Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH BILANGAN CACAH,BILANGAN BULAT, DAN

PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR PADA BILANGAN BULAT DAN


SISTEM BILANGAN ROMAWI
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Matematika 1
Tutor : Dr.Purna Bayu Nugroho, M.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Ahmad Jodi Setiawan


2. Ajeng Anggraeni
3. Anisa Nurtantia
4. Erin Veterin
5. Galuh Senja Lestari
6. Oktalija Ratna Manggalih
7. Srimulyani Ramdhawati

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM S1 PGSD
UPBJJ-UT BANDAR LAMPUNG
POKJAR TANJUNG BINTANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah "BILANGAN CACAH, BILANGAN BULAT DAN
PERPANGKATAN DAN PENARIKAN BILANGAN BULAT DAN SISTEM BILANGAN
ROMAWI" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Matematika 1. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang pembelajaran matematika bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. purna bayu nugroho,M.Pd. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tanjung Bintang, 30 oktober 2021


Penyusun Makalah Pendidikan Matematika 1

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................................iii
BAB 1...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
2.1 Bilangan Cacah................................................................................................................2
2.2 BilanganBulat................................................................................................................27
2.3 Perpangkatan/Penarikan Akar pada Bilangan Bulat dan
Sistem Bilangan Romawi................................................................................................34

BAB III
.......................................................................................................................................................
47
PENUTUP.....................................................................................................................................47
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................47
3.2 Saran..................................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................49

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan
pengukuran. Bilangan juga merupakan suatu ide yang bersifat abstrak yang akan
memberikan keterangan tentang banyaknya kumpulan suatu benda. Simbol atau lambang
yang digunakan adalah yang mewakili bilangan itu disebut simbol atau lambang bilangan.
Dalam kehidupan sehari-hari angka, bilangan dan nomor sering disamakan, secara definisi
angka, bilangan, dan nomor adalah entitas yang berbeda.
Angka adalah suatu tanda atau lambang untuk melambangkan bilangan, sedangkan
nomor biasanya digunakan untuk melambangkan satu atau lebih angka yang
melambangkan suatu bilangan bulat dalam suatu barisan bilangan-bilangan bulat yang
berurutan.
Bilangan cacah adalah bilangan yang dimulai dari 0,1,2,3, dan seterusnya. Bilangan
cacah bisa digunakan perhitungan praktis matematika, apabila bilangan cacah dihubungkan
dengan operasi bilangan maka akan ditemukan adanya operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan bilangan cacah?
2. Apa yang dimaksud dengan bilangan bulat?
3. Apa yang dimaksud dengan perpangkatan/penarikan akar pada bilangan bulat dan
sistem bilangan romawi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BILANGAN CACAH


2.1 Bilangan dan Lambangnya serta Pembelajaran di SD
a. Bilangan dan Lambangnya
Dalam proses pembelajaran pokok bahasan bilangan dan lambangnya hendaknya
disiapkan media kertas atau kartu bilangan masing-masing bertuliskan lambang
bilangan seperti : 1, 10, 100, 1000, 10.000, 100,000. Misalnya dalam subpokok
bahasan mengenal bilangan 100.001-500.000
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan ulang nilai tempat yang ditempati oleh angka-angka suatu
bilangan yang terdiri dari 5 angka.
2. Mengulang membaca dan menulis lambang bilangan yang terdiri dari 5 angka.
3. Guru menjelaskan bahwa 10 kartu bilangan 10.000 dapat dinyatakan dengan
sebuah kartu bilangan 10.000.
4. Guru menulis beberapa lambang bilangan yang terdiri dari 6 angka di papan tulis,
secara lisan siswa dapat mengucapkan semua angka yang ada dipapan tulis
5. Guru mengucapkan nama beberapa bilangan yang terdiri dari 6 angka, satu
persatu siswa dapat menulis lambang semua angka di buku tulisnya.
6. Guru menulis beberapa lambang bilangan yang terdiri dari 6 angka dipapan tulis,
lalu sisiwa menulis nama bilangan itu di buku masing-masing.
Agar siswa dapat memahami bilangan-bilangan bernilai besar, siswa dapat membuat
kalimat yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Contoh : tabungan amin dibank BRI sudah mencapai 365.000 rupiah.

