Anda di halaman 1dari 18

FILSAFAT MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Sejarah Matematika

Prodi Tadris Matematika

Dosen Pengampu : Danial,S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :

DAVID ADRIAN FACHREZI DEREK

190109017

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa


Ta’ala dengan taufiq dan rahmat-Nya, Saya dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ Filsafat Matematika dan Pendidikan Matematika”. Semoga hal ini
dapat berguna bagi saya sebagai mahasiswa dan juga rekan-rekan semua,terutama
untuk menambah khazanah keilmuan serta wawasan dalam bidang pendidikan.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen mata kuliah Sejarah Matematika kami Pak Danialyang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Sinjai, 28 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2

C. Tujuan........................................................................... ..................... 2

BAB II Pembahasan.......................................................................................... 3

A. Filsafat . ............................................................................................. . 3

B. Filsafat Matematika............................................................................ . 4

C. Pendidikan Matematika...................................................................... . 11

BAB III Penutup .............................................................................................. 14

Kesimpulan ............................................................................................ 14

Daftar Pustaka .................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara harafiah filsafat yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari
bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia
(persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat
berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai
philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan. Filsafat adalah
pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar
mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu
sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan
pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya.

Matematika adalah sebuah cabang dari ilmu pengetahuan yang sudah muncul dari
berabad abad tahun yang lalu, permasalahan matematika muncul berbeda beda
pada tiap tiap jaman tertentu baik pada jaman Negara Mesopotamia, Babilonia,
Mesir, dan Yunani. Dari negara negara itulah mereka berusaha untuk
mempelajarai dan mengkaji lebih lanjut mengenai permasalahan matematika.
Mereka melakukannya dengan cara abstraksi dan cara idealis. Mereka berusaha
untuk mencari fakta bahwa ilmu itu bersifat tetap atau berubah ubah, seperti tokoh
yang menganut bahwa ilmu itu tetap adalah Permenides dan tokokh yang
menganut bahwa ilmu itu bersifat berubah ubah adalah Heraclitos.

1
Dari hal tersebut munculah berbagai intuisi-intuisi sehingga muncul filsafat
pendidikan matematika, hal ini juga didasari bahwa menemukan filsafat
matematika itu dengan berpikir secara ekstensi yaitu berpikir secara seluas
luasnya dan berpikir secara intensi yaitu berpikir secara sedalam dalamnya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :

1. Apa itu Filsafat?


2. Apa itu Filsafat Matematika?
3. Apa itu Filsafat Pendidikan Matematika?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan makalah ini adalah :

1. Memahami apa yang dimaskud dengan Filsafat


2. Memahami apa itu Filsafat Matematika
3. Memahami apa itu Filsafat Pendidikan Matematika

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. FILSAFAT
Filsafat (dari bahasa Yunani φιλοσοφία, philosophia, secara harfiah bermakna
"pecinta kebijaksanaan" adalah kajian masalah umum dan mendasar tentang
persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai,akal,pikiran,dan bahasa.Istilah
ini kemungkinan pertama kali diungkapkan oleh Pythagoras (570–495 SM).
Metode yang digunakan dalam filsafat antara lain mengajukan pertanyaan,
diskusi kritikal, dialektik, dan presentasi sistematik. Pertanyaan filosofis
klasik antara lain: Apakah memungkinkan untuk mengetahui segala sesuatu
dan membuktikanya? Apa yang paling nyata? Para filsuf juga mengajukan
pertanyaan yang lebih praktis dan konkret seperti: Apakah ada cara terbaik
untuk hidup? Apakah lebih baik menjadi adil atau tidak adil (jika seseorang
bisa lolos begitu saja) Apakah manusia memiliki kehendak bebas?
Secara historis, filsafat mencakup inti dari segala pengetahuan. Dari
zaman filsuf Yunani Kuno seperti Aristoteles hingga abad ke-19, filsafat alam
melingkupi astronomi, kedokteran, dan fisika. Sebagai contoh, Prinsip
Matematika Filosofi Alam karya Newton pada tahun 1687 di kemudian hari
diklasifikasikan sebagi buku fisika. Pada abad ke-19, perkembangan riset
universitas modern mengantarkan filsafat akademik dan disiplin lain
terprofesionalisasi dan terspesialisasi. Pada era modern, beberapa investigasi
yang secara tradisional merupakan bagian dari filsafat telah menjadi disiplin
akademik yang terpisah, beberapa diantaranya psikologi, sosiologi, linguistik,
dan ekonomi.
Investigasi lain yang terkait erat dengan seni, sains, politik, dan
beberapa bidang lainnya tetap menjadi bagian dari filsafat. Misalnya, apakah
keindahan objektif atau subjektif? Apakah ada banyak metode ilmiah ataukah
hanya ada satu? Apakah utopia politik merupakan mimpi yang penuh harapan

3
atau hanya delusi yang sia-sia? Sub-bidang utama filsafat akademik
diantaranya metafisika (berkaitan dengan sifat dasar realitas dan keberadaan),
epistemologi (tentang "asal-muasal dan bidang pengetahuan [serta] ... batas
dan keabsahannya" ), etika, estetika, filsafat politik, logika, filsafat ilmu, dan
sejarah filsafat barat.
Sejak abad ke-20, filsuf profesional berkontribusi pada masyarakat
terutama sebagai profesor, peneliti, dan penulis. Namun, banyak dari mereka
yang mempelajari filsafat dalam program sarjana atau pascasarjana
berkontribusi dalam bidang hukum, jurnalisme, politik, agama, sains, bisnis
dan berbagai kegiatan seni dan hiburan.1

B. FILSAFAT MATEMATIKA

Filsafat Matematika Kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani yang


diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar” juga matematika
yang diartikan sebagai “suka belajar”. Disiplin utama dalam matematika
didasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan, pengukuran
tanah dan memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan ini
secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang matematika:
studi tentang struktur, ruang dan perubahan. Pelajaran tentang struktur
dimulai dengan bilangan, pertama dan yang sangat umum adalah bilangan
natural dan bilangan bulat dan operasi arimatikanya, yang semuanya itu
dijabarkan dalam aljabar dasar. Sifat bilangan bulat yang lebih mendalam
dipelajari dalam teori bilangan. Investigasi metode-metode untuk
memecahkan persamaan matematika dipelajari dalam aljabar abstrak, yang
antara lain, mempelajari tentang ring dan field, struktur yang
menggeneralisasi sifat-sifat yang umumnya dimiliki bilangan. Konsep vektor,

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat

4
digeneralisasi menjadi vektor ruang dipelajari dalam aljabar linier, yang
termasuk dalam dua cabang: struktur dan ruang. Dari zaman kuno melalui
Zaman Pertengahan, ledakan kreativitas matematika seringkali diikuti oleh
abad-abad kemandekan.Matematika sejak saat itu segera berkembang luas,
dan terdapat interaksi bermanfaat antara matematika dan sains,
menguntungkan kedua belah pihak. Filsafat matematika adalah adalah cabang
dari filsafat yang mengkaji anggapan-anggapan filsafat, dasar-dasar, dan
dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk
memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk memahami
kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Filsafat dan Matematika
sudah tidak diragukan lagi bahwa sejak dulu sampai sekarang kedua bidang
pengetahuan ini sangat erat hubungannya. Dari bukti yang didapat ternyatalah
pendapat bahwa filsafat merupakan ayah atau ibu dari matematik adalah salah.
Matematik itu tidak pernah lahir dari filsafat melainkan berkembang bersama-
sama dengan saling memberikan persoalan-persoalan sebagai bahan untuk
masuk dan umpan balik Bidang pengetahuan yang sangat menarik menurut
para silfus dan ahli matematika sebagai wujud dari interaksi antara filsafat
dengan matematika yakni:
1. Filsafat Matematik
2. Landasan Matematik
3. Adi Matematik
4. Filsafat Kematematikaan
Bidang pengetahuan yang disebut filsafat matematik adalah hasil pemikiran
filsafati yang sasarannya ialah matematik itu sendiri.Pemikiran dan
memberikan perhatian yang sungguh-sungguh. Di dalam sebuah kamus
psikologi pemikiran reflektif sepadan dengan pemikiran logis yaitu aktivita
budi manusia yang diarahkan sesuai dengan kaidah logika. Filsafat bersifat
reflektif. Budi yang berfilsafat tidaklah semata-mata berfikir tentang suatu
objek, budi itu senantiasa berfikir juga tentang pemikirannya sendiri mengenai

5
obyek itu. Di antara para ahli matematik dan para filsuf tidak tampak kesatuan
pendapat mengenai apa itu filsafat matematik. Dapat dimbil contoh dalam
perumusan dari 2 buku matematik dan 2 kamus filsafat yag berikut:
1. Filsafat matematika dapat dilukiskan sebagai suatu sudut
pandang dimana bagian dan kepingan matematik dapat disusun
dan dipersatukan berdasarkan asas.
2. Suatu filsafat matematika itu sama dengan penyusunan kumpula
pengetahuan matematika yang kacau balau yag terhimpu selama
berabad-abad diberi suatu makna tertentu.
3. Penelaahan konsep-konsep pembenaran terhadap asas-asas yang
digunakan dalam matematik
4. Penelaahan tentang konsep-konsep dan sistem-sistem yang
terdapat dalam matematik, dan mengenai pembenaran terhadap
pernyataan matematik.
Landasan matematik kadang-kadang disamakan pengertiannya dengan filsafat
matematika. Tetapi sesungguhya landasan matematik merupakan bidang
pengetahuan yang lebih sempit daripada filsafat matematik. Landasan
matematik khususnya bersangkut paut dengan konsep- konsep dan asas-asas
fundamental yang diguakan dalam matematik. Dari konsep pokok dan prinsip
dasar landasan matematik meberuskan penelaahanya sehigga sampai pada
sifat alami dari matematik dan bahkan juga tentang metode matematik.
Dengan adanya perluasan pokoksoal dan permasalahan yang ditelaah itu
dapatlah dimengerti bilamana landasan matematik seolah-olah idetik denga
filsafat matematik. Tetapi telah dinyatakan bahwa landasan matematik kalah
luas dengan filsafat matematik. Dalam abad 20 ini studi mengenai sifat alami
dari matematik yang terkenal denga nama logisisme, formalism, dan
intuitionisme. Mazhab logisisme dipelopori oleh Bertrand Arthur William
Russell dari Inggris. Dalam 1903 terbitlah buku beliau yang berjudul “The
Principles of Mathematics” yang berpegang pada pendapat bahwa matematik

6
muri semata-mata terdiri atas deduksi-deduksi dengan prisip- prinsip logika
dari prisip-prinsip logika. Menurutnya logika telah mejadi lebih bersifat
matematis dan matematik sehingga lebih logis. Akibatnya ialah bahwa kini
menjadi sepenuhnya tak mungkin untuk menarik suatu garis diantara
keduanya. Sesungguhnya kedua hal itu adalah satu. Mereka berbeda seperti
anak dan orang dewasa. Logika merupakan masa muda dari matematika dan
matematika merupakan masa dewasa dari logika.
Mazhab landasan matematik formalisme dipelopori oleh ahli matematik besar
dari jerman David Hilbert. Menurut mazhab ini sifat alami dari matematik
ialah sebagai sistem lambang yang formal. Matematik bersagkut paut dengan
sifat-sifat structural dari simbol-simbol dan proses pengolahan terhadap
lambing-lambang itu. Smbol-simbol dianggap sebagai sasaran yang menjadi
objek matematik. Bilangan- bilangan misalnya dipandang sebagai sifat-sifat
struktural yang paling sederhana dari benda-benda. Dengan simbolisme
abstrak yag dilepaskan dari sesuatu arti tertentu dan hanya menunjukan
bentuknya saja mazhab formalism berusaha menyelidiki struktur dari berbagai
system. Berdasarkan landasan pemikiran itu seorang pendukung mazhab
tersebut merumuskan matematik ilmu tentang sistem-sistem formal.
Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat sintetik apriori dimana
eksistensi matematika tergantung dari pancaindera adalah pendapat dari
Immanuel kant. Akhir-akhir ini filsafat kant tentang matematika ini mendapat
momentum baru dalam aliran yang disebut intuisionis dengan eksponen
utamanya adalah seorang ahli matematika berkebangsaan belanda bernama
jan brouwer (1881-1966). Namun dalam aliran ke tiga yang dipelopori oleh
David Hilbert (1862-1943) terkenal dengan sebutan kaum formalis. Tesis
utama kaum logistik adalah bahwa matematika murni merupakan cabang dari
logika. Kaum formalis menolak anggapan kaum logistik ini yang menyatakan
bahwa konsep matematika dapat direduksikan menjadi konsep logika. Mereka
berpendapat bahwa banyak masalah-masalah dalam bidang logika yang sama

7
sekali tidak ada hubungannya dengan matematika. Bagi kaum formalis
matematika adalah pengetahuan tentang struktur formal dari lambang.
Pengetahuan kita tentang bilangan merupakan pengertian rasional yang
bersifat apriori yang kita pahami lewat mata penalaran yang memandang jauh
kedalam struktur hakikat bilangan.namun kaum intuisionis menentang lewat
brouwer bahwa intuisi murni dari berhitug merupakan titik tolak tentang
matematika bilangan. Hakikat sebuah bilangan harus dapat dibentuk melalui
kegiatan intuitif dalam berhitug dan menghitung. Berlawanan dengan mazhab
formalisme berkembanglah mazhab landasan matematik intuitionisme yang
dipelopori oleh ahli matematik belanda Luitzen Egbertus Jan Brouwer. Beliau
berpendirian bahwa matematik adalah sama dengan bagian yang eksak dari
pemikiran manusia. Ketepatan dalil-dalil matematik terletak dalam akal
manusia dan tidak pada simbol- simbol diatas kertas sebagaimana diyakini
oleh mazhab formalisme. Dalam pemikiran mazhab intuitionisme matematik
berlandaskan suatu ilham dasar mengenai kemungkinan untuk membangun
sebuah seri bilangan yang tak terbatas. Ilham ini pada hakekatnya merupakan
suatu aktivita berfikir yang tak tergantung pada pengalaman, bebas dari
bahasa dan simbolisme, serta bersifat obyektif. Kiranya dari pembahasan
diatas. Nampak jelas bahwa tidak satupu dari ketiga aliran dalam filsafat
matematika ini sepeuhnya berhasil dalam usahanya. Walaupun demikian
perbedaan pandangan ini tidak melemahkan perkembangan matematika malah
justru sebaliknya dimana satu aliran memberi inspirasi kepada aliran-aliran
lainnya dalam titik-titik pertemuan yang disebut Black sebagai kompromi
yang bersifat elektik. Kaum logistik mempergunakan system simbol yang
diperkembangkan oleh kaum formalis dalam kegiatan analisisnya.
Kaumintuisionis memberikan titik tolak dalam mempelajari matematika
dalam perspektif kebudayaan suatu masyarakat tertentu yang memungkinkan
diperklembangkannya filsafat pendidikan matematika yang sesuai. Ketiga
pendekatan landasan matematika ini, lewat pemahamannya masing-masing,

8
memperkukuh matematika sebagai sarana kegiatan berpikir deduktif. Istilah
landasan dalam bidang keilmuan mempunyai makna-makna berlainan. Oleh
karena itu untuk kejelasan maknanya kadang-kadang dibubuhi cirinya yang
dimaksud. Dalam kaitannya dengan matematik orang menegaskannya dengan
istilah “logical foundations of mathematics” (landasan logis matematik).
Istilah landasan logis matematik dapat disamakan dengan landasan filsafati
seperti misalnya dilakukan oleh filsuf Rudolf Carnap (1891-1970). Dengan
landasan logis atau filsafati itu para ahli sesuatu bidang ilmu disadarkan
terhadap kemungkinan keterbatasan dan kesalahan dari patokan pikir-patokan
pikir yang dipergunakannya sebagai pangkal dari ilmunya. Phytagoras
percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara dan air yang banyak
dipercaya sebagai unsur semua benda. Pandangan Phytagoras
mengungkapkan bahwa harmoni terjadi berkat angka. Bila segala hal adalah
angka, maka hal ini tidak saja berarti bahwa segalanya bisa dihitung, dinilai
dan diukur dengan angka dalam hubungan yang teratur, melainkan berkat
angka-angka itu segala sesuatu menjadi harmonis, seimbang. Dengan kata lain
tata tertib terjadi melalui angka-angka. Salah satu peninggalan Phytagoras
yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat
hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat
dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema
ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini
dikreditkan kepada Pythagoras karena ia lah yang pertama membuktikan
pengamatan ini secara matematis. Pythagoras dan murid-muridnya percaya
bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika, dan
merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme.
Ia percaya keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam dapat
dinyatakan dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Ketika
muridnya Hippasus menemukan bahwa hipotenusa dari segitiga siku-siku
sama kaki dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah bilangan irasional,

9
Pythagoras memutuskan untuk membunuhnya karena tidak dapat membantah
bukti yang diajukan Hippasus. Alam semesta diatur secara terukur
(phytagoras). hal yang mengagumkan dari alam adalah disiplinnya yang patuh
mengikuti hukum2 matematis. misalnya saja bumi mengelilingi matahari
selama 365 hari, bulan mengelilingi bumi selama 30 hari, bumi berotasi pada
sumbunya selama 24 jam setiap harinya. Angka-angka ini tidak pernah
berubah seenak hati bulan dan bumi. semuanya teratur mengikuti ukuran yang
telah ditentukan. dan kesadaran akan keteraturan inilah yang merupakan
hakekat mengapa perlu belajar matematika. Matematika itu bukan hanya
menyampaikan informasi secara jelas namun juga singkat.2

2
https://www.slideshare.net/RindraGunawan/filsafat-matematika

10
C. PENDIDIKAN MATEMATIKA

Ada yang mempermasalahkan istilah “pendidikan matematika”


dan“matematika pendidikan”. Kita tidak akan mempermasalahkan mana yang
lebihbenar. Filsafat pendidikan matematika lebih menyoroti proses pendidikan
dalambidang matematika. Menurut Wein (1973), pendidikan matematika adalah
”suatu studi aspek-aspek tentang sifat-sifat dasar dan sejarah matematika beserta
psikologibelajar dan mengajarnya yang akan berkontribusi terhadap pemahaman guru
dalam tugasnya bersama siswa, bersama-sama studi dan analisis kurikulum
sekolah,prinsip-prinsip yang mendasari pengembangan dan praktik penggunaannya
dikelas”.

Dengan demikian, filsafat pendidikan matematika mempersoalkan masalah-


masalah sifat dasar matematika,, sejarah matematika, psikologi belajar matematika,
teori mengajar matematika, psikologi anak dalam kaitannya dengan
belajarmatematika, pengembangan kurikulum matematika sekolah, dan
pelaksanaankurikulum matematika di kelas. Dalam filsafat pendidikan matematika ini
secarakhusus akan dikemukakan Filsafat Konstruktivisme yang sejak tahun
sembilanpuluhan banyak diikuti.

Pada tahun 1983,Resnick menerbitkan catatan tentang pengertian baru


“belajar matematika”. Ia menjelaskan bahwa “seseorang yang belajar itumembentuk
pengertian”. Bettencount (1989) menuliskan bahwa orang yangbelajar itu tidak hanya
meniru atau merefleksikan apa yang diajarkan atau yang iabaca, melainkan
menciptakan pengertian. Pengetahuan atau pengertian dibentukoleh siswa yang aktif,
bukan hanya diterima secara pasif dari gurunya. Dalam penelitiannya tentang
miskonsepsi,Fisher dan Lipson, 1986, mendapati bahwa dalam belajar matematika
“pengetahuan dan pengertian mencakup suatu prosesaktif dan konstruktif”.

Konstruktivisme mempengaruhi banyak studi tentang “salah pengertian”


(misconceptions) dan pengertian alternatif dalam belajar matematika. Di Universitas
Cornell, pada Konferensi Internasional tentang Miskonsepsi I, 1983,disajikan 69
makalah. Pada konferensi II, 1987, membengkak menjadi 160makalah, dan
konferensi III, 1993, lebih membengkak lagi menjadi 250 makalah.Ini menunjukkan
bahwa konstruktivisme sedang naik daun.

Dalam proses konstruksi, menurut Glaserfeld, diperlukan berbagai


kemampuan: kemampuan mengingat dan mengungkap kembali pengalaman,
kemampuan membandingkan, mengambil keputusan mengenai kesamaan dan

11
perbedaan, dankemampuan untuk lebih menyenangi pengalaman yang satu daripada
pengalamanyang lain.Belajar merupakan proses aktif pelajar mengonstruksi makna
atau arti baikdari teks, dialog, pengalaman fisis, atau lainnya. Belajar juga
menyatakan prosesmengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang
telah dipelajaridengan pengertian yang sudah dipunyai pelajar sehingga
pengertiannyaberkembang.

Menurut konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif. Siswa


membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari makna sendiri dari apa yang
dipelajari. Proses mencari ini adalah proses menyesuaikan konsep dan ide-ide
barudengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran siswa. Siswa
sendirilah,yang bertanggung jawab atas hasil belajarnya (Shymanski, 1992).

Menurut konstruktivisme,mengajar bukanlah memindahkan


(mentransfer)pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan
yangmemungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar
berartiberpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat
makna,mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi, mengajar
adalah suatu bentuk belajar sendiri (Bettencount, 1989).

Berpikir yang baik lebih penting daripada mempunyai jawaban yang


baikterhadap suatu persoalan yang sedang dipelajari. Siswa yang mempunyai
caraberpikir yang baik, dalam arti bahwa cara berpikirnya dapat digunakan
untukmenghadapi fenomena baru (=jalan), akan menemukan pemecahan
dalammenghadapi persoalan yang lain. Jika cara berpikir ini berdasarkan
pengandaianyang salah atau tidak dapat diterima pada saat itu, siswa masih dapat
mengembangkan pikirannya. Mengajar, dalam konteks ini, adalah membantu
siswaberpikir secara benar dengan membiarkannya berpikir sendiri.

Menurut prinsip konstruktivisme, peran guru adalah sebagai mediator dan


fasilitator yang membantu siswa agar proses belajar siswa berjalan dengan
baik.Tekanannya ada pada siswa yang belajar dan bukan pada guru yang
mengajar.Penjabaran guru sebagai mediator dan fasilitator adalah sebagai berikut.

1) Menyediakan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswa bertanggung


jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian (bukan ceramah).
2) Menyediakan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa
danmembantu siswa mengungkapkan ide ilmiahnya. Menyediakan sarana

12
yangmendukung berpikir produktif. Menyediakan pengalaman yang
mendukungproses belajar.
3) Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pikiran siswa jalan
atautidak. Guru mempertanyakan apakah pengetahuan siswa berlaku
untukmenghadapi persoalan baru yang terkait. Guru membantu
mengevaluasi kesimpulan siswa.3

3
https://www.academia.edu/32937145/FILSAFAT_PENDIDIKAN_MATEMATIKA

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Filsafat adalah kajian masalah umum dan mendasar tentang
persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan
bahasa.
2. Filsafat matematika adalah adalah cabang dari filsafat yang
mengkaji anggapan-anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-
dampak matematika.
3. Filsafatpendidikan matematika termasuk filsafat yang membahas
prosespendidikan dalam bidang studi matematika. Aliran-aliran
yang berpengaruhdalam filsafat pendidikan antara filsafat analitik,
progesivisme,eksistensialisme, rekonstruksionisme, dan
konstruktivisme.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat

https://www.slideshare.net/RindraGunawan/filsafat-matematika

https://www.academia.edu/32937145/FILSAFAT_PENDIDIKAN_MATEMATIKA

15

Anda mungkin juga menyukai