Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDIDIKAN MATEMATIKA

KAPITA SELEKTA MATEMATIKA SMP

BILANGAN

Dosen Pengampu :
Dr. Nonik Indrawatiningsih, M.Pd

Oleh Kelompok 1 :

Mazia Khilwa Imani 20184202025

Sandhy Duhuita Mauladany S 20184202042

Yudha Fariana 20184202056

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA

PASURUAN

2021
MAKALAH PENDIDIKAN MATEMATIKA

KAPITA SELEKTA MATEMATIKA SMP

BILANGAN

Dosen Pengampu :
Dr. Nonik Indrawatiningsih, M.Pd

Oleh Kelompok 1 :

Mazia Khilwa Imani 20184202025

Sandhy Duhuita Mauladany S 20184202042

Yudha Fariana 20184202056

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA

PASURUAN 2021

i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, kekuatan, dan kemudahan kepada kami dalam menyelesaikan Makalah Kapita
Selekta Matematika SMP materi Bilangan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurah kepada Rasullulah SAW yang syafaatnya kami nantikan kelak.

Pada kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan Makalah Teori Kapota Selekta Matematika SMP materi
Bilangan ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikian penulisan makalah ini.

Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
proses pembuatan makalah. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Pasuruan, 18 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul................................................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................1
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Bilangan Bulat.....................................................................................2
2.2 Membandingkan Bilangan Bulat.........................................................................2
2.3 Sifat dan Operasi Hitung Bilangan Bulat............................................................3
2.4 Pengertian Bilangan Pecahan...............................................................................9
2.5 Penyederhanaan Bilangan Pecahan.....................................................................9
2.6 Jenis-jenis Bilangan Pecahan................................................................................9
2.7 Membandingkan dan Mengurutkan Bilangan Pecahan...................................11
2.8 Operasi Hitung Bilangan Pecahan......................................................................12
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................15
3.2 Saran......................................................................................................................15
Daftar Pustaka.................................................................................................................16

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bilangan merupakan suatu konsep matematika yang memberikan nilai jumlah
terhadap sesuatu yang dihitung. Hal ini yang membuat bilangan digunakan dalam
pengukuran dan pencacahan. Di dalam pelajaran matematika banyak sekali macam-
macam bilangan yaitu bilangan bulat, bilangan asli, bilangan cacah, bilangan prima,
bilangan komposit, bilangan rasional, dan bilangan irrasional.
Sesuai dengan materi anak SMP di dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai bilangan bulat dan pecahan, baik dari pengertian, sifat-sifat, dan operasi hitung
bilangan. Sebenarnya materi ini telah diajarkan sejak tingkat sekolah dasar. Hampir
semua materi bilangan bulat dan pecahan di SMP telah diajarkan di SD namun, yang
membedakannya adalah peningkatan kesulitan materi akibat perbedaan pola piker anak-
anak terkait dengan pembelajaran matematika sekolah.
Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari atas bilangan bulat positif, bilangan
nol, dan bilangan negative. Himpunan bsemua bilangan bulat dalam matematika
dilambangkan dengan Z. Bilangan pecah atau pecahan adalah bilangan yang ditulis dalam
bentuk dimana b ≠ 0, dimana a dinamakan pembilang dan b dinamakan penyebut.
𝑎
𝑏

Pembilang dan penyebut suatu pecahan adalah bilangan bulat. Bilangan yang seperti ini
juga disebut dengan bilangan rasional.
Oleh karena itu dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta
Matematika SMP kami Menyusun makalah mengenai materi bilangan bulat dan pecahan
dalam rangka mengetahui lebih lanjut tentang materi ini, sehingga pembaca benar-benar
mengerti mengenai materi bilangan bulat dan pecahan ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu bilangan bulat ?
2. Bagaimana sifat-sifat dan operasi hitung bilangan bulat?
3. Apa itu bilangan pecahan ?
4. Bagaimana operasi hitung bilangan pecahan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari bilangan bulat.
2. Untuk mengetahui sifat-sifat dan operasi hitung bilangan bulat.
3. Untuk mengetahui apa itu bilangan pecahan.
4. Untuk mengetahui bagaimana operasi hitung dalam bilangan pecahan.
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bilangan Bulat
Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan bilangan bulat
negatif. Himpunan bilangan bulat dalam matematika dilambangkan dengan Z. Lambang
ini berasal dari Bahasa Jerman, yaitu Zahlen yang berarti bilangan. Bilangan cacah
sendiri merupakan himpunan bilangan yang terdiri dari bilangan nol dan bilangan
bulat positif. Bilangan bulat positif bisa juga disebut sebagai bilangan asli, yang
merupakan himpunan bilangan bulat yang bernilai positif. Sementara itu, bilangan
bulat negatif merupakan himpunan bilangan bulat yang bernilai negatif. Berikut
pembagian bilangan bulat pada garis bilangan.

