MATEMATIKA
DISUSUN OLEH:
2. Proposisi Komposit
Misalkan p, q masing-masing proposisi elementer, maka proposisi berikut ini
merupakan proposisi komposit.
Proposisi Komposit Dibaca Disebut
p⋀q p dan q Konjungsi
pvq p atau q Disjungsi
p→q jika p maka q Implikasi
p↔q p jika dan hanya jika q Biimplikasi
̅ ingkaran p Negasi
Contoh 8.2
Diketahui proposisi elementer:
p : Tidak ada segitiga sama kaki yang tumpul
q : Fungsi identitas merupakan fungsi satu-satu
r : Ada belah ketupat yang merupakan persegi panjang.
Tentukan nilai kebenaran dari proposisi di bawah ini:
a. p, q, dan r g . (p∧q)∨r
b. q∧r h. p → q
c. q∨r i. q∨(q ∧ r)
d. p→r j. ∼ (p ↔ q)
e. q→p k. (p→q)→r
f. p→q l. (p∨q)→r
Penyelesaian:
a. F, T, dan T e. … i. …
b. F f. … j. …
c. T g. … k. …
d. … h. … l. …
Catatan:
Proposisi komposit dapat dibentuk dari tiga proposisi elementer p, q, dan q atau dari n
buah proposisi elementer p 1 , p 2 , p 3 , …, p n .
4. Tabel Kebenaran
Ada dua cara untuk membuat tabel kebenaran dari proposisi komposit.
Contoh 8.3
Buatlah tabel kebenaran proposisi di bawah ini.
a. p→(p∧ q) c. p∧(p ∨ q)
b . ( p∧q) →p d. (p∧q)→r
Penyelesaian:
a. cara I cara II
p → (p ∧ q) p Q p∧q p→(p∧q)
T T T T T T T T T
T F T F F T F F F
F T F F T F T F T
F T F F F F F F T
1 3 1 2 1
b. Cara I Cara II
p q p∧q (p∧q)→p
(P ∧ q) → P
T T T T T T T T T
T F F T T F F T T
F T F T F F T T F
F F F T F F F T F
1 2 1 3 1
c. Cara I Cara II
p q p∨q (p ∨ q) p∧(p ∨ q) p ∧ ∼ (p ∨ q)
T T T F F T F F T T T
T F T F F T F F T T F
F T T F F F F F F T T
F F T F F F
F F F T F 1 4 3 1 2 1
d. Cara I Cara II
p q r p∧q (p∧q)→r (p ∧ q) → r
T T T T T T T T T T
T T F T F T T T F F
T F T F T T F F T T
T F F F T T F F T F
F T T F T F F T T T
F T F F T F F T T F
F F T F T F F F T T
F F F F T F F F T F
1 2 1 3 1
Catatan:
Hubungan antara banyaknya proposisi elementer dengan banyaknya baris pada tabel
kebenaran proposisi komposit adalah sebagai berikut.
Banyaknya Banyaknya baris
proposisi elementer pada tabel
2 4 = 22
3 8 = 23
4 16 = 24
. .
n 2n
Definisi 8.4
Kontradiksi adalah proposisi komposit yang selalu bernilai salah untuk setiap nilai
kebenaran dari proposisi elementernya.
Perhatikan contoh 8.3 a dan d.
Proposisi p→(p∧q) dan (p∧q)→r masing-masing bukan tautologi dan kontradiksi.
Proposisi tersebut disebut kontingensi.
Definisi 8.5
Kontingensi adalah proposisi komposit yang bukan tautologi dan kontradiksi.
6. Implikasi Logis
Perhatikan implikasi di bawah ini!
a. p→(p∧q)
b. (p∧q)→p
a. p→(p∨q) p ⇒ (p ∨ q)
Ternyata : T T T T T
T T T T F
Proposisi a. kontingensi (contoh 8.3 a.) F T F T T
Proposisi b. tautologi (contoh 8.3 b.) F T F F F
Proposisi c. diselidiki sebagai berikut. 1 3 1 2 1
Definisi 8.6
Misalkan P, Q masing-masing proposisi komposit, maka proposisi P→Q disebut
implikasi logis jika P→Q tautologi, dan dapat ditulis P⇒Q.
