Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH BILANGAN BULAT

PDGK4203/PENDIDIKAN MATEMATIKA 1
Dosen Pengampu : Asep Sopian

Disusun oleh :
KELOMPOK : 3
NAMA : - AYUNI EKA DEWI ( 85)
- DINA MUTIAH ( 857157763 )
SEMESTER : III ( TIGA )
POKJAR : RENGASDENGKLOK

S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA
2023.2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Bilangan Bulat”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar penyelesaian makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak/Ibu selaku Dosen Tutorial Mata Kuliah
Pendidikan Matematika 1.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami
selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kami khususnya,
dan seluruh pembaca umumnya.

Karawang, 29 Oktober 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..
BAB I………………………………………………………………………………………..
PENDAHULUAN………………………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………..
1.3 Tujuan Umum………………………………………………………………………….
BAB II………………………………………………………………………………………
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………
1.Bilangan Bulat dan Lambangnya serta Pembelajarannya di SD……………….
A. Mengenal Bilangan Bulat………………………………………………………….
B. Mengurutkan dan Membandingkan Bilangan Bulat……………………………
C. Bilangan yang Terletak di antara Dua Bilangan Bulat………………………….
D. Lawan Suatu Bilangan Bulat……………………………………………………..
E. Penerapan Bilangan Negatif dalam Masalah Sehari-hari………………………
2. Operasi pada Bilangan Bulat dan Sifat-sifatnya serta Pembelajarannya di SD……
A. Operasi Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian, dan Pembagian……………….
B. Sifat-sifat Operasi Hitung………………………………………………………….
C. Pembulatan Bilangan Bulat dalam Satuan, Puluhan atau Ratusan Terdekat……
D. Analisis Kesalahan Konsep Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Bulat………
BAB III………………………………………………………………………………………
PENUTUP……………………………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………
3.2 Saran……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun
dalam perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan
perbendaharaan & kata-kata yang tepat untuk mendefinisikan bilangan maka
matematika menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan dan tak bisa kita
pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita akan selalu bertemu dengan yang
namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains,
ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan serta banyak aspek
kehidupan lainnya. Bilangan dahulunya digunakan sebagai simbol untuk
menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau
bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol.
Bilangan bulat merupakan salah satu pokok bahasan di dalam pelajaran
Matematika. Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif, bilangan nol dan
bilangan bulat negatif. Bilangan bulat positif merupakan bilangan asli yang digunakan
dalam menghitung anggota sebuah himpunan. Bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, …
juga disebut bilangan asli atau bilangan-bilangan bulat positif. Dengan kata lain,
bilangan asli itu bilangan yang dimulai dari bilangan 1, 2, 3…., dan seterusnya.
Himpunan bilangan bulat positif, bilangan nol dan bilangan bulat negatif dinamakan
himpunan bilangan bulat.
Selanjutnya tidak hanya sekedar mengetahui himpunan bilangan bulat saja, tetapi
juga dikaitkan dengan operasi hitung pada bilangan bulat. Operasi hitung bilangan
bulat jenjang SD meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Pemahaman tentang materi-materi operasinya merupakan pengetahuan yang paling
banyak menunjang pelaksanaan kurikulum matematika di SD. Hal ini disebabkan
dalam kurikulum matematika SD penekanannya diberikan pada penguasaan bilangan
(number sense). Kenyataan ini terbukti, bahwa sebagian besar materi matematika di
SD membahas tentang bilangan dan operasi operasinya yang menjadi kebijakan
orientasi kurikulum matematika SD, yaitu kemampuan dan keterampilan dasar
berhitung termasuk aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penyusun
menyusun rumusan-rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian bilangan bulat?
2. Bagaimana konsep bilangan bulat dan lambangnya?
3. Bagaimana operasi hitung bilangan bulat dan sifat-sifatnya?

C. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka penyusun menjelaskan
tujuan-tujuan masalahnya sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian bilangan bulat.
2. Untuk memahami konsep bilangan bulat dan lambangnya.
3. Untuk mengetahui operasi hitung bilangan bulat beserta sifat-sifatnya?

BAB II
PEMBAHASAN

1. BILANGAN BULAT DAN LAMBANGNYA SERTA PEMBELAJARANNYA DI SD


A. MENGENAL BILANGAN BULAT
Pemahaman dan penggunaan bilangan bulat negatif sudah menjadi kebutuhan manusia untuk
bisa hidup dalam lingkungannya. Karenanya makin awal anak memahami bilangan bulat
negatif makin baik. Namun, karena perkembangan kesiapan anak SD untuk bisa memahami
dan terbatasnya waktu yang tersedia untuk pembelajaran matematika maka topik bilangan
negatif baru dapat diberikan pada kelas atas SD.
Sebelum mengajarkan pembelajaran hitung bilangan bulat, langkah pertama adalah
mengenalkan apa itu bilangan bulat. Bilangan bulat bagi siswa mungkin masih begitu abstrak.
Maka dari itu guru harus menggunakan media konkret dalam pelaksanaan pembelajarannya.
Bagi kita sebagai seorang guru di SD yang akan mengajarkan mata pelajaran matematika di
SD tentunya sudah mengenal dengan apa yang disebut bilangan bulat. Kita sudah tahu bahwa
bilangan bulat adalah penggabungan dari bilangan-bilangan cacah yaitu 0, 1, 2, 3 ,.., dan
seterusnya. Dengan bilangan-bilangan asli yang negatif, yaitu -1, - 2, - 3, - 4 ,... dan
seterusnya .. Jadi, bilangan-bilangan bulat yaitu ..., - 4, - 3, - 2, -1, 0, 1, 2, 3, 4 ,... terdiri dari
bilangan-bilangan bulat positif (bilangan-bilangan asli) yaitu 1, 2, 3, 4 ,..., bilangan-bilangan
bulat negatif yaitu ..., - 4, - 3, - 2, - 1 dan bilangan nol (0), yaitu bilangan yang tidak positif
dan tidak pula negatif (netral). Sedangkan bilangan-bilangan cacah adalah penggabungan
bilangan-bilangan asli dengan nol (0). Hubungan antara bilangan-bilangan asli, cacah, nol,
dan bulat secara singkat dapat disajikansebagai berikut (Gambar 3.1).
Perlu pula dijelaskan, bahwa keberadaan bilangan bulat adalah suatu kebutuhan sekaligus
sebagai perluasan dari keberadaan bilangan cacah. Dengan memiliki pengetahuan bilangan
cacah saja, kita belum mampu menjawab masalah yang terdapat pada matematika maupun
dalam keseharian, misalnya “Berapakan 4 – 7?”, “Hitunglah x dari persamaan x – 9 = 3”,
“Dua ratus meter di bawah permukaan tanah”. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka
para ahli menciptakan bilangan baru, yaitu bilangan bulat negatif.

Hubungan antara bilangan asli, bilangan cacah, dan himpunan bilangan bulat selain
ditunjukkan oleh Gambar 3.1 dapat pula disajikan dalam bentuk diagram berikut (Gambar
3.2).