Bilangan asli terbagi lagi menjadi bilangan ganjil, genap, prima, dan komposit.
Bilangan ganjil merupakan bilangan yang tidak habis dibagi 2 atau bukan kelipatan 2.
Bilangan genap adalah bilangan yang habis dibagi 2 atau merupakan kelipatan 2.
Bilangan prima merupakan himpunan bilangan yang lebih besar dari 1 dan hanya bisa
dibagi 1 atau bilangan itu sendiri. Prima terkecil adalah 2. Bilangan prima = { 2,3,5,7,11,
…}. Bilangan komposit adalah bilangan yang nilainya lebih besar dari 1 dan bukan
termasuk bilangan prima. Bilangan komposit = {4,6,8,9,10,…}.
2.2 Membandingkan Bilangan Bulat
Membandingkan bilangan bulat berarti menentukan apakah suatu bilangan bulat
memiliki nilai lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan bilangan bulat yang lain.
Misalnya, a dan b merupakan bilangan bulat.
 Jika a lebih dari b, maka bisa ditulis a > b.
 Jika a kurang dari b, maka bisa ditulis a < b.
 Jika a kurang dari atau sama dengan b, maka bisa ditulis a ≤ b.
 Jika a lebih dari atau sama dengan b, maka bisa ditulis a ≥ b.
 Jika a sama dengan b, maka bisa ditulis a = b.

2
Contoh :

Tentukan hubungan antara bilangan 4, -1, dan -3!

-4 -3 -2 -1 0 2 3 4
1
Pada garis bilangan dapat dilihat letak -1 disebelah kanan -3 dan disebelah kiri 4, maka -1
terletak diantara -3 dan 4 sehingga dapat ditulis -3 < -1 < 4 atau 4 > -1 > -3. Urutan
bilangan dari yang terkecil adalah -3, -1, 4 sedangkan urutan bilangan dari yang terbesar
adalah 4, - 1, -3.

2.3 Sifat dan Operasi Hitung Bilangan Bulat

2.3.1 Penjumlahan Bilangan Bulat

a. Penjumlahan bilangan bulat dengan garis bilangan


Bilangan-bilangan bulat yang bernilai kecil dapat dijumlahkan dengan
bantuan garis bilangan. Bilangan yang dijumlahkan digambarkan dengan anak
panah dengan arah sesuai dengan bilangan tersebut Jika bilangan positif, maka
anak panah menunjuk ke arah kanan. Sebaliknya, jika bilangan negatif, maka
anak panah menunjuk ke arah kiri.

Contoh :

Tentukan hasil penjumlahan dari -70 + 100 dengan garis bilangan !

Langkah-langkah pengerjaan:

1) Gambarlah anak panah mulai dari 0 ke kiri sebanyak 70 satuan (karena


negatif)
2) Dijumlahkan artinya dari titik hasil Langkah sebelumnya ditarik garis
kearah kanan. Gambarlah anak panah dari titik -70 sejauh 100 satuan ke
kanan.
3) Hasilnya adalah jarak titik 0 ke titik akhir.

