p : Tidak benar bahwa Pohon ini tinggi
Ada beberapa cara mengucapkan negasi dari p atau > p yaitu 'tidak benar
bahwa p, atau 'tidaklah p atau 'non-p.

b. q : 3 x 6 18
Maka > q : 3 x 6
=
18 atau > q : tidak benar bahwa 3 x 6 18
Nilai kebenaran dari q adalah B , dan nilai kebenaran dari > q adalah S.

2.3. OPERASI BINER (Binari)
Operasi dalam matematika sebenarnya dideIinisikan sebagai suatu Iungsi yang akan
dibahas pada pembicaraan tentang Iungsi. Untuk saat ini opersi biner dideIinisikan sebagai
operasi yang berkenaan dengan dua unsur. Dalam logika matematika operasi biner ini
berkenaan dengan dua pernyataan. Ada 4 (empat) macam operasi biner yang akan kita pelajari
berikut ini.

2.3.1. Operasi Konjungsi (Conjunction)
Dalam logika sehari-hari, kita dapat menggabungkan dua kalimat menjadi kalimat
tunggal yang disebut kalimat majemuk. Salah satu cara penggabungan tersebut dengan
menggunakan kata 'dan. Dalam logika matematika jika dua pernyataan digabungkan
menjadi pernyataan majemuk (compound statement) dengan kata penghubung 'dan , dikenal
dengan operasi 'Konjungsi. Konjungsi antara pernyataan p dan q dinyatakan dengan
simbol 'p
A
q atau 'p & q , dibaca ' p dan q.



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 7
Contoh :
a. p : Pohon ini tinggi
q : Gedung ini indah
p
A
q : Pohon ini tinggi dan Gedung ini indah
Type equation heie.
b. p : 5 adalah bilangan prima ganjil
q : 2 adalah bilangan prima genap
p
A
q : 5 adalah bilangan prima ganjil dan 2 adalah bilangan prima genap

c. Jika diberikan dua pernyataan sbb:
Mutia mahasiswi dari Prodi Matematika angkatan 2006
Mutia terdaItar sebagai mahasiswi FMIPA UNTAN 2006
Isilah tabel nilai kebenaran berikut ini dengan beberapa kemungkinan komposisi
nilai kebenaran dari pernyataan pertama dan kedua , kemudian tentukan
nilai kebenaran dari pernyataan konjungsinya.

p q p
A
q





2.3.2. Operasi Disjungsi (Disjunction)
Suatu pernyataan majemuk yang terdiri dari 2 pernyataan tunggal yang dihubungkan
dengan kata 'atau disebut pernyataan 'disfungsi`. Disjungsi antara pernyataan p dan q
dinyatakan dengan ' p

q ' , dibaca ' p atau q.


Kata 'atau seringkali mempunyai dua arti yang berbeda. Pernyataan 'p

q' bisa
mempunyai arti p atau q, tetapi tidak kedua-duanya. Arti yang demikian dinamakan arti
ekskl:sif. Namun dilain pihak pernyataan 'p

q' dapat juga diartikan p atau q, atau kedua-


duanya. Disjungsi seperti ini disebut disjungsi inkl:sif.
Contoh :
a. Joni dilahirkan di Pontianak atau Joni dilahirkan di Ketapang ( disjungsi ....)

b. 5 merupakan bilangan prima atau 5 merupakan bilangan ganjil ( disjungsi ....)

c. Dari contoh a jika dibuat tabel nilai kebenarannya untuk semua kemungkinan nilai
kebenaran dari pernyataan pertama dan kedua diperoleh :
p q p

q









Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 8
d. Jika diberikan dua pernyataan berikut,
Susi tinggal di Pontianak
Susi mengikuti kuliah PMM
Isilah tabel nilai kebenaran berikut ini dengan beberapa kemungkinan komposisi
nilai kebenaran dari pernyataan pertama dan kedua , kemudian tentukan nilai
kebenaran dari pernyataan disjungsinya.
p q p

q





2.3.3. Operasi Implikasi (Kondisional atau pernyataan bersyarat)
Pernyataan yang mengandung bentuk 'jika p maka q disebut pernyataan implikasi
atau pernyataan kondisional dan dinyatakan sebagai 'p
;
q, dengan p disebut hipotesis
(anteseden) dan q disebut konklusi (konsekuen). Pernyataan 'p
;
q dapat dibaca :
a. Jika p maka q
b. p hanya jika q
c. p berimplikasi q
d. q jika p
e. p adalah syarat cukup untuk q
I. q adalah syarat perlu untuk p
Contoh :
a. Jika diberikan dua pernyataan berikut,
Susi lulus SPMB di Prodi Matematika FMIPA
Susi dibelikan sepeda motor oleh ayahnya
Maka pernyataan implikasinya: 'Jika Susi lulus SPMB di Prodi Matematika
FMIPA, maka Susi dibelikan sepeda motor oleh ayahnya
Isilah tabel nilai kebenaran berikut ini dengan beberapa kemungkinan komposisi
nilai kebenaran dari pernyataan pertama dan kedua , kemudian tentukan nilai
kebenaran dari pernyataan implikasinya.
p q
p
;
q





Jadi pernyataan implikasi bernilai benar jika ..............
.................................

b. Dengan menggunakan tabel nilai kebenaran yang saudara peroleh pada contoh a,
tentukan nilai kebenaran pernyataan-pernyataan berikut:
1. 7 bilangan prima hanya jika 7 bilangan ganjil
2. Jika Pontianak ibukota propinsi Kalbar, maka bilangan rational



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 9
3. Lulus UAN merupakan syarat cukup untuk mengikuti SPMB
4. Jika a x a y untuk semua bilangan bulat, maka x y

2.3.4. Konvers, invers, dan kontraposisi
Jika 'p
;
q suatu pernyataan implikasi, maka
a. onvers dari implikasi 'p
;
q adalah 'q
;
p
b. nvers dari implikasi 'p
;
q adalah '~p
;
~q
c. ontraposisi dari implikasi 'p
;
q adalah '~q
;
~p
Contoh :
a. Misalkan implikasi mula-mula adalah : 'Jika x bilangan bulat positiI maka x
2

merupakan bilangan positiI. Konvers, Invers, dan Kontraposisi dari implikasi
tersebut adalah:
(1). Jika x
2
bilangan positiI maka x merupakan bilangan bulat positiI
(2). Jika x bukan bilangan bulat positiI maka x
2
bukan bilangan positiI
(3). Jika x
2
bukan bilangan positiI maka x bukan bilangan positiI
Dari pernyataan implikasi di atas, jika p : x bilangan bulat positiI dan q : 'x
2

merupakan bilangan positiI, tentukan tabel nilai kebenaran berikut untuk semua
kemungkinan nilai kebenaran dari setiap pernyataannya.
p q ~p ~q
p
;
q q
;
p ~p
;
~q ~q
;
~p





b. Jika diberikan sebuah pernyataan implikasi: 'Jika segiempat ABCD bujur sangkar
maka diagonal-diagonal ABCD saling tegak lurus, konvers, invers dan
kontraposisinya adalah:
(1). Jika diagonal-diagonal segiempat ABCD saling tegak lurus maka segiempat
ABCD bujur sangkar
(2). Jika .............. maka .............
(3). Jika .............. maka .............

2.3.5. Operasi Biimplikasi (Bikondisional atau pernyataan bersyarat ganda)
Pernyataan yang mengandung bentuk 'p jika dan hanya jika q disebut pernyataan
biimplikasi atau pernyataan bikondisional dan dinyatakan sebagai 'p ; q. Pernyataan 'p
; q dibaca : 'p jika dan hanya jika q atau 'p bila dan hanya bila q , biasa disingkat 'p jhj
q atau 'p bhb q.
Pernyataan biimplikasi 'p ; q berarti 'jika p maka q dan jika q maka p,
sehingga juga berarti 'p adalah syarat perlu dan cukup bagi q. Akibatnya tabel nilai
kebenaran untuk pernyataan biimplikasi 'p ; q dapat diperoleh melalui tabel nilai
kebenaran pernyataan konjungsi dari dua implikasi 'jika p maka q dan jika q maka p.
Lengkapilah tabel nilai kebenaran berikut ini:
p q p
;
q q
;
p (p
;
q) & (q
;
p) p ; q
B B
B S
S B
S S




Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 10

Contoh :
a. Jika p : n bilangan bulat genap
q : n 1 bilangan bulat ganjil
maka p ; q : n bilangan bulat genap jhj n 1 bilangan bulat ganjil
b. Jika r : 3 3
=
7
s : 5 5 10
maka r ;s : 3 3
=
7 jhj 5 5 10

2.3.6. Urutan Mengerjakan Operasi Pernyataan (Notasi Tanda Titik Dari
Principia Mathematica)
Perhatikan pernyataan majemuk berikut ini:
( p ; q )
;
( p
A
r )
;
( q
A
r )
dengan adanya tanda kurung, pembaca mengetahui urutan mengerjakan operasi yang
dimaksud oleh pembuat soal. Tapi jika pernyataannya memuat banyak tanda operasi maka
diperlukan banyak tanda kurung. Untuk mengurangi banyaknya tanda kurung diadakan
kesepakatan sebagai berikut:
Daya pengikat terkuat
A,

,
;

;
Daya pemisah terkuat
Daya pemisah terlemah Daya pengikat terlemah
Dengan kesepakatan ini maka pernyataan ' p
;
( q
A
r ) dapat ditulis sebagai
' p
;
q
A
r `, tanda '
A
mempunyai daya pengikat terkuat, sedangkan tanda '
;

mempunyai daya pemisah lebih kuat dari tanda '
A
. Untuk pernyataan ' p
;
( q ; r ) tanda
kurung tidak bisa dihilangkan, karena tanda '
;
dan '; mempunyai daya yang sama, baik
pemisah maupun pengikatnya.
Daya pemisah suatu tanda dapat diperkuat dengan menggunakan tanda (atau tanda-
tanda) titik, untuk mengurangi lagi banyaknya tanda kurung. Kesepakatan tersebut adalah
sebagai berikut ini.
Dengan menggunakan tanda titik, maka daya pemisah suatu tanda diperkuat ke arah
sebelah mana tanda itu diletakkan.Suatu tanda yang diperkuat dengan tanda titik, lebih
kuat daya pemisahnya dari semua tanda lainnya. Dua tanda titik lebih kuat dari satu
tanda, tiga lebih kuat dari dua dst.
Contoh:
a. 'p
;
q .
A
r ' diartikan '(p
;
q)
A
r
b. 'p
;
q .
A
. r
;
s diartikan '(p
;
q)
A
(r
;
s)
c. 'p
;
q .
A
: r
;
p .
;
q diartikan ' (p
;
q)
A
( (r
;
p)
;
q)

SOAL-SOAL LATIHAN :
C. Periksa apakah kalimat-kalimat di bawah ini merupakan pernyataan atau bukan
pernyataan. Jika pernyataan tentukan nilai kebenarannya (nilai logic-nya).
1. 21 adalah bilangan prima ganjil
2. 2 y 3 x 2
3. Selesaikan latihan ini dalam satu jam !
4. Jumlah besar sudut setiap segitiga adalah 180
0
.
5. Benarkah Pontianak lebih terkenal dari pada Pemangkat ?
6. Banyaknya rusuk sebuah kubus adalah 12.
7. Mudah-mudahan semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah PMM lulus dengan
nilai ~ C.



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 11
8. 2006
_
2006.
9. Turunan dari I(x) a x
n
adalah I`(x) a n x
n-1
.
10. Soal-soal latihan yang diberikan sangat sulit.

B. Buatlah negasi untuk setiap pernyataan di bawah ini dan sebutkan mana yang benar,
pernyataan atau negasinya.
1. 9 19
_
27
2. Kabupaten Ketapang tidak ada di propinsi Kalimantan Barat.
3. Untuk setiap bilangan real x, y beralaku ( x y )
2
x
2
2 x y - y
2
.
4. Operasi pembagian tertutup dalam bilangan bulat.
5. Elemen identitas operasi penjumlahan bilangan real adalah 0.
6. Harga adalah

.
7. Dalam koordinat Kartesius berlaku (2,3) (3,2).
8. adalah bilangan rasional.

