Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH DAN FILSAFAT MATEMATIKA

SIFAT KEBENARAN MATEMATIKA BAGIAN 1

DOSEN PEMBIMBING
RONI PRIYANDA, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
HIDAYATUL FITRI (190406017)
PUTRI YOLANDA (190406025)

UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020/2021
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Sejarah dan Filsafat Matematika dengan judul
“Sifat Kebenaran Matematika (Bagian I)”.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa,saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena itu,kami
mengharapakan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak.Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi
perkembangan dunia pemdidikan.

Langsa,31 Maret

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................
1.3. Tujuan....................................................................................................................
BAB II : ISI
2.1. Aksioma Dan Proposisi............................................................................................
2.1.1 Aksioma Dalam Matematika..........................................................................
2.1.2 Pernyataan Proposisi.......................................................................................
2.1.3 Sistem Analitik Proporsi Aksioma.................................................................
2.1.4 Matematika Sistem Deduktif Aksiomatif.......................................................
2.2 Sistem Aksioma Peano Sebagai Basis Matematika..................................................
2.2.1 Sistem Aksioma Peano...................................................................................
BAB III : PENUTUP
3.1. Kesimpulan.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebenaran matematika adalah kebenaran menurut definisi atau persyaratan yang
menentukan makna dari term-term kunci. Persyaratan ini memberikan ciri khas bahwa
validitas kebenaran matematika tidak memerlukan bukti empiris. Kebenaran matematika
semata-mata dapat ditunjukkan dengan menganalisis makna yang terkandung dalam term-
term di dalamnya, yang di dalam logika disebut sebagai benar secara apriori yang
mengindikasikan bahwa nilai kebenarannya bebas secara logis dari atau apriori secara logis
pada sebarang bukti eksperimental. Kebenaran matematika adalah kebenaran yang tidak
dapat diganggu gugat, tidak dapat direvisi, mutlak benar dan pasti yang didasarkan pada
deduksi murni, yang merupakan satu-satunya metode pembuktian dalam matematika bahwa
proposisi-proposisi itu pasti benar asalkan postulat (aksioma) yang mendasarinya itu benar.
Jadi proposisi adalah implikasi logis dari postulat-postulatyang digunakan.
Dalam ilmu pengetahuan matematika adalah ratu dari seluruh ilmu pengetahuan,
dimana matematika hadir atau tercipta sudah dari jaman dahulu kala digunakan untun
membantu dalam kehidupan. Dalam dunia pendidikan matematika merupakan aspek yang
sangat penting. Diperguruan tinggi matematika dipelajari untuk mempersiapkan mahasiswa
sebagai calon pengajar ataupun calon ilmuan, untuk itu mahasiwapun harus tau tentang
sejarah dan filsafat matematika agar pengetahuan mahasiswa tentang matematika tidak hanya
sebatas kepada materi saja, akan tetapi asal usul, filsafat dan sejarahnya mereka ketahui agar
penegetahuan matematika mereka mendalam.
Filsafat matematika dikembangkan melalui isu-isu eksternal seperti sejarah,asal-
usul,dan praktek matematika dengan isu-isu internal seperti epistemologi dan ontologi.
Metode yang digunakan untuk melakukan klasifikasi aliran-aliran dalam filsafat matematika
salah satunya menggunakan kriteria kecukupan filsafat matematika (Ernest,1991)yaitu: (1)
pengetahuan matematika: sifat, justifikasi, dan asal-usul pengetahuan, (2) obyek matematika:
ruang lingkup dan asal-usulobyek matematika, (3) aplikasi matematika: efektifitas
matematika dalam mengembangkan sains, teknologi dan aplikasilainnya, dan (4) praktek
matematika: aktifitas matematikawan, dulu dan sekarang.
1.2 Rumusan Masaah
Berdasarkan latar belakang ,maka yang menjadi permasalahan dan diungkpkan dalam
makalah ini adalah :
1. Apa itu Aksioma dan Proposisi Matematika
2. Bagaimana Sistem Aksioma Peano sebagai basis Matematika?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan pembaca dapat memperoleh informasi
mengenai :
1. Aksioma dan Proposisi Matematika
2. Sistem Aksioma Peano sebagai basis Matematika?
BAB II
ISI
2.1 Aksioma dan Proposisi
2.1.1 Aksioma Dalam Matematika
Kata aksioma berasal dari Bahasa Yunani αξιωμα (axioma), yang berarti
dianggap berharga atau sesuai atau dianggap terbukti dengan sendirinya. Kata ini
berasal dari αξιοειν (axioein), yang berarti dianggap berharga, yang kemudian berasal
dari αξιος (axios), yang berarti berharga. Di antara banyak filsuf Yunani,
suatu aksioma adalah suatu pernyataan yang bisa dilihat kebenarannya tanpa perlu
adanya bukti. Kata aksioma juga dimengerti dalam matematika. Akan tetapi, aksioma
dalam matematika bukan berarti proposisi yang terbukti dengan sendirinya.
Melainkan, suatu titik awal dari sistem logika. Misalnya, nama lain dari aksioma
adalah postulat.
Suatu aksioma adalah basis dari sistem logika formal yang bersama-sama
dengan aturan inferensi mendefinisikan logika.Aksioma adalah pendapat yang
dijadikan pedoman dasar dan merupakan Dalil Pemula, sehingga kebenarannya tidak
perlu dibuktikan lagi.Aksioma atau pernyataan pangkal adalah pernyataan yang kita
sepakati kebenarannya agar suatu kumpulan aksioma dapat merupakan suatu sisten
diperlukan syarat-syarat yang penting. syarat-syarat yang penting itu adalah (1)
konsiste (taat asas), (2) independen, (3) lengkap, dan (4) ekonomi.
Aksioma adalah pendapat yang dijadikan pedoman dasar dan merupakan Dalil
Pemula,sehingga kebenarannya tidak perlu dibuktikan lagi. Aksioma yaitu sutu
pernyataan yang diterima sebagai kebenaran dan bersifat umum, tanpa memerlukan
pembuktian.
Contoh aksioma :
a. Melalui dua titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis lurus.
b. Jika sebuah garis dan sebuah bidang mempunyai dua titik persekutuan, maka
garis itu seluruhnya terletak pada bidang.
c. Melalui tiga buah titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah bidang.
d. Melalui sebuah titik yang berada di luar sebuah garis tertentu, hanya dapat
dibuat sebuah garis yang sejajar dengan garis tertentu tersebut.