Setiap bilangan-bilangan asli, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, ... adalah bilangan-bilangan cacah, dan


setiap bilangan-bilangan cacah yaitu, 0, 1, 2, 3, 4, 5, ... adalah bilangan-bilangan bulat,
karena bilangan-bilangan bulat adalah ..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...
Garis Bilangan
Garis bilangan asli yang merupakan representasi bilangan asli berkembang ke garis bilangan
cacah merupakan representasi dari bilangan cacah. Kemudian dari garis bilangan cacah dapat
berkembang lagi dengan cara memperpanjang ke sebelah kiri sehingga diperoleh

garis bilangan bulat sebagai representasi dari bilangan bulat. Representasi bilanganbilangan
asli, bilangan-bilangan cacah dan bilangan- bilangan bulat pada garis bilangan masing-
masing adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, kita telah mendapatkan garis bilangan bulat sebagai
representasi dari bilangan-bilangan bulat. Kumpulan bilangan-bilangan bulat yang jumlahnya
sangat banyak yaitu tak berhingga dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1. Kumpulan bilangan-bilangan bulat positif (bilangan asli) : 1, 2, 3, 4, 5, ... dan
seterusnya.
2. Kumpulan bilangan-bilangan bulat negatif : -1, - 2, - 3, - 4, - 5 ... dan
seterusnya.
3. Bilangan nol atau 0, yaitu bilangan bulat yang tidak positif dan tidak pula
negatif (lihat Gambar 3.1)
B. MENGURUTKAN DAN MEMBANDINGKAN BILANGAN BULAT
Setelah memahami konsep bilangan bulat maka dalam kesempatan sekarang ini kita akan
mempelajari konsep hubungan antar bilangan bulat. Seperti telah diketahui dari pembelajaran
sebelumnya bahwa hubungan itu dapat berupa ketidaksamaan, yaitu “kurang dari” atau “lebih
kecil dari” dan “lebih dari” atau “lebih besar dari”.
Bilangan bulat a lebih kecil dari bilangan bulat b jika ada bilangan bulat c sehingga a + c = b
atau a = b – c. Lambang untuk “lebih kecil dari” adalah “6 < 9”, sedangkan lambang untuk “
lebih besar dari” adalah “ >”.
Kepemahaman Hubungan Ketidaksamaan “lebih kecil dari” (<).
Cara mengurutkan atau membandingkan bilangan bulat.
1. Jika yang dibandingkan sama-sama positif, maka langsung dapat dibandingkan mana
yang lebih besar dan yang lebih kecil.
2. Jika yang dibandingkan berlawanan tanda, maka bilangan bertanda positif lebih besar
dari bilangan yang bertanda negatif (tanpa menghiraukan nilai bilangannya).
3. Jika yang dibandingkan sama-sama negatif, maka semakin besar bilangannya,
nilainya semakin kecil.

C. BILANGAN YANG TERLETAK DI ANTARA DUA BILANGAN BULAT


Perlu pula diketahui bahwa di antara dua bilangan bulat yang berurutan terletak sangat
banyak sekali bilangan lain. Bilangan-bilangan lain ini tentu saja bukan merupakan bilangan
bulat, misalnya di antara bilangan 2 dan 3 terletak bilangan-bilangan, misalnya 2 1/3, 2 ¾, 2
5/9 dan sebagainya. Demikian pula di antara dua bilangan bulat yang berurutan lainnya selalu
terdapat tak hingga banyaknya bilangan lain yang bukan bilangan bulat.
Selanjutnya kita perlu memberikan penjelasan tentang arti kedudukan dari suatu bilangan
bulat negatif, karena ada pula bilangan negatif yang tidak bulat yaitu yang terletak di antara
bilangan-bilangan bulatnya seperti -1/3 dan -3 ¾ serta bilangan-bilangan negatif lainnya.
Bilangan -1/3 terletak di antara nol (0) dan negatif satu (-1),sedangkan -3 ¾ akan berada di
antara negatif tiga (-3) dengan negatif empat (-4), dan lain-lain. Bilangan-bilangan seperti ini
dikenal sebagai bilangan pecahan negatif.

D. LAWAN SUATU BILANGAN BULAT


Bilangan bulat negatif adalah lawan dari bilangan bulat positif. Sebaliknya, bilangan bulat
positif adalah lawan dari bilangan bulat negatif.
Jadi, -1 adalah lawan dari 1. Perhatikan pada garis bilangan! Jarak bilangan 1 dari nol, sama
dengan jarak bilangan -1 dari nol. Satu ditambah dengan negatif satu hasilnya adalah nol.
Perbedaan Antara Tanda Bilangan Negatif dengan Tanda Pengerjaan (Operasi Hitung)
Kurang
Sebagai contoh, negatif lima (-5) hendaknya dibedakan dengan tanda(-) pada pengerjaan
hitung 9 – 5 (sembilan kurang lima). Tanda (-) pada pengertian yang pertama, yaitu -5
menunjukkan bilangan bulat negatif bahwa kedudukan bilangan -5 pada suatu garis bilangan
berada di sebelah kiri titik pangkal nol (0), dan disebut dengan bilangan negatif lima.
Sedangkan tanda (-) pada bentuk 9 – 5 menunjukkan pengertian operasi kurang (operasi
minus/ min) bilangan 9 dengan bilangan 5.
1. 9 – 5 dibaca: “sembilan kurang lima, atau sembilan minus lima, atau sembilan min
lima”.
2. -9 – 5 dibaca : “negatif sembilan kurang lima”
3. 9 – (-5) dibaca : “sembilan kurang negatif lima”
4. -9 – (-5) dibaca : “negatif sembilan kurang negatif lima”, bukan dibaca “min sembilan
kurang min lima”, dan bukan pula dibaca “min sembilan min min lima”.

E. PENERAPAN BILANGAN NEGATIF DALAM MASALAH SEHARI-


HARI

Pembelajaran pengenalan bilangan bulat, cara membaca dan menulis lambang


bilangan bulat, dan lawan bilangan bulat sebaiknya selalu dimulai dengan lingkungan
kehidupan sehari-hari seperti maju-mundur, untung-rugi, naik-turun, simpan-pinjam, kanan-
kiri, dan sebagainya. Misalnya:
1. Ani maju 3 langkah, sedangkan adi mundur 2 langkah.
2. Kemudi kapal berada 2 M diatas permukaan air dan baling-baling kapal berada 1 m di
bawah permukaan air.
3. Ahmad mempunyai uang 4000 (positif empat ribu), dan Tita mempunyai utang 3000
atau -3000 (negatif tiga ribu).
4. Kemudi kapal berada 2 (positif dua) meter, dan baling-baling kapal berada 1 atau -1
(negatif satu) meter dari permukaan air.
5. Suhu di Jakarta 33 (positif tiga puluh tiga) derajat dan suhu di kutub utara 20 atau -20
(negatif dua puluh) derajat.
6. Rumah Yanti 300 (positif tiga ratus) m dan rumah Endang -300 (negatif tiga ratus) m
dari rumah Tati.
7. Katrol berada pada ketinggian 1 (positif satu) m dan dasar sumur berada pada
ketinggian -9 (negatif sembilan) m.

