Anda di halaman 1dari 14

Aksioma Peano memuat tiga term tak didefinisikan: '0', 'bilangan', dan 'pengikut' dan 5

buah aksioma. Term-term tak didefinisikan dapat diberi makna biasa, dan secara teoretis dalam
takhingga cara. Tetapi makna biasa ini harus mengubah kelima aksioma menjadi proposisi-
proposisi yang bernilai benar. Selanjutnya dapat diciptakan definisi kata-kata baru dari termterm
yang telah diberi makna biasa itu. Syaratnya definisi ini harus menjadi proposisi yang bernilai
benar. Dari definisi dan aksioma dalam makna biasa akan diperoleh teori-teori melalui deduksi
logis. Dengan demikian teori yang telah diperoleh dengan makna biasa ini menjadi sistem
matematika yang letak kebenarannya ada pada definisi-definisi itu. G. Frege, Russell dan
Whitehead telah secara rinci memberi makna biasa dari term-term tak didefinisikan Peano dan
membuat definisi-definisi dengan teknik lambang logika. 'Bilangan 2' dalam primitif Peano
adalah kosong dari arti. Bilangan 2 adalah makna 'biasa'. Bilangan alam 2 (biasa) adalah ciri khas
dari koleksi himpunan-himpunan C terdiri dari objek-objek, yakni n(C) = 2. Bilangan 2
didefinisikan sebagai berikut: "Terdapat objek x dan objek y sedemikian rupa sehingga (1) x C
dan y C, (2) x y, (3) Jika z C adalah sebarang anggota di C, maka z = x atau z = y" Dari definisi
ini kita dapat menyimpulkan bahwa n(C) = 2 dengan pertolongan logika.
Tiga term primitif Peano adalah '0', 'bilangan', dan 'pengikut', dapat iinterpretasikan
dengan makna biasa dengan banyak cara. Misalnya, primitif 'bilangan' diartikan bilangan alam 0,
1, 2, 3, ... Primitif dalam makna biasa ini didefinisikan melalui konsep-konsep logika (ada 4
konsep pokok). Ternyata aksioma-aksioma Peano, melalui deduksi, menjadi proposisi-proposisi.
Selanjutnya jika perlu diteruskan dengan membuat definisi-definisi non-primitif melalui prinsip-
prinsip logika. Dengan cara ini seluruh teori matematika dapat dideduksi dengan menggunakan
konsep-konsep logika dan jika diperlukan ditambahkan 'aksioma pilihan' dan 'aksioma infinit'.
Dari kenyataan ini maka timbullah pemikiran bahwa matematika adalah cabang logika. Akibat
selanjutnya ialah bahwa kebenaran matematika terletak pada definisi-definisi itu. Inilah letak
kebenaran aksioma Peano dalam makna biasa. Berbeda dengan teori geometri, geometri
dipandang sebagai studi tentang struktur ruang fisik, maka rimitif-primitifnya harus dibangun
dengan mengacu pada entitas fisik jenis tertentu. Jadi, dengan demikian kebenaran teori geometri
dalam interpretasi ini terletak pada persoalan empiris. Tentang kegunaan matematika dalam sains
empiris, harus dilihat dengan telaah lebih mendalam. Sebagian terbesar perkembangan sains
empiris (IPA dan IPS) telah diperoleh melalui penerapan terus menerus proposisi-proposisi
matematika. Akan tetapi perlu diingat, bahwa fungsi matematika di sini bukan memprediksi,
melainkan sebagai analisis atau ekspliaktif. Matematika membuka asumsi-asumsi secara eksplisit
atau membuka asersi-asersi yang termuat dalam premis-premis argumen. Matematika membuka
data, yakni, mana yang diketahui dan mana yang dipersoalkan. Jadi, penalaran matematis dan
logis adalah teknik konseptual membuka perangkat premis-premis yang implisit menjadi premis-
premis yang eksplisit.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Segala puji hanya milik Allah Swt. Yang maha rahman dan rahim. Ucapan syukur saya
ucapkan pada dzat illahi robbi karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat
menyusun makah ini.
Pertama saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah filsafat dan
sejarah matematika Bapak Dr. H. Ebih AR Arhasy, M.Pd. yang telah membimbing saya, dan tak
lupa ucapan terimakasih saya ucapkan juga pada semua pihak yang telah membantu demi tersusn
makalah ini .
Adapun pokok bahasan dalam makalah ini antara lain kebenaran konsep-konsep dalam
matematika yang meliputi interpretasi primitif-primitif peano, definisi makna biasa terhadap
konsep-konsep aritmatika dalam term-term logika murni, dan kebenaran matematika dalam sains
empiris yang meliputi kebenaran postulat peano dalam interpretasi biasa, matematika sebagai
cabang dari logika, kegunaan matematika atas materi objek empiris.
Dalam penyususnannya penulis mengakui masih banyak kekuranagan untuk itu penulis
berharap pembaca dapat mengembangkan makalh ini dan lebih menyempurnakannya. Penulis
berharap makalah ini dapat membantu pembaca untuk mempermudah dalam pembelajaran
filsafat dan sejarah matematika khususnya kebenaran matematika bagian dua. Penulis berharap
supaya pembaca

makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai kebenaran matematika
bagian dua.
Kritik dan saran dari seluruh pembaca saya harapkan demi perbaikan makalah ini. Dengan
kritik dari pembaca maka perbaikan makalah ini dapat dilaksanakan dan dengan saran pembaca
juga perbaikan itu dapat dilakukan.

Tasikmalaya, Desember 2016


Penulis,

Acep Muhamad Anwar

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... iii


DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Daftar Istilah.................................................................................... 2
D. Tujuan............................................................................................... 2
E. Manfaat............................................................................................ 3
BAB II. PEMBAHASAN KEBENARAN KONSEP KONSEP DALAM MATEMATIKA
A. Interpretasi Primitif-Primitif Peano................................................. 4
B. Definisi Makna Biasa Terhadap Konsep-Konsep Matemartika Dalam Term-Term Logika
Murni............................................................................................... 5
BAB III. PEMBAHASAN KEBENARAN MATEMATIKA DALAM SAINS EMPIRIS
A. Kebenaran Postulat Peano Dalam Interpretasi Biasa......................8
B. Matematika Sebagai Cabang Dari Logika......................................9
C. Kegunaan Matematika Atas Materi Objek Empiris........................9
BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan........................................................................................... 12

B. Saran................................................................................................. 12
BAB V. DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses perkuliahan tentunya ada proses belajar didalamnya. Proses perkuliahan
yang terjadi bisa berbeda tergantung dengan disiplin ilmu yang dikajinya masing-masing, namun
jika dilihat lebih dalam meskipun berbeda bidang yang dikaji tetapi memiliki permasalahan yang
mirip seperti perlunya mendalami disiplin ilmu yang dikaji, takterkecuali dengan perkuliahan
dibidang pendidikan matematika. Dalam proses perkuliahan pendidikan matematika tentunya
memiliki kurikulum dan dengan adanya kurikulum maka ada juga mata kuliah, seperti mata
kuliah filsafat dan sejarah matematika yang merupakan salah satu dari mata kuliah yang harus
dituntaskan.
Dalam proses perkuliahan matakuliah filsafat dan sejarah matematika umumnya
khususnya pembelajaran sifat kebenaran matematika bagian dua tentunya dibutuhkan kesadaran
semua mahasiswa yang mengontrak matakuliah tersebut akan pentingnya mempelajari dengan
sungguh-sungguh matakuliah filsafat dan sejarah matematika khususnya sifat kebenaran
matematika bagian dua. Namun, dalam prosesnya perkulihan tentunya memiliki kendala yang
tidak sedikit seperti kendala dalam mencari informasi mengenai sifat kebenaran mtematika

