Kelompok 2
1
KATA PENGANTAR
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasa serta aspek-aspek lainya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami
membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan
kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................5
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor – Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Matematika ....................7
B. Hakikat dan Karakteristik Filsafat Manusia ............................................8
a. Hakikat filsafat matematika ..............................................................8
b. Karakteristik filsafat matematika ......................................................9
C. Relasi Filsafat Dan Matematika ..............................................................14
D. Relasi Matematika dan Filsafat Matematika ...........................................16
E. Aliran dalam Filsafat Matematika ...........................................................18
a. Platonisme ........................................................................................18
b. Absolutisme .....................................................................................19
c. Falibilisme ........................................................................................21
F. Filsafat Formalisme dalam Matematika ...................................................22
a. Aspek Ontologi Filsafat Formalisme .................................................22
b. Aspek Epistemologi Filsafat Formalisme ..........................................22
c. Kebenaran Matematis dalam Filsafat Formalisme .............................22
d. Filsafat Formalisme ..........................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Apakah matematika itu? Hingga saat ini belum ada kesepakatanyang
bulat diantara matematikawan tentang apa yang disebut matematika itu.
Banyaknya definisi dan beragamnya deskripsinyang berbeda dikemukakan
oleh para ahli, mungkin disebab kan oleh ilmu matematika itu sendiri, dimana
matematika termasuk salah satu disiplin ilmu yang memilki kajian sangat
luas, sehingga masing-masing ahli bebas mengemukakan pendapatnya
tentang matematika berdasarkan sudut pandang, pemahaman, dan
pengalaman masing-masing. Penjelasan mengenai apa dan bagaimana
sebenarnya matematika itu, akan terus mengalami perkembangan seiring
dengan pengetahuan dan kebutuhan manusia serta perubahan zaman.
4
terstruktur dari matematika itu sendiri membuat pengkajian ini meluas dan
unik di antara mitra-mitra bahasan filsafat lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan tema pembahasan makalah kami kali ini, maka kami akan
dapat merumuskan beberapa hal yang menjadi masalah, sebagai berikut:
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun makalah ini memiliki tujuan, antara lain:
5
1. Dapat mengetahui Apa Saja Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya
Filsafat Matematika.
2. Dapat mengetahui Apa Hakikat dan Karakteristik Filsafat Matematika.
3. Dapat mengetahui Apa saja Relasi Matematika dan Filsafat.
4. Dapat mengetahui Apa Saja Relasi Matematika dan Filsafat
Matematika.
5. Dapat mengetahui Apa Saja Aliran Dalam Filsafat Matematika.
6. Dapat mengetahui Filafat Formalisme Dalam Matematika.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Suatu peristiwa atau kejadian pada dasarnya tidak pernah lepas dari peristiwa
lain ynag mendahuluinya. Demikian juga dengan timbul dan berkembangnya
filsafat matematika. Menurut Rinjin (dalan kuntjojo 2009), filsafat dan ilmu
timbul dan berkembang karena akal budi, thauma dan aporia.
2. Manusia memiliki rasa kagum (thauma) pada alam semesta dan isinya
7
3. Manusia senantiasa menghadapi masalah
Faktor lain yang juga mendorong timbulnya filsafat dan ilmu adalah
masalah yang dihadapi manusia (aporia). Kehidupan manusia selalu diwarnai
dengan masalah, baik masalah yang bersifat teoritis maupun praktis. Masalah
mendorong manusia untuk berbuat dan mencari jala keluar yang tidak jarang
menghasilkan temuan yang sangat berharga (necessity is the mother of
science).
8
beberapa bagian yang paling mapan astronomi atau fisika. Dengan demikian,
sejauh mana hukum-hukum matematika telah dibuktikan oleh pengalaman
masa lalu umat manusia begitu luar biasa bahwa kita telah dibenarkan oleh
teorema matematika dalam bentuk kualitatif berbeda dari hipotesis baik dari
cabang lain.