3
-70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40

Jadi, hasil penjumlahan dari -70 +100 adalah 30.

b. Penjumlahan bilangan bulat secara langsung


Jika kedua bilangan bertanda sama (keduanya bilangan positif atau keduanya
bilangan negatif), maka jumlahkan kedua bilangan tersebut. Hasilnya berilah
tanda sama dengan tanda kedua bilangan. Tetapi, jika kedua bilangan berlainan
tanda, maka lakukan langkah berikut.
1) Kurangi bilangan yang bernilai lebih besar dengan bilangan yang bernilai
lebih kecil tanpa memerhatikan tanda.
2) Kemudian, hasilnya diberi tanda sesuai bilangan yang bernilai lebih besar,
Contoh: 1.) -102 + (-16) = -118
2.) 82 + (-94) = -(94-82) = -12
c. Sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat
1. Tertutup
a + b = c, dimana a, b, dan c merupakan bilangan bulat.
Contoh : -9 + 4 = 5, dimana -9, 4, dan 5 adalah bilangan bulat.
2. Komutatif
(pertukaran) a + b = b
+a
Contoh : 50 + 75 = 75 + 50 = 125
3. Asosiatif (pengelompokan)
(a + b) + c = a + (b + c)
Contoh : (-4 + 7) + 3 = -4 + (7 + 3)
3 + 3 = -4 + 10
3 = 3
4. Identitas penjumlahan
a+0=0+a=a
Bilangan 0 merupakan unsur identitas pada penjumlahan.

4
Contoh : 99 + 0 = 0 + 99 = 99

5
5. Invers penjumlahan
a + (-a) = (-a) + a = 0
Suatu bilangan dikatakan mempunyai invers jumlah, apabila hasil
penjumlahan bilangan tersebut dengan inversnya (lawannya) merupakan
unsur identitas 0.
Contoh : 50 + (-50) = (-50) + 50 = 0
2.3.2 Pengurangan Bilangan Bulat
a. Pengurangan bilangan bulat dengan garis bilangan
Seperti halnya pada penjumlahan, pada pengurangan bilangan bulat
yang bernilai kecil juga dapat dilakukan dengan bantuan garis bilangan.

Contoh :

Tentukan hasil dari -4 – (-1) = -3

Langkah -langkah mengerjakan :

1) Gambariah anak panah mulai dari O ke kiri sebanyak 4 satuan (karena


tanda negatif).
2) Dikurangkan artinya dari titik hasil langkah sebelumnya ditarik garis ke
arah kiri, tetapi karena dikurangkan dengan bilangan negatif, maka
berubah ke arah sebaliknya. Gambarlah anak panah dari titik -4 sejauh 1
satuan ke kanan.
3) Hasilnya adalah jarak titik O ke titik akhir. Tanda sesuai panah.

-4 -3 -2 -1 0 2 3 4
1
Jadi hasil dari -4 – (-1) = -3.

b. Pengurangan bilangan bulat secara langsung


Mengurangkan dua bilangan bulat sama dengan menjumlahkan bilangan bulat
pertama dengan lawat dari bilangan bulat kedua. Secara umum, untuk
sembarang a dan b elemen bilangan bulat berlaku :
a – b = a + (-b)
Contoh :

6
Tentukan hasil dari :
1) 80 – (-90)
2) -30 -55

Jawab :

1) lawan dari – 90 adalah 90, sehingga


80 – (-90) = 80 + 90 = 170
2) lawan dari 55 adalah – 55, sehingga
-30 – 55 = -30 + (-55) = - 85
2.3.3 Penerapan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat
Contoh soal :
Pak Hasan mengemudikan sebuah kapal selam. Mula-mula kapal menyelam
180 m di bawah permukaan laut, kemudian kapal bergerak ke atas sejauh 65 m.
Tentukan posisi Pak Hasan dari permukaan laut!
Jawab:

Kedalaman mula-mula dinyatakan dengan -180 m.

Kemudian bergerak ke atas sejauh 65 m.

Posisi sekarang = -180 + 65 = -(180 - 65) = -115 m

Jadi, posisi Pak Hasan adalah 115 m di bawah permukaan laut.

2.3.4 Perkalian Bilangan Bulat


a. Aturan hasil perkalian bilangan bulat

Perkalian adalah operasi penjumlahan berulang dengan bilangan yang


sama. Secara umum, jika a, b anggota Bilangan bulat dan a > 0, maka a x b
berarti menjumlahkan b sebanyak a kali, sehingga ditulis sebagai berikut.

a x b = b + b + b + .. + b Sebanyak a kali.