D. Katakanlah apakah disjungsi berikut termasuk disjungsi inklusiI atau disjungsi eksklusiI.
Nyatakan pula nilai kebenarannya.
1. 7 kurang atau sama dengan 7.
2. ( a b )( a b ) a
2
b
2
atau ( a b )
2
a
2
2 a b b
2
untuk semua a, b bilangan
real.
3. 2 adalah bilangan genap atau bilangan prima
4. Program Studi Matematika bagian dari FMIPA atau FPMIPA.
5. Susilo Bambang Yudoyono adalah Presiden RI atau Wakil Presiden RI
6.

I

I
_
I I atau I I
_
I I

E. Bentuklah konjungsi dari pasangan-pasangan pernyataan di bawah ini. Tentukan pula nilai
kebenarannya.
1. p : Gradien garis dengan persamaan 2 x 3 y 7 0 adalah -

.
q : Gradien garis dengan persamaan 3 y 2 x 10 adalah -

.

2. r : Kuadrat bilangan ganjil adalah bilangan ganjil
s : Kuadrat bilangan genap adalah bilangan ganjil

3. t : Pontianak ibukota propinsi Kalimantan Timur
v : Banjarmasin ibukota propinsi Kalimantan Tengah

4. k : ( 3 6 )
2
81
l : FMIPA UNTAN terdiri dari 4 program studi.

F. Lengkapilah pernyataan berikut sehingga terbentuk sebuah pernyataan implikasi yang
tepat.
1. Jika m dan n adalah dua garis yang sejajar, maka ............
2. Jika 3 buah titik kolinear, maka ketiga titik itu ..............
3. Jika AB, BC, dan AC merupakan sisi segitiga ABC dengan sudut 90
0
di A, maka
.........................
4. Jika x bilangan positiI, maka x
3
merupakan bilangan ............
5. Jika x y 0, maka ...... atau .......




Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 12
G. Bentuklah pernyataan biimplikasi dari pasangan-pasangan pernyataan di bawah ini.
Tentukan pula nilai kebenarannya.
1. k : A
J q
r s
, dan n : det(A) p s qr
2. p : n
2
81 , dan q : n - 9
3. r : y a x b adalah persamaan sebuah garis lurus
s : garis y a x b mempunyai gradien a
4. t : a x
m
dan b x
n
, u : a b x
mn


H. Buatlah tabel nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan berikut:
1. ~ ( p v q )
2. ~ p v ( q
A
~r )
3. ~ ( p
A
q )
4. p
A
~q

I. Buatlah tabel nilai kebenaran dari pasangan pernyataan-pernyataan berikut, bandingkan
dan buat kesimpulannya
1. ~ ( p q ) dan ~ p
A
~ q
2. ~ ( p
A
q ) dan ~ p ~ q
3. ~ (p
;
q ) dan p
A
~q
4. ~ ( p ;q ) dan (p
A
~q)

( q
A
~ p )

J. Tentukan pernyataan implikasi yang mempunyai :
1. Invers p
;
~q
2. Kontraposisi ~ p
;
q
3. Konvers ( p v q )
;
~r
4. Invers ( p
A
~ q )
;
~ ( r
A
~s )
5. Kontraposisi ( p
A
q )
;
|~ r
A
( ~s v t )|

K. Ubahlah notasi tanda kurung menjadi notasi tanda titik.
1. (p
A
q )
;
( p
;
(q v r ))
2. (p
;
q )
;
( r
;
((p
A
q ) v r ))
3. ( p ;q ); ((p
A
r ) v s )
4. (p
;
q )
;
( r
;
(p
A
q ))

L. Ubahlah notasi tanda titik menjadi notasi tanda kurung.
1. p
A
q
;
r : ;: q .
;
. p
;
r
2. p . v . q v r : ;: p v q . v . r
3. p
;
q :
;
: q
;
r : .
;
: . r
;
s :
;
: s .
;
q . p
;
q
4. p .

. q
A
r : ;: p

q .
A
. p

r










Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 13
BAB III
TAUTOLOGI, EKUIVALEN (EKUIVALENSI LOGIS) DAN
KONTRADIKSI

3.1. Tautologi
Dalam aljabar bilangan dikenal rumus umum seperti 'x
2
y
2
( x y ) ( x y )
dengan x , y variabel-variabel numerik. Rumus tersebut adalah hukum dari aljabar bilangan.
Setelah para variabel di dalamnya diganti dengan bilangan (konstanta) maka bentuk rumus itu
akan senantiasa berubah menjadi kalimat dengan nilai benar. Situasi analoog akan dijumpai
dalam logoka kalimat. Maka sampailah pada konsep yang diberi nama konsep 1a:tologi.

DeIinisi 3.1.
Bentuk-bentuk yang memuat variabel kalimat, dan yang menyafikan hukum-hukum
dari logika kalimat disebut Tautologi.

Secara sederhana orang sering menyatakan :
Setiap pernyataan yang selalu bernilai benar, untuk setiap nilai kebenaran komponen-
komponennya, disebut Tautologi.

Contoh:
a. p v ~p
b. (p
;
q )
;
(~ q
;
~ p )
c. ( p ;q )
;
(p
A
r ; q
A
r )

3.2. Ekuivalen
DeIinisi 3.2.
Dua buah pernyataan dikatakan ekuivalen ( berekuivalensi logis) fika kedua
pernyataan itu mempunyai nilai kebenaran yang sama.

Pernyataan p ekuivalen dengan pernyataan q dinyatakan sebagai p q .
Contoh :
a. p p
b. (p
;
q ) (~ q
;
~ p )
c. p
A
q

q
A
p

3.3. Kontradiksi
DeIinisi 3.3.
Setiap pernyataan yang selalu bernilai salah, untuk setiap nilai kebenaran dari
komponen-komponennya disebut Kontradiksi.

Karena kontradiksi selalu bernilai salah, maka kontradiksi merupakan ingkaran dari tautologi
dan sebaliknya.
Contoh:
a. p
A
~ p
b. (p
;
q )
A
~ (~ q
;
~ p )
c. ( p
A
q )
A
(~ p v ~ q )




Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 14


LATIHAN :
1. a. Buktikan bahwa ~ ( p
A
~ p ) adalah suatu tautologi !
b. Apakah setiap dua tautologi berekuivalen logis ?

2. Buktikan setiap pernyataan berikut ini:
a. p ( p
A
p )
b. ( p
;
q ) ~ ( p
A
~ q )
c. ( p
A
q )
A
r p
A
( q
A
r )
d. (p v q ) v r p v ( q v r )
e. p
;
( q
A
r ) ( p
;
q )
A
( p
;
r )
I. p
A
( q v r ) ( p
A
q ) v ( p
A
r )
g. p v ( q
A
r ) ( p v q )
A
( p v r )

3. Buktikan bahwa bentuk-bentuk di bawah ini merupakan tautologi dengan cara tanpa
mengerjakan pengisian tabel.
a. ( p
;
q ) .
;
. (p
;
q )
A
( q
;
p )
b. ( p
;
q ) .
;
. (~ p v q )
A
(~ q v p )

4. Manakah diantara pernyataan berikut ini yang merupakan tautologi, jelaskan!
a. p
;
( p
A
q ) ; c. ( p
A
q )
;
p
b. p
;
( p v q ) ; d. ( p v q )
;
p




























Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 15
BAB IV
RUMUS-RUMUS TAUTOLOGI DAN PENGGUNAANNYA
PADA BUKTI-BUKTI MATEMATIKA

Dalam bab ini disajikan rumus-rumus tautologi yang penting. Semua rumus dapat
dibuktikan dengan metode tabel nilai. Namun penalaran di luar tabel nilai seringkali dapat
mencapai hasil dengan jauh lebih cepat. Empat rumus yang pertama mempunyai kedudukan
yang istimewa karena merupakan apa yang disebut suatu realisasi (model) dari suatu Abstract
Boolean Algebra, dengan '
;
' adalah interpretasi dari '' dalam aljabar tsb. Semua rumus
lainnya dapat diturunkan dari empat rumus tsb.

4.1. Rumus-Rumus Tautologi
Rumus 1.
( p
A
q )
;
( q
A
p )
( p

q )
;
( q

p )

Rumus 2.
p
A
( q

r )
;
( p
A
q )

( p
A
r )
p v ( q
A
r )
;
( p v q )
A
( p v r )

Rumus 3.
( p
A
T )
;
( T
A
p )
;
p
( p

F )
;
( F

p )
;
p

Rumus 4.
( p
A
~p )
;
F
( p

~p )
;
T

Rumus 5.
p
;
p
~(~p )
;
p
( p
A
p )
;
p
( p

p )
;
p
( p
A
q )
A
r
;
p
A
( q
A
r )
( p

q )

r
;
p

( q

r )

Rumus 6.
( T
;
p )
;
p
( F
;
p )
;
T
( p
;
T )
;
p
( p
;
F )
;
~p







Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 16
Rumus 7.
( p
;
q )
;
( ~p

q )
( p
;
q )
;
J A q


( p
;
q )
;
(~p v q )
A
(~q v p )
( p
;
q )
;
( p
A
q ) v (~p
A
~q )
( p
;
q )
;
( p
;
q )
A
( q
;
p )


Rumus 8.
( p q ) ( q r ) ( p r )

Rumus 9.
p ( q r ) . . q ( p r )

Rumus 10.
p ( q r ) . . ( p q ) r

Rumus 11.
p ( p q ) . . q

Rumus ini biasanya disajikan menggunakan variabel sintaktik ( syntactical variable)
p q
p
Yang dikenal dengan hukum od:s Ponens.
q

Rumus 12.
( p q ) ( ~ q ~ p )

Rumus 13.
( p q ) ( p q ) ( ~ p ~ q )

Rumus 14.
q p ( p ~q )
q p (~p ~ q )
q p ( ~ p ~ q )
q p ( p ~ q ) v ( q ~ p )


4.2. Reductio Ad Absurdum
Bentuk umum dari bukti dengan Reductio Ad Absurdum adalah sebagai berikut,
dimulai dengan mengandaikan bahwa yang berlaku adalah ingkaran dari apa yang harus
dibuktikan. Dari pengandaian ini diturunkan suatu kontradiksi. Karena kontradiksi tidak
mungkin terjadi sedangkan penalaran sahih maka kekeliruan harus ada pada permulaan
penalaran. Yaitu pada pengandaian. Sehingga pengandaian harus diingkar. Dengan
menggunakan ingkaran rangkap maka terbuktilah apa yang harus dibuktikan. Apa yang harus



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 17
dibuktikan dapat berupa kalimat atomik atau kalimat majeuk. Rumus-rumus berikut ini
menyajikan beberapa bentuk dari reductio ad absurdum.

Rumus 15.
~ p
;
( q
A
~ q ) .
;
. p

Reductio ad absurdum bentuk pertama menyatakan apabila dari kalimat '~ p dapat
diturunkan suatu kontradiksi 'q
A
~ q , maka dapat disimpulkan benarnya ' p '.
Rumus 16.
~ p
;
p .
;
. p
Reductio bentuk kedua menyatakan bahwa untuk membuktikan benarnya pernyataan ' p ',
maka dimulai dengan mengandaikan '~ p '. Apabila dari '~ p ' dapat diturunkan 'p maka
di dalam sistem ada kontradiksi. Yaitu '~ p ' karena diandaikan, dan 'p karena dibuktikan.
Sehingga pengandaian harus diingkar dg hasil '~ (~ p ) ', yaitu 'p terbukti.
Rumus 17.
( p ~ q ) q . . p q

Rumus 18.
( p ~ q ) ~ p . . p q

Rumus 19.
~ p . . p q


Di dalam matematika orang membedakan bukti-bukti langsung (direct prooIs) dan
bukti-bukti tak langsung (indirect prooIs). Reductio ad absurdum dan Kontraposisi dipandang
sebagai bukti tak langsung.

LATIHAN :
1. Buktikan bahwa adalah bilangan irational.
2. Jika diketahui semesta himpunan bilangan-bilangan bulat. Buktikan pernyataan berikut
: Apabila x
m
habis dibagi oleh priem p maka x habis dibagi oleh p.
3. Semesta himpunan bilangan-bilangan bulat. Apabila untuk setiap bilangan bulat c K 0
berlaku a A b c maka a A b.


















Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 18
BAB V
KUANTOR DAN TEORI KUANTIFIKASI
5.1. Kuantor
Dalam pembicaraan tentang kalimat memperlihatkan bahwa suatu kalimat terbuka
dapat dijadikan kalimat deklaratiI dengan mensubstitusi variabel-variabel dengan konstanta.
Dalam bab ini akan dibahas cara merubah kalimat terbuka menjadi kalimat deklaratiI dengan
menggunakan :antor. Sebelum membahas kuantor, dibahas terlebih dahulu pengertian
Iungsi pernyataan (Iungsi proposisi).

5.1.1. Fungsi Pernyataan (Fungsi Proposisi)
DeIinisi 5.1.1.
Suatu fungsi pernyataan (fungsi proposisi) adalah suatu kalimat terbuka di dalam
semesta pembicaraannya ( Semesta Pembicaraan diberikan secara eksplisit atau
implisit)

Fungsi pernyataan biasanya disimbolkan dengan p(x) dan mempunyai siIat bahwa
p(a) bernilai benar atau salah (tidak keduanya) untuk setiap a anggota semesta
pembicaraannya. Jadi p(a) merupakan suatu pernyataan yang diperoleh dengan cara
mensubstitusi variabel x dengan konstanta a. Proses ini disebut nstantiasi ( Instantiation)
Pernyataan yang bersiIat umum seperti ' Semua manusia adalah Iana dan 'Sesuatu
adalah Iana, berlainan dengan kalimat tunggal biasa, karena pernyataan ini tidak terdiri dari
bagian-bagian subyek dan predikat seperti pada pernyataan tunggal biasa. Meskipun demikian
pernyataan umum ini masih merupakan hasil dari Iungsi proposisi. Prosesnya tidak dengan
instantiasi, tetapi melalui proses yang dikenal dengan istilah eneralisasi atau :antifikasi.

5.1.2. Kuantor Umum (Kuantor Universal)
Pernyataan ' Semua manusia Iana dapat dinyatakan dengan 'Untuk setiap obyek,
obyek itu Iana. Kata 'obyek itu sebagai pengganti 'obyek sebelumnya. Kata ini
dinamakan 'variabel individual yang dapat diganti dengan simbol 'x, sehingga diperoleh
Iungsi pernyataan ' Untuk setiap x, x adalah Iana atau 'untuk setiap x, p(x).
Ungkapan 'Untuk setiap x disebut kuantor umum atau kuantor universal (Universal
QuantiIier), dan diberi simbol '(

). Dengan simbol baru ini kita dapat melengkapi


simbulasi pernyataan umum tadi dengan notasi sebagai berikut:
p(x) : x Iana (tidak kekal)
p(manusia) : manusia Iana
Maka ' Untuk setiap x, x adalah Iana dapat dinotasikan dengan '(

x ) p(x),
dibaca ' Untuk setiap x berlaku p(x).
Jika Semestanya himpunan semua manusia maka pernyataan umum tersebut dapat
dinyatakan dengan notasi: '(

x manusia} ) p(x) 'Untuk semua x berlaku p(x) '


Semua manusia Iana.
Perhatikan bahwa 'p(x) adalah kalimat terbuka, tetapi '(

x ) p(x) merupakan
pernyatan yang mempunyai nilai benar atau salah tetapi tidak kedua-duanya.
Contoh :
a. (

xA ) x 3 ~ 1 dengan A himpunan semua bilangan asli.


b. (

xA) x 3 1 dengan A himpunan semua bilangan asli.








Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 19
5.1.3. Kuantor Khusus ( Kuantor Eksistensial)
Sama halnya dalam menyusun ungkapan pernyataan umum pada Kuantor Umum di
atas, kita dapat juga menyusun suatu pernyataan ' Sesuatu adalah Iana, dengan :
Ada paling sedikit satu yang Iana
Ada sekurang-kurangnya satu yang Iana
Ada paling sedikit satu obyek, sedemikian rupa sehingga obyek itu adalah Iana
Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga x adalah Iana.
Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga p(x).

Pernyataan 'Ada paling sedikit sat: x, sedemikian r:pa sehingga dinamakan
":antor h:s:s" atau ' Kuantor Eksistensial (Existential QuantiIier), dan diberi simbol
().
Jadi pernyataan '(x ) p(x) ' dibaca : 'Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa
sehingga memenuhi siIat p(x). Kuantor eksistensial yang lain adalah '(!x ) p(x) dibaca :
'Terdapat dengan tunggal x yang mempunyai siIat p

Contoh :
a. p(x) : x adalah wanita
S dosen Matematika PMIPA}
(x) p(x) (x S) p(x) 'Ada paling sedikit satu dosen matematika PMIPA,
sedemikian rupa sehingga dia seorang wanita 'Ada dosen matematika wanita di
PMIPA
b. A Himpunan semua bilangan asli
(x) x 2 7 , dibaca : 'terdapat bilangan asli x , sedemikian rupa sehingga jika
ditambah dengan 2 hasilnya kurang dari 7

5.1.4. Negasi Pernyataan Berkuantor
Negasi dari pernyataan ' Semua manusia Iana adalah 'Tidak benar bahwa semua
manusia Iana , ini sama artinya dengan ' Ada paling sedikit satu manusia yang tidak Iana.
Jika dinyatakan dengan Kuantor :
( x ) p(x) , dengan p(x) : x Iana
Negasinya : ~ ( x ) p(x) atau dapat dinyatakan sebagai
) (x p x Ada paling sedikit satu manusia yang tidak Iana
(x) ~p(x)
(x) ) (x p
Negasi dari pernyataan 'Ada paling sedikit satu manusia, sedemikian rupa sehingga
manusia itu Iana adalah 'Tidak benar bahwa ada paling sedikit satu manusia, sedemikian
rupa sehingga manusia itu Iana. Ini sama artinya dengan ' Semua manusia itu Iana . Jika
dinyatakan dengan Kuantor :
( x) p(x) , dengan p(x) : x Iana
Negasinya : ~( x) p(x) ) (x p x ( x ) ~p(x) ( x ) ) (x p
Jadi negasi pernyataan berkuantor dapat dirumuskan sbb:

) (x p x ( x) ) (x p
) (x p x (x ) ) (x p


5.2. Urutan Dari Kuantor-Kuantor



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 20
Pernyataan berkuantor : ' ( x) ( y) p(x,y) dapat ditulis '( x,y) p(x,y)
Dibaca :Ada suatu x , dan ada suatu y sedemikian rupa sehingga x berada dalam relasi p
dengan y. Ternyata pernyataan ( x) ( y) p(x,y) ekuivalen dengan ( y) ( x) p(x,y).
Rumus-rumus pernyataan berkuantor dinyatakan oleh theorema-theorema berikut ini..
Theorema 5.2.1.
( x) ( y) p(x,y) ( y) ( x) p(x,y)

Theorema 5.2.2.
( x) ( y) p(x,y) ( y) ( x) p(x,y)

Theorema 5.2.3.
( y) ( x) p(x,y) ( x) ( y) p(x,y)


Tapi hati-hati dengan pemakaian pernyataan bentuk ( x) ( y) p(x,y) mempunyai
arti yang lain dari pada ( y) ( x) p(x,y) . Jadi disini hanya terjadi hubungan implikasi
bukan biimplikasi.

LATIHAN
1. Ucapkanlah kalimat-kalimat dibawah ini terlebih dahulu, kemudian renungkan artinya
dan ucapkan dengan perkataan biasa. Semesta pembicaraannya adalah himpunan
semua bilangan real. Tentukan nilai kebenarannya (nilai logikanya) setiap kalimat.
c. ( x) ( y). y ~ x
d. ( y) ( x) . y ~ x
e. ( x) ( y). x y y x
I. ( x) ( y) . x y ( z) (( x z z y ) ( y z . . z x ))
g. ( x) ( y) . x y y x y
h. ( y) ( x) . x y y x o
i. ( z) ( x) ( y). x y z x z y z
j. ( x) ( y) ( z). x z y
k. ( x) ( y). x y x
l. ( x) ( y). x y x y . . y x .
m. ( x). x
2
o x 1.

2. Semesta pembicaraan adalah himpunan bilangan-bilangan real. Tentukan nilai
logikanya kalimat-kalimat di bawah ini.
a. ( x). 2 x 1 2 x
b. ( x) . 2 x 1 2 x
c. ( x). x x
d. ( x) . x x
e. ( x) . x 0
I. ( x) . x
2
x

3. Semesta pembicaraan adalah himpunan bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, 5 . Tentukan nilai
logika kalimat-kalimat berikut:
a. ( x) . x 1 5
b. ( x). x A 5
c. ( x). x 4 10



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 21
4. Semesta pembicaraan sama dengan soal no 3. Tentukan nilai logika kalimat-kalimat
berikut:
a. ( x) ( y). x y A 10
b. ( y) ( x). x y 10
c. ( y) ( x). x y x
d. ( x) ( y). x y 10

5. Semesta pembicarannya adalah himpunan orang-orang. m(x) : x adalah mahasiswa,
sedangkan p(x) : x adalah pandai. Tulislah dengan simbolisme logika kalimat-
kalimat di bawah ini:
a. Semua mahasiswa adalah pandai
b. Tidak ada mahasiswa yang pandai
c. Beberapa mahasiswa adalah pandai
d. Beberapa mahasiswa tidaklah pandai

6. Ingkarilah kalimat-kalimat di bawah ini
a. Apabila mahasiswa tidak hadir maka semua mahasiswa bersuka ria
b. Ada mahasiswa yang tidak kuliah apabila dosen tidak hadir
c. Beberapa dosen susah apabila ada beberapa mahasiswa yang tidak lulus.

7. Tulislah dengan simbolisme logika kwantor di bawah ini:
' Sekurang-kurangnya ada dua x yang mempunyai siIat p

8. Bagaimana bunyi ingkaran dari kalimat pada soal no 7.





























Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 22
BAB VI
TEORI HIMPUNAN PADA UMUMNYA

6.1. Himpunan
6.1.1. Pengertian Himpunan
Pengertian himpunan dan pengertian menjadi anggota suatu himpunan terletak pada
dasarnya matematika. Setiap diskusi matematika selalu menyangkut dua konsep diatas.
Secara intuitiI, himpunan adalah kumpulan obyek yang mempunyai syarat tertentu
dan felas. Kumpulan itu dapat berupa daItar, koleksi, atau kelas. Obyek-obyek dalam
kumpulan itu dapat berupa benda konkrit atau benda abstrak, seperti bilangan, abjad, orang,
judul-judul buku, dll. Obyek-obyek ini disebut anggota atau elemen dari himpunan itu.
Syarat tertentu dan jelas dalam menentukan himpunan itu memungkinkan kita dapat
membedakan obyek itu merupakan anggota atau bukan anggota himpunan tersebut.
Himpunan yang mempunyai syarat tertentu dan jelas disebut himp:nan yang terdefinisi
dengan jelas (well defined).
Contoh kumpulan yang merupakan himpunan dan bukan himpunan
a. Kumpulan bunga mawar berwarna merah
b. Kumpulan prangko yang diterbitkan sebelum tahun 1965
c. Kumpulan mahasiswa matematika FMIPA UNTAN
d. Kumpulan mahasiswa berprestasi
e. Kumpulan mahasiswi berambut panjang
I. Kumpulan makanan lezat yang ada di Kantin Yusra
g. Kumpulan mahasiswa Ketapang
h. Kumpulan mahasiswa berbadan kekar