2.1.2 Pernyataan Proposisi


Di dalam matematika, tidak semua kalimat berhubungan dengan logika. Hanya
kalimat yang bernilai benar atau salah saja yang digunakan dalam penalaran. Kalimat
tersebut dinamakan proposisi(preposition).Sebuah proposisi(proposition)
atau statement ialah sebuah kalimat deklaratif yang memiliki tepat satu nilai
kebenaran, yaitu:”Benar”(B) atau ”Salah”(S).Kalimat tanya atau kalimat perintah tidak
dianggap sebagai pernyataan.
Berikut ini adalah beberapa contoh proposisi :
a.  1 + 2 = 3
b.  Presiden RI tahun 2005 adalah SBY
c.   6 adalah bilangan prima
d. Warna bendera RI adalah biru dan merah
Kalimat-kalimat di atas adalah kalimat proposisi karena dapat diketahui
benar/salahnya. Kalimat (a) dan (b) bernilai benar, sedangkan kalimat (c) dan (d)
bernilai salah.
Kalimat-kalimat berikut bukan pernyataan :
1.   x + 2 = 10.
2.  Minumlah sirup ini dua kali sehari.
3.  Alangkah cantiknya gadis itu!

2.1.3 Apakah kebenaran proposisi matematika bersifat Self Evident


(Menjelaskan Sendiri)
Salah satu dari beberapa jawaban terhadap permasalahan tersebut, yang sangat
bertentangan dengan hipotesis sains empirik yakni, pada matematika tidak
memerlukan buku factual atau eksperimen dan tidak pula pertimbangan yang lain
sebab, kebenaran matematika adalah “self-evident” (membuktikan sendiri). Pandangan
ini, bagaimana pun meletakan sejenis keputusan bahwa kebenaran matematika berada
pada semacam perasaan self-evident, akan menemui banyak kesulitan.
1. banyak teorema matematika begitu sulit di bangun, bahkan pada spesialis pada
bidangnya sekalipun, memang mereka melihat sesuatu tetapi bukan self-evident.
2. sudah sangat terkenal bahwa beberapa hasil matematika amat sangat menarik –
terutama pada bidang-bidang abstrak seperti teori himpunan dan topologi yang
menghujam jauh ke intuisi yang bertentangan dengan semacam  perasaan self-evident.
3. adanya konjengtur matemais seperti konjengtur dari Goldbach dan Fermat, yang
sebenarnya sangat elementer isinya, tetapi belum dapat ditenukan “benar-salahnya”
sampai saat ini, tentu hal ini menujukan bahwa tidak semua kebenaran matematika
bersifat self-evident. Dan akhirnya, meskipun jika self-evident hanya diberikan pada
proposisi postulat yang melandasi matematika, dan dari postulat-postulat ini
diturunkan proposisi-proposisi matematika, patut dicatat bahwa pertimbangan seperti
apa yang dapt dipandang sebagai self-evident adalah sangat subjektif, pandangan
demikian berubah dari orang ke orang dan tetu saja tidak dapat membangun landasan
dasar yang cukup untuk penetapan sebagai validitas objektif proposisi matematika.