bagian dua, kemudian mencari penjelasan tentang hal tersebut dan juga kendala dalam
menganalisis hal tersebut.
Berdasarkan uraian diatas untuk mengatasi permaslahan tersebut tentunya dibutuhkan
suatu kajian mengenai sifat kebenaran matematika bagian dua supaya mahasiswa dapat lebih
memahami dan mengerti mengenai sifat kebenaran matematika bagian dua dan menganalisisnya.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan maslah yang ada dalam
kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mahasiswa mengetahui dan memahami sifat kebenaran matematika bagian dua?
2. Bagaimana cara mengkaji sifat kebenaran matematika bagian dua?
3. Bagaimana cra menganalisis sifat kebenaran matematika bagian dua?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui sifat kebenaran matematika bagian dua;
2. Untuk mengkaji sifat kebenaran matematika bagian dua;
3. Untuk menganalisis sifat kebenaran matematika bagian dua.
D. Definisi Istilah
1. Matematka : ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
2. Kebenaran : pengakuan realitas.
3. Kebenaran matematika : pengakuan realitas (nyata) tentang ilmu bilangan.
4. Sains : pengetahuan sistematis yang diperoleh dari sesuatu observasi, penelitian, dan uji coba
yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang dipelajari.
5. Empiris : pengalaman berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan.
6. Sains empiris : pengetahuan sistematis yang diperoleh berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan.
E. Manfaat
Sesuai dengan tujuan penulisan makalah ini maka manfaat yang dapat diambil dari
penulisan makalah ini adalah :
1. Memnambah informasi mengenai kebenaran matematika bagian dua;
2. Menjadi bahan pembelajaran sifat kebenaran matematika;
3. Menjadi bahan acuan dalam penulisan makalah tentang sifat kebenaran matematika bagian dua
kedepannya;
4. Meningkatkan kemampuan menulis karya tulis penulis;
5. Menambah wawasan penulis mengenai sifat kebenaran matematika bagian dua.

BAB II
PEMBAHASAN
KEBENARAN KONSEP KONSEP DALAM MATEMATIKA

A. Interpretasi Primitif-Primitif Peano


Aksioma peano dapat menjadi landasan dari semua sistem matematika aksiomatis,
sebagai konsekuensi dari hasil ini, seluruh sistem matematika dapat dikatakan benar menurut
definisi-definisi saja (yakni,dari term-term matematika non primitif) asalkan kelima postulat
peano itu benar. Bagaimanapun mudahnya, kita tidak dapat mengacu pada postulat peano
sebagai proposisi-proposisi yang benar atau salah, sebab postulat itu mengandung 3 term yang
tidak terdefinisikan yang tidak diberikan makna khusus (kosong dari arti). Sebegitu jauh yang
dapat kita asersikan adalah bahwa setiap interpretasi khusus yang kita berikan kepada term-term
primitif yang memenuhi kelima postulat – denagn kata lain, mengubah postulat ke
dalam pernyataan yang benar – juga akan memenuhi semua teorema yang dideduksi darinya.
Sebab untuk sistem peano, terdapat beberapa (bahkan tak hingga banyak) interpretasi yang dapat
diberikan padanya. Sistem peano memperkenalkan banyak interpretasi yang berlainan, sementara
dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam bahasa ilmiah, kita memberikan makna khusus
kepada konsep-konsep aritmatika. Jadi dalam pembicaraan keilmuan sehari-hari, konsep