b. Bilangan kardinal dan ordinal


Misalnya A adalah sembarang himpunan terorde baik dan misalkan (a)
menyatakan keluarga himpunan terorde baik yang serupa dengan A. Maka (a)
dinamakan sebuah bilangan ordinal dan dinyatakan oleh (a) =ord (A).
Bilangan ordinal dari himpunan terorde baik ( 1,2,3 ) dinyatakan pada
pembelajaran di SD, istilah bilangan ordinal dikenal dengan bilangan asli.
c. Nilai tempat dan ketidaksamaan
Alat peraga yang diperlukan dalam pada kegiatan pembelajaran subpokok
bahasan nilai tempat, yaitu berupa kertas atau kertu bilangan masing-masing
bertuliskan lambang bilangan 1,10, 100, 1.000, 10.000, 100.000 1, 10, 102, 103, 104,
105. Kartas manila atau lembar kertas untuk peraga, misalkan seprti berikut.

2
Lambang Bilangan Nama Bilangan

Langkah-langkah proses pembelajaran adalah sebagai berikut:


1. Guru menjelaskan ulang mengenai nilai tempat yang ditempuh oleh angka-angka suatu
lambang bilangan yang terdiri dari 5 angka.
2. Guru menjelaskan bahwa angka-angka suatu lambang bilangan yang terdiri dari 6 angka
beturut-turut dari kiri menempati tempat ratus,ribuan, puluh ribuan, ribuan, ratusan,
puluhan dan satuan.
3. Guru menulis beberapa lambang bilangan yang terdiri dari 6 angka, lalu siswa disuruh
menentukan nilai setiap angka.
Misalnya : 382.657
Angka 3 nilainya 300.000
Angka 8 nilainya 80.000
Angka 2 nilainya 2.000
Angka 6 nilainya 600
Angka 5 nilainya 50
Angka 7 nilainya 7
Jadi, 382.657= 300.000 + 80.000 + 2.000 + 600 +50 + 7

2.2 Bilangan Cacah, Operasinya serta Teknik Penyelesainnya dan Pembelajarannya diSD
A. Bilangan Cacah
Bilangan cacah merupakan himpunan bilangan asli ditambah dengan bilangan
nol. bilangan asli sendiri merupakan bilangan yang dimulai dari 1, lalu selanjutnya
bertambah satu-satu. Bilangan-bilangan 0,1,2,3,4,5 dan seterusnya disebut bilangan
cacah.

Ketidaksamaan pada bilangan cacah


Kita bandingkan dua bilangan yang tidak sama, 3 < 8 dan 9 >5 dibaca kurang
dari 8 dan 9 lebih dari 5. Pernyataa-pernyataan itu disebut ketidaksamaan.
a=b ( sama dari ) , a<b (kurang dari), a>b ( lebih dari).

B. PENJUMLAHAN
Pengerjaan jumlah atau penjumlahan merupakan pengerjaan hitung yang
pertama kali dikenal anak-anak atau dikenal sebelum masuk sekolah.
Contoh:
1. Diladang ada 3 ekor kerbau yang digembelakan, kemudian dia membawa 2ekor
lagi untuk digembala pula. Berapa ekor kerbau ada diladang sekarang?
Fakta- fakta dasar penjumlahan
Yang dimaksud dengan fakta-fakta dasar penjumlahan ialah penjumlahan atau
kombinasi bilangan dari 0-9,misalnya 9+1, 6+3,9+9 adapun 12 + 9 bukan fakta dasar
penjumlahan sebab 12 bukan bilangan lambangnya terdiri dari 1 angka
Contoh:
3
Ada 3 anak sedang bermain, kemudian 2 temannya datang bergambung ada berapa
anak sekarang ?