6.1.2. Notasi Himpunan
Himpunan biasanya dinyatakan dengan huruI besar A, B, C, . . . dan selanjutnya.
Sedang anggota suatu himpunan dinyatakan dengan huruI kecil a, b, c, . . . dan selanjutnya.
Ada 3 cara untuk mendeIinisikan suatu himpunan, yaitu:
1. Dengan mendaItar anggota-anggotanya ( Cara Tabulasi)
Contoh : P 1, 2, 3, 4, 5, 6 }
D a, b, c, d, e, I, g }
A 1, 2, 3, . . . }
C 0, 1, 2, 3, . . . }
Z . . . , -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, . . . }
2. Dengan menyatakan siIat-siIat yang dipenuhi anggota-anggotanya
Contoh : P Himp. bilangan asli kurang dari 7 bilangan asli kurang dari 7 }
D Himpunan huruI abjad latin dari a sampai g
A Himpunan semua bilangan asli bilangan asli }
C Himpunan semua bilangan cacah bilangan cacah }
Z Himpunan semua bilangan bulat bilangan bulat }
Q Himpunan semua bilangan rational. ( tidak dapat dinyatakan dg
tabulasi)
R Himpunan semua bilangan real. (tidak dpt dinyatakan dg tabulasi)
T Himpunan semua bilangan real antara 2 dan 7 . (tdk dpt ditabulasi)
3. Dengan menggunakan Notasi Pembentuk Himpunan.
Contoh : P x , x 7 , x adalah bilangan asli }
D x , x adalah huruI abjad latin dari a sampai g }
A x , x adalah bilangan asli }



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 23
C x , x adalah bilangan cacah }
Z x , x adalah bilangan bulat }
Q x , x
b
a
, a, b adalah bilangan-bilangan bulat dan b 0 }

b
a
, a, b adalah bilangan-bilangan bulat dan b 0 }
R x , x adalah bilangan real }
T x , 2 x 7 , x adalah bilangan real }

Jika x adalah anggota himpunan A, berarti A mempunyai x sebagai salah satu
anggotanya, maka dapat ditulis ' x ZA ( dibaca : 'x anggota A atau 'x elemen A)
Sebaliknya jika x bukan anggota himpunan A, berarti A tidak mempunyai x sebagai salah
satu anggotanya, maka ditulis ' x [ A (dibaca : x bukan anggota A atau 'x bukan
elemen A)
Contoh :
a. 2 Z P c. 3 [ C
b. u [ D d. 2 [ Q

6.1.3. Himpunan Kosong
DeIinisi 6.3.1.
Himpunan kosong adalah suatu himpunan yang tidak mempunyai anggota. Himpunan
kosong biasanya dinyatakan dengan notasi } atau X .

Contoh:
1. F Himpunan mahasiswa Prodi Matematika angkatan 2006 yang berusia 40 tahun
2. G x , x
2
-1 , x bilangan asli }
3. X x , x x }

6.1.4. Himpunan Semesta (Semesta Pembicaraan)
DeIinisi 6.4.1.
Himpunan semesta adalah himpunan yang mempunyai anggota semua obyek yang
sedang dibicarakan.

Himpunan semesta dinyatakan dengan notasi ' S atau ' U ' ( S singkatan dari Semesta dan
U singkatan dari Universil)
Contoh :
a. Semesta pembicaraan dari P adalah Himpunan semua bilangan asli atau 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8 }
b. Semesta pembisaraan dari D adalah S abjad latin }

6.1.5. Himpunan Berhingga (Finite) dan Himpunan Tak Berhingga
(Infinite)
Suatu himpunan dapat merupakan himpunan yang berhingga atau himpunan yang tak
berhingga.
DeIinisi 6.5.1.
Secara intuitif, suatu himpunan dikatakan berhingga (finite) fika himpunan itu
beranggotakan elemen-elemen yang berbeda dan banyaknya tertentu (fika kita
membilang banyak anggota yang berbeda dalam himpunan itu, proses membilang



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 24
yang kita lakukan akan berakhir). Himpunan yang tidak memenuhi syarat ini disebut
himpunan tidak berhingga ( infinite ).
Atau dideIinisikan sebagai berikut:
DeIinisi 6.5.1`.
Suatu himpunan S disebut berhingga atau induktif fhf ada bilangan asli n
sedemikian sehingga S memuat n anggota. Apabila tidak demikian maka S disebut tidak
berhingga atau non induktif.

Contoh :
a. H himpunan bilangan jam dua belasan , maka H adalah himpunan Iinite.
b. I himpunan bilangan asli genap merupakan himpunan inIinite.
c. J himpunan pasir yang ada di gerobak, adalah himpunan Iinite.

6.2. Himpunan Bilangan
Himpunan yang sering dijumpai dalam matematika elementer adalah himpunan
bilangan. Dalam kalkulus sering membahas tentang himpunan bilangan real yang dinyatakan
dengan simbol R. Dalam bagian ini himpunan bilangan real menjadi semesta pembicaraan.
Himpunan bilangan real beserta siIat-siIatnya disebut sistem bilangan real.
Macam-macam bilangan yang dibahas disini adalah :
1. Bilangan bulat.
Bilangan bulat adalah bilangan real . . . , -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, . . . . Himpunan
bilangan bulat biasanya dinyatakan sebagai : B . . . , -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, . . . } atau
Z . . . , -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, . . . }.
2. Bilangan Rational.
Bilangan rational adalah bilangan real yang dapat dinyatakan sebagai ratio dari
dua
bilangan bulat (pecahan). Himpunan bilangan rational dinyatakan sebagai
Q x < x
b
a
dengan a, b Z B , b 0 }.
3. Bilangan Asli.
Bilangan asli adalah bilangan bulat positiI. Himpunan bilangan asli dinyatakan
Sebagai A 1, 2, 3, . . . }. Bilangan asli adalah sistem bilangan yang pertama kali
dikembangkan dan digunakan untuk menghitung.
4. Bilangan Cacah.
Bilangan cacah adalah bilangan bulat positiI beserta nol. Himpunan bilangan
cacah
dinyatakan sebagai C 0, 1, 2, 3, . . . }.
5. Bilangan Prima.
Bilangan prima adalah bilangan asli yang bukan 1, yang hanya mempunyai dua
Iaktor yaitu 1 dan bilangan itu sendiri. Himpunan bilangan prima biasanya dinyatakan
sebagai P 2, 3, 5, 7, . . . }.
6. Bilangan Irrational.
Bilangan irrational adalah bilangan real yang bukan bilangan rational. Jadi
Himpunan bilangan irrational adalah komplemen dari himpunan bilangan rational dalam
semesta himpunan bilangan real.
Contoh bilangan irrational : 2 , 3 , dan sebagainya.
. Bilangan Kompleks.
Bilangan kompleks adalah bilangan berbentuk 'a i b dengan a dan b
bilangan real dan i 1 . Himpunan bilanga kompleks biasanya dinyatakan sebagai



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 25
K x < x a i b dengan a, b ZR dan i 1 }
x < x a i b dengan a, b Z R dan i 1 }
Berikut ini diagran Venn sistem bilangan yang kita bicarakan:



SR
Q

B . 1 . -2

C . 1
. -3 . 2
. 3
. A . . 0
.
. .
.







LATIHAN
1. Manakah yang merupakan himpunan ?
a. Kumpulan bunga berwarna kuning
b. Kumpulan orang berbadan gemuk
c. Kumpulan dosen FMIPA UNTAN
d. Kumpulan segitiga pada bidang datar
e. Kumpulan bilangan bulat ganjil
I. Kumpulan binatang berkaki dua
g. Kumpulan orang kaya
h. Kumpulan mahasiswa pandai
i. Kumpulan mahasiswa cantik di Program Studi Matematika

2. Ditentukan A a, k, u, i, n, o, l }. Benar atau salahkah pernyataan-pernyataan di
bawah ini ? Jelaskan !
a. a Z A d. i [ A
b. b Z A e. o [ A
c. c [ A I. e Z A

3. Nyatakan dengan kata-kata arti dari pernyataan berikut ini :
a. G g , g adalah mahasiswa matematika angkatan 2006 }
b. W w , w adalah rumah bercat putih }
c. T a, b, c }
d. Kuda Z k , k binatang berkuku genap }




Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 26
4. Nyatakan himpunan di bawah ini dengan kata-kata, kemudian nyatakan dengan
mendaItar anggotanya.
a. A x , x adalah huruI-huruI dalam kata 'sahabat }
b. B y , y 1 3 }
c. C w , w
2
9 }
d. D x , ( x 1 )
2
0 }
5. Tulislah dengan menggunakan notasi pembentuk himpunan
a. P Himpunan semua bilangan bulat
b. Q a, b, c, d, e }
c. R Himpunan negara-negara Asia Tenggara
d. T -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3 }

6. Buatlah lima buah himpunan kosong

7. Manakah yang merupakan himpunan Iinite ? Jelaskan !
a. A Himpunan bilangan asli kurang dari 100
b. B -10, -9, -8, . . . , n }
c. C Himpunan rambut yang tumbuh dikepalaku.
d. D y , y bilangan asli ganjil }
e. E Himpunan bilangan asli kelipatan 3
I. F Himpunan penduduk kota pontianak.


6.3. Relasi Antar Himpunan
6.3.1. Himpunan Bagian (Subset atau Relasi Inklusi)
DeIinisi 6.3.1.
Himpunan A dikatakan menfadi himpunan bagian (subset) dari himpunan B ,
dengan notasi 'A B`, fhf setiap anggota dari A menfadi anggota dari B.

A B jhj ( x ). x Z A x Z B

Contoh :
a. Misalkan A a, i, u } dan B a, u, e, i, o } , karena setiap anggota A
merupakan anggota B, maka A merupakan himpunan bagian (subset) dari B.
Sehingga dapat dinotasikan dengan A B.
Sebaliknya karena ada anggota B yaitu e dan o yang bukan merupakan anggota A,
maka B bukan himpunan bagian dari A, dinotasikan : B A.

b. G Himpunan semua bilangan bulat genap, dan Z himpunan semua bilangan bulat.
Maka G Z.

Ada beberapa buku yang membedakan antara subset dan proper subset (himpunan
Bagian sejati) Proper subset dideIinisikan sebagai berikut: Himpunan B adalah proper subset
dari A jika dan hanya jika ada sekurang-kurangnya satu anggota himpunan A yang tidak
menjadi anggota B. Notasi yang dipakai adalah 'B A. Dalam modul ini hanya digunakan
satu istilah saja yaitu ' subset ', sehingga notasi yang digunakan ' .
A subset dari B dapat juga dinotasikan dengan B A, dibaca 'B superset A atau ' B
memuat A.




Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 27



6.3.2. Kesamaan Dua Himpunan
DeIinisi 6.3.2.
Dua himpunan A dan B dikatakan 'sama` atau 'berimpitan`, dengan notasi A
B, fhf setiap anggota A menfadi anggota B dan sebaliknya.

A B jhj ( x ). x Z A x Z B

Perhatikan bahwa menurut deIinisi pernyataan biimplikasi dan deIinisi himpunan bagian,
maka kesamaan dua himpunan dapat dideIinisikan sebagai berikut:

A B jhj ( x ). (x Z A x Z B) (x Z B x Z A)
jhj A B B A

Contoh :
a. A a, b, c, d } dan B b, c, a, d }. Maka A B, karena setiap anggota A
menjadi anggota B dan setiap anggota B menjadi anggota A. Dengan demikian
urutan anggota dari dua himpunan tidak diperhatikan.

6.3.3. Himpunan Yang Berpotongan (Bersekutu)
DeIinisi 6.3.3.
Dua himpunan A dan B dikatakan berpotongan, dengan notasi A , fhf ada
anggota A yang bukan anggota B dan ada anggota B yang bukan anggota A.

Contoh :
a. C 1, 3, 5, 7, 9 } dan D 5, 7, 9, 11, 13 } adalah dua himpunan yang
berpotongan (bersekutu), karena ada anggota C yaitu 1 dan 3 yang bukan anggota D.

b. Misalkan E x , x
2
3 x 2 } dan F x , x
2
1 x 6 0 } . Maka E dan F
adalah dua himpunan yang berpotongan.


6.3.4. Himpunan Yang Lepas
DeIinisi 6.3.4.
Dua himpunan A dan B dikatakan lepas, dengan notasi A B, fhf kedua himpunan
itu tidak mempunyai elemen yang sama.

Contoh :
a. H Himpunan bilangan bulat positiI dan G Himpunan bilangan bulat negatiI
merupakan dua himpunan yang saling lepas.
b. V 1, 3, 5, 7, 9, . . . } dan W 2, 4, 6, 8, . . . } merupakan himpunan yang saling
lepas.
c. K Himpunan Bilangan Cacah dan L . . . , -3, -2, -1, 0 } merupakan himpunan
yang tidak saling lepas.