Contoh 8.4
Selidiki dengan tabel kebenaran, manakah yang merupakan implikasi logis.
a. [(p ∨ q)∧p]→q
b. [(p ∨ q)∧p]→p
c. [(p ∨ q)∧p]→ p
Penyelesaian:
a. [(p ∨ q)∧p]→q c. [(p ∨ q)∧p]→ p
[(~ ∨ ) ∧ ] → [(∼ p ∨ q) ∧ ∼ q] → ∼ p
F T T T F F T T F T
F T F F F T F T F T
T F T T F F T T T F
T F T F T T F T T F
2 1 3 1 4 1 5 1 2 1 3 1 4 2 1 5 2 1
b. [(p ∨ q)∧p]→p
[(∼ ∨ ) ∧ ] →
2 1 3 1 4 1 5 1
Ternyata:
Proposisi a. tautologi maka implikasi logis
Proposisi b. kontingensi maka bukan implikasi logis
Proposisi c. tautologi maka implikasi logis
7. Ekivalensi
Perhatikanlah proposisi komposit p → q dan p ∨ q . Selidikilah apakah kedua proposisi
tersebut bernilai sama?
Penyelesaian:
p q -p p→q -p v q
T T F T T
T F F F F
F T T T T
F F T T T
Ternyata p → q dan p ∨ q mempunyai nilai kebenaran yang sama, maka dikatakan
bahwa p → q ekivalen p ∨ q, ditulis: p → q ek. p ∨ q.
Definisi 8.7
Misalkan P, Q masing-masing proposisi komposit, maka P dikatakan ekivalen Q
ditulis P ek Q jika P dan Q mempunyai nilai kebenaran yang sama.
Contoh 8.5
Selidiki apakah
a. p→q ek q → p
b. p ∨ p ek p
c. p ∧ p ek F
d. p ∨ p ek T
Penyelesaian:
T T F F T T F T T
T F F T F F F T T
F T T F T T F T F
F F T T T T F T F
Ternyata :
a. p→q ek q → p
b. p ∨ p ek p
c. p ∧ p ek F, artinya p ∧ p selalu bernilai salah atau kontradiksi.
d. p ∨ p ek T, artinya p ∨ p selalu bernilai benar atau tautologi.
Latihan 2A
1. Buatlah contoh
a. 5 pernyataan yang bernilai benar
b. 5 pernyataan yang bernilai salah
c. 5 kalimat terbuka
d. 5 kalimat yang bukan pernyataan dare bukan kalimat terbuka
2. Diketahui proposisi elementer:
p: relasi kesamaan pada himpunan
bilangan asli adalah relasi ekivalen
q: ada bilangan x sehingga x + 4 = 3
r: tidak ada garis horizontal yang
saling tegak lurus.
Tentukan nilai kebenaran dari:
a. p, q, dan r d. –[(p∧q)→r]
b. p↔r e. (-p→q)∨r
c. (p∨q)∧r f. (p→q)→r
3. Buatlah table kebenaran dari proporsi di bawah ini, kemudian tentukanlan manakah
yang kontradiksi, tautologi, dan kontingensi.
a. p → q
b. [(p→q)∧p]→q
c. (p∧q)∨r
d. (p∧q)→(p∨q)
e. [(p→q)∧ (q→r)]→(p→r)
f. (p ∨ q)∧q
4. Selidiki apakah proporsi di bawah ini implikasi logis.
a. [(p∨q)∧ p]→q
b. (p∧q)→(p∧q)
c. (p∨q)→ p
5. Selidiki apakah
a. -(p∧q) ek -p∨-q
b. p∨q ek q∨p
c. (p∧q)∧r ek p∧(q∧r)
d. p↔q ek (p→q)∧ (q→p)
8. Hukum-hukum Aljabar Proposisi (Aturan Penggantian)
Setiap proposisi yang saling ekivalen dapat dipertukarkan atau diganti antara satu
dengan yang lainnya. Di bawah ini disajikan daftar aturan penggantian untuk keperluan
deduksi.
Contoh 8.6
Buktikanlah bahwa:
a. p → q ek p ∧ q
b. (p∧q) → p ek T
c. -[p→ (p∨q)] adalah kontradiksi
Penyelesaian:
a. p → q ek p ∨ q
ek p ∧ q
ek p ∧ q
b. (p∧q) → p ek p ∧ q ∨ p
ek (p ∨ q) ∨ p
ek (p ∨ p) ∨ q
ek T ∨ q
ek T
c. -[p→ (p∨q)] ek -[p ∨ (p∨q)]
ek -[(p ∨p) ∨ q)]
ek –(T ∨ q)
ek –T
ek F
Catatan:
Untuk membuktikan:
a. apakah dua proposisi ekivalen
b. suatu proposisi tautologi/kontradiksi dapat dilakukan dengan dua cara:
1) dengan menggunakan tabel kebenaran
2) dengan menggunakan aturan penggantian (bukti formal).