Hasil perkalian antarbilangan bulat memenuhi aturan berikut.

1) Perkalian dua bilangan bulat dengan tanda sama adalah bilangan bulat
positif.

7
2) Perkalian dua bilangan bulat dengan tanda berbeda adalah bilangan
bulat negatif.
3) Perkalian sembarang bilangan bulat dengan nol adalah nol.
Contoh soal :
5 x 6 = 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = 30
-5 x 3 = -5 + (-5) + (-5) = -15

b. Sifat- sifat perkalian bilangan bulat

1. Tertutup
axb=c
2. Komutatif
axb=bxa
(-a) x b = b x (-a)
3. Asosiatif
(a x b) x c = a x (b x c)
4. Distributif
a x (b + c) = (a x b) + (a x c)
a x (b – c) = (a x b) – (a x c)
5. Identitas
perkalian a x 1 =
1xa=a
1 adalah unsur identitas perkalian.
2.3.5 Pembagian Bilangan Bulat
a. Aturan hasil pembagian bilangan bulat
Secara umum, jika a, b dan c elemen bilangan bulat, serta b ≠ 0, maka
berlaku: a : b = c atau a = b x c
Hasil operasi pembagian bilangan bulat memenuhi aturan berikut :
1) Pembagian dua bilangan bertanda sama(keduanya positif atau keduanya
negatif) menghasilkan bilangan positif.
2) Pembagian dua bilangan berbeda tanda (positif dan negatif) menghasilkan
bilangan negative.
𝑎
3) = a : 0 = ∞ (tak terhingga)
0

4) 0
= 0 ∶ 𝑎 = 0, dengan a ≠ 0
𝑎

8
b. Sifat-sifat pembagian bilangan bulat
1) Tidak bersifat tertutup
Apakah pembagian pada bilangan bulat bersifat tertutup? Perhatikan
pembagian berikut! 18 : 3 = 6 Lalu apakah nilai dari 5 : 3 merupakan
bilangan bulat? Jawabannya adalah bukan. Karena 10 : 2 = 5 2 : 2 = 1
tidak ada bilangan bulat yang memenuhi, maka hal ini sudah cukup untuk
menyatakan bahwa pembagian pada bilangan bulat "tidak bersifat
tertutup".
2) Tidak bersifat komutatif
Perhatikan kembali untuk 10 : 2 = 51 Apakah ada bilangan bulat yang
memenuhi 2: 10? Karena tidak ada bilangan bulat yang memenuhi, maka
pada pembagian "tidak bersifat komutatif".
3) Tidak bersifat asosiatif
Untuk mengetahui apakah pada pembagian bilangan bulat berlaku sifat
asosiatif. perhatikan bahwa: (12 : 6) : 2 = 1 Keduanya memiliki hasil yang
berbeda, sehingga (12 : 6) : 2 ≠ 12 : (6 : 2). Berdasarkan contoh di atas.
dapat diketahui banwa pada pembagian bilangan bulat "tidak bersifat
asosiatif".
2.3.6 Penerapan Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat
Contoh soal :
Bibi ingin membagi-bagikan kue kepada teman arisannya, Kue yang dimiliki bibi
sebanyak 45 buah, sedangkan teman arisan bibi berjumlah 9 orang. Jika bibi ingin
membagi rata semua kue tersebut, maka berapa kue yang didapat masing-masing
teman arisan bibi ?
Jawab :
Banyak kue = 45:9 = 5 buah Jadi, banyak kue yang didapat masing-masing teman
arisan bibi adalah 5 buah.
2.3.7 Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat
Jika dalam suatu perhitungan terdapat lebih dari satu operasi hitung, maka
berlaku aturan berikut :
1) Operasi dalam tanda kurung harus diselesaikan terlebih dahulu.
2) Operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (-) sama kuat, artinya operasi yang
terletak di sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu.