2.1.3 Sifat Analitik Proposisi Matematika


Jadi pernyataan 3 + 2 = 5 adalah benar menyerupai alasan, umpamanya, asersi
bahwa seksagerian {manula berusia enam puluh} berusia 45 tahun. Kedua-duanya
benar menurut definisi atau persyaratan yang menentukan makna dari term-term kunci
yang terlihat. Pernyataan-pernyataan jenis ini memberikan ciri khas tertentu yang
penting. validasinya tidak memerlukan bukti empiris, mereka dapat ditunjukkan
sebagai benar semata-mata hanya dengan analisis makna yang terkandung di dalam
term-term yang terdapat di dalamnya. Di dalam bahasa logika kalimat-kalimat jenis ini
disebut analitik atau benar apriori, yang mendikasikan bahwa nilai kebenarannya
bebeas secar logis dari, atau apriori secara logis padasembarang bukti eksperimental.
Dan sementara itu pernyataan-pernyataan empiris, yang disebut sintetik dan
dapat divalidasi halnya positeori, dan terus menerus terbuka untuk direvisi terhadap
bukti baru, sedangkan bukti kebenaran pernyataan analisis dapat dibangunkan  hanya
sekali untuk selamanya. Bagaimanapun, ciri khas “kepastian teoritis” dari proposisi
analitik harus dibayar mahal. Suatu pernyataan analitik adalah tidak membawa
informasi factual. Pernyataan tentang seksagenerian di atas, misalnya tidak
mengasersikan apapun yang dapat memungkinkan pertentangan dengan sembaran
bukti factual: pernyataan itu tidak memiliki implikasi factual, tidak ada kandungan
empiris, dan dengan alasan persisi inilah bahwa pernyataan itu dapat divalidasi tanpa
sumber bukti empiris.
Kita lukiskan lagi pandangan sifat proposisi matematika ini dengan mengambil contoh
yang lain, biasanya diambil contoh kebenaran matematika- atau logis- yakni :
proposisi bahwa jika a = b dan b = c, maka a = c. Dengan data aplikasi, proposisi ini
disebut “identitas transitivitas” diasersikan? Apakah proposisi ini bersifat empiris
sehingga dengan demikian secara teoritis dapat tidak cocok dengan bukti empiris?
Pandanglah, misalnya bahwa a, b, c, adalah padang rumput, sejauh mata memandang
tampak bahwa a = b, dan b = c, akan tetapi, jenis kelihatan
bahwa a  c, maka tidak mungkin a = b dan c = b, paling sedikit sepasang dari pasangan
huruf-huruf ini tidak sama, yakni harus ada perbedaan walaupun mungkin hanya kecil
sekali. Maka kita menolak kemungkinan ketidakcocokan empiris itu, dan
sesungguhnyalah bahwa ide uji empiris harus relevan disini, atas dasar bahwa identitas
itu adalah relasi transitif menurut definisi atau menurut postulat-postulat yang
mendasarinya. Maka, prinsip dalam permasalahan tersebut adalah benar apriori.