Ada 4 pendekatan atau jalan untuk menerangkan penjumlahan, yaitu dengan


kumpulan, dengan pengukuran, dengan masin fungsi, dan dengan cara bersusun
panjang/ bersusun pendek.
a. Penjumlahan melalui kumpulan
Penjumlahan dengan menggunakan dasarkumpulan didasarkan kepada dua
kelompok lepas.
Misal: saya punya kelerang dua buah.kemudian saya membeli lagi 3 buah. Berapa
buah kelereng yang saya miliki sekarang ?

b. Penjumlahan melalui pengukuran


Pada penjumlahan dengan pengkuran, yang dijumlahkan itu bukan bilangan
kardinal dari kumpulan-kumpulan tetapi ukuran panjangnya. Penjumlahan dengan
pengkuran dapat diperagakan dengan garis bilangan, timbangan bilangan atau
batang cuisenaire berwarna.

4
1. Garis bilangan

2. Timbangan bilangan

3. Dengan batang kuesioner

c. Penjumlahan dengan mesin fungsi


pada umumnya mesin fungsi tidak dipergunakan untuk menerangkan
penjumlahan atau pengerjaan hitung lainnya,tetapi lebih banyak dipergunakan
untuk latihan dan pengenalan pada fungsi.

5
Dari keterangan diatas mungkin anda dapat mengembil kesimpulan mengapa
mesin yang demikian itu disebut mesin fungsi dan karena itu berfaedah untuk
menerangkan fungsi. Perhatikan mesin fungsi berikut ini.
Aturannya
Masukan 1 2 3 6 10 15 .... ....
Hasil 4 5 6 9 13 18 .... .....

d. Penjumlahan dengan cara bersusun panjang dan bersusun pendek


Pak agus mempunyai kebun kelapa. Pada bulan januari ia memetik 2.438
buah.pada bulan februari ia memetik lagi 1.562 buah. Pada bulan maret ia
memetik 3.724 buah jumlah kelapa yang dipetik selama 3 bulan adalah 2.438
+1.562+3.724 =
Cara pendek
111
2.438
1.562
3.724 +
7.724
Sifat- sifat penjumlahan
1) Tertutup
2) Pertukaran, letaknya selalu bisa ditukar

C. PENGURANGAN
Pada pengurangan kita mencari selisih
5 -3 =
Yang dikurang pengurang selisih

1. Fakta-fakta dasar pengurangan


Pada fakta pengurangan, bilangan yang dikurang harus kurang atau sama
dengan 18, sedangkan pengurangannya ialah bilangan cacah dari 0 sampai dengan
9, dengan catatan bahwa selisih harus bilangan cacah dan besarnya dari 0 sampai
dengan 9. Untuk jelasnya perhatikan contoh- contoh berikut:

6
18-9,16-7,9-8 dan 2-1 adalah fakta dasar
18-2, dan 15-4 bukan fakta dasar sebab selisihnya lebih besar dari 9
16-2 dan 17-10 bukan fakta dasar sebab pengurangannya lebih besar dari 9
8-9 dan 4-7 bukan fakta dasar sebab selisihnya bilangan negatif.
Contoh soal cerita
Ada 4 ekor anak ayam yang sesekor pergi mengerjar induknya. Ada berapa ekor
anak ayam sekarang? Langkah-langkah mengerjakannya itu demikian.

Pada umumnya ada 3 keadaan yaitu :membuang, mencari suku yang hilang,dan
membandingkan
a. Membuang
Dodi punya kelereng 5 buah ia berikan 2 kepada adiknya, berapa buah kelereng
sisanya?

b. Mencari suku yang hilang


Dedi punya kelereng 3 buah. Untuk bermain ia harus membawa 5 buah
kelereng. Berapa buah kelereng lagi harus ia miliki?