9
3) Operasi perkalian (x) dan pembagian (:) sama kuat, artinya operasi yang
terletak di sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu.
4) Operasi perkalian (x) dan pembagian (:) lebih kuat daripada operasi
penjumlahan (+) dan pengurangan (-), artinya operasi perkalian (x) dan
pembagian (:) dikerjakan terlebih dahulu daripada operasi penjumlahan (+)
dan pengurangan (-).
Contoh:
8 + 6 + (-7) x 4
= 8 + 6 + (-7 x 4)
= 8 +6 + (-28)
= 14 + (-28)
= -14
2.4 Pengertian Bilangan Pecahan
Bilangan pecahan adalah bilangan yang disajikan/ditampilkan dalam bentuk :
𝑎
a ,b bilangan bulat dan b ≠ 0
𝑏

a = pembilang dan b = penyebut.


2.5 Penyederhanaan Pecahan
a
Untuk menyederhanakan sembarang dengan b ≠ 0, berlaku:
pecahan b

a
a∶p
= di mana p adalah FPB dari a dan
b
b b∶p

Contoh:
68
Tentukan pecahan paling sederhana dari pecahan !
124
Jawab:
FPB dari 68 dan 124 adalah 4.
68
= 68 ∶ 4 17
124 =
124 ∶ 4 31
17
Jadi, pecahan paling sederhana dari 68 adalah
31
2.6 Jenis- jenis Bilangan Pecahan
Pecahan memiliki beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut.

1. Pecahan biasa, yaitu pecahan yang hanya terdiri atas pembilang dan penyebut.
3 2
Contoh: , 27
8 17 dan
, ,
1
5 15 28 9 , 12

1
2. Pecahan murni, yaitu bagian dari pecahan biasa di mana pembilang kurang dari
penyebut.
3 27
Contoh: 2 , dan
, , 7
51 35
7 8 ,
9

3. Pecahan campuran, yaitu pecahan yang terdiri dari bagian bulat dan bagian
pecahan murni. Pecahan campuran dapat diubah menjadi bentuk pecahan biasa
dengan pembilang lebih besar dari penyebut.
1 3
Contoh: 1 = (4X1)+1 5 3 (5X3)+3 18
4 4 = 5 = 5
=
4 5

4. Pecahan desimal, yaitu pecahan berpenyebut 10, 100, 1.000 dan seterusnya
yang dituliskan dengan tanda koma. Penulisan bentuk pecahan biasa menjadi
bentuk desimal dapat dilakukan dengan membagi pembilang dengan penyebut
atau mengubah penyebutnya menjadi bilangan kelipatan 10 terlebih dahulu.
275
Contoh: 0,275 berarti 11 3 3 X 25 75 = 0,75
1000 = 40 4 = 4X = 100
25

5. Persen, yaitu pecahan per seratus atau pecahan yang penyebutnya 100. Persen
disimbolkan dengan . Pecahan biasa dapat diubah ke bentuk persen dengan
cara mengalikan pecahan tersebut dengan 100%.
25 1
Contoh: 25% berarti = 2 2 x 100% = 8%
100 4 25 = 25

6. Permil, yaitu pecahan per seribu atau pecahan yang penyebutnya 1.000. Permil
disimbolkan dengan ‰. Pecahan biasa dapat diubah ke bentuk permil dengan
cara mengalikan pecahan tersebut dengan 1.000‰.
150 3 13
Contoh: 150‰ berarti = 13
1000 20 125 = 125 x 1000‰ = 104‰
7. Pecahan senilai
Perhatikan gambar berikut!

(1) (2) (3)

Masing-masing lingkaran menunjukkan luas daerah yang sama. Terlihat bahwa


1
daerah yang diarsir (L) pada tiap-tiap daerah lingkaran juga sama.

1
1 2 4
L(1) = L(2) = L(3) = =
2 4 8

Pecahan-pecahan tersebut merupakan pecahan senilai.