6.3.5. Himpunan Yang Ekuivalen
DeIinisi 6.3.5.1. (Bilangan Kardinal dari Himpunan Yang Berhingga (Finite)



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 28
Banyaknya anggota yang berbeda di dalam suatu himpunan A disebut bilangan
Kardinal himpunan A, ditulis n(A).

Contoh :
a. A 2, 4, 9, 16, 25 }, maka n(A) 5 ( dibaca : Bilangan Kardinal himpunan a
adalah 5)
b. B Himpunan nama-nama hari dalam seminggu , maka n(B) 7

DeIinisi 6.3.5.2. (Dua Himpunan Yang Ekuivalen)
Dua himpunan A dan B dikatakan ekuivalen, dengan notasi AC B, fhf banyak
anggota kedua himpunan itu sama.
Contoh :
a. P a, i, o } dan Q 10, 100, 1000 } merupakan dua himpunan yang ekuivalen
b. A 1, 2, 3 } dan B 2, 3, 1 } merupakan dua himpunan yang ekuivalen dan
sekaligus sama . Jadi A C B dan sekaligus A B

6.3.6. Diagram Venn Euler
Suatu cara yang sederhana dan mudah untuk menggambarkan relasi (hubungan) antara
dua himpunan adalah dengan menggunakan diagram Venn-Euler, yang biasa disebut
'Diagram Venn saja. Daerah di dalam kurva tertutup pada diagram ini mewakili obyek-
obyek atau anggota-anggota himpunan yang dimaksud. Bentuk kurva yang dipakai boleh
bermacam-macam, misalnya segitiga, segiempat, lingkaran, atau kurva tidak beraturan.
Biasanya untuk menyatakan himpunan semesta digunakan bentuk persegipanjang seperti
dibawah ini:

S S
B A

A B



A B A B



A B A B




A )( B A B

LATIHAN :
1. Jika F a, n, t, i }, berapa banyak himpunan bagian dari F ? Tulislah semua
himpunan bagian (subset) tersebut.

2. Diberikan P Himpunan semua bangun jajaran genjang pada bidang datar,
Q Himpunan semua bangun belah ketupat pada bidang datar,
R bujur sangkar pada bidang datar }, dan



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 29
T persegipanjang pada bidang datar}
a. Tentukan himpunan-himpunan mana yang menjadi subset-subset dari himpunan
yang lain
b. Tentukan diagram Venn untuk himpunan P, Q, R dan T

3. a. Apakah setiap himpunan mempunyai subset ? Jelaskan !
c. Apakah setiap himpunan mempunyai proper subset ? Jelaskan !

4. Manakah diantara himpunan-himpunan berikut ini yang merupakan himpunan yang
sama ?
a. A e, n, a, k }
b. B k, e, n, a }
c. C k, e, n, a, l }
d. D n, e, l, a, k }

5. Diantara himpunan-himpunan di bawah ini, pasangan-pasangan manakah yang
merupakan himpunan yang ekuivalen ?
a. A bilangan pada permukaan jam biasa } dan B bilangan pada aritmatika
jam duabelasan }
b. P x x
2
6 x - 8 } dan Q x ( x 2 )
2
0 }
c. C x x
2
4, x bilangan positiI } dan D x (x 2)
2
0 }
d. E 4, 5 } dan F y y 2 k 1 untuk k bilangan bulat }
e. K bilangan cacah kelipatan 2, 3, dan 5 } dan L k k bilangan cacah
kelipatan 10 }

6. Perhatikan diagram Venn-diagram Venn di bawah ini, kemudian untuk setiap diagram
Venn tentukan pernyataan mana yang cocok dengan memilih dari pernyataan-
pernyataan yang tersedia.
1. 2.
S S


A B B A



3. S 4. S

A B A
B



5. S

A
B


a. A dan B saling lepas d. A B



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 30
b. A B e. A B
c. A dan B tidak dapat dibandingkan I. A dan B berpotongan.

7. Nyatakan benar atau salahkah pernyataan-pernyataan berikut ini :
a. Setiap himpunan bagian dari himpunan Iinite merupakan himpunan Iinite juga
b. Setiap himpunan bagian dari himpunan inIinite merupakan himpunan inIinite juga.


6.4. Operasi Himpunan
6.4.1. Gabungan (Union)
DeIinisi 6.4.1.
-. Gabungan (Union) dari himpunan A dan B, dengan notasi A B, didefinisikan
sebagai himpunan yang anggota-anggota nya terdiri dari semua anggota yang
sekurang-kurangnya menfadi anggota dari salah satu himpunan A atau B.
Atau -. Gabungan (Union) dari himpunan A dan B, dengan notasi A B, didefinisikan
sebagai himpunan yang anggota-anggota nya semua anggota A atau B atau
kedua-duanya (dibaca A gabungan B).

A B x , x Z A . . x Z B }

Diagram Venn-nya :

S Bagian yang diarsir menunjukkan
hasil operasi A B
A B



Contoh :
a. P 2, 4, 6 } dan Q 1, 2, 3, 4 } , maka P Q 1, 2, 3, 4, 6 }
b. E a, i, u, e, o } dan F 1, 2, 3 } , maka E F a, i,u, e, o, 1, 2, 3 }
c. D 0 } dan C Himpunan semua bilangan bulat positiI , maka
C D Himpunan semua bilangan cacah.

6.4.2. Irisan (Interseksi)
DeIinisi 6.4.2.
Irisan (Interseksi) dari dua himpunan A dan B, dengan notasi A Y B, didefinisikan
sebagai himpunan yang anggota-anggotanya terdiri atas semua elemen yang
sekaligus berada dalam A maupun dalam B.

A Y B x , x Z A . . x Z B }

Diagram Venn-nya :

S Bagian yang diarsir menunjukkan
hasil operasi A Y B
A B






Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 31
Contoh :
a. P 2, 4, 6 } dan Q 1, 2, 3, 4 } , maka P Y Q 2, 4 }
b. E a, i, u, e, o } dan F 1, 2, 3 } , maka E Y F }
c. D 0 } dan C Himpunan semua bilangan bulat , maka C Y D 0 }.
6.4.3. Selisih Dua Himpunan (Difference)
DeIinisi 6.4.3.
Selisih dari dua himpunan A dan B, dengan notasi A B, didefinisikan sebagai
himpunan yang anggota-anggotanya terdiri dari semua anggota A yang tidak berada
dalam B.

A B x , x Z A . . x [ B }
Diagram Venn-nya :

S Bagian yang diarsir menunjukkan
hasil operasi A - B
A B



Contoh :
a. P 2, 4, 6 } dan Q 1, 2, 3, 4 } , maka P - Q 6 }
b. E a, i, u, e, o } dan F 1, 2, 3 } , maka E - F a, i, u, e, o }
c. D 0 } dan C Himpunan semua bilangan cacah , maka
C - D Himpunan semua bilangan asli.
D C }

6.4.4. Komplemen
DeIinisi 6.4.4.
Komplemen dari himpunan A, dengan notasi A
c
atau A, didefinisikan sebagai
selisih dari semsta pembicaraan S dengan A . Atau Himpunan yang anggota-
anggotanya terdiri dari semua anggota S yang tidak berada dalam A.

A
c
x , x Z S . . x [ A }
x , x [ A }

Diagram Venn-nya :

Bagian yang diarsir menunjukkan
hasil operasi A
c

A



Contoh : Jika diberikan S himpunan semua bilangan asli
a. P 2, 4, 6 } , maka P
c
1, 3, 5, 7, 8, 9, 10, . . . }
b. F 1, 2, 3 } , maka F
c
4, 5, 6, 7, . . . }
c. C Himpunan semua bilangan asli genap , maka
C
c
Himpunan semua bilangan asli ganjil.s




Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 32
6.4.5. Selisih Simetris (Symmetry Difference)
DeIinisi 6.4.5.
Selisih simetris dari himpunan A dan B, dengan notasi 'AB` , disefinisikan
sebagai himpunan yang anggota-anggotanya terdiri dari semua anggota A yang
tidak dalam B, beserta anggota-anggota B yang tidak dalam A.
Atau:
Himpunan yang anggota-anggotanya semua anggota AB yang tidak dalam AYB.

AB (AB) (AYB)
x , x Z(AB) . . x [ (AYB)


Diagram Venn-nya :

S Bagian yang diarsir
menunjukkan hasil operasi
AB.

A B

Contoh :
d. P 2, 4, 6 } dan Q 1, 2, 3, 4 } , maka PQ 1, 3, 6 }
e. E a, i, u, e, o } dan F 1, 2, 3 } , maka EF a, i, u, e, o, 1, 2, 3 }
I. D 0 } dan C Himpunan semua bilangan cacah , maka
CD Himpunan semua bilangan asli.
DC CD

6.4.6. Sifat-sifat Operasi Himpunan
Berdasarkan deIinisi dari Operasi Himpunan di atas, maka siIat-siIat berikut dipenuhi
untuk setiap himpunan A, B, C.
1. SiIat ReIleksiI, A A

2. SiIat Anti Simetris, A B & B A jhj A B

3. SiIat TransitiI, A B & B C A C

4. SiIat Idempoten, A Y A A dan A A A

5. SiIat KomutatiI, A Y B B Y A dan A B B A

6. SiIat AssosiatiI, (A Y B) Y C A Y (B Y C) dan
(A B) C A (B C)

7. SiIat DistributiI, A Y (B C) (A Y B) (A Y C) dan
A (B Y C) (A B) Y (A C)

8. SiIat De Morgan, (A Y B)
c
A
c
B
c
dan (A B)
c
A
c
Y B
c


9. SiIat Penyerapan (Absorpsi), A Y (A B) A ( A Y B) A



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 33

Beberapa rumus yang lain:
1. A (A B) dan B (A B)
2. (A Y B) A dan (A Y B) B
3. A C dan B C jhj (A B) C
4. C A dan C B jhj C (A Y B)
5. A B jhj A B B jhj A Y B A
6. ( A
c
)
c
A
7. X
c
S dan S
c
X
8. X A S
9. XY A X dan S Y A A
10. X A A dan S A S
11. A Y A
c
X dan A A
c
S
12. A B A Y B
c

13. A B A Y B
c
.. B Y A
c

14. A B B A
15. (A B) C A (B C)
16. A Y (B C) (A Y B) (A Y C)

Bukti siIat-siIat dan rumus-rumus diatas dapat langsung diturunkan dari deIinisinya
relasi inklusi (himpunan bagian) dan deIinisi operasi himpunan dengan menggunakan arti
kata-kata 'dan, 'atau seperti yang tertuang dalam tabel-tabel nilai kebenaran. Gunakan
diagram-diagram Venn untuk mengingat rumus-rumus di atas.

Contoh Soal :
Buktikan A B jhj B
c
A
c
.
Bukti :
( ) Ketentuan A B berarti untuk setiap x berlakulah xZA xZB. Dengan
kontraposisi x[B x[A . Ambil sebarang aZB
c
, maka a[B. Sehingga a[A,
yaitu aZA
c
. Terbukti aZB
c
aZA
c
yaitu B
c
A
c
.

( ) Jika B
c
A
c
maka untuk setiap a berlaku aZB
c
aZA
c
. Dengan
kontraposisi a[A
c
a[B
c
. Yaitu aZA aZB atau A B.

Atau dibuktikan dengan cara lain:
Karena A B maka A B B (rumus 5), sehingga (A B)
c
B
c
. Dengan siIat de
Morgan diperoleh A
c
Y B
c
B
c
. Dan dengan (rumus 5) diperoleh B
c
A
c
.
Dengan cara yang sama dapat dibuktikan B
c
A
c
A B.

LATIHAN :
1. Buktikan A B
c
jhj A Y B X.
2. Apabila A Y C B Y C dan A C B C maka A B.
3. Sederhanakanlah : A Y (A
c
B) . . B Y (B C) . . B
4. Berikan contoh suatu himpunan yang tidak kosong dengan siIat bahwa setiap
anggotanya adalah himpunan bagian dari himpunan itu.
5. Buktikan A B S jhj A
c
B.
6. Sederhanakanlah : B Y (A
c
B C) Y D Y (D B
c
)




Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 34
6.5. Pergandaan Himpunan
6.5.1. Pasangan Berurutan
Pada suatu himpunan bersahaja (plain set) urutan tidak diperhatikan. Sehingga
umpamanya a, b} b, a}. Perhatikan bahwa suatu elemen muncul satu kali saja sebagai
anggota suatu himpunan. Yaitu 'kartu keanggotaan diberikan satu kali saja. Maka ditulis a,
b} dan tidak a, a, b}.
Sebaliknya pada pasangan ber:r:tan, maka urutan diperhatikan dan anggota boleh
diulang. Pasangan-pasangan berurutan memang timbul didalam matematika. Ingat saja
Geometri Analitik Datar dimana ada titik-titik dengan koordinat (2, 2) , (5, 5) dst. Demikian
juga dapat dideIinisikan n-tupel berurutan. Umpamanya (a
1
, a
2
, . . . , a
n
) dengan urutan
diperhatikan. Untuk membedakan dengan himpunan, maka notasi pasangan berurutan
menggunakan kurung biasa.
Relasi kesamaan d:a n-t:pel ber:r:tan dideIinisikan sebagai berikut:
0DeIinisi 6.5.1.
(a
1
, a
2
, . . . , a
n
) (b
1
, b
2
, . . . , b
n
) fhf a
i
b
i
untuk setiap i 1, 2, 3, . . . , n.

6.5.2. Pergandaan Kartesius (Cartesian Product)
DeIinisi 6.5.2.
Hasil ganda Kartesius (Cartesian Product) A x B dari dua himpunan A dan B
dimaksud himpunan semua pasangan-pasangan berurutan (a, b) dengan aZ A dan
bZ B.

A x B (a, b) < aZ A & bZ B }
(a, b) Z A x B jhj aZ A dan bZ B

Apabila salah satu dari Iaktor-Iaktornya sama dengan X maka A x B X. Dalam
pergandaan Kartesius Iaktor-Iaktornya boleh sama, dan pergandaan Kartesius tidak terbatas
pada dua himpunan saja tetapi dapat diperluas untuk lebih dari dua himpunan.
Contoh :
Misalkan A 1, 2, 3} dan B a, b}, maka :
A x B (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b ) }
B x B (a, a), (a, b), (b, a), (b, b) }
B x B x B (a, a, a), (a, a, b), (a, b, b), (a, b, a), . . . , (b, b, b) }
Untuk menurunkan rumus-rumus dan menyelesaikan soal-soal tentang hasil ganda
Kartesius diperlukan beberapa Iakta, yaitu:
x < p(x) & q(x) } terdiri dari elemen-elemen x yang memenuhi syarat keanggotaan
memiliki siIat p dan sekaligus memiliki siIat q . Himpunan ini sama dengan interseksi
himpunan elemen-elemen yang memiliki siIat p saja dengan himpunan elemen-elemen yang
memiliki siIat q saja. Yaitu :
x < p(x) & q(x) } x < p(x) } Y x < q(x) }
Demikian juga
x < p(x) q(x) } x < p(x) } x < q(x) }

Rumus 1.
(A B) x C A x C . . B x C

Bukti :
(A B) x C (x, y) x Z (A B) . . x Z C}
(x, y) (x ZA . . x Z B) . . y Z C}



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 35
(x, y) (x ZA . . y ZC) . . (x ZB . . y Z C)}
(x, y) x ZA . . y ZC } Y (x, y) x ZB . . y Z C }
A x C . Y. B x C

Pada umumnya
(A x B) C (A C) x (B C)

LATIHAN :
1. Buktikan A ( B C ) ( A B ) Y ( A C )
2. Buktikan ( A Y B ) x ( C Y D ) ( A x C ) Y ( B x D )
3. Buktikan (A
1
A
2
) x (B
1
B
2
) A
1
x B
1
.. A
1
x B
2
.. A
2
x B
1
.. A
2
x B
2
.
4. Apabila A B dan C D maka : (A x D) Y (B x C) A x C.
5. Buktikan A x (B C) A x B .. A x C

6.6. Himpunan Kuasa, Keluarga Himpunan, Himpunan Indeks
6.6.1. Himpunan Kuasa
DeIinisi 6.6.1.
Himpunan Kuasa (Power Set) dari himpunan A , dengan notasi 2
A
, dimaksud
himpunan semua himpunan bagian dari himpunan A..

Perhatikan bahwa X maupun A sendiri merupakan himpunan bagian dari A, yang disebut
himpunan bagian tidak sejati dari A.
Contoh :
a. Jika diberikan A 1, 3, 5 }, himpunan
2
A
X, 1 }, 3 }, 5 }, 1, 3}, 1, 5}, 3, 5}, 1, 3, 5} }

Teorema 6.6.1.
Apabila A terdiri dari n anggota, dengan n suatu bilangan asli, maka banyaknya
anggota dari himpunan kuasa 2
A
adalah 2
n
.
Bukti :
Anggota Himpunan kuasa 2
A
terdiri dari :
1. Himpunan kosong X . Banyaknya 1
2. Himpunan-himpunan bagian terdiri dari satu elemen. Banyaknya C
1
n
.
3. Himpunan-himpunan bagian terdiri dari dua elemen. Banyaknya C
2
n

.
.
.
4. Himpunan-himpunan bagian terdiri dari n elemen. Banyaknya C
n
n
.
Sehingga banyaknya anggota himpunan kuasa 2
A
adalah :
n( 2
A
) 1 C
1
n
C
2
n
. . . C
n
n
2
n
.

6.6.2. Keluarga Himpunan (Family of Sets)
Definisi 6.6.2.
Keluarga himpunan (Family of Sets) adalah himpunan yang anggota-anggotanya
adalah himpunan-himpunan.
Contoh :
a. Himpunan kuasa dari A merupakan keluarga himpunan.



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 36
b. / A, B, C }
Untuk menyajikan anggota-anggota suatu keluarga himpunan diperlukan nama-nama dari
para anggotanya. Biasanya digunakan himpunan index I, yang tidak lain adalah himpunan
nama-nama, misal I 1, 2, 3 }. Maka A
i
}
I iZ
A
1
, A
2
, A
3
}.
Definisi 6.6.3.
Apabila himpunan index I -, ., , 0, 1, . . . } maka dengan
(Y
i
A
i
)
I iZ
A
-
Y A
.
Y A

Y A
0
Y A
1
Y . . .
(
i
A
i
)
I iZ
A
-
A
.
A

A
0
A
1
. . .

Teorema 6.6.2.1
Apabila I X maka (Y
i
A
i
)
I iZ
S dan (
i
A
i
)
I iZ
X .


Teorema 6.6.2.2.
(Y
i
A
i
)
C
I iZ
(
i
A
c
i
)
I iZ
dan (
i
A
i
)
c
I iZ
(Y
i
A
c
i
)
I iZ
yang disebut
generalized de Morgan Laws.

LATIHAN :
1. Tentukan himpunan kuasa dari
a. G a, b, c, d }
b. P a, c, d }}
c. Q X, X } }

2. Apabila himpunan indeks I -, ., , 0, 1, . . . }. Buktikan bahwa
(
i
A
i
)
c
I iZ
(Y
i
A
c
i
)
I iZ


3. Untuk setiap himpunan B dan setiap himpunan indeks I berlakulah
B (Y
i
A
i
)
I iZ
Y
i
( B A
i
)
I iZ
dan
B Y (
i
A
i
)
I iZ

i
(B Y A
i
)
I iZ






















Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 37
BAB VII
RELASI DAN FUNGSI

.1. Relasi.
Sebelum mendeIinisikan relasi secara matematis sebagai himpunan, maka pengertian
relasi untuk sementara, dibicarakan dengan menggunakan contoh-contoh dari logika sehari-
hari.
Misalkan ditentukan semesta pembicaraan S a, b, c, . . . }, maka relasi R
dinyatakan determinatiI pada S jhj untuk setiap a, b dalam S, kalimat a R b ( dibaca : 'a
berada dalam relasi R dengan b) mempunyai nilai benar atau salah.
Contoh :
Misalkan S adalah himpunan bilangan bulat. Maka relasi 'kelipatan adalah determinatiI
pada S. Sedangkan relasi 'mencintai tidaklah determinatiI, sebab kalimat '2 mencintai
200 ti dak mempunyai nilai benar, salah pun tidak karena ingkarannya juga tidak benar.
Relasi yang akan dibicarakan dalam bab ini adalah relasi-relasi yang determinatiI.
Relasi yang menyangkut dua anggota disebut relasi biner, dengan notasi "a#b" atau
#a,b) dibaca "a berada dalam relasi # dengan b" atau " a berelasi dengan b ". Apabila
"a tidak berada dalam relasi # dengan b" atau " a tidak berelasi dengan b ", maka hal
ini dinyatakan dengan notasi 'a # b atau 'II

. Apabila menyangkut tiga anggota maka


relasinya disebut triadik. Misalnya, apabila semesta himpunan orang-orang, maka kalimat '
Doni irihati pada Joko karena sikap sijelita Siti ' menyajikan relasi triadik yang dapat
dinyatakan dengan notasi R(D, J, S). Dalam matematika operasi biner penjumlahan dapat
dipandang sebagai relasi triadik, misal '3 4 7 dapat disajikan sebagai 'R(3, 4, 7),
sedangkan 3 4 8 dapat dinotasikan dengan {%{

yaitu 3, 4, 8 (urutan diperhatikan)


tidak berada dalam relasi penjumlahan.
Dalam matematika abstrak, orang berbicara tentang elemen-elemen kosong dari arti
(devoid oI content undeIined elements). Sehingga cara di atas, yaitu menentukan determinatiI
atau tidaknya suatu relasi yaitu relasi yang dideIinisikan merupakan kalimat deklaratiI atau
tidak, tidak dapat dipakai. Untuk itulah para matematici mendeIinisikan relasi dengan deIinisi
sebagai berikut :

Definisi .1.1.
ika A dan B adalah himpunan sebarang maka suatu relasi R dari A ke B
adalah sebarang subset dari AxB.

Dengan deIinisi di atas maka a R b dan (a, b) [ R adalah ekuivalen.
Himpunan A dan B tidak harus berbeda, sehingga deIinisi relasi dapat diberlakukan pada
satu himpunan saja, menjadi:

Definisi .1.1`.
Suatu relasi biner R pada A didefinisikan sebagai himpunan bagian (subset) dari
AxA. Relasi ternair pada A disefinisikan sebagai himpunan bagian dari AxAxA.

.2. Macam-macam Relasi
Definisi .2.1.a
Relasi R disebut refleksif fhf untuk setiap a dari semesta S berlakulah a R a.


Definisi .2.1.b.
R reIleksiI jhj ( a S{. a R a



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 38
Relasi R disebut non-refleksif fhf ada sekurang-kurangnya satu a dari semesta S
yang tidak berada dalam relasi R dengan diri sendiri.

R non-reIleksiI jhj ( a Z S ). II



Definisi .2.1.c.
Relasi R disebut irrefleksif fhf untuk setiap a dari semesta S berlakulah a tidak
berelasi dengan diri snediri.

R irreIleksiI jhj (

a Z S ). a R a

Contoh :
a. Jika S himpunan orang-orang , maka relasi mencintai adalah reIleksiI , sebab setiap
orang mencintai diri sendiri.
b. Relasi 'menguasai diri pada orang-orang , merupakan relasi non-reIleksiI.
c. Relasi ' ~ ' pada bilangan-bilangan., merupakan relasi irreIleksiI.

Definisi .2.2.a.
Relasi R disebut simetris fhf untuk setiap a, b dari semesta S berlaku
a R b b R a.

R simetris jhj ( a, b Z S). a R b b R a


Definisi .2.2.b.
Relasi R disebut non-simetris fhf ada sekurang-kurangnya satu pasang ( a, b)
dengan a R b danII

.

R non-simetris jhj ( (a, b)). a R b . &. b R a

Definisi .2.2.c.
Relasi R disebut a-simetris fhf untuk setiap a, b dari semesta S berlaku
a R b b R a.