2. Operasi Pada Bilangan Bulat dan Sifat-sifatnya Serta Pembelajarannya Di SD


A. OPERASI PENJUMLAHAN, PENGURANGAN, PERKALIAN, DAN
PEMBAGIAN
1. Operasi Penjumlahan
Operasi hitung penjumlahan pada bilangan bulat sering pula disebut sebagai pengerjaan
hitung penjumlahan bilangan bulat atau penjumlahan bilangan bulat. Dalam penjumlahan
bilangan bulat seperti halnya penjumlahan pada bilangan asli dan bilangan cacah, yaitu kita
menggunakan tanda tambah atau plus dengan notasi (+) dan tanda kurang atau selisih atau
minus dengan (-).
Untuk menjelaskan sebagian pengerjaan hitung pada bilangan bulat, khususnya bilangan
bulat negatif akan kita gunakan garis bilangan. Karena dengan garis bilangan ini akan
memudahkan anak dalam memahami mengerjakan hitung. Selain itu, sebagian pengerjaan
hitung pada bilangan bulat negatif tidak dapat lagi menggunakan tandatanda real, gambarnya,
maupun diagramnya. Hal ini berbeda dengan pengerjaan hitung untuk bilangan bulat tidak
negatif (bilangan cacah) seperti telah kita lihat dalam modul sebelumnya.
Tatkala menggunakan garis bilangan ini sebaiknya kita menyiapkan kapur berwarna atau
spidol berwarna sehingga warna untuk lambang bilangan pada garis bilangan dengan
lambang bilangan yang menunjukkan langkah-langkah pengerjaannya berbeda.
Untuk memudahkan pemahaman anak didik dalam melakukan penjumlahan bilangan bulat,
sebaiknya sebagai apersepsinya kita ulangi lagi sepintas mengenai penjumlahan dan
pengurangan (yang selisihnya positif). Misalnya kita akan menjelaskan pengerjaan:
a.5 + 2 = □ (Gambar 3.9)

atau

Dari titik nol melangkah ke kanan (maju) sebanyak 5 langkah (satuan) dilanjutkan dengan
melangkah ke kanan (maju) sebanyak 2 langkah (satuan) lagi, dan hasilnya dapat dilihat pada
garis bilangan, yaitu 5 + 2 = 7 (Gambar 3.9)
b. 25 -23 = □
Setelah kita memberikan contoh seperti di atas, selanjutnya kita menyuruh salah seorang anak
untuk menggunakan cara yang sama untuk mengisi kotak pada garis bilangan, misalnya 25 +
(- 23) = □. (Gambar 3.10).
Dari contoh-contoh di atas nampak bahwa “penjumlahan” ditunjukkan oleh gerakan
“melangkah ke sebelah kanan” atau “maju”, sedangkan “pengurangan” oleh tindakan
“melangkah ke sebelah kiri” atau “mundur”. Bilangan bulat positif diragakan oleh gerakan
(pergeseran) ke sebelah kanan atau maju, sedangkan bilangan bulat negatif diragakan oleh
gerakan (pergeseran) ke sebelah kiri atau mundur.

Langkah berikutnya, kita mendiskusikan dengan para siswa penjumlahan bilangan bulat
positif dengan bilangan bulat negatif, dan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat
negatif. Misalnya kita mengambil beberapa contoh berikut ini.

1)5 + (-7) = □
Perhatikan di sini, pertama-tama dari titik 0 kita bergeser ke kanan sebanyak 5 satuan
dilanjutkan dengan bergeser ke kiri sebanyak 7 satuan dan hasilnya menunjukkan -2. Kenapa
kita bergeser ke kanan 5 satuan dan bergeser ke kiri 7 satuan? Ingat +5 adalah bilangan
positif dan -7 adalah bilangan negatif (Gambar3.11).

Dari titik 0 bergeser ke kanan sebanyak 6, dilanjutkan dengan bergeser ke kiri sebanyak 2 dan
hasilnya menunjukkan 4 (Gambar 3.12). Bila kita perhatikan peragaan 6 + (-2) di atas sama
dengan peragaan 6 – 2 seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Mulai dari 0 bergeser ke kanan 6 satuan dilanjutkan dengan bergeser ke kiri 2 satuan dan
hasilnya menunjukkan 4 (Gambar 3.13). Dari contoh ini, nampak bahwa penjumlahan dengan
bilangan bulat negatif sama saja dengan pengurangan oleh lawannya, yaitu 6 +(-2) = 6 -2
dengan 2 adalah lawan dari (-2). Ingat konsep lawan dari suatu bilangan bulat (Kegiatan
Belajar 1).
3) -5 + (-3) = □ (Gambar 3.14)

Dari 0 bergeser ke kiri sebanyak 5 dilanjutkan bergeser ke kiri lagi sebanyak 3 (Gambar
3.15).
Dari contoh ini tampak pula bahwa penjumlahan dengan bilangan bulat negatif sama saja
dengan pengurangan oleh lawannya. Jadi, - 5 + (-3) = - 5 -3, sebab 3 adalah lawan dari -3.
Selanjutnya salah seorang siswa, kita suruh ke depan untuk meragakan menyelesaikan soal
penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif. Misalnya kita jadikan
contoh yang ke 4 sebagai hasil diskusi dari pekerjaan siswa tadi.
4) 2 + 5 = □ (Gambar 3.16a)

Dari titik 0 bergeser ke kiri sebanyak 2 satuan dilanjutkan dengan bergeser ke kanan
sebanyak 5 satuan dan hasilnya menunjukkan positif 3 (Gambar 3.16)
Setelah diberikan beberapa contoh sebagai topik diskusi seperti di atas tadi, selanjutnya
kita berikan beberapa soal sebagai bahan latihan di kelas atau di rumah, misalnya beberapa
variasi soal seperti berikut ini diminta untuk dibuatkan/digambarkan pada garis bilangan: 4 +
3 = □, - 3 + (-3) = □, 5 + (-3) = □, 3 + (-6) = □, - 4+ 7= □ , dan -8 + 2 = □.
Sebagai pengayaan atau pendalaman tentang operasi penjumlahan ini dapat saja kita
lanjutkan dengan diskusi untuk mencari suku-suku yang belum diketahui, misalnya beberapa
contoh seperti berikut ini.
5) 5 + n = - 2 (Gambar 3.17).
Dari titik 0 bergeser ke kanan sebanyak 5 satuan (apa sebabnya?) Dilanjutkan bergeser
sampai ke titik -2. (Berapa satuan/langkah dan ke mana arah pergeserannya?). Ternyata dari
titik 5 sampai ke titik -2 diperlukan 7 langkah (satuan) dengan arah pergeseran ke sebelah
kiri, jadi n = - 7.
6) -5 + n =- 3.

Dari titik 0 bergeser ke sebanyak -5 (sebab negatif), dan dari titik -5 bergeser ke kanan
sampai ke titik -3 (Gambar 3.18) ternyata diperlukan 2 satuan ke sebelah kiri, berarti n = 2.
Ingat bergeser ke kanan berarti positif dan bergeser ke kiri berarti negatif.
Sebagai bahan pengecekkan pemahaman para siswa diberikan variasi beberapa soal
latihan. Misalnya carilah suku yang belum diketahui dari soal-soal berikut: 9 + n = 6 ,- 6 + n
= - 8, n + (-4) = - 8, 5 + n = - 5, n + (-3) = 0, dan 6 = n + (-9).
2. Operasi Pengurangan
Pada pertemuan terdahulu kita telah membahas pengurangan bilangan bulat positif (bilangan
asli) yang hasilnya tidak negatif (Modul 5: Bilangan I). Dalam kesempatan sekarang ini kita
akan mendiskusikan berbagai pengurangan bilangan bulat yang menyangkut bilangan bulat
negatif. Misalnya beberapa contoh berikut ini.
a.4 – 7 = n
Dari titik 0 bergeser ke kanan 4 satuan, dilanjutkan dengan bergeser ke kiri sebanyak 7 satuan
dan hasilnya menunjukkan titik -3 (Gambar 3.19). Atau dapat pula diperagakan seperti
berikut ini.