Berdasarkan uraian tersebut, pecahan senilai dapat diperoleh dengan cara
mengalikan atau membagi pembilang dan penyebut pecahan itu dengan bilangan
yang sama dan bukan nol.
a
𝑎𝑥𝑚 a a∶m
= atau = dengan m ≠ 0
b 𝑏𝑥𝑚 b b∶m
Pecahan-pecahan senilai disebut juga dengan pecahan ekuivalen.
Contoh:
Tentukan tiga pecahan yang ekuivalen dengan 0,25!
Jawab:

0,25 = 25
100
25
= 25 ∶ 5 5
100 =
100 ∶ 5 20
25
= 25 ∶ 25 1
100 =
100 ∶ 25 4
25 5 1
Jadi, pecahan yang ekuivalen dengan 0,25 adalah , ,
100 20 4
2.7 Membandingkan dan Mengurutkan Bilangan Pecahan
Untuk membandingkan dan mengurutkan pecahan, maka seluruh pecahan harus
diubah menjadi pecahan sejenis terlebih dahulu. Jika pecahan memiliki penyebut yang
sama, maka cukup dibandingkan pembilangnya. Namun, jika pecahan berbeda
penyebutnya, maka samakan penyebut terlebih dahulu dengan mencari nilai KPK dari
penyebut-penyebutnya.
Contoh: 12 7
a. Manakah yang lebih besar antara dan dan ?
35 10
Jawab:
Karena kedua pecahan tersebut mempunyai penyebut yang berbeda yaitu 10 dan
35, maka harus disamakan terlebih dahulu dengan mencari KPK dari 10 dan 35.
KPK dari 10 dan 35 adalah 70.
12 12 x 2 24
= =
35 35 x 2 70
7 7x7 49
= =
10 10 x 7 70
49 24 7 12
Diperoleh: > ↔ >
70 70 10 35

1
7 12
Jadi, lebih besar dari
10 35

b. Tentukan urutan bilangan pecahan 3 1


4, 6 dari yang terbesar!
2,
, 7 3
2

Jawab:
Karena pecahan-pecahan tersebut memiliki penyebut yang berbeda, maka
samakan penyebutnya terlebih dahulu.
KPK dari 2, 3, 4, dan 7 adalah 84.
3 3 X 21 63 6 6 X 12 72
4 = 4 X 21 = 84 7 = 84 = 84

1 1 X 42 42 2 2 X 28 56
2 = 84 = 84 3 = 84 = 84
72 63 56 42 6 3 2 1
Diperoleh: > > > ↔ > > >
84 84 84 84 7 4 3 2
6 3 2 1
Jadi, urutan pecahan dari terbesar adalah , , ,
6 7
c. Urutan pecahan 0,6; 7 4 3 2
; 75%; dari yang terkecil.
12 8
Jawab:
Ubah seluruh pecahan menjadi pecahan sejenis terlebih dahulu.
6
0,6 = 75
100 600 75% = 10 750
10 x 100 = 1000 100 x 10 = 1000

6 6∶6
= 1
= 2 x 500 =
500 500 7 7 125
= 8 x 125 = 1000
875
12 12∶6 1000 8
Karena seluruh pecahan telah sejenis dan memiliki penyebut sama, maka
bandingkan pembilangnya.
500 600 750 875 6 7
< < < ↔ < 0,6 < 75% <
1000 1000 1000 1000 12 8
6 7
Jadi, urutan pecahan dari yang terkecil adalah ; 0,6; 75%;
12 8
2.8 Operasi Hitung Bilangan Pecahan
2.8.1 Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
Pada penjumlahan dan pengurangan pecahan, pecahan-pecahan yang
dijumlahkan atau dikurangkan merupakan pecahan sejenis dan berpenyebut
sama. Jika kedua penyebut belum sama maka harus di samakan terlebih
dahulu menggunakan KPK dari penyebut-penyebutnya.

1
Untuk menjumlahkan atau mengurangkan bilangan desimal, maka
angka puluhan, ratusan, satuan, dan seterusnya, masing-masing diletakkan
pada satu lajur, sehingga tanda koma akan terletak pada satu lajur.