dua dipahami dengan cara demikian sehungga dari pernyataan “bapak bakri dan juga bapak
mardi, tetapi tidak ada orang lain lagi di kantor, dan bapak bakri tidak sama dengan bapak mardi
,” kesimpulannya “terdapat dua orang di kantor” menjadi kesimpulan yang valid.
Jika matematika kemudian harus menjadi teori yang benar untuk konsep-konsep
matemtika dalam makna yang diinginkan, tidak cukup bahwa validasinya telah ditunjukan
dengan mengatakan bahwa semua sistem telah dapat diturunkan dari postulat-postulat peano plus
definisi-definisi yang sesuai; melainkan kita harus meneliti lebih lanjut apakah postulat-postulat
peano sungguh-sungguh benar apabila primitif =primitif diganti dengan makna biasa,
permasalahan ini, tentu saja, dapat dijawab hanya setelah makna biasa dari term-term “0”,
”bilangan alam”, dan “pengikut” didefinisikan dengan jelas.
B. Definisi Makna Biasa Terhadap Konsep-Konsep Matemartika Dalam Term-Term Logika Murni
Definisi-definsi yang sangat rigor dari jenis yang diinginkan benar-benar dapat
dirumuskan, dan dapat ditunjukan bahwa dengan konsep-konsep yang didefinisikan ini, semua
postulat peano berubah menjadi pernyataan yang benar. Hasil yang penting ini deberikan oleh
hasil karya penelitian G. Frege(1848-1925) logikawan bangsa jermandan berikutnya karya yag
lebih rinci dan sistematis oleh logikawan dan filsuf inggris kontenporer B. Russell dan A. N.
Whitehead. Perhatikan sejenak ide dasar yang menekankan definisi- definisi ini.
Suatu bilangan alam ( dalam sistem peano disebut bilangan) dalam makna biasa dapt
dipandang sebagai ciri khas suatu himpunan objek tertentu jadi, misalnya,
himpunan apostol (sahabat nabi isa) adalah bilangan 12, himpunan dione lima-tupel bilangan 5,
sembarang pasangan adalah bilangan 2, dan sebagainya. Marilah sekarang kita ungkapkan
secara persis makna dari asersi bahwa himpunan tertentu C mempunyai bilangan 2, atau
singkatnya n(C)=2. Renungkan sejenak akan tampak bahwa definisi berikut cukup dalam arti
makna biasa untuk kosep 2: “terdapat objek x dan objek y sedemikian sehingga (1) x  C dan
y  C , (2) x ≠ y , dan (3) jika z sembarang objek sedemikian sehingga z  C, maka z =x atau z =
y ”. (perhatikan bahwa atas dasar definisi ini menjadi sungguh mungkin menyimpulkan
pernyataan “bayaknya orang dikantor adalah 2” dari pernyataan “bapak bakri dan juga bapak
mardi, tetapi tidak ada orang lain lagi di kantor, dan bapak bakri tidak sama dengan bapak
mardi”; C disini adalah himpunan orang-orang dikantor).
Pola umum definisi-definisi ini dengan sendirinya dapat dipakai untuk sembarang
bilangan alam. Perhatikan khusunya bahwa definisi-definisi yang diperoleh ini yang
didefinisikan tanpa memuat sembarang term aritmatika, akan tetapi semata-mata ungkapan-
ungkapan yang diambil dari bidang logika formal, termasuk tanda tanda identitas dan
perbedaan.akhirnya 0 adalah koleksi semua himpunan nol, yakni, koleksi semua himpunan tanpa
unsur. Dan hanya terdapat satu himpunan yang demikian, 0 menjadi lebih sederhana yakni,
koleksi yang mempunyai satu unsur himpunan nol. Definisi “pengikut” yang perumusan
persisnya melibatkan bnayak kecermatan untuk diungkapkan di sisni, merupakan suatu ungkapan
hati-hati dari ide sederhana yang akan dilukiskan oleh contoh berikut: pandang bilangan 5, yakni,
himpunan semua tupel. Kita pilih salah satu dari lima - tupel ini dan menambahkan kepadanya
suatu objek yang bukan salahsatu anggotanya. Maka 5’, pengikut 5 kemudian dapat didefinisikan
sebagai bilangn dengan menerapkan kepada himpunan yang telah diperoleh (yang tentu saja
enam - tupel).
Ciri khas yang diberikan pada definisi-definisi deberikan secara hati-hati. Kasus ini
melukiskan teknik-lambang (atau teknik matematis, dan logika membuktikan sangat perlu).
Tampak bahwa definisi benda (yang didefinisikan) secara eksklusif memuat term-term dari
bidang logika murni. Semua konsep matematika terbukti dapat didefinisikan dalam term-term
empat konsep logika murni. (Definisi satu atau lebih konsep-konsep matematika yang rumit
dalam term-term empat primitif yang baru saja disebutkan dapat memenuhi ratusan bahkan
ribuan halaman; tetapi jelaslah pengaruh ini bukan hasil kepentingan teoritis yang baru diperoleh
itu; hal ini hanya menunjukan kenikmatan besar dan sungguh-sungguh praktis dan perlu bagi
matematika dengan sistemnya yang sangat luas dan dengan kerumitan yang tinggi untuk
mendefinisikan konsep yang diperlukan).

