Anda di halaman 1dari 28

LOGIKA

MATEMATIKA

- Ekosistem merupakan salah satu Himpunan yang


ada di Alam Semesta -

DISUSUN OLEH:

ADI SATRIO ARDIANSYAH, S.Pd, M.Pd


LOGIKA METAMETIKA

1. Proposisi (Pernyataan) Elementer


Perhatikan kalimat pada contoh 8.1 di bawah ini.
1) Semarang Ibu Kota Jawa Tengah
2) a faktor dari 6
3) Dua adalah bilangan ganjil
4) Mudah-mudahan lulus ujian
5) 2+ 6 = 8
6) x faktor dari 5
7) 5 + 4 < 7
8) Selesaikan soal di bawah
9) x + 5 = 9
10) x - 2 < 7
Kalimat pada contoh 8.1 yang merupakan pernyataan adalah 1, 3, 5, dan 7 sebab
kalimat tersebut sudah dapat ditentukan nilai kebenarannya (benar atau salah). Nilai
kebenaran pernyataan di atas berturut-turut: benar, salah, dan salah.
Definisi 8.1
Pernyataan adalah kalimat yang sudah dapat ditentukan nilai kebenarannya
(benar atau salah).
Pernyataan pada contoh 8.1 sering disebut pernyataan elementer dan selanjutnya
dinyatakan dengan simbol p, q, r, s, dan seterusnya.

2. Proposisi Komposit
Misalkan p, q masing-masing proposisi elementer, maka proposisi berikut ini
merupakan proposisi komposit.
Proposisi Komposit Dibaca Disebut
p⋀q p dan q Konjungsi
pvq p atau q Disjungsi
p→q jika p maka q Implikasi
p↔q p jika dan hanya jika q Biimplikasi
̅ ingkaran p Negasi

Jadi dapat disimpulkan bahwa


Definisi 8.2
Proposisi komposit adalah proposisi yang memuat perangkai

Ada lima perangkai, yaitu: ∧,∨, →, ↔, dan −.


3. Nilai Kebenaran Proposisi Komposit
p q p∧q p∨q p→q p↔q -p
T T T T T T F
T F F T F F F
F T F T T F T
F F F F T T T

Contoh 8.2
Diketahui proposisi elementer:
p : Tidak ada segitiga sama kaki yang tumpul
q : Fungsi identitas merupakan fungsi satu-satu
r : Ada belah ketupat yang merupakan persegi panjang.
Tentukan nilai kebenaran dari proposisi di bawah ini:
a. p, q, dan r g . (p∧q)∨r
b. q∧r h. p → q
c. q∨r i. q∨(q ∧ r)
d. p→r j. ∼ (p ↔ q)
e. q→p k. (p→q)→r
f. p→q l. (p∨q)→r
Penyelesaian:
a. F, T, dan T e. … i. …
b. F f. … j. …
c. T g. … k. …
d. … h. … l. …
Catatan:
Proposisi komposit dapat dibentuk dari tiga proposisi elementer p, q, dan q atau dari n
buah proposisi elementer p 1 , p 2 , p 3 , …, p n .

4. Tabel Kebenaran
Ada dua cara untuk membuat tabel kebenaran dari proposisi komposit.
Contoh 8.3
Buatlah tabel kebenaran proposisi di bawah ini.
a. p→(p∧ q) c. p∧(p ∨ q)
b . ( p∧q) →p d. (p∧q)→r
Penyelesaian:
a. cara I cara II
p → (p ∧ q) p Q p∧q p→(p∧q)
T T T T T T T T T
T F T F F T F F F
F T F F T F T F T
F T F F F F F F T
1 3 1 2 1
b. Cara I Cara II
p q p∧q (p∧q)→p
(P ∧ q) → P
T T T T T T T T T
T F F T T F F T T
F T F T F F T T F
F F F T F F F T F
1 2 1 3 1

c. Cara I Cara II
p q p∨q (p ∨ q) p∧(p ∨ q) p ∧ ∼ (p ∨ q)
T T T F F T F F T T T
T F T F F T F F T T F
F T T F F F F F F T T
F F T F F F
F F F T F 1 4 3 1 2 1

d. Cara I Cara II
p q r p∧q (p∧q)→r (p ∧ q) → r
T T T T T T T T T T
T T F T F T T T F F
T F T F T T F F T T
T F F F T T F F T F
F T T F T F F T T T
F T F F T F F T T F
F F T F T F F F T T
F F F F T F F F T F
1 2 1 3 1

Catatan:
Hubungan antara banyaknya proposisi elementer dengan banyaknya baris pada tabel
kebenaran proposisi komposit adalah sebagai berikut.
Banyaknya Banyaknya baris
proposisi elementer pada tabel
2 4 = 22
3 8 = 23
4 16 = 24
. .
n 2n

5. Tautologi, Kontradiksi, dan Kontingensi


Perhatikan contoh 8.3 b.
Proposisi (p∧q)⇒p selalu bernilai benar untuk setiap nilai kebenaran dari proposisi
elementernya. Proposisi tersebut disebut tautologi.
Definisi 8.3
Tautologi adalah proposisi komposit yang selalu bernilai benar untuk setiap nilai
kebenaran dari proposisi elementernya.
Perhatikan contoh 8.3 c.
Proposisi p∧(p∨q) selalu bernilai salah untuk setiap nilai kebenaran dari proposisi
elementernya. Proposisi tersebut disebut kontradiksi.

Definisi 8.4
Kontradiksi adalah proposisi komposit yang selalu bernilai salah untuk setiap nilai
kebenaran dari proposisi elementernya.
Perhatikan contoh 8.3 a dan d.
Proposisi p→(p∧q) dan (p∧q)→r masing-masing bukan tautologi dan kontradiksi.
Proposisi tersebut disebut kontingensi.