R a-simetris jhj ( a, b Z S). a R b b R a

Definisi .2.2.d.
Relasi R disebut anti-simetris fhf untuk setiap a, b dari semesta S berlaku
a R b & b R a a b .

R anti-simetris jhj ( a, b Z S). a R b & b R a a b

Contoh :
a. Relasi ' kesejajaran antara garis-garis lurus adalah simetris
b. Relasi 'mencintai antara orang-orang adalah non-simetris
c. Relasi ' ~ ' antara bilangan-bilangan adalah a-simetris
d. Relasi ' ' antara himpunan-himpunan adalah anti-simetris.

Definisi .2.3.a.



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 39
Relasi R disebut Transitif fhf untuk setiap triple a, b, c dari semesta S berlakulah,
apabila a R b dan b R c maka a R c.

R transitiI jhj ( a, b, c Z S). a R b & b R c a R c

Definisi .2.3.b.
Relasi R disebut non-transitif fhf ada sekurang-kurangnya satu triple a, b, c dari
semesta S dengan a R b dan b R c tetapi II

.

R non-transitiI jhj ( a, b, c Z S). a R b & b R c . & . II



Definisi .2.3.c.
Relasi R disebut in-transitif fhf untuk setiap triple a, b, c dari semesta S
berlakulah, apabila a R b dan b R c pastilah II

.

R in-transitiI jhj ( a, b, c Z S). a R b & b R c a R c

Contoh :

a. Relasi ' kesejajaran antara garis-garis lurus adalah transitiI
b. Relasi 'mencintai antara orang-orang adalah non-transitiI
c. Relasi ' tegaklurus ' antara garis-garis di bidang datar adalah in-transitiI.

Definisi .2.4.
Relasi R disebut relasi ekuivalensi fhf relasi R sekaligus meruapakan relasi
refleksif, simetris dan transitif.

Dalam matematika relasi ekuivalensi memegang peranan yang sangat penting. Banyak
sekali relasi merupakan relasi ekuivalensi, misalnya relasi kesejajaran antara garis-garis lurus,
relasi kesebangunan bentuk-bentuk geometri, dsb.

Contoh :
Apabila semesta pembicaraan adalah S himpunan semua bilangan bulat Z. Relasi
kongruensi antara anggota-anggotanya dideIinisikan demikian :

Definisi .2.5.
isalkan S ] a, b, c, . . . } adalah himpunan bilangan-bilangan bulat. aka
dikatakan bahwa a kongruen b modulo m ( m . bilangan asli ), dengan notasi ' a
b (mod m)` fhf a b adalah kelipatan dari m.

a b (mod m) jhj a b k m ( k 0, I 1, I 2, . . . )

SiIat reIleksiI dipenuhi, sebab a a 0 0 m , sehingga a a (mod m).
SiIat Simetris dipenuhi, sebab jika a b k m maka b a - k m, sehingga a b (mod m)
maka b a (mod m).
Akibatnya siIat TransitiI juga dipenuhi, sebab jika diketahui a b k m dan b c l m
maka dengan menjumlahkan didapat a c ( k l ) m . Sehingga terbukti :
a b (mod m) dan b c (mod m) maka a c (mod m).
Teorema .2.1.



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 40
Suatu relasi ekuivalensi antara anggota-anggota semesta S , mengakibatkan adanya
penggolongan (partitioning) di dalam S.

Penggolangan di dalam S dimaksud, bahwa S terbagi atas himpunan-himpunan
bagian (golongan, kelas) masing-masing

dan yang saling asing , sedemikian sehingga


setiap anggota dari S berada dalam satu dan hanya satu himpunan bagian (golongan, kelas)
dari S. Kelas-kelas atau golongan-golongan itu disebut kelas-kelas ekuivalensi . Kelas-kelas
ekuivalensi disajikan dengan notasi I, I

, dst, dengan I memuat elemen a dst. Keluarga


himpunan

yang mempunyai kelas-kelas I, I

, dst sebagai anggota disebut himp:nan


:osen.

Teorema .2.2.
Apabila dalam semesta S terdapat suatu penggolongan sedemikian sehingga setiap
anggota berada dalam satu kelas dengan kelas-kelas itu saling asing, maka sekurang-
kurangnya ada satu relasi R yang mengakibatkan penggolongan tadi.

.3. Integers Reduced Modulo m.
Misalkan semesta Z himpunan semua bilangan bulat. Telah dibuktikan bahwa relasi
kongruensi antara bilangan-bilangan bulat adalah relasi ekuivalensi, maka akan terjadi
penggolongan pada Z. Misalkan diambil relasi kongruensi modulo 3. Akan ditentukan kelas-
kelas ekuivalensi sbb :
Ditentukan kelas yang memuat 0 disajikan dengan

, yaitu :

x < x 0 (mod 3) , x Z Z }
x < x 0 3 k , k 0, I 1, I 2, . . . }
x < x 3 k , k 0, I 1, I 2, . . . }
x < x 0, I 3, I 6, . . . }
Ditentukan kelas yang memuat 1 disajikan dengan

, yaitu :

x < x 1 (mod 3) , x Z Z }
x < x 1 3 k , k 0, I 1, I 2, . . . }
x < x 3 k 1 , k 0, I 1, I 2, . . . }
x < x 0 1, I 3 1 , I 6 1 , . . . }
. . . , -5, -2, 1, 4, 7, . . . }
Ditentukan kelas yang memuat 2 disajikan dengan

, yaitu :

x < x 2 (mod 3) , x Z Z }
x < x 2 3 k , k 0, I 1, I 2, . . . }
x < x 3 k 2 , k 0, I 1, I 2, . . . }
x < x 0 2, I 3 2 , I 6 2 , . . . }
. . . , -4, -1, 2, 5, 8, . . . }
Ditentukan kelas yang memuat 3 disajikan dengan

, yaitu :

x < x 3 (mod 3) , x Z Z }
x < x 3 3 k , k 0, I 1, I 2, . . . }
x < x 3 (k 1) , k 0, I 1, I 2, . . . }
. . . , -9, -6, -3, 0, 3, . . . }


Jika proses ini dikerjakan terus baik untuk bilangan positiI maupun negatiI, akan diperoleh:

. . . ;

. . . ;

. . .
Dengan mengambil bilangan bulat positiI sebagai wakil maka himpunan integers reduced
modulo 3 adalah Z
3
, 1, 2 }.



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 41

Pada umumnya himpunan integers reduced modulo m disajikan dengan Z
m
, yaitu
Z
m
0 , 1, 2 , . . . , 1 m }.


.4. Pergandaan Relasi
Jika R dan T suatu relasi pada semesta S, maka R dan S merupakan himpunan
bagian dari SxS. Akibatnya kita dapat berbicara tentang R T , T R , R T , R Y T,
dan R
c
dengan R
c
tidak lain adalah S x S R.
Apabila R dan T adalah relasi-relasi pada S, maka dengan hasil ganda RT
dimaksud relasi pada S yang dideIinisikan sbb:

Definisi .4.
( a, b ) Z RT fhf ada c Z S dengan ( a, c ) Z R dan ( c, b ) Z T.

( a, b ) Z RT jhj ( c Z S ). ( a, c ) Z R .&. ( c, b ) Z T


Teorema .4.
Pergandaan dua relasi memenuhi sifat assosiatif. Yaitu untuk setiap relasi P, R, T
berlaku ( P R ) T P ( R T )

.5. Relasi Invers, Relasi Identitas dan Relasi Kosong
Jika R adalah relasi dari A ke B, yaitu R A x B maka domain D (daerah asal)
dari relasi R adalah himpunan dari semua anggota pertama pasangan berurutan anggota R,
yaitu D a < a Z A , (a, b) Z R }. Sedangkan range F (daerah kawan) dari relasi R terdiri
dari semua anggota kedua pasangan berurutan anggota R, yaitu F b < b Z B , (a, b) Z R }.
Domain relasi R dari A ke B adalah subset dari A dan rangenya adalah subset
dari B.

Definisi .5.1.
Relasi invers R
-1
dari relasi R dimaksud himpunan pasangan-pasangan ( b, a )
sedemikian sehingga ( a, b ) Z R.

R
-1
( b , a ) < ( a, b ) Z R }

Definisi .5.2.
Relasi identitas, dengan notasi S atau E, dimaksud himpunan semua pasangan-
pasangan ( a, a ) dengan aZ S.

E ( a , a ) < a Z S }

Jadi ( a, b ) Z E jhj a b

Definisi .5.3.
Relasi kosong, dengan notasi O, dimaksud himpunan kosong X subset dari S x S.

Teorema .5.1.



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 42
Apabila P, T dan R
i
( i berjalan pada indeks set I ) merupakan relasi-relasi pada S
maka berlakulah :
( P T )
-1
T
-1
P
-1

( Y
i
R
i
)
-1
Y
i
R
i
-1

(
i
R
i
)
-1

i
R
i
-1


Teorema .5.2.
Relasi R refleksif fhf E R
Relasi R simetris fhf R
-1
R
Relasi R transitif fhf RR R.

Teorema .5.3.
Suatu relasi ekuivalensi R pada S membagi semesta S atas himpunan-himpunan
bagian yang saling asing.

LATIHAN :
1. Buatlah contoh relasi yang :
a. ReIleksiI dan simetris tapi tidak transitiI
b. ReIleksiI dan transitiI tapi tidak simetris

2. Suatu relasi R disebut berlingkar jhj untuk setiap a, b dan c dari S berlaku a R b
dan b R c maka c R a. Buktikan bahwa R merupakan relasi ekuivalensi jhj R
reIleksiI dan berlingkar.

3. Diberikan semesta pembicaraan Z himpunan semua bilangan bulat. Relasi R
dideIinisikan pada Z dengan rumus : a R b jhj a
2
a b
2
b .
Buktikan bahwa relasi R merupakan relasi ekuivalensi dan tentukan kelas-kelas
ekuivalensinya.

4. Diketahui G 3, 4, 5 } dan relasi-relasi berikut ini ditentukan pada D :
a. R
1
(3, 3), (4, 5), (5, 4) }
b. R
2
(3, 4), (4, 3), (5, 5), (5, 3), (4, 5) }
c. R
3
(4, 4) }
d. R
4
(5, 3) }
e. R
5
(3, 4), (4, 4), (5, 5), (4, 3) }
I. R
6
(3, 4), (4, 4), (5, 5), (4, 3), (5, 3) }
g. R
7
D x D
Manakah di antara relasi di atas yang merupakan relasi simetris, non simetris,
asimetris, atau antisimetris ?
Manakah diantara relasi di atas yang merupakan relasi transitiI, nontransitiI atau
intransitiI.

5. Buktikan bahwa jika R adalah relasi simetris dan R` juga relasi simetris pada
himpunan S, maka R Y R` adalah relasi simetris pada himpunan S.

6. R dan R` adalah relasi pada himpunan bilangan real. R dan R` masing-masing
dideIinisikan sebagai ' y K x
2
' dan ' y A x 2 '
a. Lukislah relasi R Y R` pada bidang koordinat Cartesius
b. Tentukan domain dan range dari R Y R` .



Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 43
.6. Fungsi atau Pemetaan (Mapping)
Dalam bagian ini akan dideIinisikan salah satu konsep yang amat penting dalam
matematika, yaitu konsep Iungsi atau pemetaan.

.6.1. Pengertian Fungsi
Definsi .6.1.
Suatu fungsi dari himpunan S ke T adalah suatu aturan yang pada setiap s Z S
dengan tunggal menentukan satu t Z T.
Atau :
Suatu fungsi dari himpunan S ke T adalah suatu aturan yang memasangkan setiap
anggota S dengan tepat satu anggota T

Dalam deIinisi diatas Iungsi dideIinisikan sebagai suatu relasi khusus sedemikian
sehingga tidak ada dua anggota yang berbeda dalam T memiliki kawan yang sama di S, dan
setiap elemen dalam S mempunyai kawan di T. Hal-hal seperti ini tidak perlu berlaku untuk
suatu relasi umum. Fungsi biasanya diberi nama dengan huruI kecil seperti I, g, h dan
sebagainya.
Suatu Iungsi I dari S ke T disajikan dengan notasi :
I : S PF P T
s I(s)
Himpunan S disebut domain (daerah asal) dari I . Sedangkan T disebut Kodomain (daerah
kawan) dari Iungsi I . Kawan s dalam T yang tunggal disebut bayangannya (imagenya)
elemen s , dan disajikan dengan I( s ) atau I s .
Jika I Iungsi dari S ke T, tidak perlu setiap elemen t Z T mempunyai kawan di S,
dan apabila mempunyai kawan tidak perlu tunggal. Oleh karena itu suatu Iungsi I dari S ke
T dapat juga dideIinisikan dengan menggunakan notasi logika sebagai berikut:

Definisi .6.1`.