7
c. Membandingkan
Budi punya kelereng 3 buah
Badu punya kelereng 5 buah
Berapa buah lebihnya kelereng badu ?

Seperti penjumlahan, pengurangan dapat dilakukan dengan 4 pendekatan,yaitu


kumpulan, pengukuran, masin fungsi dan cara bersusun pendek.

2. Pengurangan melalui kumpulan


Banyak cerita sehari-hari yang pemecahannya memerlukan pemahaman pengurangan
misalnya:
Ada 5 ekor anak ayam. Dua ekor lari mengerjar kupu-kupu. Berapa ekor anak ayam
tinggal?

3. Pengurangan melalui pegukuran


Dapat dilakukan dengan 3 cara
Yaitu: dengan garis bilangan, dengan timbangan bilangan, dan dengan batang
kuesioner.

8
a. Pengukuran dengan garis bilangan
Contoh : rini melompat satu langkah kedepan kanan sebanyak 5 kotak. Kemudian
mundur satu kali sebanyak 2 kotak. Apa yang tekat terjadi?

b. Pengukuran dengan timbangan bilangan


Contoh: dodi memiliki 6 buah kelereng. Empat kelereng diberikan kepada
abangnya. Berapa kelereng yang dimiliki dodi sekarang?

c. Pengurangan dengan batang kuesioner


Contoh: dodi memliki 6 buah kelereng. Empat kelereng diberikan kepada
abangnya. Berapa kelereng yang dimiliki dodi ?

d. Pengurangan melalui mesin fungsi


Mesin fungsi pengurangan 3 atau mesin 3 ialah mesin fungsi yang bila dimasukan
sebuah bilangan maka hasilnya akan berkurang 3, prinsip mesin pengurangan ini
sama dengan untuk penjumlahan

9
e. Pengurangan dengan cara bersusun pendek
Contoh: dodi mengikuti perlombaan jalan cepat,jarak yang harus ditempuh adalah
8.743 meter. Ia sudah menempuh jarak 5.281 meter. Berapakah jarak yang masih
harus ditempuh dodi?
615
8. 7 4 3
5. 2 8 1 _
3. 4 6 2

f. sifat-sifat pengurangan
1. tertutup, tidak tertutup karena selisih 2 bilangan cacah tidak selalu hasilnya
bilangan cacah.
2. pertukaran, bukan sifat pertukaran karena tidak semua bilangan cacah bisa
ditukarkan

D. PERKALIAN
Perkalian bagi anak-anak ditingkat rendah supaya dijelaskan melalui benda-benda
konkret atau gambar benda-benda konkret dam dikaitkan pula pada kehidupan
sehari-hari
Contoh : ibu ani punya 2 dus telur masing-masing dus berisi 6 biji. Berapa biji telur
ibu ani ?

1. Fakta dasar perkalian


Yang dimaksud dengan fakta perkalian ialah perkalian bilangan dari 0 sampai dengan 9,
misalnya 8x3, 1x9, 6x0, dan 5x4 adapun 3x15 bukan fakta perkalian sebeb 15 bukan
bilangan yang lambangnya terdiri dari satu angka. Pada perkalian ada 100 kombinasi
fakta dasar yaitu:

10
0x0,0x1,0x2,….,0x9
1x0, 1x1, 1x2,…1x9
2x0, 2x1, 2x2,…,2x9
………………………
………………………
………………………
9x0, 9x1, 9x2,…..,9x9
Untuk menerangkan pekalian, ada 7 pendekatan yang dapat ditempuh yaitu kumpulan,
pengukuran, jajaran, produk cartesius, kartu nilai tempat blok model dienes, kantong nilai
tempat, abacus mesin fungsi, dan cara mendatar/bersusun panjnag/ bersusun pendek.
2. Perkalian melalui himpunan ( kumpulan )
Contoh: fajar mempunyai 3 bungkus permen karet, masing-masing bungkus berisi 4
permen karet, berapa buah permen karet yang dimiliki fajar?