Definisi 8.5
Kontingensi adalah proposisi komposit yang bukan tautologi dan kontradiksi.

6. Implikasi Logis
Perhatikan implikasi di bawah ini!
a. p→(p∧q)
b. (p∧q)→p
a. p→(p∨q) p ⇒ (p ∨ q)
Ternyata : T T T T T
T T T T F
Proposisi a. kontingensi (contoh 8.3 a.) F T F T T
Proposisi b. tautologi (contoh 8.3 b.) F T F F F
Proposisi c. diselidiki sebagai berikut. 1 3 1 2 1

Ternyata proporsi p⇒(p∨q) tautologi.


Proporsi b. dan c. adalah implikasi yang merupakan tautologi, dan implikasi tersebut
disebut implikasi logis. Sehingga dapat ditulis dengan
(p∧q)⇒p
p⇒(p∨q)

Definisi 8.6
Misalkan P, Q masing-masing proposisi komposit, maka proposisi P→Q disebut
implikasi logis jika P→Q tautologi, dan dapat ditulis P⇒Q.

Contoh 8.4
Selidiki dengan tabel kebenaran, manakah yang merupakan implikasi logis.
a. [(p ∨ q)∧p]→q
b. [(p ∨ q)∧p]→p
c. [(p ∨ q)∧p]→ p
Penyelesaian:
a. [(p ∨ q)∧p]→q c. [(p ∨ q)∧p]→ p
[(~ ∨ ) ∧ ] → [(∼ p ∨ q) ∧ ∼ q] → ∼ p
F T T T F F T T F T
F T F F F T F T F T
T F T T F F T T T F
T F T F T T F T T F
2 1 3 1 4 1 5 1 2 1 3 1 4 2 1 5 2 1

b. [(p ∨ q)∧p]→p
[(∼ ∨ ) ∧ ] →

2 1 3 1 4 1 5 1

Ternyata:
Proposisi a. tautologi maka implikasi logis
Proposisi b. kontingensi maka bukan implikasi logis
Proposisi c. tautologi maka implikasi logis

7. Ekivalensi
Perhatikanlah proposisi komposit p → q dan p ∨ q . Selidikilah apakah kedua proposisi
tersebut bernilai sama?
Penyelesaian:
p q -p p→q -p v q
T T F T T
T F F F F
F T T T T
F F T T T
Ternyata p → q dan p ∨ q mempunyai nilai kebenaran yang sama, maka dikatakan
bahwa p → q ekivalen p ∨ q, ditulis: p → q ek. p ∨ q.

Definisi 8.7
Misalkan P, Q masing-masing proposisi komposit, maka P dikatakan ekivalen Q
ditulis P ek Q jika P dan Q mempunyai nilai kebenaran yang sama.

Contoh 8.5
Selidiki apakah
a. p→q ek q → p
b. p ∨ p ek p
c. p ∧ p ek F
d. p ∨ p ek T
Penyelesaian:

p q -p -q p→q q → p p ∧ p p∨p p∨p

T T F F T T F T T
T F F T F F F T T
F T T F T T F T F
F F T T T T F T F

Ternyata :
a. p→q ek q → p
b. p ∨ p ek p
c. p ∧ p ek F, artinya p ∧ p selalu bernilai salah atau kontradiksi.
d. p ∨ p ek T, artinya p ∨ p selalu bernilai benar atau tautologi.
Latihan 2A

1. Buatlah contoh
a. 5 pernyataan yang bernilai benar
b. 5 pernyataan yang bernilai salah
c. 5 kalimat terbuka
d. 5 kalimat yang bukan pernyataan dare bukan kalimat terbuka
2. Diketahui proposisi elementer:
p: relasi kesamaan pada himpunan
bilangan asli adalah relasi ekivalen
q: ada bilangan x sehingga x + 4 = 3
r: tidak ada garis horizontal yang
saling tegak lurus.
Tentukan nilai kebenaran dari:
a. p, q, dan r d. –[(p∧q)→r]
b. p↔r e. (-p→q)∨r
c. (p∨q)∧r f. (p→q)→r
3. Buatlah table kebenaran dari proporsi di bawah ini, kemudian tentukanlan manakah
yang kontradiksi, tautologi, dan kontingensi.
a. p → q
b. [(p→q)∧p]→q
c. (p∧q)∨r
d. (p∧q)→(p∨q)
e. [(p→q)∧ (q→r)]→(p→r)
f. (p ∨ q)∧q
4. Selidiki apakah proporsi di bawah ini implikasi logis.
a. [(p∨q)∧ p]→q
b. (p∧q)→(p∧q)
c. (p∨q)→ p
5. Selidiki apakah
a. -(p∧q) ek -p∨-q
b. p∨q ek q∨p
c. (p∧q)∧r ek p∧(q∧r)
d. p↔q ek (p→q)∧ (q→p)
8. Hukum-hukum Aljabar Proposisi (Aturan Penggantian)
Setiap proposisi yang saling ekivalen dapat dipertukarkan atau diganti antara satu
dengan yang lainnya. Di bawah ini disajikan daftar aturan penggantian untuk keperluan
deduksi.

1. Hukum Idempoten (Idem)


a. p ∨ p ek p b. p ∧ p ek p
2. Hukum Asosiatif (As)
a. (p ∨ q) ∨ r ek p ∨ (q ∨ r) b. (p ∧ q) ∧ r ek p ∧ (q ∧ r)
3. Hukum Komutatif (Kom)
a. p ∨ q ek q ∨ p b. p ∧ q ek q ∧ p
4. Hukum Distributi f (Dist)
a. p ∨ (q ∧ r) ek (p ∨ q) ∧ (p ∨ r) b. p ∧ (q ∨ r) ek (p ∧ q) ∨ (p ∧ r)
5. Hukum Identitas (Id)
a. p ∨ F ek p c. p ∧ F ek F
b. p ∨ T ek T d. p ∧ T ek p
6. Hukum Komplemen (Komp)
a. p ∨ -p ek T c. -(-p) ek p
b. p ∧ -p ek F d. -T ek F
7. Hukum Transposisi (Trans)
p→q ek q → p
8. Hukum Implikasi (Imp)
p→q ek p ∨ q
9. Hukum Ekivalensi (Eki)
a. p↔q ek (p→q)∧ (q→p) b. p↔q ek (p ∧ q) ∨ (-q ∧ -p)
10. Hukum Eksportasi (Eksp)
(p∧q)→r ek p→(q→r)
11. Hukum De Morgan (DM)
a. p ∨ q ek p ∧ q b. p ∧ q ek p ∨ q

Contoh 8.6
Buktikanlah bahwa:
a. p → q ek p ∧ q
b. (p∧q) → p ek T
c. -[p→ (p∨q)] adalah kontradiksi
Penyelesaian:
a. p → q ek p ∨ q
ek p ∧ q
ek p ∧ q
b. (p∧q) → p ek p ∧ q ∨ p
ek (p ∨ q) ∨ p
ek (p ∨ p) ∨ q
ek T ∨ q
ek T
c. -[p→ (p∨q)] ek -[p ∨ (p∨q)]
ek -[(p ∨p) ∨ q)]
ek –(T ∨ q)
ek –T
ek F
Catatan:
Untuk membuktikan:
a. apakah dua proposisi ekivalen
b. suatu proposisi tautologi/kontradiksi dapat dilakukan dengan dua cara:
1) dengan menggunakan tabel kebenaran
2) dengan menggunakan aturan penggantian (bukti formal).
Contoh 8.6 di atas merupakan contoh pembuktian dengan dua proposisi ekivalen,
sebuah proposisi tautologi/kontradiksi dengan menggunakan aturan penggantian.

9. Argumen
Perhatikanlah sekumpulan proposisi pada contoh berikut.
Contoh 8.8
1) (a). Jika seseorang orang Indonesia maka is belum pernah ke bulan
(b). Habibie orang Indonesia
(c). Habibie belum pernah ke bulan
Pada sekumpulan proposisi 1), proposisi (c) ditegaskan dari proposisi (a) dan (b).
Oleh karena itu sekumpulan proposisi 1) disebut argumen. Selanjutnya proposisi (c)
disebut konklusi dari argumen dan proposisi (a) dan (b) disebut premis dari
argumen.
Argumen tersebut dapat dinyatakan dengan benta spesifik sebagai berikut.
p→q
p premis
∴q konklusi

Perhatikanlah sekumpulan proposisi berikut.


3) (a). Jawa Tengah beribu kota di Semarang
(b). Lima adalah hilangan ganjil
(c). Segitiga sama kaki sudut alasnya sama besar.
Sekumpulan proposisi 2) bukan merupakan argumen. Mengapa?

Definisi 8.8
Argumen (dalil) adalah sekumpulan proposisi sedemikian hingga salah satu dari
proposisinya ditegaskan atas dasar proposisi lainnya. Proposisi yang ditegaskan
tersebut disebut konklusi, sedang yang menegaskan disebut premis.
Setiap argumen mempunyai premis dan konklusi. Yang dimaksud konklusi auatu
agumen adalah proposisi yang ditegaskan berdasarkan proposisiproposisi yang lainnya
dari argumen tersebut. Sedangkan proposisi-proposisi yang menegaskan yang
memberikan alasan untuk diterimanya konklusi disebut premis. Predikat untuk suatu
argumen bukan benar atau salah tetapi salt atau tidak salt. Benar atau salah adalah
predikat untuk proposisi.

10. Kesahan Argumen


Definisi 8.9
Suatu argumen dikatakan sah jika argumen tersebut dinyatakan dalam suatu
implikasi sedemikian sehingga premis-premisnya merupakan anteseden,
konklusinya merupakan konsekuen, dan implikasi tersebut merupakan implikasi
logis.
Contoh
Penyelesaian:
Argumen tersebut dinyatakan dalam implikasi:
[(p → q) ∧ p] → q . Selanjutnya dibuktikan apakah implikasi tersebut implikasi logis?
Untuk pembuktian tersebut ada dua cara yaitu (1) dengan tabel kebenaran, dan (2)
dengan aturan penggantian.
Cara I:
[(p → q) ∧ p] → q
T T T T T T T
T F F F T T F
F T T F F T T
F T F F F T F
1 2 I 3 1 4 I

Cara II:
[(p → q) ∧ p] → q
ek [(p ∨ q) ∧ p] ∨ q (Imp)
ek [(p ∧ q) ∨ p] ∨ q (DM)
ek [(p ∨ p) ∧ (q ∨ p)] ∨ q (Dist)
ek [T ∧ (q ∧ p)] ∨ q (Komp)
ek (q ∨ p) ∨ q (Id)
ek (q ∨ q) ∨ p (Ass)
ek T ∨ p (Komp)
ek T (Id)
Kesimpulan: argumen
p→q
p
∴q adalah argument yang sah.
Contoh 8.10.
Selidiki dengan table kebenaran apakah argument berikut sah.
p→q
q
∴p
Penyelesaian:
[(p → q) ∧ q] → p
T T T T T T T
T F F F F T T
F T T T T F F
F T F F F T F
1 2 1 3 1 4 1
Ternyata [(p → q) ∧ q] → p kontingensi. Maka argument tersebut tidak sah.

