DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 (TIGA)
SEMESTER : IV (EMPAT)
MATA KULIAH : TEORI BILANGAN
DOSEN PENGAMPU :
NETTI KARIANI MENDROFA, S.Pd., M.Pd
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya kepada kelompok 3, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tentang
Faktor Persekutuan Terbesar. Pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teori Bilangan.
Kami berterimakasih kepada Dosen Pengampu pada mata kuliah ini, atas arahan dan
bimbingannya dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Kami juga sadar dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
senantiasa kami harapkan, demi penyempurnaan makalah ini, dan juga untuk perbaikan tugas
pada pembuatan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, untuk menambah
pengetahuan dan pemahamannya tentang Faktor Persekutuan Terbesar.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori bilangan adalah salah satu cabang pelajaran matematika. Dalam teori bilangan
ada bab yang berjudul keterbagian bilangan. Keterbagian bilangan merupakan dasar dari
berbagai sifat teori bilangan.
Matematika sebagai salah satu ilmu pengetahuan merupakan salah satu sarana untuk
menngkatkan kemampuan berpikir setiap orang, oleh karena itu kesadaran untuk mampu
mengetahui dan memahami matematika bagi siswa sangat diharapkan sudah bertumbuh
sejak usia dini.
Salah satu materi yang menjadi dasar matematika sekolah adalah bilangan,
pemahaman yang baik tentang konsep bilangan akan sangat membantu dalam memahami
konsep-konsep yang lain, seperti pada materi KPK dan FPB yang merupakan materi yang
diajarkan dari tingkat SD sampai SMP dan banyak digunakan untuk memahami konsep
matematika SMA. Konsep faktor, kelipatan, KPK dan FPB di jenjang SD dan SMP,
sering kali disajikan sangat mendasar, namun tidak secara utuh. Sebagai contoh untuk
menentukan KPK dan FPB cenderung menggunakan salah satu cara yaitu konsep pohon
faktor (faktorisasi prima), sementara munculnya konsep ini tidak dikaji secara utuh atau
melupakan materi prasyaratnya yaitu konsep bilangan prima sehingga metode untuk
menentukan KPK dan FPB kadangkala sulit dikembangkan dan cenderung menoton dan
hanya mengikuti cara-cara yang lazim yang ada di buku cetak.
Pada kesempatan ini, topik utama yang akan kami bahas yaitu tentang faktor
persekutuan terbesar (FPB).
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi faktor persekutuan terbesar (FPB)
2. Apa saja sifat-sifat dari faktor persekutuan terbesar (FPB)
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi dari faktor persekutuan terbesar (FPB)
2. Untuk mengetahui sifat-sifat dari faktor persekutuan terbesar
1
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi 2.2:
Jika a dan b adalah bilangan-bilangan bulat, maka suatu bilangan bulat d disebut faktor
persekutuan dari a dan b, apabila da dan db.
Karena 1 adalah pembagi (faktor) dari setiap bilangan bulat, maka 1 adalah faktor
persekutuan dari dua bilangan bulat sembarang a dan b. Jadi himpunan faktor persekutuan
dari a dan b tidak pernah kosong.
Setiap bilangan bulat, kecuali nol, selalu membagi nol, sehingga jika a = b = 0, maka
setiap bilangan bulat merupakan faktor persekutuan dari a dan b.
Definisi 2.3:
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat yang sekurang-kurangnya satu di antaranya tidak
sama dengan nol, maka faktor persekutuan terbesar (FPB) dari a dan b diberi simbol “(a,
b)” adalah suatu bilangan bulat positif, misalnya d, yang memenuhi:
(i) da dan db, serta
(ii) Jika ea dan eb, maka ed.
Contoh:
Faktor-faktor bulat positif dari -12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12.
Faktor-faktor bulat positif dari 30 adalah 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, 30.
2
Maka faktor-faktor persekutuan bulat positif dari -12 dan 30 adalah 6, atau dapat ditulis secara
singkat sebagai (-12, 30) = 6.
Teorema 2.6:
Jika (a, b) = d, maka (a : d, b : d) = 1.
Apabila a dan b dua bilangan bulat positif dengan (a, b) = 1, maka dikatakan bahwa a
dan b saling prima atau a prima relatif terhadap b.
Teorema 2.7:
jika a dan b bilangan-bilangan bulat dengan a>0, maka ada dengan tunggal pasangan
bilangan-bilangan bulat q dan r yang memenuhi
b = qa + r, dengan 0 r < a.
Bilangan-bilangan bulat q dan r dalam teorema ini berturut-turut disebut hasilbagi dan
sisa pembagian b oleh a.
Bukti :
Dibentuk himpunan S = b – xa x bilangan bulat dan b – xa 0. S bukan
himpunan kosong, sebab jika x = -b dan kerena a >0, maka (b – xa) Є S. karena S
beranggotakan bilangan-bilangan bulat tak negatif berbentuk (b - xa), maka S pasti memiliki
anggota terkecil, misalkan r.
Sesuai dengan bentuk anggota dari S, maka r = b – qa, untuk suatu bilangan bulat q
dan r 0. Selanjutnya akan ditunjukan bahwa r <a. Andaikan r a, maka r = a + k dengan k
3
0. jika k = r – a, karena r = b – qa, maka k = b – qa – a = b – (q =1)a. Ini berarti bahwa k
adalah suatu anggota dari S .
Tetapi 0 k = r – a < r. hal ini tidak mungkin, karena r adalah bilangan bulat tak
negatif yang terkecil dalam S. oleh karena itu, pengadaian tersbut harus diingkar. Jika r < a.
sehingga ada q dan r sedemikian sehingga b = qa + r dengan 0 r < a.
Selanjutnya kita akan menunjukkan ketunggalan dari q dan r . Misalkan bahwa b
mempunyai dua representasi, yaitu :
b = aq + r = a1 + r1 dengan 0 r < a dan 0 r1< a.
Maka
r – r1 = a(q – q1).
Teorema 2.8:
Jika b = aq + r, maka (b, a) = (a, r).
Jika dua bilangan bulat a dan b, maka a = b + (a - b), sehingga diperoleh (a, b) = (b, a -
b).
Contoh:
Carilah (5767, 4453)
Penyelesaian:
Kita gunakan algoritma pembagian (Teorema 2.7) dan (Teorema 2.8) sebagai berikut.
5767 = 1. 4453 + 1314, maka (5767, 4453) = (4453, 1314)
4453 = 3. 1314 + 511, maka (4453, 1314) = (1314, 511)
1314 = 2. 511 + 291, maka (1314, 511) = (511, 292)
511 = 1. 292 + 219, maka (511, 292) = (292, 219)
292 = 1. 219 + 73, maka (292, 219) = (219, 73)
219 = 3. 73 + 0, maka (219, 73) = (73, 0) = 73
Jadi, (5767, 4453) = 73
4
Teorema 2.9:
Apabila a dan b bilangan-bilangan bulat tak nol, maka ada bilangan-bilangan bulat x dan
y sedemikian sehingga:
ax + by = (a, b)
Bukti:
Dibentuk himpunan S, yaitu himpunan semua kombinasi linear dari a dan b yang bernilai
postif.
S = {au + bvau + bv> 0 dan u, v bilangan bulat}
S bukan himpunan kosong, sebab jika a> 0 dan u = 1 dengan v = 0, maka aЄ S dan jika a< 0,
dengan u = -1 dan v = 0, maka a Є S.
Karena S memuat bilangan-bilangan bulat positif, maka S memuat anggota yang
terkecil, misalnya d. Karena d Є S, maka ada bilangan-bilangan bulat x dan y, sehingga ax +
by = d. Selanjutnya, kita akan menunjukkan bahwa (a, b) = d.
Perhatikan a dan d, menurut algoritma pembagian, maka ada bilangan-bilangan bulat
q dan r sedemikian sehingga:
a = qd+ r dengan 0 r<d
r = a – qd = a – q (ax + by)
r = a – (1 - qx) + b (-qy)
Karenar> 0 dan r merupakan kombinasi linear dari a dan b, maka r Є S. Hal ini bertentangan
dengan fakta bahwad adalah anggota terkecil dari S (ingat bahwa 0 r<d). Jadi, r = 0,
sehingga a = qd atau da.
Dengan penalaran yang sama diperoleh db. Sehingga d adalah faktor persekutuan
dari a dan b. Selanjutnya, jika c adalah sebarang faktor persekutuan dari a dan b, yaitu ca dan
cb, maka cax + by, atau cd, sehingga cd. Ini berarti bahwa d = (a, b)
Teorema 2.10:
Apabila a dan b dua bilangan bulat tak nol, maka a dan b saling prima, yaitu (a, b) = 1
jika dan hanya jika ada bilangan-bilangan bulat x dan y yang memenuhi ax + by = 1.
Contoh:
Selesaikanlah persamaan linear Diophantus 7x + 9y = 12
5
Penyelesaian:
Karena (7, 9) = 1, maka persamaan mempunyai solusi. Dengan algoritma pembagian
diperoleh bahwa:
7(4) + 9(-3) = 1
Jika Kedua ruas dikalikan dengan 12, maka diperoleh:
7(48) + 9(-36) = 12
Jadi, solusi dari persamaan tersebut adalah x = 48 + 9t, y = -3 – 7t, dengan t bilangan bulat.
Misalkan ac dan bc, dapatkah kita menyimpulkan bahwa abc? Diambil contoh sebagai
berikut: 8 24 dan 6 24, maka tidak benar bahwa 8.6 24. Tetapi apabila diberi tambahan
ketentuan bahwa (a, b) = 1 maka kita dapat menyimpulkan bahwa abc. Hal ini ditunjukkan
sebagai berikut.
Karena (a, b) = 1, Menurut teorema 2.10, maka bilangan-bilangan bulat x dan y
sedemikian sehingga
ax + by = 1
Jadi kedua ruas dikalikan c, maka diperoleh persamaan:
acx + bcy = c .....................(1)
Karena ac dan bc, maka ada bilangan-bilangan bulat r dan t sedemikian hingga c = ar dan c
= bt. Sehingga persamaan (1) menjadi:
abrx + abty = c
ab (rx + ty) = c Ini berarti bahwa abc.
Jika ac dan bc dengan (a,b), maka abc.
Apabila diketahui bahwa abc, apakah kita dapat menyimpulkan bahwa ab atau ac.?. dapat
diambil contoh : 6(3.4) maka tidak benar apabila kita mengambil kesimpulan bahwa 63
ataupun 64.
Tetapi apabila abc ditambah ketentuan (a,b) =1 maka dapat menyimpulkan bahwa ac. Hal in
dapat ditunjukkan sbb:
Karena (a,b) =1 , maka bilangan bulat x dan y sedemikian hingga.
ax+by=1
Jika kedua ruas dkalikan dengan c maka diperoleh:
acx+bcy=c
karena abc dan aac maka a(acx+bcy) atau ac
Teorema 2.11:
Jika abc dan (a, b) =1, maka ac
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jika a dan b adalah bilangan-bilangan bulat, maka suatu bilangan bulat d disebut
faktor persekutuan dari a dan b, apabila da dan db.
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat yang sekurang-kurangnya satu di antaranya tidak
sama dengan nol, maka faktor persekutuan terbesar (FPB) dari a dan b diberi simbol
“(a, b)” adalah suatu bilangan bulat positif, misalnya d, yang memenuhi: da dan db,
serta Jika ea dan eb, maka ed.
Jika (a, b) = d, maka (a : d, b : d) = 1. Apabila a dan b dua bilangan bulat positif
dengan (a, b) = 1, maka dikatakan bahwa a dan b saling prima atau a prima relatif
terhadap b.
jika a dan b bilangan-bilangan bulat dengan a>0, maka ada dengan tunggal pasangan
bilangan-bilangan bulat q dan r yang memenuhi , b = qa + r, dengan 0 r < a.
Jika b = aq + r, maka (b, a) = (a, r). Jika dua bilangan bulat a dan b, maka a = b + (a
- b), sehingga diperoleh (a, b) = (b, a - b).
Apabila a dan b bilangan-bilangan bulat tak nol, maka ada bilangan-bilangan bulat x
dan y sedemikian sehingga: ax + by = (a, b)
Apabila a dan b dua bilangan bulat tak nol, maka a dan b saling prima, yaitu (a, b) =
1 jika dan hanya jika ada bilangan-bilangan bulat x dan y yang memenuhi ax + by = 1.
Jika abc dan (a, b) =1, maka ac
B. Saran
Demkian laporan hasil diskusi kelompok kami mengenai Faktor Persekutuan Terbesar
semoga makalah ini bisa berguna untuk kita kedepannya khususnya bagi kami sendiri serta
makalah ini bisa menjadi referensi kita kedepannya.
7
DAFTAR PUSTAKA