BAB III
PEMBAHASAN
KEBENARAN MATEMATIKA DALAM SAINS EMPRIS

A. Kebenaran Postulat Peano Dalam Interpretasi Biasa


Kita tuliskan lagi postulat peano dibawah ini untuk memudahkan mengacu:
P1. 0 adalah suatu bilangan
P2. Pengikut sembarang bilangan adalah bilangan
P3. Tidak ada dua bilangan yang menjadi pebgikut yang sama
P4. 0 buknlah pengukut bilangan apaun
P5. Jika P adalah suatu sifat sedemikian sehingga (a) 0 bersifat P, dan (b) apabila suatu bilangan
n bersifat P, maka pengikut n’ juga bersifat P,maka setiap bilangan bersifat P.
Dapat ditunjukan bahwa postulat-postulat peano seluruhnya berubah menjadi proposisi-
proposisi yang benar jika perimitif-primitif dikaitkan dengan definisi-definisi yang dibicarakan
itu.
Jadi, P1 (0 adalah suatu bilangan) adalah benar sebab himpunan semua blangan – yakni, bilangan
alam – didefinisikan sebagai terdiri atas 0 beserta pengikut-pengikutnya. Kebenaran P2.(
Pengikut sembarang bilangan adalah bilangan) mengikuti definisi yang sama. P5, prinsip induksi
matematika benar pula. P4. 0 (buknlah pengukut bilangan apaun)

kebenarannya dapat dilihat. Bukti P3. (Tidak ada dua bilangan yang menjadi pebgikut yang
sama) menyajikan esulitan tertentu. Kesulitan ini dapat diatasi dengan mengintroduksi “aksioma
infinitif “ yang menyatakan, kebenaran objek tak hingga banyak (infinit), sehingga membuat
kebenaran P3 tlah ditunjukan.
B. Matematika Sebagai Cabang Dari Logika
Menurut kaum logistik matematika adalah cabang dari logika, matematika dapat
diturunkan dari logika dengan cara sebagai berikut:
1. Semua konsep matematika, yakni, aritmatika, aljabar, analisis, dapat didefinisikan dalam term-
term empat konsep logika murni.
2. Semua teorema matematika dapat dideduksi dari definisi definisi itudengan melalui prinsip-
prinsip logika (trmasuk aksioma pilihan dan aksioma infinitas).
dalam arti ini dapat dikatakan bahwa proposisi-proposisi sistem matematika, seperti
dibatasi disini, adalah benar menurut definisi-definisi konsep matematika yang terlibat, atau
bahwa proposisi membuat eksplisit ciri-ciri tertentu tempat kita memberikan konsep-konsep
matematika dengan definisi. Dengan demikian proposisi matematika telah memilikikepastian
yang tidak dapat dipermasalahkan yang merupakan ciri khasnya.
Proposisi-proposisi matematika adalah kosong dari konten faktual; mereka tidak
membawa informasi apapun atas materi subjek empiris.

C. Kegunaan Matematika Atas Materi Objek Empiris


Hasil ini nampaknya tidak cocok dengan hasil yang menyatakan bahwa semua
matematika telah membuktikan keunggulannya untuk diterapkan pada materi subjek empiris.
Sebenarnya sebagian besar pengetahuan ilmiah masa kini telah di peroleh melaui kesadaran
terus-menerus atas penerapan proposisi-proposisi matematika. Fungsi matematika sama sekali
bukan untuk prediksi, melainkan fungsi analisisis atau eksplikatif. Penalaran matematis telah
membuka bhawa premis-premis memuat – tersembunyi didalamnya, seperti seharusnya – suatu
asersi kasus yang belum terungkap. Penalaran matematis dan juga logis adalah suatu teknik
konseptual dalam membuatnya menjadi eksplisit dari apa yang semula implisit yang termuat
dalam seperangkat premis konklusi – konklusi yang diberikan oleh teknik ini tidak
mengasersikan apa-apa yang secara teoritis baru dalam arti tidak termuat didalam isi premis –
premis.
Analisis yang serupa dapat dilakukandalam semua kasus penerapan matematika ,
termasuk yang melibatkan, umpamanya, kalkulus. Dan sebenarnya dalam kasus kegagalan
prediksi yang terjadi akan dipandang sebagai indikasi sebagai ketidakbenaran faktual paling
sedikit didalam premis-premis yang terlibat, tetapi tidak akan pernah mengindikasi bahwa
prinsip – prinsip matematis yang terlibat tidak bermanfaat.
Jadi dalam membangun ilmu pengatahuan empris, matematika dan logika mempuyai
fungsi, demikian dikatakan, sebagai bumbu ekstrak teoritis. Teknik – teknik teori matematis dan
logis dapat menghasilkan

tidak lebih daripada bumbu informasi faktual dan bukan termuat dalam asumsi-asumsi yang
diterapkan. Akan tetapi matematika dan logika dapat menghasilkan lebih banyak bumbu jenis
daripada apa yang mungkin diantisipasi atas penglihatan intuitif awal asumsi asumsi yang
membangun masukan kasar untuk di ekstrak.
Ada baiknya kita perhatikan secara singkat status disiplin matematis yang sejalan dengan
matemika dan logika. Masing masing disiplin ini dapat dikembangkan sebagai sistem deduktif
murni atas dasar seperangkat postulat yang sesuai.
Dalam kasus aritmatika terbukti kemungkinan satu langkah lebih maju, yakni
mendefinisikan makna biasa dari primitif-primitif dalam termm konsep – konsep logika murni
dan menunjukan bahwa postulat-postulat – aritmatika dalah benar tanpa syarat menurut definisi-
definisi. Dalam penerapannya pada materi subyek empiris maka teori-teori matematis tidak
kurang peranannya sejalan dengan aritmatika dan logika murni, mempunyai fungsi sebagai alat
analisis, yang membawa ke implikasi seperangkat asumsi yang diberikan tetapi tidak menambah
apapun isinya.
Disamping matematika tidak berkontribusi apapun terhadap konten pengetahuan dalam
materi empiris kita, matematika sama sekali tidak dapat dikesampingkan sebagai suatu instrumen
untuk validasi dan bahkan untuk ungkapan linguistik pengetahuan-pengetahuan.
Maka garis besar pada analisis pada bagian ini menunujukan sitem matematika sebagai
struktur konseptual raksasa dan cerdik tanpa konten empiris dan bahkan sekaligus sangat perlu.
Dan merupakan instrumen teoritis yang sangat kuat bagi pemahaman ilmiah dan penguasaan
dunia tempat kita berpengalaman.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian dan analisis yang telah dilakukan pada makalh ini maka dapat
ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Kebenaran matematika diawali dengan aksioma dan teori matematika diturunkan secara logis
dengan sistem logika maka kebenaran matematika disebut kebenaran kondisional.
2. Kebenaran perangkat aksioma matematika bukan self evident truth bukan pula sains empiris
yang lebih umum tetapi apriori, benar sekali untuk selamanya.
3. Kebenaran perangkat aksioma matematika bukan self evident truth bukan pula sains empiris
yang lebih umum tetapi apriori, benar sekali untuk selamanya.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penuisan makalah ini masih terdapat bahkan
banyak kekurangan untuk itu penuis berharap pembaca dapat menyempurnakan makalah ini
keepannya. Penulis juga menyarankan pada para pembaca untuk memiliki sumber lain
untuk selain dari makalh ini, dengan menambah sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
tentunya dapat lebih membuat pembaca memahami bahasan diatas dan juga dapat
membuat makalah ini menjadi lebih bermanfaat.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Sukardjono. (2008). Matei Pokok Hakikat dan Sejarah Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka
Anonim. (2016). Filsafat dan sejarah matematika : Tidak Diterbitkan.
Maulana, Ganjar. (2015). Cara Menulis Daftar Pustaka Dari Berbagai Sumber. [Online].
Tersedia: http://bacaterus.com/cara-menulis-daftar-pustaka/ [27 agustus 2016].
Sifat Aksioma Peano
Himpunan bilangan asli N adalah himpunan yang mempunyai sifat :
1. Bilangan 1 anggota N.
2. Untuk setiap n ∈ N ada tunggal anggota lain n* yang disebut sebagai
pengikut n.
3. Untuk setiap n ∈ N, maka n* ≠ 1.
4. Jika m, n ∈ N dan m* = n*, maka m = n.
5. Untuk setiap subhimpunan K ⊂ N dengan sifat :
o 1∈K
o Jika k ∈ K, maka k* ∈ K
Maka K = N

Anda mungkin juga menyukai