11. Metode Deduksi (Bukti Formal Kesahan Argumen)


Pada pasal 10 sudah dikategorikan bahwa untuk membuktikan kesahan argumen dapat
dilakukan dengan mengunakan tabel atau dengan bukti formal. Kita maklumi bahwa
pembuktian kesahan suatu argumen yang mengandung banyak proposisi elementer
dengan tabel kurang praktis. Apalagi cara tersebut tidak mengembangkan pandangan
kita tentang hubungan antara argumen-argumen dan hukum-hukum penggantian. Di
samping itu cara tersebut tidak menambah pengetahuan karena hanya bekerja secara
mekanik. Cara lain untuk membuktikan kesahan argumen yang lebih baik dan lebih
singkat dengan bukti formal adalah dengan menggunakan hukum-hukum penggantian
dan juga aturan penyimpulan seperti yang tercantum berikut ini.
Aturan Penyimpulan
1. Modus Pones (MP)
p→q
p
∴q
2. Modus Tolens (MT)
p→q
q
∴p
3. Silogisme (Sil)
p→q
q→r
∴ p→r
4. Destruktif Silogisme (DS)
p∨q
p
∴q
5. Konstruktif Delema (KD)
(p→q)∧ (r→s)
p∨r
∴q∨s
6. Destruktif Delema (DD)
(p→q)∧ (r→s)
q ∨ s̅
∴ p ∨ r̅
7. Simplifikasi (Simp)
p∧q
∴p
8. Adisi (Ad)
P
∴p∨q
9. Konjungsi (Konj)
p
q
∴p∧q
Latihan 2B

1. Gunakanlah tabel untuk membuktikan kebenaran hukum penggantian nomor:


(a). 10; (b). 11; dan (c). 5a&5c.
2. Gunakanlah tabel untuk membuktikan kebenaran aturan penyimpulan nomor:
(a). 3; (b). 7; dan (c). 8.
3. Gunakanlah hukum penggantian untuk membuktikan dengan bukti formal kesahan
aturan penyimpulan nomor:
(a). 7; (b). 8; dan (c). 9.
4. Buktikan dengan bukti formal kesahan argumen berikut (gunakan aturan penyimpulan
dan hukum penggantian).
a. 1. [(a ∨ c) ∧ b] → [(d → c) → f]
2. a → b
3. b / ∴ (d → c) → f
b. 1. e → (f ∧ g)
2. (f ∨ g) → h
3. e /∴h
c. 1. e → f
2. e → g / ∴ e → (f ∧ g)
d. 1. (u ∨ v) ∧ (u ∨ v)
2. x → w ' / ∴ e → (f ∧ g)
e. 1. e → f
2. g → f / ∴ (e ∨ g) → f
f. 1. (s → t) ∧ (u → v)
2. w → (s ∨ u) / ∴ w → (t ∨ v)
5. Susunlah bukti formal kesahan argumen di bawah ini dengan memakai lambang-
lambang proposisi sebagaimana yang disediakan.
a. Jika saya belajar maka saya mendapat nilai baik, jika saya tidak belajar maka
dapat bersenang-senang. Oleh karena itu saya akan mendapat baik atau saya
akan bersenang-senang (b,n,s).
b. Jika persediaan perak tetap dan penggunaan perak meningkat maka harga
perak akan naik. Jika peningkatan penggunaan perak membawakan bahwa
harga porak meningkat maka akan bermunculan spekulan-spekulan. Persediaan
perak tetap. Oleh karena itu spekulan¬spekulan akan bermunculan (p,t,n,k,․)
c. Jika harga jatuh atau upah naik maka dagang eceran dan kesibukan iklan akan
meningkat. Jika dagang eceran meningkat maka pedagam2, kecil akan mendapat
uang banyak. Tetapi pedagang kecil mendapat uang banyak. Oleh karena itu
harga tidak akan turun (h,u,a,i,k).
d. Adam akan menumpang bus atau kereta api. Jika dia menumpang bus atau
mengendarai mobil sendiri maka is akan terlambat dan kehilangan bagian
pertama. Dia tidak datang terlambat. Oleh karena itu dia akan menumpang
kereta api (b,k,m,l,h).
e. Pajak dinaikkan atau jika pengeluaran naik maka plafon hutang akan naik. Jika
pajak dinaikkkan maka biaya pungutan pajak juga naik. Jika kenaikan
pengeluaran membawakan bahwa pemerintah akan meminjam uang lebih
banyak maka jika plafon hutang dinaikkan maka bunga uang akan naik pula. Jika
pajak tidak dinaikkan maka biaya pungutan pajak tidak akan naik. Jika plafon
hutang dinaikkan maka pemerintah akan meminjam uarig lebih banyak. Biaya
pungutan pajak tidak naik. Bunga uang tidak naik atau pemerintah tidak akan
meminjam uang lebih banyak. Oleh karena itu plafon hutang tidak akan naik
atau pengeluaran tidak akan naik (p,n,h,b,u,r).
KUANTIFIKASI