I : S PF P T jhj ( s Z S ) ( t Z T ). I ( s ) t


Contoh :
a. Diberikan A D
1
, D
2
, D
3
, D
4
} adalah himpunan dadu-dadu, dan B 1, 2, 3, 4,
5, 6 }. Setiap 'lemparan menghasilkan suatu Iungsi I : A PF P B . Umpama dadu
D
1
dilempar muncul muka 3 , maka D
1
3 dst.

b. Misalkan R himpunan semua bilangan real . suatu aturan pengawanan
I : R PF P R yang dirumuskan dengan I ( x ) x
2
untuk setiap x Z R, merupakan
suatu Iungsi dari R ke R.

Sebagaimana dengan suatu relasi, maka Iungsi I yang merupakan suatu relasi khusus,
maka Iungsi I : S PF P T dapat juga dipandang sebagai himpunan bagian dari SxT , akan
tetapi yang memenuhi siIat-siIat tertentu. Sehingga Iungsi dapat juga dideIinisikan sebagai
subset dari SxT sebagai berikut:







Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 44
Definisi .6.1``.
Himpunan bagian f SxT disebut fungsi dari S ke T, dengan notasif . S PF P T
hf dipenuhi syarat .
a. Untuk semua s Z S ada t Z T sedemikian sehingga (s, t) Z f .
b. Apabila ( s, t
1
) dan ( s, t
2
) keduanya dalam f maka t
1
t
2
.

.6.2. Fungsi Yang Sama
Definisi .6.2.
ika f dan g adalah fungsi yang didefinisikan pada domain S yang sama, maka
fungsi f dan g dikatakan sama, dengan notasi ' f g ', fhf f ( s ) g ( s ) untuk
setiap s Z S .

Dengan kata lain :
Dua fungsi f dan g dikatakan sama fhf f dan g mempunyai domain yang sama
dan f ( x ) g ( x ) untuk semua x dalam domain yang bersangkutan.

Contoh :
a. I : R PF P R dan g : R PF P R dengan R himpunan semua bilangan real.
Fungsi I dan g dideIinisikan sebagai berikut: I ( x ) x
2
dan g ( y ) y
2
. Fungsi
I dan g merupakan Iungsi yang sama, karena domain sama dan rumus Iungsinya
sama.

b. I : R PF P R dideIinisikan dengan rumus I ( x ) x
2
dan g : K PF P K
dideIinisikan g ( x ) x
2
dengan K himpunan semua bilangan kompleks.
Jelas I g , karena domainnya tidak sama.

.6.3. Bayangan dan Bayangan Invers, Rumus-Rumus.
Misalkan I : S PF P T, dan A S . Maka I ( A ) disebut himpunan semua
bayangan-bayangan (images) dari anggota-anggota himpunan A. I ( A ) disebut range dari
Iungsi I . Jadi :
I ( A ) I ( s ) Z T < s Z S } t < ( s Z S) . I ( s ) t }


Bayang invers (inverse image) dari elemen t Z T dimaksud himpunan semua s Z S
yang dibawa ke t , yaitu himpunan semua s Z S sedemikian sehingga I ( s ) t . Jadi :

I
-1
( t ) s Z S < I ( s ) t Z T } s < I ( s ) t }

Perhatikan bahwa pada umumnya I
-1
( t ) merupakan suatu himpunan, sehingga I
-1
bukanlah
Iungsi dari T ke S. Apabila M T maka I
-1
( M ) adalah himpunan semua bayangan-
bayangan invers dari anggota-anggota M. Jadi bayangan invers dari M adalah :

I
-1
( M ) s I ( s ) Z M }

Rumus .6.3.1.
A B I ( A ) I ( B )
M N I
-1
( M ) I
-1
( N )




Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 45
Rumus .6.3.2.
A I
-1
( I ( A ) )
I ( I
-1
( M ) ) M
I
-1
I I
-1
( M ) I
-1
( M )

Rumus .6.3.3.
I ( A B ) I ( A ) I ( B )
I ( A Y B ) I ( A ) Y I ( B )


.. Fungsi Surjektif, Injektif, dan Bijektif
Biasanya Iungsi I : S PF P T tidak menghabiskan himpunan T, yaitu ada t Z T
yang tidak mempunyai prapeta di S. Apabila semua elemen di T mempunyai prapeta di S
Iungsi tersebut diberi nama khusus yaitu Iungsi SurjektiI (Iungsi pada atau onto). Sehingga
Iungsi surjektiI dapat dideIinisikan sebagai berikut:

Definisi ..1.
Fungsi I : S PF P T surfektif fhf ( t Z T ) ( s Z S ) . I ( s ) t
fhf I ( S ) T
fhf I
-1
( t ) Xuntuk semua t Z T

Demikian juga pada Iungsi I : S PF P T suatu anggota t Z T mungkin mempunyai
lebih dari satu prapeta (kawan) di S. Apabila setiap t Z T tepat mempunyai satu prapeta di
S atau sama sekali tidak mempunyai kawan di S maka I disebut Iungsi injektiI (Iungsi
satu-satu atau one to one). Sehingga Iungsi injektiI dapat dideIinisikan sebagai berikut:

Definisi ..2.
Fungsi I : S PF P T infektif fhf ( s
s
, s
2
Z S ). I ( s
1
) I ( s
2
) s
1
s
2

fhf ( s
s
, s
2
Z S ). s
1
s
2
I ( s
1
) I ( s
2
)
fhf I
-1
( t ) Xatau merupakan singleton.

Suatu Singleton adalah himpunan yang mempunyai tepat satu anggota.
Untuk memudahkan dalam mengingat deIinisi Iungsi dan Iungsi injektiI dapat digunakan
diagram anak panah berikut ini :

I ( s
1
) s
1


s
1
s
2
I ( s
1
) I ( s
2
)

I ( s
2
) s
2

Setiap Fungsi Fungsi injektiI

Pada setiap Iungsi berlaku ( s
s
, s
2
Z S ). s
1
s
2
I ( s
1
) I ( s
2
) , dan
pada Iungsi injektiI berlaku ( s
s
, s
2
Z S ). I ( s
1
) I ( s
2
) s
1
s
2


Definisi ..3.
Fungsi I : S PF P T merupakan fungsi bifektif fhf fungsi tersebut sekaligus
merupakan fungsi surfektif dan infektif .




Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 46
Pada Iungsi I : S PF P T yang bijektiI ada korespondensi satu-satu antara anggota-
anggota S dengan anggota-anggota T, yang dinotasikan sebagai : S T.
Untuk membuktikan bahwa S T, harus ditunjukkan adanya Iungsi I yang bijektiI .
Atau dengan cara :
Mencari suatu aturan yang mengawankan setiap anggota S dengan tepat satu anggota T dan
sebaliknya mencari suatu aturan yang mengawankan setiap anggota T dengan tepat satu
anggota S, sedemikian sehingga aturan kedua merupakan invers (kebalikan) dari aturan yang
pertama.
Apabila I : S PF P T suatu Iungsi, pada umumnya I
-1
bukanlah suatu Iungsi dari
T ke S. Akan tetapi apabila I bijektiI maka I
-1
merupakan Iungsi dari T ke S, yang
disebut Iungsi invers dari I .
Apabila I surjektiI maka berlakulah I I
-1
( T ) T.

Contoh :
a. Misalkan S himpunan semua bilangan cacah, T himpunan semua bilangan bulat .
Fungsi I : s lPF s 1 I (s) adalah Iungsi yang injektiI tetapi tidak surjektiI.

b. Misalkan S T Z . Fungsi I : S PF P T dideIinisikan dengan rumus :
0 , jika n ganjil
( n Z S ). I( n )
2
n
, jika n genap
Maka I adalah Iungsi yang surjektiI , tapi tidak injektiI.

c. Jika S himpunan semua bilangan real positiI, T himpunan semua bilangan real.
Fungsi I : S PF P T dengan I ( s ) log s merupakan Iungsi yang bijektiI.


.8. Pergandaan Fungsi
Untuk dua Iungsi I dan g dideIinisikan pergandaan Iungsi yang dikenal dengan
istilah komposisi Iungsi, sebagai berikut :

Definisi .8.1.
Fungsi f dari S ke T , dan fungsi g dari T ke U . f dan g dapat digandakan
(dikomposisikan) , dengan notasi g 3f , fhf kodomain dari f domain dari g dan
(g 3f)( x ) g ( f ( x )) untuk setiap x Z S .

S PF P
f
T PF P
g
U

s lPF I ( s ) lPF g ( I ( s ))

Sehingga g 3I : S PF P U atau biasa disingkat g I : S PF P U.

Teorema .8.1.
ika pergandaan (komposisi) masing-masing dapat dikerfakan maka pergandaan
(komposisi) fungsi memenuhi sifat assosiatif, yaitu berlakulah
(g 3I ) 3h g 3(I 3h)




Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 47
SiIat komutatiI tidak berlaku secara umum dalam pergandaan Iungsi.

.9. Penjumlahan Fungsi
Dalam aljabar bilangan dan cabang-cabang aljabar yang lain sering dideIinisikan
operasi penjumlahan, dalam bagian ini dibahas penjumlahan dua Iungsi I dan g dari S ke
T sebagai berikut :

Definisi .9.
Dua fungsi f dan g dari S ke T difumlah dengan rumus didefinisikan sebagai
berikut : (I g)( x ) I ( x ) g ( x ) dengan x Z S.

SiIat-siIat dari penjumlahan diserahkan pada cabang aljabar yang bersangkutan.

LATIHAN :
1. Ditentukan S himpunan semua bilangan real antara 0 dan 1 . T himpunan
semua bilangan real . suatu aturan pengawanan I dari S ke T dirumuskan dengan I
( x )
x
x
1
dengan x Z S .
a. Selidiki apakah aturan pengawanan tersebut merupakan Iungsi dari S ke T .
b. Jika Iungsi apakah merupakan Iungsi yang bijektiI ?

2. S himpunan semua bilangan real . T himpunan semua bilangan real antara 0 dan
1 . Suatu aturan pengawanan I dari S ke T dirumuskan dengan
I ( x )
x
x
e
e
1
dengan x Z S . Buktikan I merupakan Iungsi yang bijektiI .
Tentukan juga Iungsi inversnya.

3. Jika S T himpunan semua bilangan-bilangan real. Apakah aturan pengawanan
s Z S lPF s
2
Z T merupakan Iungsi ? Jika Iungsi apakah merupakan Iungsi
surjektiI atau Iungsi injektiI.

4. Tentukan daerah hasil (range) dari aturan pengawanan yang ada pada soal no 1.

5. Diberikan R himpunan semua bilangan real. Selidiki apakah Iungsi g : R PF P R
dengan rumus I ( s ) s
3
merupakan Iungsi surjektiI atau injektiI !

6. S suatu himpunan sebarang. T t } . Perkawanan s Z S dengan ( s, t ) Z S x T
merupakan Iungsi yang bijektiI. Buktikan !














Tcnvivi[vn ^vcnvi[v IT^1T/ I)1T +)I/) 48
DAFTAR PUSTAKA

Thomas, Norman L., 1967, odern Logic, New York, Barnes & Noble, Inc.

Soehakso, 1990, Pengantar atematika odern, Yogyakarta, FMIPA UGM.

Soesianto F. dan Djoni Dwijono, 2003, Logika Proposisional, Yogyakarta, Penerbit Andi.

Theresia M.H. dan Tirta Seputro, 1989, Pengantar asar atematika, Jakarta, DIKTI.

Yaya S.K., 1986, Logika atematika lementer, Bandung, Penerbit Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai