Anda di halaman 1dari 11

FAKTORISASI BILANGAN BULAT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. ANDI SALFIN MENDROFA


2. FITRI WANDANI HULU
3. NITOLO GEA
4.SESILIA SETIANI GULO
5. WINISTINA GIAWA
6. YUDIKA ZEBUA

KELAS/SEMESTER : A/IV
MATA KULIAH : TEORI BILANGAN
PRODI : MATEMATIKA
FAKULTAS : FPMIPA

DOSEN PENGAMPU,

NETTI KARIANI MENDROFA, S.Pd., M.Pd

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TAHUN AKADEMIK 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkann kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat -Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Faktorisasi bilangan bulat pada mata kuliah teori
bilangan.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa, penggunaan tanda baca maupun dari segi
yang lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami
mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga dapat memperbaiki
laporan kami ini.

Akhir kata, kami mengharapkan semoga dari makalah kami ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Gunungsitoli , April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

Faktorisasi Bilangan Bulat ........................................................................................ 2

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 7
B. Saran ............................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 8

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan. Dalam konteks


pendidikan, lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berada diluar diri anak.
Lingkungan dapat berupa hal-hal yang nyata, seperti tumbuhan,orang, keadaan, politik,
kepercayaan dan upaya lain yang dilakukan manusia, termasuk didalamnya pendidikan.

Pada makalah kami kali ini kami akan membahas tentang Faktorisasi Bilangan
Bulat, bagaiman itu yang dimaksud dengan faktorisasi bilangan bulat serta apa saja yg
akan dibahas didalamnya akan kami bahas pada makalah kami ini.

B. Rumusan Masalah

a) Apa itu faktorisasi bilangan Bulat?


b) Bagaimana itu faktorisai bilangan bulat!

C. Tujuan

Untuk mengetahui apa faktorisasi bilangan bulat dan apa saja yang ada didalam
faktorisasi bilangan bulat.

4
BAB II

PEMBAHASAN

Faktorisasi Tunggal

Pada materi sebelumnya telah dibahas bahwa bilangan bulat positif yang lebih
besar dari 1 terbagi oleh suatu bilangan prima, sehingga setiap bilangan bulat positif yang
lebih besar dari 1 adalah suatu bilangan prima atau bilangan itu dapat dinyatakan sebagai
perkalian dari bilangan bilangan-bilangan prima tertentu. Pada makalah ini kita akan
mempelajari bahwa suatu pemfaktoran suatu bilangan bulat positif atas faktor-faktor prima
adalah tunggal, sehingga kita mengenalnya sebagai faktorisasi tunggal. Tetapi sebelumnya
membicarakan faktorisasi tunggal, kita akan mempelajari beberapa teorema sebagai
persiapan untuk mempelajari faktorisasi tunggal.

Teorema 4.5:

Jika p suatu bilangan prima dan p│ab. Maka p│a atau p│b

Bukti :

➢ Karena p suatu bilangan prima, maka untuk sembarang bilangan bulat a berlaku
(a,p) = 1 atau (a,p) = p, jika (a,p) = 1 dan p│ab, , kita pernah membuktikan bahwa
p│b.
➢ Dan jiika (a,p) = p maka p│a
➢ Jadi terbukti bahwa p│a atau p│b

Contoh :

Misalkan a = 10, b = 20

P merupakan bilangan prima contoh 2<12

Sehingga (10,2) = 1 atau (10,2) = 2 untuk bilangan bulat a sembarang.

Jika (10, 2 ) = 1 dan 2│10 . 20 maka 2│20

Jika (10, 2) = 2 dan 2│10

Jadi, p│a atau p│b

Atau, 2│10 atau 2│20 jika 2│10.20 → 2│200

Teorema 4.5 ini dapat diperluas untuk bilangan-bilangan a1, a2, a3,,,,, an , yaitu:

Jika p suatu bilangan prima dan p│ a 1, a2, a3,,,,, an, maka p│a1 untuk suatu i = 1, 2,
,3 .... n.

Bukti :

Kita akan membuktikan dengan induksi matematika pada n, yaitu banyak faktor.

5
➢ Untuk n = 1, yaitu p│a1, jelas benar
➢ Untuk n = 2, yaitu p│a 1, a2, karena p suatu bilangan prima maka menurut teorema
4.5 p│a1 atau p│a2
➢ Diambil sebagai hipotesis induksi untuk 1 dengan 2 < t < n, yaitu p bilangan prima
dan p│ a1, a2, a3,,,,, at, maka p│ ak, untuk 2 < k < t.
➢ Pandang p│ a1, a2, a3,,,,, an, atau dapat ditulis sebagai p│ (a 1a2a3,,,,, an-1)(an ), maka
menurut teorema 4.5 diperoleh p│ a1a2a3,,,,, an-1 , atau p│ an .
➢ Jika p│ an maka teorem telah terbukti.
➢ Jika p│ a1a2a3,,,,, an-2an-1, maka menurut teorema 4.5 lagi diperoleh bahwa p│
a1a2a3,,,,, an-2, atau p│ an-1.
➢ Jika p│ an-1, maka teorem terbukti.
➢ Jika p│ a1a2a3,,,,, an-2 maka proses seperti diatas akan diteruskan berdasarkan
hipotesis yang diambil, maka proses tersebut mesti akan berakhir. Berarti bilangan
prima p membagi salah satu dari a1, a2, a3,,,,, an .
➢ Jika pada teorema 4.5 diambil kasus bahwa p, q dan r masing-masing bilangan
prima dan p│qr maka p│q atau p│r, yaitu p = q atau p = r, karena p, q dan r
masing-masing bilangan prima, kasus tersebut dapat diperluas sebagai berikut :

Jika p, a1, a2, a3 ,,,,, an semua bilangan prima dan p│ q1, q2, q3,,,,, qn.

➢ P = qk untuk suatu k dengan 1≤ k ≤ n.

Teorema 4.6

Pemfaktoran suatu bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 atas faktor-faktor
prima adalah tunggal, kecuali urutan dari faktor-faktornya.

Bukti :

Pada teorema 4.2 kita telah membuktikan bahwa setiap bilangan bulat positif yang lebih
besar dari 1 adalah suatu bilangan prima atau bilangan itu dinyatakan sebagai perkalian
dari bilangan-bilangan prima tertentu. Sekarang kita akan membuktikan bahwa faktor-
faktor prima tersebut adalah tunggal

➢ Ambil sembarang bilangan bulat positif n > 1. Jika n suatu bilangan prima, maka n
adalah faktornya sendiri, jika n seuatu bilangan komposit dan diandaikan bahwa
pemfaktoran n atas faktor-faktor prima adalah tidak tunggal, misalnya :
n = p1 p2.... pt dan n = q1q2 ... qr dengan pi dan qj masing-masing adalah bilangan
prima untuk i = 1,2,3 ... r serta p 1 dan q1.
➢ Karen n = p1p2 ..... pt maka p1│n sehingga p1│ p1 p2 p3.... qr dan selanjutnya
menurut perluasan teorema 4.5 , maka p 1 – qk untuk suatu k dengan 1 dan mengingat q 1
➢ Karena n = q1q2 ... qr maka q1│n sehingga q1│ p1p2 ..... pt. Dan menurut perluasan
teorema 4.5 , maka q 1 = pm. Untuk suatu m dengan 1 dan mengingat p 1

6
➢ Karena pt ≤ qt dan qt ≤ p1 maka pt = qt sehingga dari pemisalan n diatas kita
memperoleh bahwa p 2 p3.... pt = q2 q3 ... qr. Jika proses seperti diatas diteruskan maka
kita akan memperoleh bahwa :
P2 = q2 sehingga p3 p4.... pt = q3q4..... qt
P3 = q3 sehingga p4 p5.... pt = q4q5..... qt dan seterusnya.
➢ Apabila t = r maka proses tersebut akan berakhir pada p t = qt dan teorema terbukti.
Tetapi apabila t < r maka akan diperoleh bahwa 1 = q t+1 qt+2 qt+3.... qt.
➢ Hal ini mustahil, karena q t+1 qt+2 qt+3 .... qt adalah bilangan-bilangan prima, maka
haruslah t = r, sehingga:
Pt = qt, p2 = q2, p3 = q3 .... pt = qt
Ini berarti bahwa bilangan bulat n positif tersebut hanya dapat dinyatakan sebagai hasil
kali faktor-faktor prima secara tunggal.

Pembuktian yang lebih singkat dari teorema faktorisasi tunggal tersebut bisa
menggunakan induksi matematika. Coba lakukan pembuktian dengan induksi matematik
ini dengan memperhatika petunjuk berikut :
➢ Apakh teorema benar untuk n = 2?
➢ Sebagai hipotesis misalkan teorema benar untuk suatu bilangan bulat positif n ≤ k
dan harus ditunjukkan bahwa teorema benar untuk n = k + 1
➢ Misalkan k + 1 = p 1 p2.... pt = q1q2q3 ... qr dengan pi dan qj masing-masing adalah
bilangan prima .... dan seterusnya seperti bagian pembuktian diatas, sehingga
diperoleh pt = qt dan p2 ... pt = q2 q3 ... qr. Bilangan ini lebih kecil atau sama dengan
k, mengingat hipostesis, maka teorema benar untuk n = k + 1. Dengan demikian
teorem tersebut terbukti.

Kita mengetahui bahwa banyak bilangan asli adalah tak berhingga dan setiap bilangan
bulat positif dapat difaktorkan atas faktor-faktor prima. Apakah banyaknya bilangan prima
itu tak berhingga pula?

Euclides membuktikan dengan bukti tak langsung (bukti dengan kotradiksi) bahwa
banyaknya bilangan prima adalah tak berhingga.

➢ Misalkan pt = 2, p2 = 3, p3 = 5, p4 = 7,..... adalah urutan bilangan-bilangan prima


terbesar, misalkan pn sekarang dibentuk oleh bilangan bulat positif :
N = p1 p2 ... pn+1
➢ Karena N > 1, menurut teorema 4.1 maka N dapat dibagi oleh suatu bilangan prima,
sehingga N dapat dibagi oleh sekurang- kurangnya suatu bilangan prima dari
P1, p2, p3 ...... pn
➢ Misalkan bilangan prima p k dengan 1≤ k ≤ n yang membagi N, yaitu p k│N
N = p1 p2 p3 .... pn + 1 dengan pk │ p1 p2 p3 .... pn maka pk│1
➢ Hal ini tidak mungkin, karena pk adalah suatu prima. Oleh karena itu pengandaian
bahwa adalah bilangan prima terbesar adalah tidak benar, sehingga pengandaian
tersebut harus diingkar, dan diperoleh bahwa bahwa tak ada bilangan prima terbesar.

7
Atau dengan kata lain bahwa banyaknya bilangan prima adalah tak berhingga. Hal ini
terkenal sebagai Teorema Euclides yang dinyatakan berikut ini.

Teorema 4.7 (teorema Euclides)

Banyaknya bilangan prima adalah tak berhingga

Pada pembuktian teorema Euclides tersebut yang menarik adalah pembentukan


bulat positif N sebagai hasil kali semua bilangan prima ditambah 1. Apakh N tersebut
suatu bilangan prima ?

Bukti :

➢ Misalkan kita memulai untuk bilangan prima pertama yaitu 2, maka kita
memperoleh:

N1 = 2 + 1= 3

N2 = 2.3 + 1 = 7

N3 = 2.3.5 + 1 = 31

N4 = 2.3.5.7 + 1 = 211

N5 = 2.3.5.7.11 + 1 = 2311

Coba tunjukkan bahwa N1, N2, N3 , N4 , dan N5 tersebut masing-masing adalah bilangan
prima. Selanjutnya tentukan N5, N7 dan N8. Tunjukkan bahwa bilangan-bilangan ini bukan
bilangan prima!

N6 = 59.509
N7 = 19.97.277
N8 = 347.27953

Suatu pernyataan yang jawabannya belum diketahui, apakah ada yang tak
berhingga k sedemikian hingga N k suatu bilangan prima pula. Demikian pula, apakah ada
tak berhingga bilangan komposit N k?

➢ Perhatikan barisan bilangan prima 2. 3, 5, 7,.... p n. Pn adalah bilangan prima ke – n.


Sekarang kita ingin menentuka suatu batas atas dari barisan bilangan prima p n
tersebut. Pada pembuktian teorema Euclides diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
:
Pn+1 ≤ P1, p2, p3 ...... pn + 1 < 𝑝𝑛𝑛 + 1

Sebagai contoh, jika n = 3 maka ketidaksamaan itu menjadi


7 = p4 < 𝑝33 + 1 = 52 + 1 = 126
Ketidaksamaan ini menunjukkan bahwa bilangan prima ke-4 kurang dari 126.

8
Teorema 4.8
Dalam suatu bilangan prima, jika p n meyatakan bilangan prima ke-n maka:
𝑛−1
Pn ≤ 22

Bukti :

Pembuktian menggunakan induksi matematika pada n


0
➢ Untuk n = 1 diperoleh p t ≤ 22 yaitu pt ≤ 2. Hal ini memang benar sebab bilangan
prima pertama adalah 2.
➢ Selanjutnya sebagai hipotesis, teorema diasumsikan benar untuk n = k, yaitu:
𝑘=1
Pk ≤ 22 .
𝑘
➢ Harus dibuktikan bahwa teorema benar untuk n = k + 1, yaitu p k+1 ≤ 22

Perhatikan bahwa :

pk+1 ≤ (P1, p2, p3 ...... pk ) + 1


2 3 𝑘=1
pk+1 ≤ (2(22 )( 22 )( 22 )....... (22 )) + 1

1+2+23 +23 +⋯ 2𝑘=1


pk+1 ≤ (22 )+1

➢ Mudah ditunjukkan bahwa 1 + 2 + 22 + 23 + ...... 2𝑘=1 = 2k – 1 yaitu suatu deret


geometri dengan rasio 2 sehingga diperoleh :
pk+1 ≤ (2𝑘=1 + 1)
𝑘 −1
➢ Karena 22 > 1 untuk setiap bilangan asli k, maka ketidaksamaan itu menjadi
pk+1 ≤ 2 22−1 + 22
𝑘 −1

𝑘
pk+1 ≤ 22
➢ Karena teorema benar untuk n = 1 dan benar untuk n = k dan telah ditunjukkan
benar untuk n = k + 1, maka teorema benar untuk setiap bilangan asli n.
𝑛
Memperhatikan teorema ini, maka bilangan prima ke (n + 1 ) , yaitu pn ≤ 22 sehingga
𝑛
banyak bilangan prima yang lebih kecil dari 22 tidak kurang dari (n + 1) buah. Jadi,
untuk n ≥ 1, maka ada paling sedikit n + 1 buah bilangan prima yang lebih kecil dari
𝑛
22 .

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Jika p suatu bilangan prima dan p│ab. Maka p│a atau p│b
2. Pemfaktoran suatu bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 atas faktor-faktor
prima adalah tunggal, kecuali urutan dari faktor-faktornya.
3. Banyaknya bilangan prima adalah tak berhingga atau tidak ada bilangan prima
yang terbesar.
4. Dalam suatu bilangan prima, jika p n meyatakan bilangan prima ke-n maka:
𝑛−1
Pn ≤ 22
5. Untuk, n ≥ 1 maka ada paling sedikit n + 1 buah bilangan prima yang lebih kecil
𝑛
dari 22 .

B. Saran

Menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
kami akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Untuk
saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk tanggapan terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sukirman. 2006. Pengantar Teori Bilangan. Yogyakarta : Hangar Kreator

11

Anda mungkin juga menyukai