Mengurangi 4 dengan 7 sama artinya dengan menambah 4 oleh lawan dari 7 yaitu -7
(Gambar 3.20). Jadi, 4 – 7 = 4 + (-7) = - 3 sehingga n = - 3. Ini berarti pada garis bilangan
mulai dari 0 bergeser ke kanan sejauh 4 satuan (sebab positif), dilanjutkan bergeser ke kiri
sejauh 7 satuan (sebab negatif).
b.-5 – 3 = n
Dari titik 0 bergeser ke kiri sebanyak 5 satuan dilanjutkan bergeser ke kiri lagi sebanyak 3
satuan dan hasilnya menunjukkan titik -8. (Gambar 3.21). Atau seperti gambar berikut.

Mengurangi -5 oleh 3 sama saja dengan menambah -5 oleh lawan 3 yaitu -3 sehingga -5 – 3 =
-- 5 + (-3) berarti n = - 8 (Gambar 3.22).

c. 6 – (-2) = n

Mengurangi 6 oleh -2 sama artinya dengan menambah 6 oleh lawan-2, yaitu 2 (Gambar
3.23). Jadi, 6 – (-2) = 6 + 2 = 8 sehingga n = 8. Atau seperti Gambar 3.24 berikut.
Dari beberapa contoh di atas, terutama dalam contoh (3) sebenarnya kita secara tidak
langsung telah menggunakan relasi Matematika. Pada kedua contoh terakhir memperlihatkan
bagaimana mengurangi bilangan bulat oleh bilangan bulat yang negatif. Untuk
menyelesaikan soal-soal semacam itu, selain penggunaan garis bilangan seperti di atas akan
sangat membantu sekali pada kita jika digunakan relasi matematika – (-a) = a sehingga soal-
soal semacam contoh (3) di atas akan sangat mudah diselesaikannya. Jadi, dalam contoh (3) 6
– (-2)= 6+2=8.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya untuk pemahaman operasi pengurangan bilangan bulat ini
dapat dilakukan seperti kegiatan pembelajaran operasi penjumlahan. Misalnya dipilih
beberapa soal yang bervariasi untuk didiskusikan lebih lanjut, atau ditugaskan sebagai latihan
dan pekerjaan rumah. Misalnya soal-soal seperti berikut. .. (-3) = n, 3 – (-6) = n, n = 11 – (-5),
n = - 16 – (-30), 2 – 23 = n dan -17 – 21 = n.
Sebagai pengayaan atau pendalaman, kita dapat saja mendiskusikan untuk soal. Soal yang
lebih bervariasi lagi, misalnya beberapa contoh seperti berikut ini.
d. n – 2 = 5
Mengurangi n oleh -2 sama artinya dengan menambah n oleh lawan dari -2, yaitu 2. Jadi, n -2
= 5 dapat ditulis dalam bentuk n + (-2) = 5 (Gambar 3.25). Dari titik 0 bergeser ke kiri
sebanyak 2 satuan, dilanjutkan bergeser ke kanan sejauh n untuk sampai ke titik 5. Jika
diperhatikan pada garis bilangan, ternyata untuk mencapai ke titik 5 dari titik -2 digeser ke
kanan sejauh 7 satuan. Jadi, n = 7.

e. -7 – n = - 3
Mengurangi -7 oleh n sama artinya dengan menambah -7 oleh lawan n, yaitu -n. Jadi, - 7 – n
= - 7 +(-n) = - 3 (Gambar 3.26). Dari titik 0 bergeser ke kiri sebanyak7 satuan (sebab negatif),
dilanjutkan bergeser sejauh (-n) untuk sampai titik -3. Ternyata diperlukan sebanyak 4 satuan
dengan arah ke sebelah kanan jadi n = 4, atau n = - 4. (Ingat, karena lawan dari -n adalah n
maka – (-n) adalah lawan dari -n. Tetapi kita mengetahui bahwa n adalah lawan dari -n. Jadi,
- (-n) = n).
f. n – (-3) = 8.
Mengurangi n oleh -3 sama artinya dengan menambah n oleh lawan -3, yaitu 3. Jadi, n – (-3)
= n + (3) = 8.

Mulai dari titik 0 bergeser ke kanan sejauh 3 satuan, dilanjutkan bergeser ke kanan sejauh n
untuk sampai ke titik 8. Ternyata diperlukan 5 satuan dengan arah bergeser ke sebelah kanan.
Jadi, n = 5 (Gambar 3.27).
Sebagai topik diskusi untuk soal-soal latihan diberikan beberapa variasi soal. Misalnya,
mencari suku yang belum diketahui dari soal-soal berikut: 9 – n = - 4, - 8 – n = 6, n – 7 = - 3,
n – 9 = 11, n – (-2) = - 7, dan -9 – n = - 12.

3.Operasi Perkalian
Dalam bahasan yang sekarang ini, kita akan mengkhususkan melakukan perkalian pada
bilangan bulat negatif. Topik ini merupakan topik yang sukar untuk dapat dipahami dan
dimengerti oleh anak-anak usia SD umumnya. Namun demikian pada kesempatan ini kita
akan mencoba memberikan beberapa alternatif teknik pembelajaran untuk memudahkan
pemahaman siswa usia SD.
Pembelajaran perkalian bilangan bulat dapat dilakukan secara bertahap, yaitu:
a. Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif (p × p),
b. Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif (p × n),
c. Perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif (n × p),
d. Perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif (n × n).

a.Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif (p × p)


Mengingat bilangan-bilangan bulat positif adalah bilangan asli dan setiap bilangan asli adalah
bilangan cacah maka pembahasan tentang ini secara panjang lebar telah kita pelajari pada
kegiatan sebelumnya (Modul 2 Bilangan Cacah).
b.Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif (p × n)
Sebagai apersepsi, siswa diajak melihat kembali pengertian perkalian yang telah dipelajarinya
pada (p x p), yaitu bahwa perkalian adalah penjumlahan bilangan yang sama secara berulang.
Misalnya 5 × 2 = 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 10. Bertitik tolak dari sinilah kita akan menunjukkan ke
pada para siswa tentang perkalian dua bilangan yang dimaksud (p × n), misalnya 4 × (-2).
Seperti halnya pada perkalian (p x p) bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang sehingga
4 x (-2) = (-2) + (-2) + (-2) + (-2) = - 8. Kegiatan yang sama dapat dilakukan oleh para siswa
untuk bentuk-bentuk seperti 3 × (-7), 5 × (-5), 6 × (-3), dan sebagainya.
Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif (p x n) dapat pula dijelaskan
dengan peragaan garis bilangan, yaitu seperti berikut ini. Misalnya pada 4 ? (-2), mulai dari
titik 0 bergeser ke kiri (mundur) sebab negatif sebanyak 4 langkah dan tiap langkahnya
adalah 2 satuan (2 kotak) sehingga menunjukkan titik -8. Jadi, 4 x (-2) = - 8. (Gambar 3.28)