1. Fungsi Proposisi dan Kuantor


Pada bab sebelumnya kita telah belajar teknik logika yang berlaku bagi argumen-argumen
yang keabsahannya bergantung dari cara mengkombinasikan proposisi-proposisi
elementer menjadi suatu proposisi komposit, yaitu yang benar secara fungsi. Teknik ini
tidak dapat lagi dipakai terhadap suatu argumen, misalnya seperti berikut:
1. Setiap manusia fana
2. Socrates seorang manusia,
3. Oleh karena itu, Socrates fana.
Keabsahan argumen seperti ini bergantung pada struktur logis-dalam dari proposisi-
proposisi elementer yang membentuknya. Untuk menilai argumen-argumen yang
demikian kita harus kembangkan cara-cara untuk menganalisis proposisi-proposisi
komposit dan juga melambangkan struktur dalamnya. Premis ke dua pada argumen di
atas adalah suatu proposisi elementer. la menyatakan bahwa individu Socrates
mempunyai sifat kemanusiaan. "Socrates" kita sebut term subjek, sedangkan manusia
disebut term predikat. Setiap proposisi elementer menyatakan bahwa individu yang
ditunjuk oleh term subjeknya mempunyai sifat yang dinyatakan oleh term predikatnya.
Selaku individu tidak hanya kita anggap pribadi-pribadi, akan tetapi sembarang objek,
seperti hewan, kota, bangsa, planet, dan lain sebagainya, sedemikian sehingga dapat
dilekatkan sifat-sifat yang bermakna berkaitan dengan objek tersebut. Sifat-sifat tidak
hanya dinyatakan oleh kata-kata sifat, melainkan juga oleh kata benda, juga kata kerja.
Misalnya "Siti seorang pemberani" atau "Achmad sedang tidur".
Dalam melambangkan proposisi-proposisi elementer, dipakai huruf-huruf kecil a,b,c,..., x,
y, z. untuk menyatakan individu. Oleh karena itu symbol-simbol ini disebut "konstanta-
konstanta individu". Untuk menyatakan suatu sifat dipakai huruf besar, seperti A, B, C, ...,
X, Y, Z. Sebagai contoh, untuk "Socrates adalah fana" ditul is F(s).
Jika diperhatikan lambang proposisi-proposisi elementer, jelas tampak oleh kita bahwa
semua mempunyai pola yang sama. Misalnya, "Socrates adalah fana", "Descartes pandai"
"Semarang sejuk", "Jakarta ramai", 5 suatu bilangan prima", clan lain sebagainya dapat
dilambangkan sebagai S(a), S(b), S(c), Lambang S(x) dipakai untuk menyatakan proposisi-
proposisi yang mempunyai suatu pola yang sama. Huruf kecil "x" disebut peubah individu,
tidak lain adalah suatu "pemegang tempat" belaka yang lazim juga disebut "huruf
boneka". la menyatakan tempat di mana suatu konstanta individu dapat disthstitusikan.
S(a), S(b), S(c), dan lain-lain adalah suatu proposisi, sehingga mempunyai suatu nilai
kebenarpn. Tetapi S(x), S(y)„S(:...), dan lain-lain bukanlah suatu proposisi, sehingga tidak
dapat disebut "benar" atau "salah". S(x) kita sebut suatu bentuk proposisi, yang menjadi
suatu proposisi setelah disubstitusikan suatu konstanta individu bagi x.
Selanjutnya akan dipelajari mengenai kuantor dan fungsi proposisi serta cara
menggunakaanya. Perhatikanlah ke empat proposisi berikut ini.
Dalam bentuk LIMUM, bagi suatu predikat ( didapat.
1. ∀ x, φ(x)
2. ∃ x, φ(x)
3. ∀ x, φ(x)
4. ∃ x, φ(x)
Relasi ke empat proposisi tersebut dapat dilihat pada skema di bawah

(1) (3)
∀ x, φ(x) ∀ x, φ(x)
Contratries

(2) Sub-contraries (4)


∃ x, φ(x) ∃ x, φ(x)

(1) dan (3) disebut contraries, (2) dan (4) sub-contraries, (1) dan (4) contradictories, dan
demikian juga dengan (2) dan (3).
Negasi dari (1) adalah (4), dan negasi (2) adalah (3). Itulah sebabnya keduanya dikatakan
saling bertentangan. Sedangkan (1) dan (3) serta (2) dan (4) disebut sating berlawanan. (di
dalam bahasa Indonesia kedua istilah ini diartikan sama, namun secara logis berbeda
secara berarti).
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa:
a. ∀ x, φ(x) ek ∃ x, φ(x)
b. ∃ x, φ(x) ek ∀ x, φ(x)
Demikian pula:
c. ∀ x, φ(x) ek ∃ x, φ(x)
d. ∃ x, φ(x) ek ∀ x, φ(x)
Aturan Ingkaran: Untuk mengingkari suatu proposisi yang mengandung kuantor,
pertukarkanlah kedua jenis kuantor tersebut sambil mengingkari bentuk proposisi yang
bersangkutan.

2. Melambangkan Proposisi
"Diberikan suatu x, jika x manusia, maka x fana" dilambangkan sebagai:
∀x(M(x) → F(x));
dan "diberikan suatu x, jika x manusia, maka x tidak fana" dilambangkan sebagai:
........⃑)
∀x, (M(x) → F(x)
"Ada suatu individu yang manusia dan fana" dilambangkan sebagai:
∃x, (M(x) ∧ F(x))
dan "ada suatu individu yang manusia dan fana" dilambangkan sebagai:
∃x, 0M(x) ∧ F(x)1