Contoh :
1 2 1
1. Tentukan nilai dari + − !
3 4 6

Jawab :
Karena penyebut belum sama, maka kita samakan dulu penyebutnya
dengan cara mencari KPK penyebutnya. KPK dari 3, 4, dan 6 adalah 12.
1 2 1 4 6 2 8 2
Sehingga : + − = + - = =
3 4 6 12 12 12 12 3

2. Tentukan nilai dari 15,546 + 1,75 + 0,40 =


15,546
1,75
0,40
+
17,696
2.8.2 Perkalian Pecahan
Jika terdapat beberapa jenis pecahan dalam perkalian, maka seluruh
pecahan tersebut dinyatakan dalam bentuk pecahan biasa terlebih dahulu.
Perkalian pecahan biasa dapat dilakukan dengan mengalikan pembilang
dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut.
𝑎 𝑐
Jika dan pecahan dengan b dan d ≠ 0, maka hasil perkaliannya sebagai
𝑏 𝑑

berikut
𝑎 𝑐 𝑎𝑥𝑐
𝑏 𝑥 𝑑 = 𝑏𝑥𝑑
Jika bilangan pecahan berbentuk desimal dikalikan dengan kelipatan 10,
maka hasilnya diperoleh dengan menggeser tanda koma ke kanan sebanyak nol
(0) bilangan pengali.
Contoh :
3 2𝑥3 6
1. 2
x = =
4 7 4𝑥7 28

2. 22 x 3 3
8 18 48 3
3 5 = 3𝑥 5 = 5 = 95

3. 0,125 x 1000

Karena desimal dikalikan dengan 1000, maka koma bergeser ke kanan


sebanyak 3. Jadi 0,125 x 1000 = 125.

1
2.8.3 Pembagian Pecahan
Jika terdapat beberapa jenis pecahan dalam pembagian, maka seluruh
pecahan tersebu dinyatakan dalam bentuk pecahan biasa terlebih dahulu. Hasil
pembagian antarpecahan biasa dapat ditentukan dengan mengalikan bilangan
yang dibagi dengan kebalikan pecahan pembagi.
Jika 𝑎
dan 𝑐
pecahan dengan b dan d ≠ 0, maka hasil perkaliannya sebagai
𝑏 𝑑

berikut
𝑎 𝑐 𝑎𝑥𝑑
𝑎 ∶ = 𝑑 =
𝑥
𝑏 𝑑 𝑏 𝑐 𝑏𝑥𝑐

Pembagian antarpecahan berbentuk desimal dilakukan dengan


mengubah bilangan pembagi menjadi bilangan bulat, kemudian dibagi dengan
cara bersusun. Hasil pembagian pecahan desimal oleh 10 dan kelipatannya
diperoleh dengan menggeser tanda koma ke kiri sebanyak tempat yang
bersesuaian dengan banyaknya nol pada bilangan pembagi.

Contoh :

1. 5 5
4 ∶ 25% = ∶ 25 5 100
4 = 25 =5
𝑥
100 4

2. 54,3 : 100
Membagi dengan 100 dapat dilakukan menggeser koma desimal satu tempat
ke sebelah kiri dari tempat semula. Jadi 54,3 : 100 = 0,543.

1
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bilangan merupakan suatu konsep matematika yang memberikan nilai jumlah
terhadap sesuatu yang dihitung. Hal ini yang membuat bilangan digunakan dalam
pengukuran dan pencacahan.
Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari atas bilangan bulat positif, bilangan
nol, dan bilangan negative. Himpunan bsemua bilangan bulat dalam matematika
dilambangkan dengan Z. Bilangan pecah atau pecahan adalah bilangan yang ditulis dalam
bentuk dimana b ≠ 0, dimana a dinamakan pembilang dan b dinamakan penyebut.
𝑎
𝑏

Pembilang dan penyebut suatu pecahan adalah bilangan bulat. Bilangan yang seperti ini
juga disebut dengan bilangan rasional.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah agar pembaca bisa mengetahui
materi bilangan bulat dan pecahan, mulai dari pengertian, sifat-sifat, serta operasi dalam
bilangan. Diharapkan juga pada pembaca untuk memberikan masukan terhadap makalah
yang dibuat, meskipun sangat jauh dalam menuju kesempurnaan.

1
Daftar Pustaka

https://www.tipsbelajarmatematika.com/2020/05/matematika-smp-kelas-vii-
bilangan.html

https://www.ruangguru.com/blog/pengertian-dan-contoh-bilangan-bulat

Anda mungkin juga menyukai