Kegiatan lain untuk menjelaskan perkalian (p × n) dapat pula dilakukan dengan


menggunakan pola atau analogi. Misalnya secara tanya jawab kita mengerjakan soal bentuk
perkalian seperti berikut.
4 × 3 = 12
4×2=8
4×1=4
4×0=0
4 × (-1) = × (-4)
4 × -2 = × (-8)
4 × -3 = × (-12)
Dengan melalui dialog, kita dapat mengarahkan pengali 4, yaitu mulaidari3 turun satu-satu,
sedangkan hasilnya turun empat-empat. Karena pengali dari 0 turun satu menjadi -1 (dari
baris ke empat ke baris ke lima) maka hasilnya pun turun dari ( ke -4, dan seterusnya.
Kesimpulan kita tentang diskusi ini: a x (-b), atau – (a x b), atau bilangan positif x bilangan
negatif hasilnya adalah bilangan negatif.
Selanjutnya untuk melatih keterampilan perkalian (p x n) dapat diberikan variasi soal seperti
berikut sebagai bahan diskusi atau latihan (pekerjaan rumah), misalnya 4 × 6= 24, 4 × -6 = -
24, 5 × 8 = 40, dan 5 × (-8) = - 40.
c. Perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif (n × p)
Untuk memperjelas pemahaman perkalian (n × p) dengan cara penjumlahan berulang dan
peragaan garis bilangan mengalami banyak kesulitan. Namun demikian kita bisa
menjelaskannya dengan menggunakan pola atau analogi melalui tanya jawab atau diskusi,
misalnya diberikan contoh seperti berikut.
Berkurang 1 3 × 3 = 9 berkurang 3
Berkurang 1 2 × 3 = 6 berkurang 3
Berkurang 1 1 × 3 = 3 berkurang 3
Berkurang 1 0 × 3 = 0 tentu hasilnya berkurang 3 juga, dan seterusnya.
-1 × 3 = ... (-3)
-2 × 3 = ... (-6)
-3 × 3 = ... (-9)
Dari data di atas dapat dilakukan diskusi, bahwa bilangan yang dikalikan dari 3 turun satu-
satu sedangkan hasil kalinya turun tiga-tiga. Karena perkaliannya dari 0 turun satumenjadi -1
maka hasil kalinya dari 0 turun ke -3, dan seterusnya. Kesimpulan dari diskusi ini -a × b = -
(a × b), yaitu bilangan negatif kali bilangan positif hasilnya adalah bilangan negatif.
Selanjutnya dari (3) (p × n) dan (4) (n × p) dapat disimpulkan bahwa a × -b = - a × b = - (a ×
b).

d. Perkalian bilangan bulat negatif kali bilangan negatif (n × n)


Dalam pembelajaran perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif (n × n)
dapat pula dilakukan dengan menggunakan analogi atau pola. Dengan melalui tanya jawab,
siswa diajak untuk melengkapi pola perkalian berikut ini.

3 × (-5) =□(-15) (-5) × 3 =□(-15)


2 × (-5) =□(-10) (-5) × 2 =□(-10)
1 × (-5) = □(-5) (-5) × 1 = □(-5)
0 × (-5) =□(0) (-5) × 0 =□(0)
(-1) × (-5) =□(5) (-5) × (-1) =□(5)
(-2) × (-5) =□(10) (-5) × (-2) =□(10)
(-3) × (-5) = □(15) (-5) × (-3) = □(15)
Seperti halnya perkalian (p × n) dan (n × p), siswa diminta mengamati kedua bentuk pola
perkalian di papan tulis atau pada kertas karton yang sudah disiapkan seperti di atas. Siswa
diminta mengisi hasil-hasil perkalian tersebut.
1) Apakah yang terjadi pada hasil-hasil perkalian di sebelah kiri dengan di sebelah
kanan?
2) Apakah hasil-hasil perkalian di sebelah kiri dan di sebelah kanan secara berurutan
mengalami kenaikan?
3) Bagaimanakah kedudukan bilangan-bilangan yang dikalikan pada perkalian di sebelah
kiri dengan sebelah kanannya?
Jika kita amati, ternyata hasil-hasil kali pada perkalian di sebelah kiri maupun di sebelah
kanan dari baris-baris yang berdekatan secara berurutan mengalami kenaikan yang sama
secara berurutan sebesar 5. Padahal jika kita bandingkan bilangan-bilangan yang dikalikan di
sebelah kiri dengan di sebelah kanan perbedaannya hanya pada kedudukan antara pengali dan
yang di kali. Hal ini mengarah pada suatu kesimpulan, bahwa bilangan negatif kali bilangan
negatif hasilnya adalah bilangan positif.

Selanjutnya untuk memperkuat pemahaman siswa, berikanlah beberapa soal latihan untuk
didiskusikan dalam kelompok di kelas atau diberikan sebagai tugas d; rumah yang pada
akhirnya didiskusikan dengan guru di kelas untuk lebih meyakinkan bahwa n x n = p.

4. Operasi Pembagian
Untuk pembelajaran pembagian pada bilangan bulat dikhususkan pada pembagian yang
memuat bilangan negatif. Pembagian bilangan bulat positif oleh bilangan bulat positif
pembahasannya telah dilakukan pada kegiatan sebelumnya. Khusus dalam pembagian yang
memuat bilangan negatif, pada umumnya sukar diperagakan. Alternatif pembelajarannya
dibantu oleh perkalian dengan sifat pertukarannya. Misalnya kegiatan tanya jawab dan
bimbingan guru seperti berikut ini.
Sebagaimana kita ketahui dalam perkalian dan pembagian bilangan-bilangan cacah bahwa
perkalian 4 × 3 = 12 dalam pembagian dapat dinyatakan dalam bentuk 12 : 4 = 3 atau 12 : 3 =
4 dan sebaliknya. Bertitik tolak dari pengetahuan prasyarat sebagai apersepsi ini, kita
kembangkan dalam bentuk tanya jawab seperti berikut.
Karena 2 × 3 = 6 maka 6 : 2 = 3 atau 6 : 3 = 2
2 × (-3) = -6 -6 : 2 = -3 -6 : -3 = 2
-2 × 3 = -6 -6 : -2 = 3 -6 : 3 = -2
-2 × -3 = 6 6 : -2 = -3 6 : -3 = -2
Dengan mengajak para siswa berdiskusi, untuk mengisi perkalian seperti di atas siswa terus
dibimbing dan diarahkan pada bentuk pembagiannya. Selanjutnya untuk memperkuat
pemahaman siswa tentang keterkaitan pembagian dengan perkalian, dapat diberikan alternatif
variasi soal seperti di atas untuk bilangan-bilangan lainnya.
Ketika melakukan pembagian ini, ada kasus istimewa yang perlu kita ketahui dan harus
disampaikan dalam pembelajarannya kepada para siswa, yaitu tentang pembagian bilangan
bulat oleh nol.
Melalui tanya jawab dengan contoh-contoh melakukan pembagian dengan nol, guru beserta
para siswa sampai pada kesimpulannya. Misal kegiatannya seperti berikut.
a. Berapakah 15 : 0?
Misalkan 15 : 0 = n maka n × 0 = 15 atau 0 × n = 15
Apakah ada harga n yang apabila dikalikan dengan 0 menghasilkan 15?
Ternyata tidak ada harga n yang jika dikalikan dengan 0 menghasilkan 15. Kegiatan yang
sama dapat diulang lagi dengan membagi bilangan-bilangan lainnya oleh nol, misalnya -30 :
0, 24 : 0, - 27 : 0, dan sebagainya. Kegiatan selanjutnya siswa diajak berdialog tentang
pembagian 0 oleh 0, seperti berikut.
b. Berapakah 0 : 0?
Misalkan 0 : 0 = a maka a × 0 = 0 atau 0 × a = 0.
Apakah ada harga a yang jika dikalikan dengan 0 menghasilkan 0?
Ternyata banyak sekali pengganti a dan setiap pengganti a jika dikalikan dengan 0
menghasilkan 0.

Dari contoh-contoh diskusi di atas, guru bersama para siswa menyimpulkan, bahwa pada 15:
0 = n dan umumnya pada pembagian bilangan bulat selain nol oleh 0 hasilnya tidak ada,
tetapi pada 0 : 0 = a diperoleh banyak harga a yang memenuhi. Berdasarkan kenyataan ini
maka disepakati atau didefinisikan bahwa pembagian bilangan termasuk bilangan bulat oleh
nol tidak mempunyai arti atau tidak didefinisikan.

B. SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG

1. Sifat-sifat Operasi Penjumlahan dan Pengurangan


a. Sifat tertutup
Sifat tertutup untuk operasi penjumlahan maupun pengurangan dapat ditemukan oleh para
siswa dengan bimbingan guru. Misalnya kita ambil beberapa pasang bilangan bulat,
kemudian kita jumlahkan, dan tanyakan hasilnya, apakah setiap dua bilangan bulat jumlahnya
merupakan bilangan bulat juga? Ambil 6 dan -2 adalah dua buah bilangan bulat, kemudian 6
+ (-2) = 4 dengan 4 bilangan bulat juga. – 9 bilangan bulat, - 6 bilangan bulat dan -9 + (-6) =
- 15 adalah bilangan bulat juga dan seterusnya. Apakah ada dua bilangan bulat yang
dijumlahkan hasilnya bukan bilangan bulat? Ternyata tidak ada. Dengan bimbingan dan
pengarahan dari guru, para siswa dapat menyimpulkan bahwa jumlah dua bilangan bulat
adalah bilangan bulat juga. Keberlakuan aturan semacam ini dalam matematika dinamakan
aturan tertutup atau sifat tertutup. Dengan kata lain bahwa penjumlahan dalam bilangan bulat
memenuhi sifat tertutup.
Selanjutnya, kita bertanya apakah operasi pengurangan dalam bilangan bulat tertutup? Coba
berikan contoh-contohnya !, 7 -4=3, 8-10 =- 2, - 4 – 5 = - 9, - 8 – (-5) = -3, dan sebagainya.
Apakah ada dua bilangan bulat kalau dikurangkan hasilnya bukan bilangan bulat? Apakah
yang dapat kita simpulkan tentang pengurangan dua bilangan bulat? Karena selisih
(pengurangan) dari dua bilangan bulat selalu merupakan bilangan bulat maka pengurangan
pada bilangan bulat itu tertutup.

b. Sifat pertukaran
Akan diperlihatkan bahwa dengan operasi penjumlahan untuk setiap bilangan bulat a dan b
berlaku a + b = b + a. Misalnya beberapa orang siswa diminta untuk memilih dua buah
bilangan bulat, kemudian dijumlahkan, disebutkan hasilnya, kemudian diminta untuk
ditukarkan pasangannya, disebutkan lagi hasilnya. Setelah itu para siswa lainnya diminta
mencocokkan kedua hasilnya. Apakah hasilnya sama atau tidak ? Kemudian siswa lainnya
disuruh lagi ke depan, dan diminta untuk mengerjakan seperti yang telah dilakukan oleh
temannya tadi. Misalnya seperti berikut ini.
8+ 2 = 10 dan 2 + 8 = 10
3 + (-9) = - 6 dan -9 + 3 =- 6
-2 + 7 = 5 dan 7 + (-2) = 5
-5 + (-4) = - 9 dan -4 + (-5) = - 9, dan sebagainya.

Dikarenakan penjumlahan dua bilangan bulat dapat dipertukarkan maka penjumlahan pada
bilangan bulat memenuhi sifat pertukaran (sifat komutatif).
Selanjutnya untuk lebih meyakinkan atau untuk memperkuat ingatan pemahaman para siswa
tentang berlakunya sifat pertukaran pada operasi penjumlahan bilangan bulat, kita lakukan
peragaan dengan menggunakan garis bilangan. Misalnya kita gambar di papan tulis dengan
kapur yang berwarna atau dengan spidol yang berwarna pada kertas karton yang sudah
disiapkan dalam bentuk penjumlahan seperti berikut ini (Gambar 3.29).
Sebagai topik diskusi untuk pemecahan masalah dapat saja kita ajukan pertanyaan: apakah
operasi pengurangan dalam bilangan bulat memenuhi sifat pertukaran? (Apakah sifat
pertukaran dan operasi pengurangan berlaku pada bilangan bulat?). Hal semacam ini dapat
diangkat sebagai permasalahan bagi para siswa, mengingat pengetahuan prasyaratnya telah
mereka miliki, seperti konsep bilangan bulat dan konsep operasi pengurangan. Para siswa
dapat memeriksanya sendiri dan kita hanyalah mengarahkannya sampai menyimpulkan
secara bersama bahwa ternyata tidak berlaku.

c. Sifat pengelompokan
Kita akan memperlihatkan bahwa dengan operasi penjumlahan untuk setiap a, b, dan c
bilangan-bilangan bulat berlaku (a + b) + c = a + (b + c).
Alternatif pembelajaran dapat ditempuh seperti pada kegiatan (1) dan (2) di atas tadi.
Misalnya pada salah satu kelompok atau salah seorang siswa diminta untuk memeriksa
kebenaran, apakah
(9+ (-5)) + (-2) = 9 + ((-5) + (-2))?

Ruas kiri : (9 + (-5)) + (-2) Ruas kanan : 9 + ((-5)) + (-2))


= 4 + (-2) = 9 + (-7)
=2 =2
Jadi : (9 + (-5)) + (-2) = 9 + ((-5) + (-2))
Kelompok-kelompok lain atau siswa-siswa lainnya diminta pula memeriksa kebenaran bahwa
setiap 3 bilangan bulat jumlahnya tidak berubah, apakah bilangan pertama dengan bilangan
kedua atau bilangan kedua dengan bilangan ke tiga dijumlahkan terlebih dahulu. Karena
itulah maka kebenaran yang seperti itulah dalam matematika dinamakan sifat pertukaran
(sifat asosiatif).
Sebagai usaha kita untuk memperkuat pemahaman siswa hendaknya diberikan beberapa
contoh yang bervariasi dan beberapa variasi soal.
Untuk topik diskusinya dapat pula kita tanyakan pada siswa tentang sifat pengelompokan
dalam bilangan bulat untuk operasi pengurangan. Dengan melihat beberapa contoh yang
bervariasi, ternyata operasi pengurang dalam bilangan bulat tidak memenuhi sifat
pengelompokan. Silakan dicoba! Kemudian kita berikan beberapa soal menyangkut operasi
penjumlahan, pengurangan, dan sifat pengelompokan, misalnya
Apakah (2 – 3) + 5 = 2 – (3 + 5)? Jelaskan!
Apakah (8 + 2) -7 = 8 + (2 – 7)? Jelaskan!
Apakah (6 -2) -1 = 6 – (2 – 1)? Jelaskan!, dan sebagainya.
c. Sifat bilangan nol
Untuk menjelaskan konsep dari sifat bilangan 0, dapat dilakukan dengan menjumlahkan
sembarang bilangan dengan 0. Misalnya 5 + 0 =5 ,- 2+0=2, 0+ 0 = 0. Apa yang dapat kita
simpulkan? Ternyata bahwa setiap bilangan bulat ditambah dengan nol sama dengan dirinya
sendiri. Hal ini dapat pula diperlihatkan dengan garis bilangan. Melalui pengertian tersebut
kita telah menjelaskan sifat bilangan nol dalam operasi penjumlahan. Nol merupakan unsur
satuan (identitas) dalam bilangan bulat untuk operasi penjumlahan.
2. Sifat-sifat Perkalian
a. Sifat tertutup
Pembelajaran pemahaman sifat ini seperti halnya dalam operasi penjumlahan di atas. Salah
seorang siswa diminta untuk memilih sembarang dua bilangan bulat, kemudian
mengalikannya, dan menyebutkan hasil kalinya. Apakah setiap hasil kali dari dua bilangan
bulat merupakan bilangan bulat juga? Kemudian dicoba lagi kepada beberapa siswa lainnya.
Misalnya 4 dan – 2 adalah bilangan bulat dan 4 × (-2) = - 8 dengan (-8) adalah bilangan bulat
juga. Demikian pula (-3) × (-5) = 15 dengan (-3), (-5) dan 15 adalah bilangan-bilangan bulat.
Melalui contoh, latihan, tanya jawab, dan bimbingan dari guru seperti di atas tadi, ternyata
bahwa hasil kali dari bilangan-bilangan bulat adalah bilangan bulat juga, dengan kata lain
bahwa perkalian tertutup pada bilangan bulat.
b. Sifat pertukaran
Kita sudah mengetahui bahwa untuk setiap 2 bilangan bulat hasil kalinya juga merupakan
bilangan bulat. Kemudian berdasarkan pada pengetahuan sebelumnya, yaitu tentang perkalian
bilangan-bilangan bulat kita ajukan beberapa pertanyaan dan memberikan contoh-contohnya,
misalnya
2×3 =3×2 sebab 2 × 3 = 6 dan 3 x 2 = 6
3 × (-4) =-4x3 sebab 3 x (-4) = -12 dan (-4) × 3 = -12
(-2) × 5 = 5 × (-2) sebab (-2) × 5 = -10 dam 5 x (-2) = -10
(-5) × (-3) = (-3) × (-5) sebab (-5) × (-3) = 15 dan (-3) × (-5) = 15
Dengan memperhatikan contoh-contoh dan tanya jawab dalam menyelesaikan soal-soal di
atas, ternyata bahwa perkalian pada bilangan bulat memenuhi sifat pertukaran.

c. Sifat pengelompokan
Kita sudah mengetahui berlakunya sifat pengelompokan pada operasi penjumlahan, dan
sekarang kita akan memeriksanya pada operasi perkalian. Melalu; diskusi dan bimbingan dari
guru para siswa dibentuk dalam beberapa kelompok kemudian diminta untuk mencari hasil
perkalian dari ruas kiri dan ruas kanan serta membandingkannya. Misalnya:
1)Periksalah apakah hasil perkalian di sebelah kiri (ruas kiri) sama dengan di sebelah kanan
(ruas kanan)?
3 × ((-2) × 4)= (3 × (-2)) × 4
Ruas kiri : 3 × ((-2) × 4) = 3 × (-8) = - 24
Ruas kanan (3 × (-2)) × 4 = - 6 × 4 = - 24
Ternyata ruas kiri = ruas kanan = - 24. Jadi, 3 × ((-2) × 4) = (3 × (-2) × 4.

Periksa lagi hasil-hasil perkalian di ruas kiri dengan di ruas kanan untuk variasi-variasi
berikut ini
Apakah 5 × (2 × -3) = (5 × 2 ) × (-3)?
Apakah (-7) × (-2 × 3) = ((-7) × (-2)) × 3?, dan seterusnya.

2). Ternyata bahwa setiap kita mengambil sembarang tiga bilangan bulat lainnya hasilnya
selalu sama. Hal ini menunjukkan bahwa sifat pengelompokan perkalian pada bilangan bulat
berlaku. Dengan kata lain operasi perkalian pada bilangan bulat memenuhi sifat
pengelompokan.

d. Sifat penyebaran
Pada pembelajaran pemahaman sifat penyebaran perkalian terhadap penjumlahan dapat
dilakukan seperti halnya pembelajaran pada sifat pengelompokan di atas. Misalnya:
Apakah: 3 × ((-2) + 4) = (3 × (-2)) + (3 × 4)?
Ruas kiri: 3 × ((-2) +4) = 3 × 2 = 6
Ruas kanan: (3 × (-2)) + (3 × 4) = 6 + 12 = 6
Ruas kiri = ruas kanan = - 2
Jadi, 3 × ((-2) + 4) = (3 × (-2)) + (3 × 4).

Dengan memeriksa untuk beberapa contoh lainnya sebagai latihan dapat disimpulkan bahwa
sifat penyebaran perkalian terhadap penjumlahan pada bilangan bulat berlaku. Untuk lebih
memahami sifat penyebaran dalam perkalian, berikanlah beberapa variasi soal latihan.

e. Sifat bilangan satu dan nol


Melalui tanya jawab dengan berbekal pengetahuan sebelumnya, para siswa diajak untuk
menjawab beberapa pertanyaan dari guru, kemudian dengan bimbingan dan arahan dari guru
ditentukan kesimpulannya.
Misalnya:
2×1= 2 (2) 9 × 0=(0)
-3 × 1 = -3 (-3) -7 × 0=(0)
10 × 1 = 10 (10) 1 × 0=(0)
-9x 1 = -9 (-9) 0 × 0=(0)
dan sebagainya.
Ternyata bahwa setiap bilangan bulat dikalikan dengan hasilnya sama dengan bilangan bulat
itu sendiri, dan setiap bilangan bulat dikalikan dengan nol hasilnya adalah nol. Sebagai
penguatannya, para siswa diminta untuk mencoba dengan bilanganbilangan lainnya.

C.PEMBULATAN BILANGAN BULAT DALAM SATUAN, PULUHAN ATAU


RATUSANTERDEKAT
Perlu pula kita ketahui bahwa untuk keperluan perhitungan, analisis atau laporan, pencatatan
(data kuantitatif) dalam bentuk yang lebih sederhana. Karena itulah bilangan-bilangan bulat
tertentu perlu disederhanakan atau dibulatkan. Untuk keperluan pembulatan ini ada beberapa
aturan yang sudah baku digunakan oleh para matematikawan atau oleh mereka yang
menggunakan matematika.
Adapun beberapa aturan yang bisa digunakan dalam pembulatan bilangan adalah sebagai
berikut.
Aturan 1. Jika angka terkiri yang harus dihilangkan adalah 4 atau kurang dari 4 maka angka
terkanan dari yang mendahuluinya tidak berubah.
Melalui pemberian contoh, dalam pembelajaran dengan diskusi, guru bersama-sama siswa
dapat mencoba mengerjakan beberapa soal sampai pada kesimpulan berlakunya aturan
tersebut.
Contoh 1
Bilangan 1437 dibulatkan hingga ratusan terdekat menjadi 1400. Angka yang harus
dihilangkan ialah mulai dari 3 ke kanan dan ini merupakan angka terkiri. Angka terkanan
yang mendahului 3, ialah angka 4, haruslah tetap.
Mengapa angka yang harus dihilangkan mulai dari angka 3? Jelas bahwa bilangan 1437 akan
dibulatkan hingga ratusan terdekat dan angka 3 sebelah angka ratusan lebih kecil dari 4.