Latihan 2C

Terjemahkan masing-masing proposisi di bawah ini ke dalam notasi logika dengan


menggunakan singkatan yang diberikan. Setiap perlambangan dimulai dengan suatu
kuantor, tidak dengan tanda negasi.
1. Ular adalah reptil
2. Tidak semua reptil berbisa
3. Semua direktur mempunyai sekretaris
4. Hanya direktur yang mempunyai sekretaris
5. Para karyawan hanya boleh memakai elevator dinas
6. Ada madasiswa yang cerdik dan kuat bekerja
7. Ada obat yang berbahaya, hanya jika dipakai dalam dosis berlebihan
8. Semua buah-buahan dan sayuran adalah sehat clan bergizi
9. Seorang profesor adalah pengajar yang balk, jika dan hanya jika ia mempunyai
banyak pengetahuan dan juga mengasyikkan.
10. Setiap kuda adalah jinak, jika clan hanya jika ia terlatih baik.
KUANTIFIKASI

1. Fungsi Proposisi dan Kuantor

Pada bab sebelumnya kita telah belajar teknik logika yang berlaku bagi argumen-
argumen yang keabsahannya bergantung dari cara mengkombinasikan proposisi-
proposisi elementer menjadi suatu proposisi komposit, yaitu yang benar secara fungsi.
Teknik ini tidak dapat lagi dipakai terhadap suatu argumen, misalnya seperti berikut:
1. Setiap manusia fana
2. Socrates seorang manusia,
3. Oleh karena itu, Socrates fana.
Keabsahan argumen seperti ini bergantung pada struktur logis-dalam dari proposisi-
proposisi elementer yang membentuknya. Untuk menilai argumen-argumen yang
demikian kita harus kembangkan cara-cara untuk menganalisis proposisi-proposisi
komposit dan juga melambangkan struktur dalamnya. Premis ke dua pada argumen di
atas adalah suatu proposisi elementer. la menyatakan bahwa individu Socrates
mempunyai sifat kemanusiaan. "Socrates" kita sebut term subjek, sedangkan manusia
disebut term predikat. Setiap proposisi elementer menyatakan bahwa individu yang
ditunjuk oleh term subjeknya mempunyai sifat yang dinyatakan oleh term predikatnya.
Selaku individu tidak hanya kita anggap pribadi-pribadi, akan tetapi sembarang objek,
seperti hewan, kota, bangsa, planet, dan lain sebagainya, sedemikian sehingga dapat
dilekatkan sifat-sifat yang bermakna berkaitan dengan objek tersebut. Sifat-sifat tidak
hanya dinyatakan oleh kata-kata sifat, melainkan juga oleh kata benda, juga kata kerja.
Misalnya "Siti seorang pemberani" atau "Achmad sedang tidur".
Dalam melambangkan proposisi-proposisi elementer, dipakai huruf-huruf keell a,b,c,...,
x, y, z. untuk menyatakan individu. Oleh karena itu symbol-simbol ini disebut
"konstanta-konstanta individu". Untuk menyatakan suatu sifat dipakai huruf besar,
seperti A, B, C, ..., X, Y, Z. Sebagai contoh, untuk "Socrates adalah fana" ditul is F(s).
Jika diperhatikan lambang proposisi-proposisi elementer, jelas tampak oleh kita bahwa
semua mempunyai pola yang sama. Misalnya, "Socrates adalah fana", "Descartes
pandai" "Semarang sejuk", "Jakarta ramai", 5 suatu bilangan prima", clan lain
sebagainya dapat dilambangkan sebagai S(a), S(b), S(c), Lambang S(x) dipakai untuk
menyatakan proposisi-proposisi yang mempunyai suatu pola yang sama. Huruf kecil "x"
disebut peubah individu, tidak lain adalah suatu "pemegang tempat" belaka yang lazim
juga disebut "huruf boneka". la menyatakan tempat di mana suatu konstanta individu
dapat disthstitusikan. S(a), S(b), S(c), dan lain-lain adalah suatu proposisi, sehingga
mempunyai suatu nilai kebenarpn. Tetapi S(x), S(y)„S(:...), dan lain-lain bukanlah suatu
proposisi, sehingga tidak dapat disebut "benar" atau "salah". S(x) kita sebut suatu
bentuk proposisi, yang menjadi suatu proposisi setelah disubstitusikan suatu
konstanta individu bagi x.
Selanjutnya akan dipelajari mengenai kuantor dan fungsi proposisi serta cara
menggunakaanya. Perhatikanlah ke empat proposisi berikut ini.
Dalam bentuk LIMUM, bagi suatu predikat didapat.
1. ∀ x, φ(x)
2. ∃ x, φ(x)
3. ∀ x, φ(x)
4. ∃ x, φ(x)
Relasi ke empat proposisi tersebut dapat dilihat pada skema di bawah

(1) (3)
∀ x, φ(x) ∀ x, φ(x)
Contratries

(2) Sub-contraries (4)


∃ x, φ(x) ∃ x, φ(x)

(1) dan (3) disebut contraries, (2) dan (4) sub-contraries, (1) dan (4) contradictories,
dan demikian juga dengan (2) dan (3).
Negasi dari (1) adalah (4), dan negasi (2) adalah (3). Itulah sebabnya keduanya
dikatakan saling bertentangan. Sedangkan (1) dan (3) serta (2) dan (4) disebut sating
berlawanan. (di dalam bahasa Indonesia kedua istilah ini diartikan sama, namun secara
logis berbeda secara berarti).
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa:
a. ∀ x, φ(x) ek ∃ x, φ(x)
b. ∃ x, φ(x) ek ∀ x, φ(x)
Demikian pula:
c. ∀ x, φ(x) ek ∃ x, φ(x)
d. ∃ x, φ(x) ek ∀ x, φ(x)
Aturan Ingkaran: Untuk mengingkari suatu proposisi yang mengandung kuantor,
pertukarkanlah kedua jenis kuantor tersebut sambil mengingkari bentuk proposisi yang
bersangkutan.

2. Melambangkan Proposisi
"Diberikan suatu x, jika x manusia, maka x fana" dilambangkan sebagai:
∀x(M(x) → F(x));
dan "diberikan suatu x, jika x manusia, maka x tidak fana" dilambangkan sebagai:
∀x, (M(x) → F(x)⃑)
"Ada suatu individu yang manusia dan fana" dilambangkan sebagai:
∃x, (M(x) ∧ F(x))
dan "ada suatu individu yang manusia dan fana" dilambangkan sebagai:
∃x, M(x) ∧ F(x)

Latihan 9A

Terjemahkan masing-masing proposisi di bawah ini ke dalam notasi logika dengan


menggunakan singkatan yang diberikan. Setiap perlambangan dimulai dengan suatu
kuantor, tidak dengan tanda negasi.
1. Ular adalah reptil
2. Tidak semua reptil berbisa
3. Semua direktur mempunyai sekretaris
4. Hanya direktur yang mempunyai sekretaris
5. Para karyawan hanya boleh memakai elevator dinas
6. Ada madasiswa yang cerdik dan kuat bekerja
7. Ada obat yang berbahaya, hanya jika dipakai dalam dosis berlebihan
8. Semua buah-buahan dan sayuran adalah sehat clan bergizi
9. Seorang profesor adalah pengajar yang balk, jika dan hanya jika ia mempunyai
banyak pengetahuan dan juga mengasyikkan.
10. Setiap kuda adalah jinak, jika clan hanya jika ia tcrlati h bai k.
3 Bukti Keabsahan dan Aturan Kuantifikasi Perm u la a n

Untuk menyusun suatu bukti keabsahan bagi argumen-argumen yang mengandung


kuantorkuantor, maka aturan-aturan penyimpulan hares dilengkapi dengan
aturan lain. Ada 4 aturan tambahan yaitu: Instansiasi Umum (IU), Generalisasi
Umum (GU), Generalisasi Khusus (GK), dan Instansiasi Khusu (IK).
a. Instansiasi Umum (IU)
Suatu kuantifikasi umum dari suatu fungsi proposisi benar jika dan hanya jika setiap
hal substitusinya benar. Oleh karena itu setiap hal substitusi suatu fungsi proposisi
dapat diturunkan secara sal) dari kuantifikasi umumnya. Secara lambang hal ini dapat
dinyatakan sebagai berikut.

∀x, φ(x)
∴ φ(ϑ)

dimana adalah sebarang lambang individu.


Sebagai contoh kita ambil argument:
 Setiap manusia fana;
 Socrates seorarg manusia.
 Oleh Karena itu, Socrates fana (M(x), F(x), s).
Setelah dilambangkan, berbentuk
1. ∀x, (M(x) → F(x))
2. M(s) /F(s)
3. M(s) → F(s) 1 IU
4. F(s) 2, 3 MP
b. Generalisasi Umum (GU)
Di dalam Ilmu Ukur, jika kita akan membuktikan bahwa jumlah ketiga sudut suatu
segitiga adalah 180 o, maka kita ambil sebarang segitiga, dan bukanlah suatu
segitiga yang khusus (misalnya yang samakaki atau siku-siku). Demikian pula jika kita
hendak membuktikan bahwa setiap objek x mempunyai sifat , maka kita
ambil sebarang objek dan tunjukkan bahwa objek tersebut mempunyai sifat . Hal
ini membawa kita pada aturan berikut. Kuantifikasi umum suatu fungsi proposisi
dapat secara sah diturunkan dari suatu hal substitusinya terhadap suatu simbol
'y'. Ini kita lambangkan sebagai berikut.

φ(y)
∴ ∀x, φ(x)

dimana 'y' menyatakan sebarang individu yang (lipilih.


Sebagai contoh kita ambil argument:
 Tiada insan yang sempurna;
 setiap manusia adalah insan.
 Oleh karena itu, tidak ada manusia yang sempurna.
Argumen ini dapat dilambangkan sebagai berikut.

1. ∀x, I(x) → S(x)


2. ∀x, (M(x) → I(x)) / ∴ ∀ x, M(x) → S(x)
3. M(y) → I(y) 2 IU
4. I(y) → S(y) 1 IU
5. M(y) → S(y) 3,4 Sil
6. ∀x, M(x) → S(x) 5 GU

c. Generalisasi Khusus (GK)


Oleh karena kuantifikasi khusus suatu fungsi proposisi adalah benar jika dan
hanya jika fungsi tersebut setidak-tidaknya mempunyai suatu hal substitusi yang
benar, maka kita peroleh aturan, sebagai berikut. Kuantifikasi khusus suatu fungsi
fungsi proposisi dapat secara sah diturunkan dari sebarang hal substitusinya. Aturan ini
memungkinkan bagi kita untuk menurunkan proposisi-proposisi umum yang
dikuantifikasi secara khusus. Secara simbol formulanya adalah sebagai berikut.

φ(ϑ)
∴ ∃x, φ(x)

dimana adalah sebarang lambang individu.

d. Instansiasi Khusu (IK)


Kita perlukan suatu aturan kuantifikasi lagi. Suatu k u a n t i f i k a s i k h u s u s s u a t u
p r o p o s i s i menyatakan bahwa sekurang-kw angnya ada suatu individu dimana
substitusi dari namanya bagi peubah
'x' ke dalam fungsi proposisi tersebut akan menghasilkan suatu hal substitusi
dari padanya. Sudah barang tentu kita samasekali tidak mengetahui apa-apa
mengenai individu tersebut. Tetapi kita dapat mengambil sebarang konstanta
individu yang berlainan dari 'y', misalnya , yang belum hadir sebelumnya di
dalam konteks dan menggunakannya untuk menyatakan individu tersehut, atau
individu yang eksistensinya ditegaskan oleh kuantifikasi khusus semula. Setelah
kita ketahui bahwa ada individu yang demikian, dan telah -disepakati pula untuk
menyatakannya dengan , maka kita dapat menurunkan dari kuantifikasi khusus
suatu fungsi proposisi hal substitusi fungsi proposisi tersebut terhadap lambang
individu . Jadi dari suatu kuantifikasi khusus suatu fungsi proposisi dapat
diturunkan secara sah kebenaran suatu hal substitusinya terhadap suatu konstanta
individu yang tidak hadir sebelumnya di dalam konteks. Aturan ini dapat kita
lambangkan sebagai berikut.

∃%, (%)
∴( )
dimana suatu konstanta individu, lain dari 'y', yang tidak hadir sebelumnya di
dalam konteks.
Jika kita pakai kedua aturan kuantifikasi terakhir dalam menyusun suatu bukti formal
keabsahan suatu argumen:
Semua anjing pemakan daging; ada hewan yang anjing: Oleh karena itu ada hewan
yang pemakan
daging. (A(x), D(x), H(x))

Bukti:
∀%, (&(%) → '(%))
∃%, ((%) ∧ &(%)/∴ ∃%, (((%) ∧ '(%))
(()) ∧ &()) 2 *+
&()) → '()) 1 *,
&()) ∧ (()) 3 +-.
&()) 5 /0.1
'()) 4,6 34
(()) 3 /0.1
(()) ∧ '()) 7,8 +-78
∃%, ((%) ∧ '(%) 9 :+

Jika kita adakan pembatasan pada 1K bahwa hal substitusi yang diturunkan
olehnya hanya dapat mengandung suatu konstanta individu yang tidak Nadir
sebelumnya di dalam konteks argumen, maka mungkin saja kita akan
memberikan suatu pembuktian sebagai berikut

∃%, (+(%) ∧ ((%))


∃%, (&(%) ∧ ((%)/∴ ∃%, (+(%) ∧ &(%))
+()) ∧ (()) 1 *+
&()) ∧ (()) 2 *+ (;<=<>!)
+()) 3 Simp
&()) 4 Simp
+()) ∧ &()) 5, 6 Konj
∃%, +(%) ∧ &(%)) 9 KG

Kesalahan yang diperbuat dalam hal ini terdapat pada baris yang ke-4. Premis ke-2
menjamin bahwL. setidak-tidaknya ada suatu individu yang sekaligus anjing dan
hewan. Akan tetapi kita tidak dibenarkan u n t u k m e m i l i h b a g i i n d i v i d u i n i ,
o l e h karma 'w' telah dipakai (dalam baris ke-3) untuk menyatakan individu yang
disebut dalam premis pertama, dimana disebut bahwa ada individu yang sekaligus
kucing dan hewan. Untuk mencegali hal-hal seperti ini kita hams tunduk pada
pembatasan yang telah diberikan dalam penggunaan IK. Haruslah _Has bahwa, jika
kita hares memakai IU clan IK di dalam suatu bukti dalam mensubstitusikan terhadap
suatu konstanta individu yang sama, maka haruslah kita berikan prioritas kepada
IK.
Sebarang asumsi dengan skop terbatas dapat dimasukkan ke .dalam suatu Bukti
Bersyarat keabsahan suatu argumen, sebagai contoh perhatikan argumen berikut
Semua mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua diundang dan akan diterima balk.
Oleh karena itu, sentua.tahun pertama diundang.
Bukti:
1. ∀%, 4(%) ∨ +(%) → ,(%) ∧ A(%)
2. 4(B) /∴ ∀%, 4(%) → ,(%)
3. 4(B) ∨ +(B) → ,(B) ∧ A(B)
4. 4(B) ∨ +(B)
5. ,(B) ∧ A(B)
6. ,(B)
7. 4(B) → ,(B)
8. ∀%, 4(%) → ,(%)

Latihan 9B

Susunlah suatu bukti formal keabsahan argumen-argumen berikut, apabila diperlukan


gunakan Aturan Bukti Bersyarat.
1 . V x , (x) - - > B(4 )
B(t) / : . A(t)
2. Vx, (C(x) —> D(x))
Vx, (E(x) --> D(x)) / Vx, (E(x) —> C(x))
3. V x , ( F ( x ) — > G(x))
3x,(H(x) A G(x)) / ]x, (/-/(x) F(x))
4. Vx,(K(x)--> L(4)
Vx,(K(x) L(x))--> M(x) / Vx,(14x)----> M(x))
5. V x, M x) — > 0(x))
Vx,(P(x)--> 0(x)) / Vx,(GV(x)v P(x)) —> 0(x))
6. Semua atlit berotot. Adi tidak berotot. Oleh karena itu Adi bukan atlit.
(A(x),0(x),a)
7. Tidak ada kontraktor yang bergantung. Ada kontraktor yang insinyur. Oleh
karena itu ada insinyur yang tidak bergantung. (K(x), B(x),/(x))
8. Semua pemain bola riang. Ada pemburu yang tidak riang. Oleh karena itu, ada
pemburu yang bukan pemain bola. (B(x), R(x), P(x))
9. Semua pendusta tidak jujur. Ada pembohong yang wartawan. Oleh karena itu
ada wartawan yang tidak jujur. (P(x),J(x), W(x))

10. Tidak ada seragam yang tidak dapat dicuci. Tidak ada sutera yang boleh dicuci.
Oleh karena itu tidak ada seragam yang sutera. (R(x),C(x),S(x))

Anda mungkin juga menyukai