Contoh 8.6 di atas merupakan contoh pembuktian dengan dua proposisi ekivalen,
sebuah proposisi tautologi/kontradiksi dengan menggunakan aturan penggantian.
9. Argumen
Perhatikanlah sekumpulan proposisi pada contoh berikut.
Contoh 8.8
1) (a). Jika seseorang orang Indonesia maka is belum pernah ke bulan
(b). Habibie orang Indonesia
(c). Habibie belum pernah ke bulan
Pada sekumpulan proposisi 1), proposisi (c) ditegaskan dari proposisi (a) dan (b).
Oleh karena itu sekumpulan proposisi 1) disebut argumen. Selanjutnya proposisi (c)
disebut konklusi dari argumen dan proposisi (a) dan (b) disebut premis dari
argumen.
Argumen tersebut dapat dinyatakan dengan benta spesifik sebagai berikut.
p→q
p premis
∴q konklusi
Definisi 8.8
Argumen (dalil) adalah sekumpulan proposisi sedemikian hingga salah satu dari
proposisinya ditegaskan atas dasar proposisi lainnya. Proposisi yang ditegaskan
tersebut disebut konklusi, sedang yang menegaskan disebut premis.
Setiap argumen mempunyai premis dan konklusi. Yang dimaksud konklusi auatu
agumen adalah proposisi yang ditegaskan berdasarkan proposisiproposisi yang lainnya
dari argumen tersebut. Sedangkan proposisi-proposisi yang menegaskan yang
memberikan alasan untuk diterimanya konklusi disebut premis. Predikat untuk suatu
argumen bukan benar atau salah tetapi salt atau tidak salt. Benar atau salah adalah
predikat untuk proposisi.
Cara II:
[(p → q) ∧ p] → q
ek [(p ∨ q) ∧ p] ∨ q (Imp)
ek [(p ∧ q) ∨ p] ∨ q (DM)
ek [(p ∨ p) ∧ (q ∨ p)] ∨ q (Dist)
ek [T ∧ (q ∧ p)] ∨ q (Komp)
ek (q ∨ p) ∨ q (Id)
ek (q ∨ q) ∨ p (Ass)
ek T ∨ p (Komp)
ek T (Id)
Kesimpulan: argumen
p→q
p
∴q adalah argument yang sah.
Contoh 8.10.
Selidiki dengan table kebenaran apakah argument berikut sah.
p→q
q
∴p
Penyelesaian:
[(p → q) ∧ q] → p
T T T T T T T
T F F F F T T
F T T T T F F
F T F F F T F
1 2 1 3 1 4 1
Ternyata [(p → q) ∧ q] → p kontingensi. Maka argument tersebut tidak sah.
(1) (3)
∀ x, φ(x) ∀ x, φ(x)
Contratries
(1) dan (3) disebut contraries, (2) dan (4) sub-contraries, (1) dan (4) contradictories, dan
demikian juga dengan (2) dan (3).
Negasi dari (1) adalah (4), dan negasi (2) adalah (3). Itulah sebabnya keduanya dikatakan
saling bertentangan. Sedangkan (1) dan (3) serta (2) dan (4) disebut sating berlawanan. (di
dalam bahasa Indonesia kedua istilah ini diartikan sama, namun secara logis berbeda
secara berarti).
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa:
a. ∀ x, φ(x) ek ∃ x, φ(x)
b. ∃ x, φ(x) ek ∀ x, φ(x)
Demikian pula:
c. ∀ x, φ(x) ek ∃ x, φ(x)
d. ∃ x, φ(x) ek ∀ x, φ(x)
Aturan Ingkaran: Untuk mengingkari suatu proposisi yang mengandung kuantor,
pertukarkanlah kedua jenis kuantor tersebut sambil mengingkari bentuk proposisi yang
bersangkutan.