Contoh 2
Rp1.745,00 dibulatkan hingga ratusan terdekat menjadi Rp1.700,00. Mengapa angka yang
harus dihilangkan mulai dari angka 4?

Contoh 3
a. Bilangan 131 dibulatkan hingga puluhan terdekat menjadi 130.
b. Bilangan 52 dibulatkan hingga puluhan terdekat menjadi 50.
c. Bilangan 7,45 dibulatkan hingga satuan terdekat menjadi 7.
d. Bilangan 9,09 dibulatkan hingga satuan terdekat menjadi 9.
Aturan 2. Jika angka terkiri dari yang harus dihilangkan lebih dari 5 atau5 diikuti oleh angka
bukan nol maka angka terkanan dari yang mendahuluinya bertambah dengan satu.
Contoh 4
a. Bilangan 653 dibulatkan hingga ratusan terdekat menjadi700.(Angka yang harus
dihilangkan adalah 53 dengan angka terkiri 5 yang diikuti angka 3 bukan angka 0).
b. Bilangan 694 dibulatkan hingga ratusan terdekat menjadi 700, sebab angka yang
harus dihilangkan 94 dengan angka terkiri adalah 9 yang jelas lebih besar dari 5
c. Bilangan 66 dibulatkan hingga puluhan terdekat menjadi 70, Apa sebabnya? Jelaskan!
d. Bilangan 6,55 dibulatkan hingga satuan terdekat menjadi 7, sedangkan bilangan 4,59
dibulatkan ke satuan terdekat menjadi 5. Mengapa? Jelaskan!
Melalui diskusi kelas dengan pemberian beberapa contoh disertai bimbingan guru,
diharapkan para siswa dapat menyimpulkan aran pembulatan yang kedua seperti di atas.
Sekarang kita perhatikan beberapa contoh yang termuat dalam contoh 5 berikut ini.
Contoh 5
a. Bilangan 6,5 atau 6,500 dibulatkan hingga satuan menjadi 6. Di sini angka yang
dihilangkan adalah 5 dan 500, sedangkan yang mendahului adalah angka 6 yaitu
angka yang genap sehingga tetap.
b. Bilangan 17,5 dan 17,50 dibulatkan hingga satuan terdekat 18. Ini disebabkan angka
yang mendahului 5 atau 50 merupakan bilangan ganjil yaitu angka 7 sehingga harus
ditambah satu.
Dari contoh. 5 ini dapat kita tarik kesimpulan aturan yang ketiga, yaitu sebagai berikut:
Aturan 3. Jika angka terkiri dari yang harus dihilangkan hanya angka 5 atau angka 5 yang
diikuti oleh angka-angka nol belaka maka angka terkanan yang mendahuluinya tetap jika ia
genap, dan tambah satu jika ia ganjil.
Contoh 6
a. Bilangan 685 dibulatkan hingga puluhan terdekat menjadi 680.
b. Bilangan 675 dibulatkan hingga puluhan terdekat menjadi 680.
c. Bilangan 2750 dibulatkan hingga ratusan terdekat menjadi 2800.
d. Bilangan 2650 dibulatkan hingga ratusan terdekat menjadi 2600.

D. ANALISIS KESALAHAN KONSEP PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG


BILANGAN BULAT
Masih banyak kita jumpai kesalahan dalam mengucapkan bilangan negatif dengan operasi
kurang (operasi minus/operasi min). Konsep bilangan negatif dan konsep operasi minus
(operasi kurang) adalah dua konsep yang sangat berbeda, walaupun notasinya sama.
Perlu kita perhatikan, bahwa sebenarnya ada perbedaan antara tanda bilangan negatif dengan
tanda pengerjaan (operasi hitung) kurang. Ada perbedaan antara (-) pada -5 (negatif 5)
dengan tanda (-) pada -5 (kurang lima). Bilangan bulat negatif sembilan semestinya ditulis -9
bukan -9. Mengingat faktor kesulitan pada percetakan (pengetikan) maka penulisan -5 dan -5
kedua-duanya ditulis sama, yaitu -5. Namun demikian tetap kita harus menanamkan
perbedaan konsep antara tanda (-) sebagai tanda bilangan negatif dengan tanda operasi hitung
kurang.
Sebagaimana tadi bahwa negatif lima (-5) hendaknya dibedakan dengan tanda (-) pada
pengerjaan hitung 9 – 5 (sembilan kurang lima). Tanda (-) pada pengertian yang pertama,
yaitu -5 menunjukkan bilangan bulat negatif bahwa kedudukan bilangan -5 pada suatu garis
bilangan berada d sebelah kiri titik pangkal nol (0), dan disebut dengan bilangan negatif lima.
Sedangkan tanda (-) pada bentuk 9 – 5 menunjukkan pengertian operasi kurang (operasi
minus/min) bilangan 9 dengan bilangan 5.
1. 9 – 5 dibaca: “sembilan kurang lima, atau sembilan min lima”.
2. -9 – 5 dibaca: “negatif sembilan kurang lima” bukan min sembilan kurang lima”.
3. 9 – (-5) dibaca: “sembilan kurang negatif lima” bukan “sembilan kurang min lima”
4. -9 – (-5) dibaca: “negatif sembilan kurang negatif lima”, bukan dibaca “min sembilan
kurang min lima”, dan bukan pula dibaca “min sembilan min min lima”.
Berdasarkan pengertian tersebut maka ucapan (bacaan) negatif dua puluh sembilan haruslah
ditulis -29, dan ucapan negatif seratus dua puluh lima lambang bilangannya adalah -125.
Sebaliknya lambang bilangan -279 dibaca atau diucapkannya adalah negatif dua ratus tujuh
puluh sembilan.
Masih berdasarkan pengertian tersebut di atas yang sebenarnya dari awal tadi pun telah kita
bicarakan bahwa penulisan lambang bilangan yang diberikan tanda (+) atau tidak keduanya
menunjukkan pada bilangan yang sama, yaitu sebagai bilangan positif Untuk menyatakan
bilangan positif lima (+5) umumnya cukup dibaca (diucapkan) lima (5), begitu pula positif
sembilan (+9) cukup dibaca sembilan (9). Tanda (+) akan dipakai untuk menyatakan operasi
(pengerjaan) hitung penjumlahan atau penambahan dari dua bilangan, misalnya 5 + 9 (lima
ditambah sembilan) atau 9 + (-5) (sembilan ditambah negatif lima).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Karso, dkk. 2021. Pendidikan Matematika 1. Materi Pokok PDGK4203/Modul 3. Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai