Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA

“Hakikat dan Karakteristik Filsafat Matematika”

Dosen Pengampu : Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd


Disusun Oleh:

Kelompok 2

(Pendidikan Matematika - 3A)

1. Annisa Rahmaini ( 1905111371 )


2. Della Mutiara ( 1905110367 )
3. Futri Khairunnisak ( 1905111127 )
4. Nur Nilam Sari ( 1905112892 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pemurah Lagi Maha


Penyayang. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang telah
melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya, sehingga kami mampu
menyelesaikan penyusunan makalah Filsafat dan Sejarah Matematika dengan
judul “Hakikat dan Karakteristik Filsafat Matematika”.

Penyususnan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin


dengan dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam
penyusunannya. Untuk itu kamipun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari
berbagai pihak yang sudah membant kami dalam rangka menyelesaikan
makalah ini.

Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasa serta aspek-aspek lainya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami
membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan
kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang


sederhana ini bisa bermanfaat dan juga besar kemungkinan kami menginspirasi
para pembaca untuk mengangkat berbagai permasalahan lainnya yang masih
berhubungan pada makalah-makalah berikutnya.

Pekanbaru, 23 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................2

DAFTAR ISI ....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................5
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor – Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Matematika ....................7
B. Hakikat dan Karakteristik Filsafat Manusia ............................................8
a. Hakikat filsafat matematika ..............................................................8
b. Karakteristik filsafat matematika ......................................................9
C. Relasi Filsafat Dan Matematika ..............................................................14
D. Relasi Matematika dan Filsafat Matematika ...........................................16
E. Aliran dalam Filsafat Matematika ...........................................................18
a. Platonisme ........................................................................................18
b. Absolutisme .....................................................................................19
c. Falibilisme ........................................................................................21
F. Filsafat Formalisme dalam Matematika ...................................................22
a. Aspek Ontologi Filsafat Formalisme .................................................22
b. Aspek Epistemologi Filsafat Formalisme ..........................................22
c. Kebenaran Matematis dalam Filsafat Formalisme .............................22
d. Filsafat Formalisme ..........................................................................24

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................26
B. Saran ......................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................42


LAMPIRAN .....................................................................................................43

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Apakah matematika itu? Hingga saat ini belum ada kesepakatanyang
bulat diantara matematikawan tentang apa yang disebut matematika itu.
Banyaknya definisi dan beragamnya deskripsinyang berbeda dikemukakan
oleh para ahli, mungkin disebab kan oleh ilmu matematika itu sendiri, dimana
matematika termasuk salah satu disiplin ilmu yang memilki kajian sangat
luas, sehingga masing-masing ahli bebas mengemukakan pendapatnya
tentang matematika berdasarkan sudut pandang, pemahaman, dan
pengalaman masing-masing. Penjelasan mengenai apa dan bagaimana
sebenarnya matematika itu, akan terus mengalami perkembangan seiring
dengan pengetahuan dan kebutuhan manusia serta perubahan zaman.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi didunia berkembang


dengan sangat pesat, terutama dalam bidang informasi. Sehingga, diperlukan
sumber daya manusia yang kreatif, berfikir sistematis, logis, konsisten dan
dapat bekerja sama serta tidak mudah putus asa. Untuk memperoleh sifat
yang demikian perlu diberikan berbagai macam pelajaran. salah satu mata
pelajaran yamg merefleksikan sifat diatas adalah mata pelajaran matematika,
karena Matematika merupakan ilmu dasar dan hampir diterapkan oleh setiap
ilmu. Matematika juga merupakan ilmu yang deduktif dan terstrukrut.
Sebagai acuan dasar mempelajari matematika tentu kita harus mempelajari
hakikat dan filsafat matematika. Sehingga ditemukan lah karakteristik dan
keterkaitan matematika dengan ilmu lainnya.

Filsafat matematika itu sendiri adalah cabang dari filsafat yang


mengkaji anggapan-anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak
matematika. Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk memberikan
kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Sifat logis dan

4
terstruktur dari matematika itu sendiri membuat pengkajian ini meluas dan
unik di antara mitra-mitra bahasan filsafat lainnya.

Interaksi antara filsafat dan matematika membuat adanya padanan dari


konsep dan problem dari masing-masing bidang. Filsafat berbicara tentang
keabadian, kebetulan, atau kuantitas. Sedangkan matematika berbicara
tentang ketidakberhinggan, probabilitas, dan bilangan. Dapat kita lihat
masing-masing bahasan dari filsafat dan matematika adalah banyak memiliki
kesejajaran. Pada hakikatnya kedua identitas tersebut adalah pengetahuan
rasional dan eksperimennya hanya menggunakan akal murni yang tidak
memerlukan laboratorium. Disamping beberapa kesamaan, matematika dan
filsafat juga memiliki perbedaan yang menjadikan keduanya mampu bekerja
pada ruang lingkupnya masing-masing. Berdasarkan hal-hal yang
dikemukakan diatas, maka kami menyusun makalah dengan judul “Hakikat
dan Karakteristik Filsafat Matematika”

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan tema pembahasan makalah kami kali ini, maka kami akan
dapat merumuskan beberapa hal yang menjadi masalah, sebagai berikut:

1. Apa Saja Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Matematika?


2. Apa Hakikat dan Karakteristik Filsafat Matematika?
3. Bagaimana Relasi Matematika dan Filsafat?
4. Bagaimana Relasi Matematika dan Filsafat Matematika?
5. Apa Saja Aliran Dalam Filsafat Matematika?
6. Apakah Filafat Formalisme Dalam Matematika?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun makalah ini memiliki tujuan, antara lain:

5
1. Dapat mengetahui Apa Saja Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya
Filsafat Matematika.
2. Dapat mengetahui Apa Hakikat dan Karakteristik Filsafat Matematika.
3. Dapat mengetahui Apa saja Relasi Matematika dan Filsafat.
4. Dapat mengetahui Apa Saja Relasi Matematika dan Filsafat
Matematika.
5. Dapat mengetahui Apa Saja Aliran Dalam Filsafat Matematika.
6. Dapat mengetahui Filafat Formalisme Dalam Matematika.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Matematika

Suatu peristiwa atau kejadian pada dasarnya tidak pernah lepas dari peristiwa
lain ynag mendahuluinya. Demikian juga dengan timbul dan berkembangnya
filsafat matematika. Menurut Rinjin (dalan kuntjojo 2009), filsafat dan ilmu
timbul dan berkembang karena akal budi, thauma dan aporia.

1. Manusia merupakan makhluk berakal budi

Dengan akal budinya, kemampuan manusia dalam bersuara bisa


berkembang menjadi kemampuan berbahasa dan berkominikasi, sehingga
manusia disebut sebagai homo loquens dan animal symbolicum. Dengan akal
budinya, manusia dapat berpikir abstrak dan konseptual sehingga dirinya
disebut homo sapiens (makhluk pemikir) atau kalau menurut Aristoteles
manusia dipandang sebagai animal that reason yang ditandaidengan sifat
selalu ingin tahu (all men by nature desire to know).

Pada diri manusia melekat kehausan intelektual (intellectual curiosity),


yang menjelma dalam wujud aneka ragam pertanyaan. Bertanya adalah
berpikir dan berpikir dimanifestasikan dalam bentuk pertanyaan.

2. Manusia memiliki rasa kagum (thauma) pada alam semesta dan isinya

Manusia merupakan makhluk yang memiliki rasakagum pada apa yang di


ciptakan oleh Sang Pencipta, misalnya saja kekaguman pada matahari, bumi,
dirinya sendiri dan seterusnya. Kekaguman tersebut kemudian mendorong
manusia untuk berusaha mengetahui alam semesta itu sebenernya apa,
bagaimana asal usulnya (masalah kosmologis). Ia juga berusaha mengetahui
dirinya sendiri, mengenai eksistensi, hakikat dan tujuan hidupnya.

7
3. Manusia senantiasa menghadapi masalah

Faktor lain yang juga mendorong timbulnya filsafat dan ilmu adalah
masalah yang dihadapi manusia (aporia). Kehidupan manusia selalu diwarnai
dengan masalah, baik masalah yang bersifat teoritis maupun praktis. Masalah
mendorong manusia untuk berbuat dan mencari jala keluar yang tidak jarang
menghasilkan temuan yang sangat berharga (necessity is the mother of
science).

B. Hakikat dan karakteristik filsafat matematika

a. Hakikat filsafat matematika

Wilkins, DR, 2004, menjelaskan bahwa terdapat beberapa definisi


tentang matematika yang berbeda-beda. Ahli logika Whitehead menyatakan
bahwa matematika dalam arti yang paling luas adalah pengembangan semua
jenis pengetahuan yang bersifat formal dan penalarannya bersifat deduktif.
Boole berpendapat bahwa itu matematika adalah ide-ide tentang jumlah dan
kuantitas. Kant mengemukakan bahwa ilmu matematika merupakan contoh
yang paling cemerlang tentang bagaimana akal murni berhasil bisa
memperoleh kesuksesannya dengan bantuan pengalaman. Von Neumann
percaya bahwa sebagian besar inspirasi matematika terbaik berasal dari
pengalaman. Riemann menyatakan bahwa jika dia hanya memiliki teorema,
maka ia bisa menemukan bukti cukup mudah. Kaplansky menyatakan bahwa
saat yang paling menarik adalah bukan di mana sesuatu terbukti tapi di mana
konsep baru ditemukan.

Hempel, CG, 2001, menegaskan kembali bahwa matematika itu sendiri


merupakan ilmu empiris yang berbeda dari cabang lain seperti astronomi,
fisika, kimia, dll, terutama dalam dua hal: materi pelajaran adalah lebih
umum daripada apapun lainnya dari penelitian ilmiah, dan proposisi yang
telah diuji dan dikonfirmasi ke tingkat yang lebih besar dibandingkan

8
beberapa bagian yang paling mapan astronomi atau fisika. Dengan demikian,
sejauh mana hukum-hukum matematika telah dibuktikan oleh pengalaman
masa lalu umat manusia begitu luar biasa bahwa kita telah dibenarkan oleh
teorema matematika dalam bentuk kualitatif berbeda dari hipotesis baik dari
cabang lain.

Filsafat matematika adalah cabang filsafat yang bertujuan untuk


merenungkan dan menjelaskan sifat dari matematika. Banyak pertanyaan-
pertanyaan yang muncul dalam filosofi matematika seperti: apa dasar untuk
pengetahuan matematika?, apa sifat kebenaran matematika?, apa ciri
kebenaran matematika? dan lainnya.

Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-


anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari
filsafat matematika adalah untuk memberikan kedudukan matematika di
dalam kehidupan manusia. Sifat logis dan terstruktur dari matematika itu
sendiri membuat pengkajian ini meluas dan unik di antara mitra-mitra
bahasan filsafat lainnya.

b. Karakteristik filsafat matematika

1. Pandangan plato

Bagi Plato, yang penting, bahkan yang terpenting, adalah tugas akal budi
untuk membedakan tampilan (penampakan) dari realita (kenyataan yang
sebenar-benarnya). Tugas demikian bukan saja diperlukan oleh para
ilmuwan dan filsuf, tetapi juga oleh manusia pada umumnya. Lebih khusus,
para penjabat pemerintahan, yang harus mencari sarangnya di dunia
tampilan dan harus memahami permasalahan senyatanya. Apa yang dapat
dilakukan, dan yang seharusnya dilakukan, agar menjadi pemimpin, praktis
atau teoretis, di dunia tampilan, yang selalu berubah, Anda harus tahu
realita, yang tidak pernah berubah. Hanya dengan begitulah, kita dapat
memahami dan mengatur dunia tampilan di sekitar kita.

9
Menurut Plato, ketetapan, abadi atau permanen, bebas untuk dipahami
haruslah merupakan karakteristik pernyataan-pernyataan matematika. Dan
pandangannya bahwa bilangan-bilangan, entitas geometri dan relasi antara
entitas-entitas itu objektif, atau paling tidak saling terkait, eksistensinya
masuk akal.

Plato yakin bahwa terdapat objek-objek yang permanen, tertentu, bebas


dari pikir seperti yang Anda sebut “satu”, “dua”, “tiga”, dan sebagainya,
yaitu, Bangun Aritmetika. Hal yang sama untuk objek-objek “titik”, “garis”,
“lingkaran” dan sebagainya, yakni, bangun geometri. Jadi terdapat dunia
ide, permanen, tertentu, yang berlainan dengan dunia cita rasa. Dunia ide
dipahami tidak dengan cita rasa, tetapi dengan nalar. Bangun aritmetika dan
bangun geometri telah menjadi isi bidang studi matematika.

Bagi Plato, matematika murni (pada masanya adalah aritmetika dan


geometri Euclid) mendeskripsikan bangun matematis dan realisasi di antara
mereka. Matematika terapan melukiskan objek-objek empiris beserta
relasirelasinya. Menurut Plato, matematika bukanlah idealisasi aspek-aspek
tertentu dari dunia empiris akan tetapi sebagai deskripsi dari bagian
realitanya.

2. Pandangan aristoteles

Filsafat matematika aristoteles sebagian dikembangkan dari oposisinya


terhadap plato (gurunya) dan sebagian lagi bebas dari ajaran plato. Ia
menolak pembedaan plato antara dunia ide ynag disebutnya realita
kebenaran, dan bahwa pengalaman cita rasa dikatakan hanya sebagai
pendekatan (aproksmasi) dari dunia ide.

Bagi Aristoteles, bangun atau esensi sebarang objek empiris, misalnya


piring, membangun, sebagiannya, seperti halnya pada materinya. Dalam
menyatakan bahwa Anda melihat piring bulat, kita harus tidak
menyimpulkan bahwa piring adalah aproksimasi bulat dari bangun
lingkaran.

10
Aristoteles membedakan dengan tajam antara kemungkinan
mengabstraksi bulatan dengan karakteristik matematis yang lain dan objek-
objek dan kebebasan keberadaannya dari karakteristik atau contohnya, yakni
lingkaran. Ia sering kali menekankan bahwa kemungkinan
mengabstraksikan tidak berarti memerlukan kebebasan keberadaan yang
diabstraksikan. Bidang studi matematika adalah hasil abstraksi matematis
yang ia sebut “objek matematis”.

Pandangan Aristoteles tentang hubungan matematika murni dan terapan


juga menjadi agak jelas. Pernyataan-pernyataan dalam matematika terapan
harus mendekati pernyataan-pernyataan dalam matematika murni.

Aristoteles juga banyak mencurahkan perhatiannya pada struktur


keseluruhan teori dalam matematika. Ia membedakan dengan jelas antara:

• prinsip-prinsip yang berlaku bagi semua sains (dalam bahasa sekarang


prinsip-prinsip logika formal yang diduga berlaku dalam
pengembangan formulasi dan deduksi sebarang sains)

• prinsip khusus yang dianggap benar oleh matematikawan terhalang di


dalam demonstrasi teori-teori

• definisi-definisi, yang tidak mengasumsikan apakah yang


didefinisikan itu ada, dan

• hipotesis keberadaan, yang mengasumsikan bahwa apa yang


didefinisikan itu ada. Hipotesis keberadaan ini dalam matematika
murni tidak diperlukan.

3. Pandangan leibniz

Gottfried Wilhelm Leibniz adalah matematikawan, filsuf, dan fisikawan.


Ia banyak menyerupai Plato dan Aristoteles. Dengan yang terakhir adalah
sejajar dalam hal doktrin metafisis, yang menyebutkan bahwa setiap
proposisi dapat direduksi ke dalam bentuk subjek-predikat. Leibniz

11
mengambil posisi lebih radikal, bahwa predikat sebarang proposisi
“termuat” di dalam subjek, paralel dengan doktrin metafisis yang terkenal
bahwa dunia terdiri dari subjek yang self-contained (substansi atau monand
yang tidak berinteraksi). Dalam bukunya Monandology, yang ditulis dua
tahun sebelum kematiannya, ia memberikan sinopsis filsafatnya sebagai
berikut: “Terdapatlah, juga, dua macam kebenaran, yaitu kebenaran
penalaran dan kebenaran kenyataan (fakta). Kebenaran penalaran adalah
perlu dan lawannya adalah tidak mungkin. Kebenaran kenyataan adalah
kebetulan dan lawannya adalah mungkin. Apabila suatu kebenaran adalah
perlu, alasannya dapat dicari dengan melalui analisis, menguraikannya ke
dalam ide-ide kebenaran yang lebih sederhana, sampai Anda tiba di sini
tempat yang Anda ... Dengan demikian, kebenaran penalaran, mendasarkan
pada “prinsip kontradiksi”, yang diambilnya untuk mengkover prinsip
identitas dan prinsip tolak-tengah. Bukan hanya tolologi trivial, tetapi semua
aksioma, postulat, definisi, dan teorema matematika, adalah kebenaran
penalaran, dengan kata lain, semuanya itu adalah proposisi identik yang
sebaliknya adalah suatu pernyataan kontradiksi”.

Leibniz, setuju dengan Aristoteles, bahwa setiap proposisi di dalam


analisis terakhir berbentuk subjek-predikat. Ia juga percaya bahwa subjek
“memuat” predikat. Hal itu harus berlaku untuk semua kebenaran penalaran
yang berbentuk subjek-predikat. Dengan demikian, menurutnya, harus benar
untuk kebenaran penalaran apa pun. Dalam arti bagaimanakah kebenaran
kenyataan (misalnya kebenaran bolpoin Anda berwarna hitam) dipandang
sebagai subjek yang memuat predikatnya sangat tidak jelas. Sebenarnyalah
untuk menjelaskan asersi bahwa subjek dari kebenaran kenyataan memuat
predikatnya, Leibniz harus membawa Tuhan dan ketakhinggaan. Reduksi
kebenaran/kebetulan, yang akan menunjukkan predikatnya termuat dalam
subjeknya, hanya mungkin bagi Tuhan. Leibniz menjelaskan persoalan ini
dengan mengatakan bahwa, seperti dalam kasus pecahan bentuk akar,
“reduksi melibatkan proses takhingga dan bahkan mendekati ukuran umum

12
sehingga tertentu tetapi harus diperoleh deretan tak berakhir, demikian
pulalah kebenaran-kebetulan memerlukan analisis takhingga, yang hanya
Tuhan yang mampu menyelesaikannya.

4. Pandangan Kant

Sistem filsafat Kant dikembangkan di bawah pengaruh filsafat rasionalis


yang diwakili oleh Leibniz dan filsafat empiris yang diwakili oleh Hume,
dan dengan kesadarannya berlawanan dengan keduanya Hume dan Leibniz
membagi semua proposisi ke dalam kelas yang eksklusif, yakni, proposisi
analisis dan faktual. Kedua filsuf memandang proposisi matematis sebagai
analisis. Bagaimanapun, Hume dan Leibniz sangat berbeda dalam hal
proposisi faktual. Hume tidak bicara banyak tentang matematika murni.
Dengan demikian polemik Kant ditujukan kepada Leibniz.

Kant membagi proposisi ke dalam 3 kelas. Pertama proposisi analisis,


seperti Leibniz (yakni, proposisi yang negasinya kontradiksi). Proposisi
nonanalisis disebutnya proposisi sintesis. Kant membedakannya menjadi
dua kelas, yakni, yang empiris atau apostteori, dan yang non-empiris atau
apriori.

Proposisi sintesis apostteori bergantung pada persepsi indera. Dalam


sebarang proposisi apriori, jika benar, harus melukiskan persepsi indera
yang mungkin (bolpoin saya hitam), atau secara logis berimplikasi
pendeskripsian persepsi indera (semua burung gagak adalah hitam).
Sebaliknya proposisi sintesis apriori tidak tergantung pada persepsi indrawi.
Proposisi-proposisi demikian perlu dalam arti bahwa sebarang proposisi di
dunia fisis, mereka ini juga harus benar. Dengan kata lain, proposisi sintesis
apriori adalah syarat perlu bagi kemungkinan pengalaman objektif.

Jadi, Kant membagi proposisi sintesis apriori ke dalam dua kelas:


“intuitif”, dan “diskursif”. Intuitif terutama berkaitan dengan struktur
persepsi dan justifikasi perseptual. Diskursif dengan pengurutan fungsi dari
pengertian umum. Contoh dari diskursif, proposisi sintetik apriori adalah

13
prinsip sebab-akibat. Semua proposisi matematika murni adalah masuk
dalam kelas proposisi sintetis apriori.

C. Relasi Filsafat dan Matematika

Filsafat dan matematika tumbuh di bawah asuhan filsuf Yunani, Phytagoras


yang mendirikan Mazhab Phytagoranisme di Crotona. Ia mengemukakan bahwa
segenap gejala alam merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan-
perbandingan matematis. Mazhab ini menyimpulkan bahwa bilangan merupakan
intisari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda. Hubungan timbal balik antara
filsafat dan matematika diperkuat dengan kehadiran Zeno dari Elea. Salah satunya
adalah argumen Zeno bahwa gerak tidaklah mungkin terjadi .Seorang filsuf besar
dari Yunani kuno setelah Zeno menegaskan hubungan yang amat erat antara
matematika dan filsafat adalah Plato. Ia menegaskan bahwa geometri sebagai
pengetahuan ilmiah yang berdasarkan akal murni menjadi kunci ke arah
pengetahuan dan kebenaran kebenaran filsafat. serta bagi pemahaman bagi sifat
alami dari bentuk akhir yang natural.

Matematika dan filsafat memiliki hubungan yang erat :

a. Filsafat dan geometri ( suatu cabang matematik ) lahir pada masa yang
sama,di tempat yang sama, dan dari ayah yang tunggal , yakni sekitar 640-
546 sebelum Masehi, di Miletus ( terletak di pantai barat negara Turki
sekarang ) dan dari pikiran seorang bernama Thales. Matematika dan
filsafat memiliki hubungan yang cukup erat, dibandingkan dengan ilmu-
ilmu lainnya. Alasannya, filsafat merupakan pangkal untuk mempelajari
ilmu dan matematika adalah ibu dari segala ilmu. Ada juga yang
beranggapan bahwa filsafat dan matematika adalah ibu dari segala ilmu
yang ada.
Matematika dan filsafat bersifat apriori dan tidak eksperimentalis.
Hasil dari filsafat dan matematika tidak memerlukan bukti secara fisik,
melainkan hanya abstraksi dari sifat benda dan proses analisnya.

14
b. Matematika tidak pernah lahir dari filsafat, melainkan keduanya
berkembang bersama-sama dengan saling memberikan persoalan-
persoalan sebagai bahan masuk dan umpan balik.

c. Adanya hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan
matematik dipacu pula oleh filsuf Zeno dari Elea. Zeno
memperbincangkan paradoks-paradoks yang bertalian dengan pengertian-
pengertian gerak, waktu, dan ruang yang kemudian selama berabad-abad
membingungkan para filsuf dan ahli matematik.

Interaksi antara filsafat dan matematika membuat adanya padanan dari


konsep dan problem dari masing-masing bidang. Filsafat berbicara tentang
keabadian, kebetulan, atau kuantitas. Sedangkan matematika berbicara tentang
ketidak berhinggan, probabilitas, dan bilangan. Dapat kita lihat masing-masing
bahasan dari filsafat dan matematika adalah banyak memiliki kesejajaran. Pada
hakikatnya kedua identitas tersebut adalah pengetahuan rasional dan
eksperimennya hanya menggunakan akal murni yang tidak memerlukan
laboratorium. Disamping beberapa kesamaan, matematika dan filsafat juga
memiliki perbedaan yang menjadikan keduanya mampu bekerja pada ruang
lingkupnya masing-masing.

Filsafat dalam kinerjanya,menerapkan berbagai macam metode yang rasional


yang bermacam-macam. Maka, seorang filsuf dapat merenungkan apa saja
sepanjang pengalaman itu pernah dialami. Pembuktian dalam filsafat tidaklah
harus mampu dilakukan. Hasil penelaahan terhadap suatu masalah dalam filsafat
dilakukan melalui penalaran yang dikemukakan dalam kegiatan dialogis yang
rasional. Oleh karena itu, tak jarang ditemui ketidakpastian dan ketegasan dalam
kegiatan dialogis yang dilakukan oleh filsafat karena memang filsafat tidak
berminat pada sebuah kesimpulan-kesimpulan yang jauh dan detail, melainkan
hanya melakukan sebuah sangkut paut terhadap sebuah analisis dan penilaian dari
premis-premis yangdibicarakan. Di pihak lain, matematika memfokuskan diri
pada segi-segi tertentu dari berbagai hal yangada. Aspek-aspek tersebut

15
diantaranya adalah sebuah besaran, bentuk, ruang, struktur, atau hubungan.Dan
corak yang paling menonjol dari matematika adalah penelaahannya akan sebuah
masalah yangsenantiasa menggunakan metode deduktif dan kebenaran dari
sebuah penelaahan itu harus mampudilakukan dengan serangkaian langkah
pembuktian yang sistematis.

Kemudian, dalam matematika juga terjadi sebuah kesimpulan-kesimpulan


yang bersifat detail dan pasti. Hubungan matematika dan filsafat yang demikian
erat dengan berbagai persamaan dan perbedaannya telah menumbuhkan sebuah
usahauntuk melengkapi satu sama lain dalam lingkup memperkuat pondasi
perkembangan ilmu pengetahuanyang berlangsung di muka bumi ini.

Demikianlah adanya sejak permulaan sampai dengan sekarang, filsafat dan


matematika akan terus saling memengaruhi satu sama lain. Filsafat mendorong
perkembangan matematika, begitu juga dengan sebaliknya. Telah dibuktikan
diatas jika Zeno mendorong lahirnya konsep-konsep matematika seperti limit, seri
tak hingga, dan konvergensi. Sebaliknya pula, ahli matematika melalui aljabar,
teknik simbolisme, dan teori himpunan telah membuat logika yang semula
dikategorikan ke dalam filsafat, berkembang pesat dengan memperjelas
pengertian-pengertian mengenai kebenaran.

D. Relasi Matematika dengan Filsafat Matematika

Filsafat matematika adalah cabang ilmu filsafat yang bertujuan untuk


merefleksikan, dan menjelaskan hakekat matematika. Hal ini merupakan kasus
khas dari kegunaan epistemologi yang bertujuan menjelaskan pengetahuan
manusia secara umum. Menurut Korner dan Prabowo (2009), pada filsafat
matematika tidak terdapat penambahan teorema atau teori baru matematika, oleh
karena itu filsafat matematika tidak dapat dikatakan sebagai ilmu matematika.

Filasfat matematika dapat dikatakan sebagai refleksi terhadap ilmu


matematika yang mengakibatkan hadirnya pertanyaan dan jawaban tertentu.

16
Kemudian Whitehead, seorang ahli logika, menyatakan bahwa matematika
merupakan bentuk formal dari seluruh ilmu pengetahuan yang ada yang bersifat
deduktif.

Matematika adalah ilmu yang kebenarannya mutlak, tidak dapat direvisi


karena didasarkan pada deduksi murni yang merupakan kesatuan sistem dalam
pembuktian matematika. Sistem deduksi itu menjelaskan bahwa dalam
pembuktikan matematika, suatu proposisi dinyatakan bernilai benar apabila
aksioma atau postulat yang mendasarinya juga benar. Seiring waktu dan
perkembangan matematika, cakupan matematika makin meluas. Dalam hubungan
matematika dan filsafat ini maka dibagilah bidang bidang filsafat matematika.
Pembagian berikut ini telah sistematis yaitu:

a. Epistemologi Matematika Tujuan pengetahuan dalam hal ini adalah


matematika, yang merupakan reflesi pikiran dari pengetahuan, asal usul,
sifat alami, batas, dasar dan asumsi, prinsip validitas dan reliabilitas.
b. Ontologi Matematika Pembahasan mengenai apa yang ada di dalam
matematika. Tercakup di dalamnya pernyataan pernyataan matematika.
c. Metodologi Matematika Mencakup metoda apa yang digunakan dalam
matematika. Dalam hal ini dikenal dua metoda spesial yaitu metoda
aksiomatik (axiomatic method) dan metode hipotetik deduktif
(hipothetical-deductive method).
d. Logical Structure Struktur logika yang melingkupi kesatuan struktur
logis. Dalam hal ini baru disajikan sebuah kesimpulan yang logis dalam
penulisan pengetahuan matematika.
e. Implikasi Etis Tentang penerapan matematika ilmiah sesuai pribadi
individual dalam melakukan perhitungan angka dan aplikasi teorema dan
rumus. Ini berkaitan erat dengan impliaksi tingkah laku manusia yang
bersifat etis, contoh perkembangan teknik teknik dalam statistik.
Semakin hari ini akan semakin rumit menimbang banyaknya faktor
penyebab lain yang berkembang juga. Bagaimana perkembangan

17
manusia secara etis dan penerapan matematika di dalamnya, ini yang
menjadi permasalahan filsafat matematika secara estetis.

E. Aliran dalam Filsafat Matematika

Filsafat matematika dikembangkan melalui isu-isu eksternal seperti sejarah,


asal-usul, dan praktek matematika dengan isu-isu internal seperti epistemologi dan
ontologi. Metode yang digunakan untuk melakukan klasifikasi aliran-aliran dalam
filsafat matematika salah satunya menggunakan kriteria kecukupan filsafat
matematika (Ernest, 1991) yaitu: (1) pengetahuan matematika: sifat, justifikasi,
dan asal-usul pengetahuan, (2) obyek matematika: ruang lingkup dan asal-usul
obyek matematika, (3) aplikasi matematika: efektifitas matematika dalam
mengembangkan sains, teknologi dan aplikasi lainnya, dan (4) praktek
matematika: aktifitas matematikawan, dulu dan sekarang

Kriteria tersebut saat ini melahirkan beberapa aliran filsafat matematika, yaitu
Platonisme, Absolutisme dan Falibilisme. Platonisme lebih menekankan pada
tidak adanya landasan-landasan untuk merekonstruksi dan menyelamatkan
matematika, sementara itu, absolutisme lebih menekankan pada tidak adanya
kesalahan pada matematika, sedangkan falibilisme menekankan pada
kemungkinan matematika untuk direvisi terus-menerus.

a. Platonisme

Platonisme menganggap matematika adalah kebenaran mutlak dan


pengetahuan matematika merupakan hasil ilham Illahi. (Tuhan adalah salah
seorang ahli matematika atau matematikawan). Platonisme memandang
obyekobyek matematika adalah real dan eksistensi real obyek dan struktur
matematika adalah sebagai eksistensi realitas yang ideal dan bebas dari sifat
manusiawi. Kegiatan matematika adalah proses menemukan hubungan-
hubungan yang telah ada di alam semesta. Kurt Godel sebagai salah satu
pengusung Platonisme di jaman modern sekarang ini menyatakan bahwa

18
bilangan adalah abstrak (Sukardjono, 2000) sehingga diperlukan adanya
eksistensi suatu obyek yang bebas dari pikiran manusia untuk
menyatakannya. Oleh karena bilangan adalah independen/bebas dan
keberadaannya bersifat obyektif, maka sebarang proposisi mengenai suatu
bilangan dapat salah atau benar, sebab proposisi tersebut dapat secara tepat
menggambarkan abstraksi obyek (bilangan) tersebut, atau tidak. Demikian
juga, oleh karena total banyaknya bilangan adalah tak hingga, maka akan
terdapat inspeksi yang dilakukan oleh Tuhan yang mampu berpikir cepat dan
tak terhingga untuk melakukan pemeriksaan setiap bilangan guna melihat
bagaimana sebuah pernyataan p tersebut. Setelah selesai dilakukan, Tuhan
akan melaporkan apakah p atau bukan p . Platonisme juga berpandangan
bahwa manusia (dan Tuhan) dapat mengidentifikasi obyek-obyek abstrak,
mengenal ruas garis atau himpunan. Kenyataan bahwa dalam memahami
konsep abstrak, seringkali dengan cara menghubungkan obyek-obyek fisik
secara bebas dan terbuka, tidak berarti manusia tidak dapat mengidentifikasi
obyek-obyek abstrak tersebut.

b. Absolutisme

Pengetahuan matematika terdiri dari kebenaran yang sudah pasti dan


tidak dapat diubah, kebenaran yang bersifat absolut/mutlak, merupakan satu-
satunya realitas pengetahuan yang sudah pasti, dan kebenarannya hanya
tergantung pada logika dan kebenaran yang terkandung dalam term-term-nya.
Kebenaran matematika diturunkan dari definisi-definisi dan tidak dapat
dikonfirmasi dengan fakta empiris. Metode deduktif memberikan jaminan
untuk melakukan asersi pengetahuan matematika dengan benar. Klaim bahwa
matematika (dan logika) adalah pengetahuan yang pasti benar secara mutlak,
ditopang oleh pernyataan dasar yang digunakan dalam pembuktian
merupakan pernyataan yang benar. Untuk tujuan mengembangkan sebuah
sistem matematika berdasarkan kesepakatan, aksioma-aksioma matematika
diasumsikan benar. Dengan demikian definisi matematika benar by fiat, dan
teorema-teoremanya secara logika diterima sebagai benar. Selain itu, aturan-

19
aturan logika yang digunakan untuk menarik pengetahuan baru adalah benar,
menolak segala sesuatu, kecuali bahwa kebenaran diturunkan dari kebenaran
pula. Munculnya aliran absolutisme dalam matematika dipicu oleh adanya
perbedaan setidaknya dalam dua hal berikut (Sukardjono, 2000). Pertama,
pandangan umum bahwa matematika merupakan resultan antara sistem
aksiomatik dan sistem logika. Pandangan ini menyatakan eratnya hubungan
antara matematika dengan logika. Sebagian menganggap logika tercakup
dalam matematika (aliran formalisme) dan sejalan dengan hal itu,
intuisionisme berpendapat logika adalah cabang dari matematika. Sementara
yang tidak setuju menyatakan bahwa logika adalah segalanya, sedangkan
matematika adalah sebagian kecil dari logika, atau matematika adalah cabang
dari logika (aliran logisisme). Kedua, terjadinya krisis landasan metamatika,
yang melanda pondasi teori himpunan dan logika formal, membawa
matematikawan mencari landasan filsafat untuk merekonstruksi matematika
agar diperoleh landasan yang lebih kokoh. Kedua kenyataan ini
memunculkan tiga arus utama filsafat matematika yaitu aliran logisisme
dipimpin oleh Russel dan Whitehead, aliran intuisionisme dipimpin oleh
Brouwer, dan aliran formalisme dipimpin oleh David Hilbert.

 Logisisme dikembangkan oleh filsuf Inggris Bertrand Arthur William


Russell (1872-1970) pada tahun 1903. Prinsipnya menjelaskan bahwa
matematika semata-mata merupakan deduksi-deduksi dengan prinsip-
prinsip logika. Matematika dan logika merupakan bidang yang sama,
karena seluruh konsep-konsep dan teorema-teorema diturunkan dari
logika.
 Intusionisme dipelopori oleh ahli matematika Belanda Luitzen
Egbertus Jan Brouwer (1881-1966). Pandangannya bahwa matematika
adalah sama dengan bagian eksak dari pemikiran manusia. Ketepatan
dalil-dalil matematika terletak pada akal manusia (human intelect) dan
tidak pada simbol-simbol di atas kertas.

20
 Formalisme dengan tokohnya David Hilbert (1862-1943) dari Jerman.
Menurut pandangannya sifat alami matematika adalah sebagai sistem
lambang yang formal. Matematika berhubungan dengan sifat-sifat
struktural dari simbol-simbol dan proses pengolahan terhadap
lambang-lambang itu. Simbol-simbol dianggap mewakili pelbagai
sasaran yang menjadi objek matematika. Bilangan misalakan
dipandang sebagai sifat-sifat struktural yang paling sederhana. Dengan
simbol abstrak yang dilepaskan dari suatu sifat tertentu dan hanya
bentuknya saja, aliran ini berusaha menyelediki berbagai sistem
matematika. Menurut pandangan aliran ini matematika merupakan
ilmu tentang sistem-sistem formal.

c. Falibilisme

Menurut falibilisme, kebenaran matematika dapat menjadi subyek yang


begitu sederhana, dan dalam banyak hal dapat dikritisi. Kebenaran
matematika bersifat tidak sempurna (falibel), tidak kokoh, dan di masa depan
dapat dikoreksi serta direvisi. Tesis aliran falibilisme dinyatakan dalam dua
pernyataan. Dalam bentuk negatif, aliran falibilisme fokus untuk menolak
pandangan absolutisme, dinyatakan sebagai kebenaran matematika bukanlah
kebenaran yang mutlak dan kebenarannya tidak mempunyai validasi yang
mutlak. Dalam bentuk positif, falibilisme menyatakan bahwa kebenaran
matematika adalah tidak kokoh dan setiap saat terbuka untuk direvisi sampai
tak hingga kali. Aliran Falibilisme menyatakan bahwa isi matematika murni
pada akhirnya diturunkan dari dunia material. Menurutnya, matematika
menangani hubungan kuantitaif dalam dunia nyata, sehingga asumsi
kebenaran seperangkat aksioma baru akan nampak terbukti setelah melalui
masa-masa panjang pengamatan dan pengalaman atas realitas, bukan
berdasarkan pembuktian secara deduktifaksiomatik. Hal ini didukung oleh
kemampuan operasi matematika diterapkan pada dunia nyata dan
mendapatkan hasil yang bermakna, yang memperlihatkan adanya tarik

21
menarik (afinitas) antara matematika dan dunia nyata, sehingga matematika
memiliki kegunaan praktis. Menurut Lakatos (Ernest, 1991) banyak hasil
kerja ahli matematika, ahli logika, dan filosof (seperti hasil kerja dari Russel,
Fraenkel, Carnap, Weyl, von Neumann, Bernays, Church, Godel, Quine,
Rosser, Curry, Mostowski, dan Kalmar) yang berpandangan bahwa tidak
mungkin terdapat kepastian yang lengkap dalam matematika, bahkan mereka
cenderung mendukung bahwa pengetahuan matematika mempunyai dan
memerlukan landasan empiris, sebagai pintu masuk untuk menolak
absolutisme. Penolakan terhadap absolutisme tidaklah berarti bahwa
matematika terbuang dari Taman Eden, tidak mempunyai realitas yang pasti
dan kebenaran. Hilangnya kepastian tidak berarti hilangnya pengetahuan,
sebab falibilisme menyatakan bahwa pandangan absolutisme hanyalah sebuah
idealisasi berlebihan, lebih sebagai sebuah mitos belaka. Bagi aliran
falibilisme matematika yang dikembangkan aliran absolutisme adalah
dongeng indah yang tidak membumi.

F. Filsafat Formalisme dalam Matematika.

a. Aspek Ontologi Filsafat Formalisme

Obyek-obyek yang dikaji dalam matematika adalah fakta abstrak,


konsep, definisi, relasi, operasi abstrak, serta prinsip abstrak. Fakta abstrak
berupa konvensi (kesepakatan) yang diungkapkan dengan simbol tertentu,
misal simbol 3 menyatakan bilangan bulat positif setelah dua. Konsep adalah
ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau
mengkalisifikasikan sekumpulan obyek, misal segitiga merupakan konsep
abstrak sebab sekumpulan benda dapat digolongkan sebagai segitiga atau
bukan. Definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep. Operasi
abstrak dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus untuk
memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen abstrak yang
diketahui Prinsip abstrak adalah hubungan antara berbagai objek dasar

22
matematika. Prinsip dapat terdiri dari beberapa fakta, beberapa konsep, yang
dikaitkan oleh suatu relasi/operasi. Prinsip juga dapat berupa aksioma,
teorema, lemma, sifat dll.

b. Aspek Epistemologi Filsafat Formalisme

Pengetahuan matematika merupakan keyakinan yang terbuktikan atau


lebih tepatnya merupakan pengetahuan proposisional yang memuat
proposisiproposisi yang diterima, dan tersedia landasan yang cukup untuk
melakukan asersi. Matematika adalah pengetahuan apriori, karena memuat
proposisi yang diasersi melalui pemikiran, menggunakan logika deduktif dan
definisi, konjungsi, aksioma atau postulat metamatika, sebagai dasar untuk
memperoleh pengetahuan matematis.

c. Kebenaran Matematis dalam Filsafat Formalisme

Kebenaran matematika adalah kebenaran menurut definisi atau


persyaratan yang menentukan makna dari term-term kunci. Persyaratan ini
memberikan ciri khas bahwa validitas kebenaran matematika tidak
memerlukan bukti empiris. Kebenaran matematika semata-mata dapat
ditunjukkan dengan menganalisis makna yang terkandung dalam term-term di
dalamnya, yang di dalam logika disebut sebagai benar secara apriori yang
mengindikasikan bahwa nilai kebenarannya bebas secara logis dari atau
apriori secara logis pada sebarang bukti eksperimental. Aliran-Aliran Filsafat
39 Sementara itu, proposisi/pernyataan dalam sains empiris, dapat divalidasi
secara posteriori, dan terus-menerus terbuka untuk direvisi terhadap bukti
baru. Kebenaran matematika adalah kebenaran yang tidak dapat diganggu
gugat, tidak dapat direvisi, mutlak benar dan pasti yang didasarkan pada
deduksi murni, yang merupakan satu-satunya metode pembuktian dalam
matematika bahwa proposisi-proposisi itu pasti benar asalkan postulat
(aksioma) yang mendasarinya itu benar. Jadi proposisi adalah implikasi logis
dari postulat-postulat yang digunakan. Ciri khas kepastian teoritis berakibat
pada pernyataan analitis yang tidak membawa informasi faktual, tidak

23
memiliki implikasi faktual, tidak memuat kandungan empiris, sesuatu yang
berbeda dengan pernyataan sintetis, sehingga kebenaran pernyataan analitis
dapat divalidasi tanpa referensi bukti empiris. Jadi validitas kebenaran
matematika tidak terletak pada sifat self-evident-nya dan tidak pula pada
dasar empirisnya, akan tetapi diturunkan dari persyaratan yang menentukan
makna konsep-konsep matematika. Dengan demikian, proposisi matematika
adalah benar menurut definisi, kebenaran a priopri, sekali benar maka untuk
seterusnya dan selamanya benar.

Menurut kaum Formalis matematika berasal dari penggunaan pikiran


manusia secara bebas, bukan melalui praktek matematisasi dalam kehidupan
sehari-hari. Mereka memandang apakah matematika yang dihasilkannya
berguna dan dapat diterapkan bukan urusannya. Bagi kaum Formalis,
matematika adalah untuk matematika, matematika an sich. Matematika
dikembangkan tanpa tujuan untuk dapat digunakan dalam praktek dan atau
dapat memberi manfaat nyata. Jadi kebenaran suatu teorema itu adalah benar
secara kondisional, sehingga kebenaran jenis ini berimplikasi pada tidak ada
asersi tentang fakta empiris sehingga tidak pernah terjadi pertentangan
dengan sebarang penemuan empiris. Konsekuensinya, berbeda dengan
hipotesa dan teori pada sains empiris, hipotesa dalam matematika tidak akan
pernah menderita nasib menjadi tidak cocock dengan bukti empiris yang baru
ditemukan. Tentang hal ini, Einstein memberikan pandangannya
(Suriasumantri, 2005), ”Sepanjang hukum-hukum matematika mengacu pada
realita, hukum-hukum itu tidak pasti; dan sepanjang hukum-hukum itu pasti,
mereka tidak mengacu pada realita.

d. Filsafat Formalisme

Aliran formalisme dalam matematika dapat dilacak pada Bishop


Berkeley, tetapi pencetus utamanya adalah David Hilbert (1862-1943), pada
tahun 1925, diteruskan oleh J. Von Neumann tahun1931 dan H. Curry tahun
1951. Aliran Formalisme banyak dianut oleh matematikawan Amerika akibat

24
pengaruh Oswald Veblen dan V.E. Huntington. Aliran ini sering disebut
aliran postulatsional atau aliran aksiomatik dan dalam pendidikan matematika
melahirkan jenis matematika yang disebut matematika modern (New Math)
seperti yang sekarang diberikan di sekolah-sekolah. Formalisme dibentuk
dengan tujuan khusus menyingkirkan semua kontradiksi dalam matematika,
antara lain mengatasi paradok dalam teori himpunan (Paradok
Russel/Paradok Tukang Cukur) dan untuk menyelesaikan tantangan
matematika klasik yang disebabkan oleh kritik kaum Intuisionis. Dengan kata
lain aliran formalisme bertujuan untuk menterjemahkan seluruh matematika
ke dalam sistem formal yang tidak dapat diinterpretasikan (kosong dari arti).
Aliran formalisme menganjurkan pendekatan murni abstrak, berangkat dari
prinsip awal, dan mendeduksi segalanya dari prinsip awal tersebut.
Karyakarya yang dihasilkannnya sama sekali tidak mempunyai (dan memang
tidak perlu mempunyai) hubungan dengan ilmu pengetahuan dan dunia nyata,
sesuatu yang sangat membanggakan aliran ini. Menurut aliran formalisme,
matematika sekedar rekayasa simbol berdasarkan aturan tertentu untuk
menghasilkan sebuah sistem pernyataan tautologis, yang memiliki konsistensi
internal, tetapi kosong dari makna. Matematika direduksi hanya menjadi
sebuah permainan intelektual, seperti catur. Dalam bahasa populer,
formalisme memandang matematika sebagai permainan formal penuh makna
yang dimainkan dengan lambang-lambang di atas kertas menggunakan aturan
tertentu. Aliran formalisme ada dua :

 Matematika murni dapat diekspresikan dalam bentuk sistem formal


yang kosong dari arti, dan di dalamnya mengandung kebenaran
matematika yang direpresentasikan dalam bentuk teorema formal.
 Untuk menunjukkan bahwa sistem formal yang dibangun bebas dari
segala macam kontradiksi dan paradok, digunakan alat yang disebut
meta-matematika dengan cara mendemonstrasikan bahwa term-
termnya bebas dari inkonsisteni.

25
Secara ringkas, kaum Formalis adalah membangun matematika yang
berpusat pada penggunaan sistem lambang formal. Programnya adalah
membangun konsistensi seluruh matematika dengan menggunakan teori
bukti. Tesisnya bahwa matematika harus dikonstruksi kembali atas dasar
kaidah konsistensi dengan lambang-lambang formal, menemukan hasilnya
dalam karya Hilbert, Grundlagen der Mathematik.

26
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
a. Menurut Rinjin (dalan kuntjojo 2009), filsafat dan ilmu timbul dan
berkembang karena akal budi, thauma dan aporia.
a. Manusia merupakan makhluk berakal budi
Dengan akal budinya, kemampuan manusia dalam bersuara bisa
berkembang menjadi kemampuan berbahasa dan berkominikasi,
sehingga manusia disebut sebagai homo loquens dan animal
symbolicum.
b. Manusia memiliki rasa kagum (thauma) pada alam semesta dan
isinya
Kekaguman mendorong manusia untuk berusaha mengetahui alam
semesta itu sebenernya apa, bagaimana asal usulnya (masalah
kosmologis). Ia juga berusaha mengetahui dirinya sendiri, mengenai
eksistensi, hakikat dan tujuan hidupnya.
c. Manusia senantiasa menghadapi masalah
Kehidupan manusia selalu diwarnai dengan masalah, baik masalah
yang bersifat teoritis maupun praktis. Masalah mendorong manusia
untuk berbuat dan mencari jala keluar yang tidak jarang
menghasilkan temuan yang sangat berharga (necessity is the mother
of science).

b. Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-


anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan
dari filsafat matematika adalah untuk memberikan kedudukan matematika
di dalam kehidupan manusia. Sifat logis dan terstruktur dari matematika
itu sendiri membuat pengkajian ini meluas dan unik di antara mitra-mitra
bahasan filsafat lainnya.

27
c. Interaksi antara filsafat dan matematika membuat adanya padanan dari
konsep dan problem dari masing-masing bidang. Filsafat berbicara tentang
keabadian, kebetulan, atau kuantitas. Sedangkan matematika berbicara
tentang ketidak berhinggan, probabilitas, dan bilangan. Dapat kita lihat
masing-masing bahasan dari filsafat dan matematika adalah banyak
memiliki kesejajaran. Pada hakikatnya kedua identitas tersebut adalah
pengetahuan rasional dan eksperimennya hanya menggunakan akal murni
yang tidak memerlukan laboratorium. Disamping beberapa kesamaan,
matematika dan filsafat juga memiliki perbedaan yang menjadikan
keduanya mampu bekerja pada ruang lingkupnya masing-masing.

d. Filsafat matematika dikembangkan melalui isu-isu eksternal seperti


sejarah, asal-usul, dan praktek matematika dengan isu-isu internal seperti
epistemologi dan ontologi. Metode yang digunakan untuk melakukan
klasifikasi aliran-aliran dalam filsafat matematika salah satunya
menggunakan kriteria kecukupan filsafat matematika. Kriteria tersebut
saat ini melahirkan beberapa aliran filsafat matematika, yaitu Platonisme,
Absolutisme dan Falibilisme. Platonisme lebih menekankan pada tidak
adanya landasan-landasan untuk merekonstruksi dan menyelamatkan
matematika, sementara itu, absolutisme lebih menekankan pada tidak
adanya kesalahan pada matematika, sedangkan falibilisme menekankan
pada kemungkinan matematika untuk direvisi terus-menerus.
e. Secara ringkas, kaum Formalis adalah membangun matematika yang
berpusat pada penggunaan sistem lambang formal. Programnya adalah
membangun konsistensi seluruh matematika dengan menggunakan teori
bukti. Tesisnya bahwa matematika harus dikonstruksi kembali atas dasar
kaidah konsistensi dengan lambang-lambang formal, menemukan hasilnya
dalam karya Hilbert, Grundlagen der Mathematik.

28
B. SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca memahami


bagaimana sebenarnya Hakikat dan Karakteristik Filsafat Matematika. Selain
itu para pembaca juga diharapkan mampu menjelaskan relasi antara filsafat
dan matematika serta memahami aliran – aliran dalam filsafat matematika.

Karena Matematika merupakan ilmu dasar dan hampir diterapkan oleh


setiap ilmu. Matematika juga merupakan ilmu yang deduktif dan terstrukrut.
Interaksi antara filsafat dan matematika membuat adanya padanan dari
konsep dan problem dari masing-masing bidang. Filsafat berbicara tentang
keabadian, kebetulan, atau kuantitas. Sedangkan matematika berbicara
tentang ketidakberhinggan, probabilitas, dan bilangan. Dapat kita lihat
masing-masing bahasan dari filsafat dan matematika adalah banyak memiliki
kesejajaran

Akan tetapi makalah kami masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan
saran dari pembaca sangat kami butuhkan guna pembuatan makalah kami
berikutnya yang lebih baik.

PERTANYAAN :

 A. Faktor – Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Matematika


(Annisa Rahmaini )
1. Sebutkan faktor pendorong munculnya filsafat matematika!
Jawab: ada 3 faktor pendorong munculnya filsafat matematika, yaitu:
 Manusia merupakan makhluk berakal budi
 Manusia memiliki rasa kagum (thauma) pada alam semesta dan
isinya
 Manusia senantiasa menghadapi masalah

29
2. Mengapa manusia dikatakan senantiasa menghadapi masalah yang
kemudia menjadi faktor pendorong timbulnya filsafat?
Jawab: sudah kita ketahui secara bersama bahwa siapa pun manusia yang
hidup di muka bumi ini pasti memiliki masalah, baik itu kecil maunpun
besar, baik itu bersifat teoritis maupun praktis. Nah masalah inlah yang
mendorong manusia untuk berfikir, berfilsafat kemudiaberbuat dan
mencari jalan keluarnya.

3. Mengapa manusia menjadi faktor pendorong timbulnya filsafat


matematika?
Jawab: karena pada hakekat nya manusia memiliki akal yang dapat
berfikir, ketika melihat sesuatu manusia akan berfikir dan akan
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Nah dari pertanyaan-pertanyaan
inilah manuisa dapat dikatakan berfilsafat. Dari melihat, kemudia berfikir,
dan berfikir menghasilkan pertanyaan, maka itulah yang dapat dikatakan
menusia menjadi faktor pendorong timbulnya filsafat matematika.

4. Mengapa manusia yang memiliki rasa kagum dapat menyebabkan


timbulnya filsafat?
Jawab: manusia merupakan makhluk hidup yang di ciptakan dengan
memiliki segala rasa termasuk rasa kagum, misalnya saja kekaguman
pada matahari, bumi, dirinya sendiri dan seterusnya. Kekaguman tersebut
kemudian mendorong manusia untuk berusaha mengetahui alam semesta
itu sebenernya apa, bagaimana asal usulnya (masalah kosmologis). Ia juga
berusaha mengetahui dirinya sendiri, mengenai eksistensi, hakikat dan
tujuan hidupnya.

5. Jelaskan menurut anda secara rinci bagaiman bisa muncul sebuah filsafat!
Jawab: menurut saya filsafat ini muncul hanya ada satu faktor, yaitu
manusia. Manusia yang memiliki akan budi, manusia yang memiliki rasa

30
kagum dan manusia yang senantiasa menghadapi masalah. Didalam
kehidupan sehari-hari, kita tentu pasti berfikir, ntah itu mengenai rasa
kagum atau mungkin rasa kecurigaan, nah kemudia rasa itu meneruskan
infus ke fikiran kita, yang kemudian kita berfikir, nah dari hasil berfikir
inilah muncul sebuah pertanyaan. Jadi, bertanya adalah berfikir dan
berfikir dimanifestasikan dalam sebuah pertanyaan, maka muncullah
sebuah filsafat.

 B. Hakikat dan Karakteristik Filsafat Manusia


( Futri Khairunnisak )
1. Apa perbedaan karakteristik matematika menurut pandangan leibniz dan
plato?
Jawab: karakteristik matematika menurut pandangan leibniz adalah
bahwa predikat sebarang proposisi “termuat” di dalam subjek, paralel
dengan doktrin metafisis yang terkenal bahwa dunia terdiri dari subjek
yang self-contained (substansi atau monand yang tidak berinteraksi),ia
mengatakan “Terdapatlah, juga, dua macam kebenaran, yaitu kebenaran
penalaran dan kebenaran kenyataan (fakta). Kebenaran penalaran adalah
perlu dan lawannya adalah tidak mungkin. Kebenaran kenyataan adalah
kebetulan dan lawannya adalah mungkin. Apabila suatu kebenaran adalah
perlu, alasannya dapat dicari dengan melalui analisis, menguraikannya ke
dalam ide-ide kebenaran yang lebih sederhana.Sedangkan menurut
pandangan Plato ia mengatakan bahwa, ketetapan, abadi atau permanen,
bebas untuk dipahami dan ia merupakan karakteristik pernyataan-
pernyataan matematika, pandangannya bahwa bilangan-bilangan, entitas
geometri dan relasi antara entitas-entitas itu objektif, atau setidaknya
saling terkait, eksistensinya masuk akal.
2. Apa maksud prinsip kontradiksi menurut pandangan leibniz?
Jawab: Prinsip kontradiksi yang di maksud oleh Leibniz adalah kebenaran
penalaran dan kebenaran pernyataan yang semuanya itu adalah proposisi

31
identik yang sebaliknya, Kebenaran penalaran adalah perlu dan lawannya
adalah tidak mungkin. Kebenaran kenyataan adalah kebetulan dan
lawannya adalah mungkin..

3. Bagaimana pandangan Aristoteles terhadap karakteristik matematika?

Jawab: Aristoteles menolak prinsip Plato antara dunia ide yang


disebutnya realita kebenaran, menurut Aristoteles ia membedakan dengan
tajam antara kemungkinan mengabstraksi bulatan dengan karakteristik
matematis yang lain dan objek-objek dan kebebasan keberadaannya dari
karakteristik.Ia menekankan bahwa kemungkinan mengabstraksikan tidak
berarti memerlukan kebebasan keberadaan yang diabstraksikan. Bidang
studi matematika adalah hasil abstraksi matematis yang ia sebut “objek
matematis”.

4. Apa perbedaan “intuitif”, dan “diskursif”?dalam pandangan kant?


Jawab: Intuitif itu (secara tidak nampak )terutama berkaitan dengan
struktur persepsi dan justifikasi perseptual. Sedangkan Diskursif(secara
penalaran) dengan pengurutan fungsi dari pengertian umum. Contoh dari
diskursif, proposisi sintetik apriori adalah prinsip sebab-akibat. Semua
proposisi matematika murni adalah masuk dalam kelas proposisi sintetis
apriori.
5. Bagaimanakesimpulan menurut pendapat mu tentang hakikat filsafat
matematika?
Jawab: dapat di katakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari struktur yang abstrakdan pola hubungan yang ada di
dalamnya dan tujuan filsafat matematika itu adalah untuk memberikan
kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia.

 C. Relasi Filsafat Dan Matematika


( Della Mutiara )

32
1. Jelaskan hubungan antara filsafat dan matematika!
Jawab :
1) Matematika dan filsafat bersifat apriori dan tidak eksperimentalis.
Hasil dari filsafat dan matematika tidak memerlukan bukti secara
fisik, melainkan hanya abstraksi dari sifat benda dan proses
analisnya. Filsafat dan geometri ( suatu cabang matematik ) lahir
pada masa yang sama,di tempat yang sama, dan dari ayah yang
tunggal , yakni sekitar 640-546 sebelum Masehi, di Miletus (
terletak di pantai barat negara Turki sekarang ) dan dari pikiran
seorang bernama Thales.
2) Matematika tidak pernah lahir dari filsafat, melainkan keduanya
berkembang bersama-sama dengan saling memberikan persoalan-
persoalan sebagai bahan masuk dan umpan balik.
3) Adanya hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat
dan matematik dipacu pula oleh filsuf Zeno dari Elea. Zeno
memperbincangkan paradoks-paradoks yang bertalian dengan
pengertian-pengertian gerak, waktu, dan ruang yang kemudian
selama berabad-abad membingungkan para filsuf dan ahli
matematik.

2. Jelaskan mengapa filsafat merupakan pangkal awal dalam memperajari


suatu ilmu?
Jawab :
Karena filsafat merupakan ibu dari segala ilmu yang mengandung benih-
benih pemikiran keilmuan, sebagai ilmu berpikir dan selalu
mengembangkan gagasan-gagasannya untuk mencermati permasalahan,
membentuk cabang-cabang dan ranting keilmuan baru yang bersifat
khusus. Filsafat memberikan pemikiran dalam berbagai proses diskursus
dan ujian-ujian kritis, dengan cara melakukan kritik, koreksi, dan
penyempurnaan yang membangun dan menumbuhkan taraf
kamatangannya sebagai ilmu-ilmu atau cabang dan ranting keilmuan yang

33
mandiri. Filsafat, mendorong proses pertumbuhan dan perkembangan ilmu
secara otonom. Filsafat berusaha membangun diskursus-diskursus
keilmuan, membuka dan membentangkan penemuan-penemuannya dalam
bentuk ilmu baru untuk diuji, baik dalam proses uji logis (pola penalaran),
uji material (materi pemikiran), serta uji metode, guna ferifikasi dan
validasi keilmuan secara kritis dan terbuka. Filsafat mendorong
kemandirian ilmu-ilmu sehingga ilmu-ilmu mampu mengembangkan
pemikiran serata metode-metode yang khas dalam percaturan keilmuan
secara global. Filsafat pula berperan dalam meahirkan benih-benih
pemikiran, pengetahuan, dan keilmuan untuk kepentingan praktis, baik
dalam bentuk teknologi, industri demi pemenuhuan kebutuhan hidup
manusia, maupun upaya klinis dalam penanggulangan dampak negatif
pembangunan.

3. Bagaimana interaksi antara filsafat dan matematika dalam menyelsaikan


suatu permasalahan?
Jawab :
Interaksi antara filsafat dan matematika membuat adanya padanan dari
konsep dan problem dari masing-masing bidang. Filsafat berbicara tentang
keabadian, kebetulan, atau kuantitas. Sedangkan matematika berbicara
tentang ketidak berhinggan, probabilitas, dan bilangan. Dapat kita lihat
masing-masing bahasan dari filsafat dan matematika adalah banyak
memiliki kesejajaran. Pada hakikatnya kedua identitas tersebut adalah
pengetahuan rasional dan eksperimennya hanya menggunakan akal murni
yang tidak memerlukan laboratorium. Disamping beberapa kesamaan,
matematika dan filsafat juga memiliki perbedaan yang menjadikan
keduanya mampu bekerja pada ruang lingkupnya masing-masing.

4. Apa saja bukti-bukti bahwa filsafat dan matematika saling berkaitan satu
dengan yang lainnya

34
Jawab :
Filsafat dan matematika tumbuh di bawah asuhan filsuf Yunani,
Phytagoras yang mendirikan Mazhab Phytagoranisme di Crotona.
Hubungan timbal balik antara filsafat dan matematika diperkuat dengan
kehadiran Zeno dari Elea. Salah satunya adalah argumen Zeno bahwa
gerak tidaklah mungkin terjadi .Seorang filsuf besar dari Yunani kuno
setelah Zeno menegaskan hubungan yang amat erat antara matematika dan
filsafat adalah Plato. Ia menegaskan bahwa geometri sebagai pengetahuan
ilmiah yang berdasarkan akal murni menjadi kunci ke arah pengetahuan
dan kebenaran kebenaran filsafat. serta bagi pemahaman bagi sifat alami
dari bentuk akhir yang natural. filsafat dan matematika akan terus saling
memengaruhi satu sama lain. Filsafat mendorong perkembangan
matematika, begitu juga dengan sebaliknya. Telah dibuktikan diatas jika
Zeno mendorong lahirnya konsep-konsep matematika seperti limit, seri tak
hingga, dan konvergensi. Sebaliknya pula, ahli matematika melalui
aljabar, teknik simbolisme, dan teori himpunan telah membuat logika yang
semula dikategorikan ke dalam filsafat,berkembang pesat dengan
memperjelas pengertian-pengertian mengenai kebenaran.

5. Jelaskan tentang metode penyelesaian masalah pada filsafat dan


matematika!
Jawab :
Filsafat dalam kinerjanya,menerapkan berbagai macam metode yang
rasional yang bermacam-macam. Hasil penelaahan terhadap suatu masalah
dalam filsafat dilakukan melalui penalaran yang dikemukakan dalam
kegiatan dialogis yang rasional. Oleh karena itu, tak jarang ditemui
ketidakpastian dan ketegasan dalam kegiatan dialogis yang dilakukan oleh
filsafat karena memang filsafat tidak berminat pada sebuah kesimpulan-
kesimpulan yang jauh dan detail, melainkan hanya melakukan sebuah
sangkut paut terhadap sebuah analisis dan penilaian dari premis-premis
yangdibicarakan. Sedangkan matematika memfokuskan pada segi-segi

35
tertentu dari berbagai hal yangada. Aspek-aspek tersebut diantaranya
adalah sebuah besaran, bentuk, ruang, struktur, atau hubungan.Dan corak
yang paling menonjol dari matematika adalah penelaahannya akan sebuah
masalah yang senantiasa menggunakan metode deduktif dan kebenaran
dari sebuah penelaahan itu harus mampu dilakukan dengan serangkaian
langkah pembuktian yang sistematis.

 D. Relasi Matematika dan Filsafat Matematika


( Nur Nilam Sari )
1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Matematika?
Jawab : Filasfat matematika dapat dikatakan sebagai refleksi terhadap
ilmu matematika yang mengakibatkan hadirnya pertanyaan dan jawaban
tertentu. Kemudian Whitehead, seorang ahli logika, menyatakan bahwa
matematika merupakan bentuk formal dari seluruh ilmu pengetahuan yang
ada yang bersifat deduktif.

2. Apakah tujuan dari Filsafat Matematika ?


Jawab : Filsafat matematika adalah cabang ilmu filsafat yang bertujuan
untuk merefleksikan, dan menjelaskan hakekat matematika. Hal ini
merupakan kasus khas dari kegunaan epistemologi yang bertujuan
menjelaskan pengetahuan manusia secara umum. Menurut Korner dan
Prabowo (2009), pada filsafat matematika tidak terdapat penambahan
teorema atau teori baru matematika, oleh karena itu filsafat matematika
tidak dapat dikatakan sebagai ilmu matematika.

3. Jelaskan tentang Epistemologi Matematika dan Ontologi Matematika


Jawab :
 Epistemologi Matematika Tujuan pengetahuan dalam hal ini adalah
matematika, yang merupakan reflesi pikiran dari pengetahuan, asal

36
usul, sifat alami, batas, dasar dan asumsi, prinsip validitas dan
reliabilitas.
 Ontologi Matematika Pembahasan mengenai apa yang ada di
dalam matematika. Tercakup di dalamnya pernyataan pernyataan
matematika.

4. Jelaskan apa yang dimaksud Metodologi Matematika dan Logical


Structure
Jawab :
 Metodologi Matematika Mencakup metoda apa yang digunakan
dalam matematika. Dalam hal ini dikenal dua metoda spesial yaitu
metoda aksiomatik (axiomatic method) dan metode hipotetik
deduktif (hipothetical-deductive method).
 Logical Structure (Struktur logika) yang melingkupi kesatuan
struktur logis. Dalam hal ini baru disajikan sebuah kesimpulan
yang logis dalam penulisan pengetahuan matematika.

5. Apa yang dimaksud dengan


Jawab :
Implikasi Etis Tentang penerapan matematika ilmiah sesuai pribadi
individual dalam melakukan perhitungan angka dan aplikasi teorema
dan rumus. Ini berkaitan erat dengan impliaksi tingkah laku manusia
yang bersifat etis, contoh perkembangan teknik teknik dalam statistik.
Semakin hari ini akan semakin rumit menimbang banyaknya faktor
penyebab lain yang berkembang juga. Bagaimana perkembangan
manusia secara etis dan penerapan matematika di dalamnya, ini yang
menjadi permasalahan filsafat matematika secara estetis.

 E. Aliran dalam Filsafat Matematika


( Bersama – sama )

37
1. Jelaskan perbedaan antara Logisisme, Intusionisme, Formalisme beserta
tokoh-tokoh yang mempeloporinya!
Jawab :
a. Logisisme dikembangkan oleh filsuf Inggris Bertrand Arthur
William Russell (1872-1970) pada tahun 1903. Prinsipnya
menjelaskan bahwa matematika semata-mata merupakan deduksi-
deduksi dengan prinsip-prinsip logika.
b. Intusionisme dipelopori oleh ahli matematika Belanda Luitzen
Egbertus Jan Brouwer (1881-1966). Pandangannya bahwa
matematika adalah sama dengan bagian eksak dari pemikiran
manusia. Ketepatan dalil-dalil matematika terletak pada akal
manusia (human intelect) dan tidak pada simbol-simbol di atas
kertas.
c. Formalisme dengan tokohnya David Hilbert (1862-1943) dari
Jerman. Menurut pandangannya sifat alami matematika adalah
sebagai sistem lambang yang formal. Matematika berhubungan
dengan sifat-sifat struktural dari simbol-simbol dan proses
pengolahan terhadap lambang-lambang itu.

2. Apa hal yang memicu munculnya aliran absolutisme?


Jawab :
Munculnya aliran absolutisme dalam matematika dipicu oleh adanya
perbedaan yaitu
a. pandangan umum bahwa matematika merupakan resultan antara
sistem aksiomatik dan sistem logika.
b. terjadinya krisis landasan metamatika, yang melanda pondasi teori
himpunan dan logika formal, membawa matematikawan mencari
landasan filsafat untuk merekonstruksi matematika agar diperoleh
landasan yang lebih kokoh.

3. Sebutkan kecukupan filsafat matematika menurut Ernest!

38
Jawab:
 pengetahuan matematika: sifat, justifikasi, dan asal-usul pengetahuan
 obyek matematika: ruang lingkup dan asal-usul obyek matematika
 aplikasi matematika: efektifitas matematika dalam mengembangkan
sains, teknologi dan aplikasi lainnya
 praktek matematika: aktifitas matematikawan, dulu dan sekarang

4. Bagaimana menurut falibilisme tentang kebenaran matematika?


Jawab: Menurut falibilisme, kebenaran matematika dapat menjadi subyek
yang begitu sederhana, dan dalam banyak hal dapat dikritisi. Kebenaran
matematika bersifat tidak sempurna (falibel), tidak kokoh, dan di masa
depan dapat dikoreksi serta direvisi. Menurutnya, matematika menangani
hubungan kuantitaif dalam dunia nyata, sehingga asumsi kebenaran
seperangkat aksioma baru akan nampak terbukti setelah melalui masa-
masa panjang pengamatan dan pengalaman atas realitas, bukan
berdasarkan pembuktian secara deduktifaksiomatik.

5. Bagaimana tanggapan platonisme mengenai matematika?


Jawab: Platonisme menganggap matematika adalah kebenaran mutlak dan
pengetahuan matematika merupakan hasil ilham Illahi. (Tuhan adalah
salah seorang ahli matematika atau matematikawan). Platonisme
memandang obyekobyek matematika adalah real dan eksistensi real obyek
dan struktur matematika adalah sebagai eksistensi realitas yang ideal dan
bebas dari sifat manusiawi.

 F. Filsafat Formalisme dalam Matematika


( Bersama – sama )
1. Jelaskan maksud dari kebenaran matematis dalam filsafat formalisme!

39
Jawab: kebenaran matematika dapat di buktikan menurut definisi atau
persyaratan yang menetukan makna dari kebenaran yang akan
diungkapkan. Misalnya dalam logika, logika disebut sebagai benar secara
apriori yang mengindikasikan bahwa nilai kebenarannya bebas secara
logis dari atau apriori secara logis pada sebarang bukti eksperimental.
Dengan begitu kebenaran dalam sebuah matematika harus dibuktikan
dengan sebuah bukti yang formal.

2. Jelaskanlah apa itu filsafat formalisme?

Jawab: Aliran formalisme sering disebut aliran postulatsional atau aliran


aksiomatik dan dalam pendidikan matematika melahirkan jenis
matematika yang disebut matematika modern (New Math) seperti yang
sekarang diberikan di sekolah-sekolah. Formalisme dibentuk dengan
tujuan khusus menyingkirkan semua kontradiksi dalam matematika, antara
lain mengatasi paradok dalam teori himpunan (Paradok Russel/Paradok
Tukang Cukur) dan untuk menyelesaikan tantangan matematika klasik
yang disebabkan oleh kritik kaum Intuisionis. Dengan kata lain aliran
formalisme bertujuan untuk menterjemahkan seluruh matematika ke dalam
sistem formal yang tidak dapat diinterpretasikan (kosong dari arti).

3. Sebutkan dan jelaskan pembagia aliran formalisme!


Jawab:
 Matematika murni dapat diekspresikan dalam bentuk sistem formal
yang kosong dari arti, dan di dalamnya mengandung kebenaran
matematika yang direpresentasikan dalam bentuk teorema formal.
 Untuk menunjukkan bahwa sistem formal yang dibangun bebas
dari segala macam kontradiksi dan paradok, digunakan alat yang
disebut meta-matematika dengan cara mendemonstrasikan bahwa
term-termnya bebas dari inkonsisteni.

4. Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan kaum Formalis

40
Jawab : Secara ringkas, kaum Formalis adalah membangun
matematika yang berpusat pada penggunaan sistem lambang formal.
Programnya adalah membangun konsistensi seluruh matematika dengan
menggunakan teori bukti. Tesisnya bahwa matematika harus
dikonstruksi kembali atas dasar kaidah konsistensi dengan lambang-
lambang formal, menemukan hasilnya dalam karya Hilbert, Grundlagen
der Mathematik.

5. Apakah tujuan dari aliran formalisme ?


Jawab : Formalisme dibentuk dengan tujuan khusus menyingkirkan
semua kontradiksi dalam matematika, antara lain mengatasi paradok
dalam teori himpunan (Paradok Russel/Paradok Tukang Cukur) dan
untuk menyelesaikan tantangan matematika klasik yang disebabkan
oleh kritik kaum Intuisionis. Dengan kata lain aliran formalisme
bertujuan untuk menterjemahkan seluruh matematika ke dalam sistem
formal yang tidak dapat diinterpretasikan (kosong dari arti).

41
DAFTAR PUSTAKA

Kuntjojo. 2009. Filsafat Ilmu. Program Studi Pendidikan Bimbingan dan


Konseling. Universitas Nusantara PGRI: Kediri.

Marsigit. 2004. Sejarah dan Filsafat Matematika. Fakultas pascasarjana : UNY.

Parnabhakti, L & Ulfa, M. Perkembangan Matematika dalam Filsafat dan Aliran


Formalisme yang Terkandung dalam Filsafat Matematika. Jurnal Ilmiah
Matematika Realistik(JI-MR). 1(1).11-14

Prabowo, A. 2009. Aliran-Aliran Filsafat Dalam Matematika. Jurnal Ilmiah


Matematika dan Pendidikan Matematika(JMP).1(2).26-26

Sukardjono. Hakikat Matematika. Diakses dari


http://repository.ut.ac.id/4690/2/PEMA4101-M1.pdf

42
LAMPIRAN (Pembagian Topik)

43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
1. Annisa Rahmaini (1905111371)
 Pembahasan (A. Faktor – Faktor Pendorong Timbulnya
Filsafat Matematika)
 Pembahasan (E. Aliran dalam Filsafat Matematika & F.
Filsafat Formalisme dalam Matematika)

2. Futri Khairunnisak (1905111127)


 Pembahasan (B. Hakikat dan Karakteristik Filsafat Manusia)
 Pembahasan (E. Aliran dalam Filsafat Matematika & F.
Filsafat Formalisme dalam Matematika)

3. Della Mutiara (1905110367)


 Pembahasan (C. Relasi Filsafat Dan Matematika)
 Pembahasan (E. Aliran dalam Filsafat Matematika & F.
Filsafat Formalisme dalam Matematika)

56
4. Nur Nilam Sari (1905112892)
 Pembahasan (D. Relasi Matematika dan Filsafat Matematika)
 Pembahasan (E. Aliran dalam Filsafat Matematika & F.
Filsafat Formalisme dalam Matematika)

57

Anda mungkin juga menyukai