2. Melambangkan Proposisi
"Diberikan suatu x, jika x manusia, maka x fana" dilambangkan sebagai:
∀x(M(x) → F(x));
dan "diberikan suatu x, jika x manusia, maka x tidak fana" dilambangkan sebagai:
........⃑)
∀x, (M(x) → F(x)
"Ada suatu individu yang manusia dan fana" dilambangkan sebagai:
∃x, (M(x) ∧ F(x))
dan "ada suatu individu yang manusia dan fana" dilambangkan sebagai:
∃x, 0M(x) ∧ F(x)1
Latihan 2C
Pada bab sebelumnya kita telah belajar teknik logika yang berlaku bagi argumen-
argumen yang keabsahannya bergantung dari cara mengkombinasikan proposisi-
proposisi elementer menjadi suatu proposisi komposit, yaitu yang benar secara fungsi.
Teknik ini tidak dapat lagi dipakai terhadap suatu argumen, misalnya seperti berikut:
1. Setiap manusia fana
2. Socrates seorang manusia,
3. Oleh karena itu, Socrates fana.
Keabsahan argumen seperti ini bergantung pada struktur logis-dalam dari proposisi-
proposisi elementer yang membentuknya. Untuk menilai argumen-argumen yang
demikian kita harus kembangkan cara-cara untuk menganalisis proposisi-proposisi
komposit dan juga melambangkan struktur dalamnya. Premis ke dua pada argumen di
atas adalah suatu proposisi elementer. la menyatakan bahwa individu Socrates
mempunyai sifat kemanusiaan. "Socrates" kita sebut term subjek, sedangkan manusia
disebut term predikat. Setiap proposisi elementer menyatakan bahwa individu yang
ditunjuk oleh term subjeknya mempunyai sifat yang dinyatakan oleh term predikatnya.
Selaku individu tidak hanya kita anggap pribadi-pribadi, akan tetapi sembarang objek,
seperti hewan, kota, bangsa, planet, dan lain sebagainya, sedemikian sehingga dapat
dilekatkan sifat-sifat yang bermakna berkaitan dengan objek tersebut. Sifat-sifat tidak
hanya dinyatakan oleh kata-kata sifat, melainkan juga oleh kata benda, juga kata kerja.
Misalnya "Siti seorang pemberani" atau "Achmad sedang tidur".
Dalam melambangkan proposisi-proposisi elementer, dipakai huruf-huruf keell a,b,c,...,
x, y, z. untuk menyatakan individu. Oleh karena itu symbol-simbol ini disebut
"konstanta-konstanta individu". Untuk menyatakan suatu sifat dipakai huruf besar,
seperti A, B, C, ..., X, Y, Z. Sebagai contoh, untuk "Socrates adalah fana" ditul is F(s).
Jika diperhatikan lambang proposisi-proposisi elementer, jelas tampak oleh kita bahwa
semua mempunyai pola yang sama. Misalnya, "Socrates adalah fana", "Descartes
pandai" "Semarang sejuk", "Jakarta ramai", 5 suatu bilangan prima", clan lain
sebagainya dapat dilambangkan sebagai S(a), S(b), S(c), Lambang S(x) dipakai untuk
menyatakan proposisi-proposisi yang mempunyai suatu pola yang sama. Huruf kecil "x"
disebut peubah individu, tidak lain adalah suatu "pemegang tempat" belaka yang lazim
juga disebut "huruf boneka". la menyatakan tempat di mana suatu konstanta individu
dapat disthstitusikan. S(a), S(b), S(c), dan lain-lain adalah suatu proposisi, sehingga
mempunyai suatu nilai kebenarpn. Tetapi S(x), S(y)„S(:...), dan lain-lain bukanlah suatu
proposisi, sehingga tidak dapat disebut "benar" atau "salah". S(x) kita sebut suatu
bentuk proposisi, yang menjadi suatu proposisi setelah disubstitusikan suatu
konstanta individu bagi x.
Selanjutnya akan dipelajari mengenai kuantor dan fungsi proposisi serta cara
menggunakaanya. Perhatikanlah ke empat proposisi berikut ini.
Dalam bentuk LIMUM, bagi suatu predikat didapat.
1. ∀ x, φ(x)
2. ∃ x, φ(x)
3. ∀ x, φ(x)
4. ∃ x, φ(x)
Relasi ke empat proposisi tersebut dapat dilihat pada skema di bawah
(1) (3)
∀ x, φ(x) ∀ x, φ(x)
Contratries
(1) dan (3) disebut contraries, (2) dan (4) sub-contraries, (1) dan (4) contradictories,
dan demikian juga dengan (2) dan (3).
Negasi dari (1) adalah (4), dan negasi (2) adalah (3). Itulah sebabnya keduanya
dikatakan saling bertentangan. Sedangkan (1) dan (3) serta (2) dan (4) disebut sating
berlawanan. (di dalam bahasa Indonesia kedua istilah ini diartikan sama, namun secara
logis berbeda secara berarti).
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa:
a. ∀ x, φ(x) ek ∃ x, φ(x)
b. ∃ x, φ(x) ek ∀ x, φ(x)
Demikian pula:
c. ∀ x, φ(x) ek ∃ x, φ(x)
d. ∃ x, φ(x) ek ∀ x, φ(x)
Aturan Ingkaran: Untuk mengingkari suatu proposisi yang mengandung kuantor,
pertukarkanlah kedua jenis kuantor tersebut sambil mengingkari bentuk proposisi yang
bersangkutan.
2. Melambangkan Proposisi
"Diberikan suatu x, jika x manusia, maka x fana" dilambangkan sebagai:
∀x(M(x) → F(x));
dan "diberikan suatu x, jika x manusia, maka x tidak fana" dilambangkan sebagai:
∀x, (M(x) → F(x)⃑)
"Ada suatu individu yang manusia dan fana" dilambangkan sebagai:
∃x, (M(x) ∧ F(x))
dan "ada suatu individu yang manusia dan fana" dilambangkan sebagai:
∃x, M(x) ∧ F(x)
Latihan 9A
∀x, φ(x)
∴ φ(ϑ)
φ(y)
∴ ∀x, φ(x)
φ(ϑ)
∴ ∃x, φ(x)
∃%, (%)
∴( )
dimana suatu konstanta individu, lain dari 'y', yang tidak hadir sebelumnya di
dalam konteks.
Jika kita pakai kedua aturan kuantifikasi terakhir dalam menyusun suatu bukti formal
keabsahan suatu argumen:
Semua anjing pemakan daging; ada hewan yang anjing: Oleh karena itu ada hewan
yang pemakan
daging. (A(x), D(x), H(x))
Bukti:
∀%, (&(%) → '(%))
∃%, ((%) ∧ &(%)/∴ ∃%, (((%) ∧ '(%))
(()) ∧ &()) 2 *+
&()) → '()) 1 *,
&()) ∧ (()) 3 +-.
&()) 5 /0.1
'()) 4,6 34
(()) 3 /0.1
(()) ∧ '()) 7,8 +-78
∃%, ((%) ∧ '(%) 9 :+
Jika kita adakan pembatasan pada 1K bahwa hal substitusi yang diturunkan
olehnya hanya dapat mengandung suatu konstanta individu yang tidak Nadir
sebelumnya di dalam konteks argumen, maka mungkin saja kita akan
memberikan suatu pembuktian sebagai berikut
Kesalahan yang diperbuat dalam hal ini terdapat pada baris yang ke-4. Premis ke-2
menjamin bahwL. setidak-tidaknya ada suatu individu yang sekaligus anjing dan
hewan. Akan tetapi kita tidak dibenarkan u n t u k m e m i l i h b a g i i n d i v i d u i n i ,
o l e h karma 'w' telah dipakai (dalam baris ke-3) untuk menyatakan individu yang
disebut dalam premis pertama, dimana disebut bahwa ada individu yang sekaligus
kucing dan hewan. Untuk mencegali hal-hal seperti ini kita hams tunduk pada
pembatasan yang telah diberikan dalam penggunaan IK. Haruslah _Has bahwa, jika
kita hares memakai IU clan IK di dalam suatu bukti dalam mensubstitusikan terhadap
suatu konstanta individu yang sama, maka haruslah kita berikan prioritas kepada
IK.
Sebarang asumsi dengan skop terbatas dapat dimasukkan ke .dalam suatu Bukti
Bersyarat keabsahan suatu argumen, sebagai contoh perhatikan argumen berikut
Semua mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua diundang dan akan diterima balk.
Oleh karena itu, sentua.tahun pertama diundang.
Bukti:
1. ∀%, 4(%) ∨ +(%) → ,(%) ∧ A(%)
2. 4(B) /∴ ∀%, 4(%) → ,(%)
3. 4(B) ∨ +(B) → ,(B) ∧ A(B)
4. 4(B) ∨ +(B)
5. ,(B) ∧ A(B)
6. ,(B)
7. 4(B) → ,(B)
8. ∀%, 4(%) → ,(%)
Latihan 9B
10. Tidak ada seragam yang tidak dapat dicuci. Tidak ada sutera yang boleh dicuci.
Oleh karena itu tidak ada seragam yang sutera. (R(x),C(x),S(x))