1. Pandangan plato
Bagi Plato, yang penting, bahkan yang terpenting, adalah tugas akal budi
untuk membedakan tampilan (penampakan) dari realita (kenyataan yang
sebenar-benarnya). Tugas demikian bukan saja diperlukan oleh para
ilmuwan dan filsuf, tetapi juga oleh manusia pada umumnya. Lebih khusus,
para penjabat pemerintahan, yang harus mencari sarangnya di dunia
tampilan dan harus memahami permasalahan senyatanya. Apa yang dapat
dilakukan, dan yang seharusnya dilakukan, agar menjadi pemimpin, praktis
atau teoretis, di dunia tampilan, yang selalu berubah, Anda harus tahu
realita, yang tidak pernah berubah. Hanya dengan begitulah, kita dapat
memahami dan mengatur dunia tampilan di sekitar kita.
9
Menurut Plato, ketetapan, abadi atau permanen, bebas untuk dipahami
haruslah merupakan karakteristik pernyataan-pernyataan matematika. Dan
pandangannya bahwa bilangan-bilangan, entitas geometri dan relasi antara
entitas-entitas itu objektif, atau paling tidak saling terkait, eksistensinya
masuk akal.
2. Pandangan aristoteles
10
Aristoteles membedakan dengan tajam antara kemungkinan
mengabstraksi bulatan dengan karakteristik matematis yang lain dan objek-
objek dan kebebasan keberadaannya dari karakteristik atau contohnya, yakni
lingkaran. Ia sering kali menekankan bahwa kemungkinan
mengabstraksikan tidak berarti memerlukan kebebasan keberadaan yang
diabstraksikan. Bidang studi matematika adalah hasil abstraksi matematis
yang ia sebut “objek matematis”.
3. Pandangan leibniz
11
mengambil posisi lebih radikal, bahwa predikat sebarang proposisi
“termuat” di dalam subjek, paralel dengan doktrin metafisis yang terkenal
bahwa dunia terdiri dari subjek yang self-contained (substansi atau monand
yang tidak berinteraksi). Dalam bukunya Monandology, yang ditulis dua
tahun sebelum kematiannya, ia memberikan sinopsis filsafatnya sebagai
berikut: “Terdapatlah, juga, dua macam kebenaran, yaitu kebenaran
penalaran dan kebenaran kenyataan (fakta). Kebenaran penalaran adalah
perlu dan lawannya adalah tidak mungkin. Kebenaran kenyataan adalah
kebetulan dan lawannya adalah mungkin. Apabila suatu kebenaran adalah
perlu, alasannya dapat dicari dengan melalui analisis, menguraikannya ke
dalam ide-ide kebenaran yang lebih sederhana, sampai Anda tiba di sini
tempat yang Anda ... Dengan demikian, kebenaran penalaran, mendasarkan
pada “prinsip kontradiksi”, yang diambilnya untuk mengkover prinsip
identitas dan prinsip tolak-tengah. Bukan hanya tolologi trivial, tetapi semua
aksioma, postulat, definisi, dan teorema matematika, adalah kebenaran
penalaran, dengan kata lain, semuanya itu adalah proposisi identik yang
sebaliknya adalah suatu pernyataan kontradiksi”.
12
sehingga tertentu tetapi harus diperoleh deretan tak berakhir, demikian
pulalah kebenaran-kebetulan memerlukan analisis takhingga, yang hanya
Tuhan yang mampu menyelesaikannya.
4. Pandangan Kant
13
prinsip sebab-akibat. Semua proposisi matematika murni adalah masuk
dalam kelas proposisi sintetis apriori.
a. Filsafat dan geometri ( suatu cabang matematik ) lahir pada masa yang
sama,di tempat yang sama, dan dari ayah yang tunggal , yakni sekitar 640-
546 sebelum Masehi, di Miletus ( terletak di pantai barat negara Turki
sekarang ) dan dari pikiran seorang bernama Thales. Matematika dan
filsafat memiliki hubungan yang cukup erat, dibandingkan dengan ilmu-
ilmu lainnya. Alasannya, filsafat merupakan pangkal untuk mempelajari
ilmu dan matematika adalah ibu dari segala ilmu. Ada juga yang
beranggapan bahwa filsafat dan matematika adalah ibu dari segala ilmu
yang ada.
Matematika dan filsafat bersifat apriori dan tidak eksperimentalis.
Hasil dari filsafat dan matematika tidak memerlukan bukti secara fisik,
melainkan hanya abstraksi dari sifat benda dan proses analisnya.
14
b. Matematika tidak pernah lahir dari filsafat, melainkan keduanya
berkembang bersama-sama dengan saling memberikan persoalan-
persoalan sebagai bahan masuk dan umpan balik.
c. Adanya hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan
matematik dipacu pula oleh filsuf Zeno dari Elea. Zeno
memperbincangkan paradoks-paradoks yang bertalian dengan pengertian-
pengertian gerak, waktu, dan ruang yang kemudian selama berabad-abad
membingungkan para filsuf dan ahli matematik.
15
diantaranya adalah sebuah besaran, bentuk, ruang, struktur, atau hubungan.Dan
corak yang paling menonjol dari matematika adalah penelaahannya akan sebuah
masalah yangsenantiasa menggunakan metode deduktif dan kebenaran dari
sebuah penelaahan itu harus mampudilakukan dengan serangkaian langkah
pembuktian yang sistematis.
16
Kemudian Whitehead, seorang ahli logika, menyatakan bahwa matematika
merupakan bentuk formal dari seluruh ilmu pengetahuan yang ada yang bersifat
deduktif.
17
manusia secara etis dan penerapan matematika di dalamnya, ini yang
menjadi permasalahan filsafat matematika secara estetis.
Kriteria tersebut saat ini melahirkan beberapa aliran filsafat matematika, yaitu
Platonisme, Absolutisme dan Falibilisme. Platonisme lebih menekankan pada
tidak adanya landasan-landasan untuk merekonstruksi dan menyelamatkan
matematika, sementara itu, absolutisme lebih menekankan pada tidak adanya
kesalahan pada matematika, sedangkan falibilisme menekankan pada
kemungkinan matematika untuk direvisi terus-menerus.
a. Platonisme
18
bilangan adalah abstrak (Sukardjono, 2000) sehingga diperlukan adanya
eksistensi suatu obyek yang bebas dari pikiran manusia untuk
menyatakannya. Oleh karena bilangan adalah independen/bebas dan
keberadaannya bersifat obyektif, maka sebarang proposisi mengenai suatu
bilangan dapat salah atau benar, sebab proposisi tersebut dapat secara tepat
menggambarkan abstraksi obyek (bilangan) tersebut, atau tidak. Demikian
juga, oleh karena total banyaknya bilangan adalah tak hingga, maka akan
terdapat inspeksi yang dilakukan oleh Tuhan yang mampu berpikir cepat dan
tak terhingga untuk melakukan pemeriksaan setiap bilangan guna melihat
bagaimana sebuah pernyataan p tersebut. Setelah selesai dilakukan, Tuhan
akan melaporkan apakah p atau bukan p . Platonisme juga berpandangan
bahwa manusia (dan Tuhan) dapat mengidentifikasi obyek-obyek abstrak,
mengenal ruas garis atau himpunan. Kenyataan bahwa dalam memahami
konsep abstrak, seringkali dengan cara menghubungkan obyek-obyek fisik
secara bebas dan terbuka, tidak berarti manusia tidak dapat mengidentifikasi
obyek-obyek abstrak tersebut.
b. Absolutisme
19
aturan logika yang digunakan untuk menarik pengetahuan baru adalah benar,
menolak segala sesuatu, kecuali bahwa kebenaran diturunkan dari kebenaran
pula. Munculnya aliran absolutisme dalam matematika dipicu oleh adanya
perbedaan setidaknya dalam dua hal berikut (Sukardjono, 2000). Pertama,
pandangan umum bahwa matematika merupakan resultan antara sistem
aksiomatik dan sistem logika. Pandangan ini menyatakan eratnya hubungan
antara matematika dengan logika. Sebagian menganggap logika tercakup
dalam matematika (aliran formalisme) dan sejalan dengan hal itu,
intuisionisme berpendapat logika adalah cabang dari matematika. Sementara
yang tidak setuju menyatakan bahwa logika adalah segalanya, sedangkan
matematika adalah sebagian kecil dari logika, atau matematika adalah cabang
dari logika (aliran logisisme). Kedua, terjadinya krisis landasan metamatika,
yang melanda pondasi teori himpunan dan logika formal, membawa
matematikawan mencari landasan filsafat untuk merekonstruksi matematika
agar diperoleh landasan yang lebih kokoh. Kedua kenyataan ini
memunculkan tiga arus utama filsafat matematika yaitu aliran logisisme
dipimpin oleh Russel dan Whitehead, aliran intuisionisme dipimpin oleh
Brouwer, dan aliran formalisme dipimpin oleh David Hilbert.
20
Formalisme dengan tokohnya David Hilbert (1862-1943) dari Jerman.
Menurut pandangannya sifat alami matematika adalah sebagai sistem
lambang yang formal. Matematika berhubungan dengan sifat-sifat
struktural dari simbol-simbol dan proses pengolahan terhadap
lambang-lambang itu. Simbol-simbol dianggap mewakili pelbagai
sasaran yang menjadi objek matematika. Bilangan misalakan
dipandang sebagai sifat-sifat struktural yang paling sederhana. Dengan
simbol abstrak yang dilepaskan dari suatu sifat tertentu dan hanya
bentuknya saja, aliran ini berusaha menyelediki berbagai sistem
matematika. Menurut pandangan aliran ini matematika merupakan
ilmu tentang sistem-sistem formal.
c. Falibilisme
21
menarik (afinitas) antara matematika dan dunia nyata, sehingga matematika
memiliki kegunaan praktis. Menurut Lakatos (Ernest, 1991) banyak hasil
kerja ahli matematika, ahli logika, dan filosof (seperti hasil kerja dari Russel,
Fraenkel, Carnap, Weyl, von Neumann, Bernays, Church, Godel, Quine,
Rosser, Curry, Mostowski, dan Kalmar) yang berpandangan bahwa tidak
mungkin terdapat kepastian yang lengkap dalam matematika, bahkan mereka
cenderung mendukung bahwa pengetahuan matematika mempunyai dan
memerlukan landasan empiris, sebagai pintu masuk untuk menolak
absolutisme. Penolakan terhadap absolutisme tidaklah berarti bahwa
matematika terbuang dari Taman Eden, tidak mempunyai realitas yang pasti
dan kebenaran. Hilangnya kepastian tidak berarti hilangnya pengetahuan,
sebab falibilisme menyatakan bahwa pandangan absolutisme hanyalah sebuah
idealisasi berlebihan, lebih sebagai sebuah mitos belaka. Bagi aliran
falibilisme matematika yang dikembangkan aliran absolutisme adalah
dongeng indah yang tidak membumi.
22
matematika. Prinsip dapat terdiri dari beberapa fakta, beberapa konsep, yang
dikaitkan oleh suatu relasi/operasi. Prinsip juga dapat berupa aksioma,
teorema, lemma, sifat dll.
23
memiliki implikasi faktual, tidak memuat kandungan empiris, sesuatu yang
berbeda dengan pernyataan sintetis, sehingga kebenaran pernyataan analitis
dapat divalidasi tanpa referensi bukti empiris. Jadi validitas kebenaran
matematika tidak terletak pada sifat self-evident-nya dan tidak pula pada
dasar empirisnya, akan tetapi diturunkan dari persyaratan yang menentukan
makna konsep-konsep matematika. Dengan demikian, proposisi matematika
adalah benar menurut definisi, kebenaran a priopri, sekali benar maka untuk
seterusnya dan selamanya benar.
d. Filsafat Formalisme
24
pengaruh Oswald Veblen dan V.E. Huntington. Aliran ini sering disebut
aliran postulatsional atau aliran aksiomatik dan dalam pendidikan matematika
melahirkan jenis matematika yang disebut matematika modern (New Math)
seperti yang sekarang diberikan di sekolah-sekolah. Formalisme dibentuk
dengan tujuan khusus menyingkirkan semua kontradiksi dalam matematika,
antara lain mengatasi paradok dalam teori himpunan (Paradok
Russel/Paradok Tukang Cukur) dan untuk menyelesaikan tantangan
matematika klasik yang disebabkan oleh kritik kaum Intuisionis. Dengan kata
lain aliran formalisme bertujuan untuk menterjemahkan seluruh matematika
ke dalam sistem formal yang tidak dapat diinterpretasikan (kosong dari arti).
Aliran formalisme menganjurkan pendekatan murni abstrak, berangkat dari
prinsip awal, dan mendeduksi segalanya dari prinsip awal tersebut.
Karyakarya yang dihasilkannnya sama sekali tidak mempunyai (dan memang
tidak perlu mempunyai) hubungan dengan ilmu pengetahuan dan dunia nyata,
sesuatu yang sangat membanggakan aliran ini. Menurut aliran formalisme,
matematika sekedar rekayasa simbol berdasarkan aturan tertentu untuk
menghasilkan sebuah sistem pernyataan tautologis, yang memiliki konsistensi
internal, tetapi kosong dari makna. Matematika direduksi hanya menjadi
sebuah permainan intelektual, seperti catur. Dalam bahasa populer,
formalisme memandang matematika sebagai permainan formal penuh makna
yang dimainkan dengan lambang-lambang di atas kertas menggunakan aturan
tertentu. Aliran formalisme ada dua :
25
Secara ringkas, kaum Formalis adalah membangun matematika yang
berpusat pada penggunaan sistem lambang formal. Programnya adalah
membangun konsistensi seluruh matematika dengan menggunakan teori
bukti. Tesisnya bahwa matematika harus dikonstruksi kembali atas dasar
kaidah konsistensi dengan lambang-lambang formal, menemukan hasilnya
dalam karya Hilbert, Grundlagen der Mathematik.
26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Menurut Rinjin (dalan kuntjojo 2009), filsafat dan ilmu timbul dan
berkembang karena akal budi, thauma dan aporia.
a. Manusia merupakan makhluk berakal budi
Dengan akal budinya, kemampuan manusia dalam bersuara bisa
berkembang menjadi kemampuan berbahasa dan berkominikasi,
sehingga manusia disebut sebagai homo loquens dan animal
symbolicum.
b. Manusia memiliki rasa kagum (thauma) pada alam semesta dan
isinya
Kekaguman mendorong manusia untuk berusaha mengetahui alam
semesta itu sebenernya apa, bagaimana asal usulnya (masalah
kosmologis). Ia juga berusaha mengetahui dirinya sendiri, mengenai
eksistensi, hakikat dan tujuan hidupnya.
c. Manusia senantiasa menghadapi masalah
Kehidupan manusia selalu diwarnai dengan masalah, baik masalah
yang bersifat teoritis maupun praktis. Masalah mendorong manusia
untuk berbuat dan mencari jala keluar yang tidak jarang
menghasilkan temuan yang sangat berharga (necessity is the mother
of science).
27
c. Interaksi antara filsafat dan matematika membuat adanya padanan dari
konsep dan problem dari masing-masing bidang. Filsafat berbicara tentang
keabadian, kebetulan, atau kuantitas. Sedangkan matematika berbicara
tentang ketidak berhinggan, probabilitas, dan bilangan. Dapat kita lihat
masing-masing bahasan dari filsafat dan matematika adalah banyak
memiliki kesejajaran. Pada hakikatnya kedua identitas tersebut adalah
pengetahuan rasional dan eksperimennya hanya menggunakan akal murni
yang tidak memerlukan laboratorium. Disamping beberapa kesamaan,
matematika dan filsafat juga memiliki perbedaan yang menjadikan
keduanya mampu bekerja pada ruang lingkupnya masing-masing.
28
B. SARAN
Akan tetapi makalah kami masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan
saran dari pembaca sangat kami butuhkan guna pembuatan makalah kami
berikutnya yang lebih baik.
PERTANYAAN :
29
2. Mengapa manusia dikatakan senantiasa menghadapi masalah yang
kemudia menjadi faktor pendorong timbulnya filsafat?
Jawab: sudah kita ketahui secara bersama bahwa siapa pun manusia yang
hidup di muka bumi ini pasti memiliki masalah, baik itu kecil maunpun
besar, baik itu bersifat teoritis maupun praktis. Nah masalah inlah yang
mendorong manusia untuk berfikir, berfilsafat kemudiaberbuat dan
mencari jalan keluarnya.
5. Jelaskan menurut anda secara rinci bagaiman bisa muncul sebuah filsafat!
Jawab: menurut saya filsafat ini muncul hanya ada satu faktor, yaitu
manusia. Manusia yang memiliki akan budi, manusia yang memiliki rasa
30
kagum dan manusia yang senantiasa menghadapi masalah. Didalam
kehidupan sehari-hari, kita tentu pasti berfikir, ntah itu mengenai rasa
kagum atau mungkin rasa kecurigaan, nah kemudia rasa itu meneruskan
infus ke fikiran kita, yang kemudian kita berfikir, nah dari hasil berfikir
inilah muncul sebuah pertanyaan. Jadi, bertanya adalah berfikir dan
berfikir dimanifestasikan dalam sebuah pertanyaan, maka muncullah
sebuah filsafat.
31
identik yang sebaliknya, Kebenaran penalaran adalah perlu dan lawannya
adalah tidak mungkin. Kebenaran kenyataan adalah kebetulan dan
lawannya adalah mungkin..
32
1. Jelaskan hubungan antara filsafat dan matematika!
Jawab :
1) Matematika dan filsafat bersifat apriori dan tidak eksperimentalis.
Hasil dari filsafat dan matematika tidak memerlukan bukti secara
fisik, melainkan hanya abstraksi dari sifat benda dan proses
analisnya. Filsafat dan geometri ( suatu cabang matematik ) lahir
pada masa yang sama,di tempat yang sama, dan dari ayah yang
tunggal , yakni sekitar 640-546 sebelum Masehi, di Miletus (
terletak di pantai barat negara Turki sekarang ) dan dari pikiran
seorang bernama Thales.
2) Matematika tidak pernah lahir dari filsafat, melainkan keduanya
berkembang bersama-sama dengan saling memberikan persoalan-
persoalan sebagai bahan masuk dan umpan balik.
3) Adanya hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat
dan matematik dipacu pula oleh filsuf Zeno dari Elea. Zeno
memperbincangkan paradoks-paradoks yang bertalian dengan
pengertian-pengertian gerak, waktu, dan ruang yang kemudian
selama berabad-abad membingungkan para filsuf dan ahli
matematik.
33
mandiri. Filsafat, mendorong proses pertumbuhan dan perkembangan ilmu
secara otonom. Filsafat berusaha membangun diskursus-diskursus
keilmuan, membuka dan membentangkan penemuan-penemuannya dalam
bentuk ilmu baru untuk diuji, baik dalam proses uji logis (pola penalaran),
uji material (materi pemikiran), serta uji metode, guna ferifikasi dan
validasi keilmuan secara kritis dan terbuka. Filsafat mendorong
kemandirian ilmu-ilmu sehingga ilmu-ilmu mampu mengembangkan
pemikiran serata metode-metode yang khas dalam percaturan keilmuan
secara global. Filsafat pula berperan dalam meahirkan benih-benih
pemikiran, pengetahuan, dan keilmuan untuk kepentingan praktis, baik
dalam bentuk teknologi, industri demi pemenuhuan kebutuhan hidup
manusia, maupun upaya klinis dalam penanggulangan dampak negatif
pembangunan.
4. Apa saja bukti-bukti bahwa filsafat dan matematika saling berkaitan satu
dengan yang lainnya
34
Jawab :
Filsafat dan matematika tumbuh di bawah asuhan filsuf Yunani,
Phytagoras yang mendirikan Mazhab Phytagoranisme di Crotona.
Hubungan timbal balik antara filsafat dan matematika diperkuat dengan
kehadiran Zeno dari Elea. Salah satunya adalah argumen Zeno bahwa
gerak tidaklah mungkin terjadi .Seorang filsuf besar dari Yunani kuno
setelah Zeno menegaskan hubungan yang amat erat antara matematika dan
filsafat adalah Plato. Ia menegaskan bahwa geometri sebagai pengetahuan
ilmiah yang berdasarkan akal murni menjadi kunci ke arah pengetahuan
dan kebenaran kebenaran filsafat. serta bagi pemahaman bagi sifat alami
dari bentuk akhir yang natural. filsafat dan matematika akan terus saling
memengaruhi satu sama lain. Filsafat mendorong perkembangan
matematika, begitu juga dengan sebaliknya. Telah dibuktikan diatas jika
Zeno mendorong lahirnya konsep-konsep matematika seperti limit, seri tak
hingga, dan konvergensi. Sebaliknya pula, ahli matematika melalui
aljabar, teknik simbolisme, dan teori himpunan telah membuat logika yang
semula dikategorikan ke dalam filsafat,berkembang pesat dengan
memperjelas pengertian-pengertian mengenai kebenaran.
35
tertentu dari berbagai hal yangada. Aspek-aspek tersebut diantaranya
adalah sebuah besaran, bentuk, ruang, struktur, atau hubungan.Dan corak
yang paling menonjol dari matematika adalah penelaahannya akan sebuah
masalah yang senantiasa menggunakan metode deduktif dan kebenaran
dari sebuah penelaahan itu harus mampu dilakukan dengan serangkaian
langkah pembuktian yang sistematis.
36
usul, sifat alami, batas, dasar dan asumsi, prinsip validitas dan
reliabilitas.
Ontologi Matematika Pembahasan mengenai apa yang ada di
dalam matematika. Tercakup di dalamnya pernyataan pernyataan
matematika.
37
1. Jelaskan perbedaan antara Logisisme, Intusionisme, Formalisme beserta
tokoh-tokoh yang mempeloporinya!
Jawab :
a. Logisisme dikembangkan oleh filsuf Inggris Bertrand Arthur
William Russell (1872-1970) pada tahun 1903. Prinsipnya
menjelaskan bahwa matematika semata-mata merupakan deduksi-
deduksi dengan prinsip-prinsip logika.
b. Intusionisme dipelopori oleh ahli matematika Belanda Luitzen
Egbertus Jan Brouwer (1881-1966). Pandangannya bahwa
matematika adalah sama dengan bagian eksak dari pemikiran
manusia. Ketepatan dalil-dalil matematika terletak pada akal
manusia (human intelect) dan tidak pada simbol-simbol di atas
kertas.
c. Formalisme dengan tokohnya David Hilbert (1862-1943) dari
Jerman. Menurut pandangannya sifat alami matematika adalah
sebagai sistem lambang yang formal. Matematika berhubungan
dengan sifat-sifat struktural dari simbol-simbol dan proses
pengolahan terhadap lambang-lambang itu.
38
Jawab:
pengetahuan matematika: sifat, justifikasi, dan asal-usul pengetahuan
obyek matematika: ruang lingkup dan asal-usul obyek matematika
aplikasi matematika: efektifitas matematika dalam mengembangkan
sains, teknologi dan aplikasi lainnya
praktek matematika: aktifitas matematikawan, dulu dan sekarang
39
Jawab: kebenaran matematika dapat di buktikan menurut definisi atau
persyaratan yang menetukan makna dari kebenaran yang akan
diungkapkan. Misalnya dalam logika, logika disebut sebagai benar secara
apriori yang mengindikasikan bahwa nilai kebenarannya bebas secara
logis dari atau apriori secara logis pada sebarang bukti eksperimental.
Dengan begitu kebenaran dalam sebuah matematika harus dibuktikan
dengan sebuah bukti yang formal.
40
Jawab : Secara ringkas, kaum Formalis adalah membangun
matematika yang berpusat pada penggunaan sistem lambang formal.
Programnya adalah membangun konsistensi seluruh matematika dengan
menggunakan teori bukti. Tesisnya bahwa matematika harus
dikonstruksi kembali atas dasar kaidah konsistensi dengan lambang-
lambang formal, menemukan hasilnya dalam karya Hilbert, Grundlagen
der Mathematik.
41
DAFTAR PUSTAKA
42
LAMPIRAN (Pembagian Topik)
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
1. Annisa Rahmaini (1905111371)
Pembahasan (A. Faktor – Faktor Pendorong Timbulnya
Filsafat Matematika)
Pembahasan (E. Aliran dalam Filsafat Matematika & F.
Filsafat Formalisme dalam Matematika)
56
4. Nur Nilam Sari (1905112892)
Pembahasan (D. Relasi Matematika dan Filsafat Matematika)
Pembahasan (E. Aliran dalam Filsafat Matematika & F.
Filsafat Formalisme dalam Matematika)
57