2.1.4 Matematika Sistem Deduktif Aksiomatif


Sebegitu jauh telah dipaparkan bahwa validitas matematika tidak terletak pada
pernyataan sifat self-evidentnya dan tidak pula pada dasar empiris, akan tetapi
diturunkan dari pernyataan tentang apa yang menentukan makna konsep-konsep
matematika, dan bahwa proposisi-proposisi matematika dengan demikian adalah
“benar menurut definisi”. Pernyataan terakhir ini terlalusederhan dan perlu
diklarifikasi ulang dan perlu pertimbangan yang hati-hati.
Demi perkembangan yang rigor teori matematika bukan perolehan mudah dari
perangkat definisi sederhan akan tetapi dari perangkat proposisi-proposisi non-
defisional yang tidak dibuktikan dalam teori itu. Mereka dinforrmasikan dalam term-
term dasar tertentu atau konsep-konsep primitive di mana idak ada definisi-definisi
diberikan dalam teori itu. Seringkali orang mengira bahwa postulat-postulat sendiri
menyajikan “definisi implicit”dari term-term tidak didefiisikan. Bagaimana pun,
pencirikhasan postulat-postulat yang demikian salah terka. Di samping postulat-
postulat itu terbatas dalam arti khusus makna yang mungkin dapat diberikan pada
term-term takdidefinisikan sembarang sistem postulat yang self-evident boleh,
meskipun demikian, banyak iterpretasi berbeda-beda atas term-term takdidefinisikan
(nanti akan dijelaskan), sedangkan perangkat definisi dalam arti langsung dari kata-
kata menentukan makna dari defienda (yang didefinisikan) dalam bentuk yang
tumggal.
Setelah term-term takterdefiisiakan dan postulat-postulat ditetapkan, seluruh
sudah tertentu dengan lengkap, teori-teori dapat diturunkan dari dasar
postulationaldengan cara sebagai berikut: Setiap term dari teori dapat didefinisikan
dalam term-term takterdefinisikan, dan setiap proposisi dalam teori dapat dideduksi
secara logis dari postulat-postulat. Agar seluruhnya persis, perlu pula mencirikan
prinsip-prinsip logika yang akan digunakan dalam bukti proposisi dengan kata lain,
dalam deduksinya dari postulat. Prinsip-prinip ini dapat dinyatakan dengan sangat
eksplisit. Prinsip-prinsip logika terbagi dalam dua kelompok. Kaliamat primitif, atau
postulat dari logika (seperti jika p dan q benar, maka p benar), dan aturan-aturan
deduksi dan penyimpulan (termasuk, misalnya, yang dikenal dengan modes
ponen dan modes tolen dan aturan subtitusi yang mungkin menarik kesimpulan, dan
proposisi umum, dengan mengambil salah satu contoh subitusi).

2.2 Sistem Aksioma Peano sebagai Basis Matematika


2.2.1 Sistem Aksioma Peano
Sekarang marilah kita pelajari lebih dekat sebuah sistem matematika aksiomatis
atau sistem postulat yang dari sistem ini seluruh aritmetika bilangan alam (cacah) dapat
diturunkan. Sistem ini diciptakan oleh matematikawan dan logikawan bangsa Italia G.
Peano (1858-1932) term-term takdidefinisikan dalam sistem ini adalah “0”, “bilangan”,
dan “pengikut” atau “successor”. Sementara itu, tentu saja tidak ada defoinisi yang
diberikan kepada term-term inidalam teorinya, lambang “0” dimaksud menandakan
bilangan 0 dalam makna biasa, sedangkan term “bilangan” dimaksud kepada bilangan
alam 0,1,2,3,… ekslusif. Dengan pengikut suatu bilangan alam n, yang bisa tandakan
dengan n; dimaksud bilangan alam tepat sesudah bilangan alam n dalam urutan biasa.
Sistem Peano memuat 5 postulat berikut ini:
P1. 0 adalah suatu bilangan
P2. Pengikut sembarang bilangan adalah suatu bilangan
P3. Tidak ada dua bilangan yang mempunyai  pengikut sama
P4. 0 bukanlah pengikut bilngan mana pun
P5. Jika P adalah suatu sifat sedemikin sehingga (a) 0 bersifat P, dan (b) apabila suatu
bilangan n bersifat P maka pengikut n’ juga bersifat P, maka setiap bilangan bersifat P.
Postulat yang terlahir ini mengandung prinsip induksi matematis dan
mengganbarkan dengan cara yang sangat jelas cara memperkuat “kebenaran”
matematis dengan persyaratan. Konstruksi aritmetika elementer pada basisi ini dimulai
dengan definisi berbagai bilangan alam. 1 didefinisikan sebagai pengikut 0, atau
disingkat sebagai 0’,2 sebagai 1’,3 sebagai 2’, dan seterusnya. Menurut P2, proses ini
dapat dilanjutkan takterbatas; sebab P3 (dengan kombinasi P5), proses ini tida pernah
kembali ke satu bilangan yang telah didefinisikan terdahulu, dan menurut P4, prose
situ tidak juga kembali ke 0.
Langkah selanjutnya kita dapat membangun definisi penjumlahan yang
dinyatakan dalam bentuk yang persis dengan suatu ide bahwa penjumlahan sembarang
bilangan alam dengan bilangan alam yan diketahui dapat dipandang sebagai
penjumlahan berulang-ulang dari 1; operasi yang terakhir ini sipa dinyatakan dengan
hubungan pengikut. Definisi penjumlahan ini berjalan sebagai berikut.
D1. (a) n + 0 = n;                         (b) n + k’ = (n + k)’,
Kata syarat pada definisi rekrusif ini menentukan dengan lengkap jumlah
sembarang dua bilangan. Perhatikan umpamannya, jumlah 3 + 2. Menurut definisi
bilangan 2 dan 1, kita peroleh 3 + 2 = 3 + 1’ = 3 + (0)’, akan tetapi menurut D1 (b), 3
+ (0’)’ = (3 + 0’)’ = ((3 + 0’)’ sedangakan menurut D1 (a), dan menurut definisi
bilangan 4 dan 5, ((3 + 0’)’- (3’)’ = 4’ = 5. Bukti ini juga menjelaskan lebih
eksplisitdan persis komentar yang diberikan terdaulu aatas kebenaran proposisi bahwa
3 + 2 = 5: Di dalam sistem aritmetika Peano, kebenaranya mengalir bukan semata-
mata dari definisi konsep-konsepyang terlibat, akan tetapi juga dari postulat-postulat
yang berlaku atasnya. Dalam contoh ini postulat P1 dan P2 dan jaminan bahwa
1,2,3,4,5 adalah bilangan-bilangan dalam sistem Peano, bukti umm bahwa D1
menentukan jumlah smbarang dua bilangan juga menggunakkan P5.

Jika postulat-postulat dan definisi-definisi dalam teori aksiomatik itu kita sebut
“syarat-ayarat” yang terkait dengan konsep-konsep dalam teori itu, maka sekarang kita
dapat menggunakkan bahwa proposisi-proposisi dalam aritmetika bilangan alam
adalah benar menurut persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan sejak awal untuk
konsep-konsep aritmetika. (ingat, khususnya, bahwa bukti untuk rumus “3 + 2 = 5”
beberapa kali menggunakan identitas transivitas; yang terakhir ditrima disini salah
satu aturan dalam logika yang dapat diggunakkan dalam bukti sembarang teorema
dalam aritmetika; dengan demikian, aturan-aturan logika ini ang termasuk di antara
postulat-postulat. Peano tidak lain adalah aturan logika).
Sekarang, perkalian bilangan alam dapat didefinisikan dengan definisi rekrusif
sebagai berikut, yang dinyatakan dalam bentuk ide yang rigor bahwa hasil kali n.k dari
dua bilangan dapat dipandang sebagai jumlah k kali masing-masing sama dengan n.
D2 (a) n.0 = 0;                            (b) nk’ = n.k + n.

Sekarang ada jalan membuktikan hukum-hukum umium untuk penjumlahan


dan perkalian, seperti hukum-hukum komutatif, asosiatif, dan distributif, [yakni: n + k
= k + k,n.k = k n; n +(k + 1) = (n + k) + l. n.(k.l) = (n.k).l. n.(k + l) = (n.k) + (n.l)].
Kemudian dalam term-term penjumlahan dan perkalian, operasi invers pengurangan
dan pembagian dapatlah didefinisikan. Tetapi dalam masalah ini “tidak selalu dapat
dilaksanakan”, umpamnya, berbeda dengan penjumlahan dan perkalian, selisih dari
hasil bagi tidak untuk setiap pasang bilangan terdefinisikan; umpamanya, 7 – 10 dan
7 : 10 tidak terdefinisikan. Situasi ini menyarankan perlunya suatu perluasan sistem
bilangan dengan memperkenalkan bilangan-bilangan negative dan rasional.

Sering kali dilakukan bahwa agar perluaan itu efektif, kita harus “berasumsi”
atau “mempostulatkan” keberadaan jenis bilangan tambahan yang diinginkan dengan
sifat-sifat yang membuatnya cocok untuk mengisi kesenjangan operasi pengurangan
dan perkalian. Metode ini sederhan saja dengan mempostulatkan apa yang diinginkan
demi kemajuan-kemajuan. Sangat dihargai bahwa bilangan negative dan rasional yang
diperoleh dari term-term primitive dalam sistem Peano dengan memasukan definisi
ekspisit tanpa tambahan satu pun postulat maupun asumsi-asumsi baru.
Setiap bilangan positif dan negative – berbeda dengan bilangan alam yang
tidak mempunyai tanda  - dapat didefinisikan sebagai himpunan semua pasangan
terutama bilangan-bilangan alam; jadi, bilangan + 2 didefinisikan sebagai himpunan
semua pasangan terutama (m, n) dari bilangan-bilangan alam dengan sifat m = n +
2, bilangan -2 (negatif 2) adalah himpunan semu pasangan terutama bilangan alam (m,
n) dengan sifat n = m + 2. Hal yang serupa, bilangan rasional dapat didefinisikan
sebagai pasangan terutama bilangan-bilangan alam.
Berbagai operasi aitmetika kemudian dapat didefinisikan dengan mengacu
pada jenis-jenis bilangan baru ini, dan validitasi semua hukum aritmetika yang berlaku
pada operasi-operasi ini dapat  dibuktikan dengan menggunakan,tidak lain, dari pada
postulat-postulat Peano dan definisi-definisi dari berbagai konsep aritmtetika yang
terlibat.
Sedemikian jauh perluasan yang kita peroleh ini masih belum lengkapdalam
arti tidak setiap ilangan di dalamnya mempunyai suatu nilai akar kuadrat, dan lebih
umum lagi, tidak setiap persamaan aljabar dengan koefisien semua bilangan dalam
sistem mempunyai solusi dalam sistem. Hal ini mengisyaratkan masih perlunya
memperluas lagi sistem bilangan itu dengan megintroduksi sistem bilangan nyata dan
akhrnya sistem bilangan komples.
Lagi, dalam berbagai perluasan ini dapat dibuat efektif hanya dengan definisi
tanpa menambahkan posulat pun. Berdasarkan apa yang telah diperoleh, berbagai
operasi aritmetika dan aljabar dapa didefinisikan bagi bilangan-bilangan dalam sistem
baru ini, konsep-konsep fungsi, limit, derivative dan integral dapat dintrodusir, dan
teorema-teorema yang bisa di jumpai dalam konsep-konsep ini dapat dibuktikan, disini
hanya tergantung pada basis sistem Peano yang sedalam itu:
Setiap konsep matematika dapat didefinisikan dengan tiga primitif Peano, dan
setiap proposisi matematika dapat dideduksi dari lim postulat yang diperkaya dengan
definisi-definisi atau term-term non primitif. Dalam banyak kasus, deduksi ini dapat
dilakukan, dengan menggunakan tidak lebih dari prinsip-prinsip logika formal; bukti
beberapa teorema yang berkaitkan  dengan bilangan real, bagaimana pun,
menghendaki sebuah asumsi yang biasanya tidak termasuk di antara yang terakhir itu.
Inilah aksioma yang bisa disebut aksioma pilihan (axioma of choice).
Aksioma ini berbunyi bahwa diberikan suatu himpunan terdidi atas himpunan-
himpunn eksklusif, masing-masing tidak hampa, terdapatlah sekurang-kurangnya satu
himpunan yang tepat mempunyai satu elemen bersekutu dengan masing-masing
himpunan yang diberi. Menurut prinsip ini dan aturan-aturan logika formal, konten
semua matematika dapat turunkan dari sistem. Peano yang sederhana – suatu prestasi
yang perlu di catat dengan mensistematisasikan konten matematika diklarivikasi
validitas landasannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Matematika memiliki sifat aksiomatis berarti bahwa satu pernyataan metematis
diperoleh dari pernyataan matematis lain daam urutan logis yang ketat,yang bercirikan
pilihan aksioma-aksioma,penyusunan proposisi-proposisi,dan ketegasan
demonstrasi.Suatu aksioma atau postulat dapat diartikan sebagai kebenaran yang terbukti
dengan sendirinya,diasumsikan begitu saja,atau diterima tanpa justifikasi lebih lanjut
sebagai fondasi untuk penalaran,untuk menghindari sirkularitas dan memberikan titik
awal.
Suatu sistem pengetahuan aksiomatis dapat disempurnakan dengan cara
menambahkan aksioma-aksioma atau postulat-postulat yang dapat memberikan eksplisitas
dan bentuk bagi gagasan-gagasan yang pada awalnya sekedar bersifat intuitif.
Daftar Pustaka
http://mastermaster6.blogspot.co.id/
Paul Ernest . (1991) . The phylosophy of matematics education

Anda mungkin juga menyukai