Banyaknya anggota himpunan dari 3 himpunan yang masing-masing 4 buah adalah


3x4=12
3. Perkalian melalui pengukuran
Perkalian melalui pengukuran ada beberapa, yaitu dengan garis bilangan, timbangan
bilangan, batang kuesioner dan luas
a. Perkalian dengan garis bilangan
Misalnya: andi menyambung 3 tongkat, masing-masing tongkat panjangnya 2 meter
berapa meter panjang tongkat yang telah disambung andi?

b. Perkalian dengan timbangan bilangan


c. Perkalian dengan batang kuesioner
d. Perkalian dengan luas

11
4. Perkalian melalui jajaran
Jajaran ( arrange ) adalah susunan bendaa-benda dalam bentuk persegi panjang. Berikut
ini contoh beberapa buah jajaran.

Jajaran mendatar disebut baris sedangkan jajaran tegak disebut lajur atau kolom.

5. Perkalian melalui pendek cartesius


Pada matematika yang dimaksud dengan produk ( perkalian) cartesius ialah perkalian
silang dari 2 himpunan, perhatikan contoh berikut:
Tono punya 2 buah celana dari 3 buah baju. Bila dipasangkan, berapa buah pasangan
yang berbeda yang dimiliki tono?

12
Pada gambar Nampak 2 buah celana dan 3 buah baju, diperoleh 6 pasangan pakaian
berbeda, jadi tono memiliki 6 pasangan atau 2x3=6

6. Perkalian dengan alat peraga nilai tempat


7. Pekalian melalui mesin fungsi
8. Perkalian sebagai penjumlahan berulang
5x2=2+2+2+2+2= 10
9. Perkalian dengan cara mendatar, bersusun panjang dan bersusun pendek.
a. Cara mendatar:
4x376= 4 (300+70+6)
=(4x300)+(4x70)+(4x6)
= 1200+280+24
= 1480+24
= 1.504

b. Cara bersusun panjang


376
4 x
24
280
1200 +
1.504
c. cara besusun pendek

13
32
376
4 x
1.504
10. sifat-sifat perkalian
a. tertutup
b. pertukaran
c. pengelompokan
d. distributif
e. sifat bilangan satu dan nol
11. perkalian dengan bilangan kelipatan 10

E. PEMBAGIAN
1. Fakta dasar pembagian
Pada fakta dasar pembagian bilangan harus dibagi adalah dari 0 sampai 8. Dimana
pembaginya ialah bilangan bulat dari 1 sampai dengan 9 dan hasil baginya ialah
bilangan bulat dari 0 sampai dengan 9.
Contoh: 81: 9, 9: 1, 12: 4, dan 6:6 adalah fakta dasar. Sedangkan 100:5 dan 104 : 2
bukan fakta dasar sebab 100 dan 104 masing-masing lebih besar dari 81

2. Pembagian melalui himpunan


Contoh: ada 8 biji kue yang harus dibagi rata kepada 4 orang anak. Berapa biji kue
untuk tiap anak?

14
3. Pembagian melalui pengukuran
a. Dengan garis bilangan
Contoh: mulai dari tiitk 0 melangkah mundur dua kotak dua kotak atau dua satuan
sehingga sampai dititik 0.

Untuk sampai ke titik 0 diperlukan 5 langkah, atau 10 ruang garis yang sama
panjang itu menggantung 5 buah ruang garis yang masing-masing panjangnya 2
satuan, jadi 10:2=5. Titik 0 menyatakan bahwa pembagian adalah 0
b. Dengan timbangan bilangan
c. Dengan batang kuesioner
4. Pembagian melalui jajaran
12: 4 Caranya menyusun 12 itu dalam jajaran setiap baris terdiri dari 4 anggota.

5. Pembagian melalui mesin fungsi


6. Pembagian sebagai pengurangan berulang
7. Pembagian sebagai kebalikan perkalian
8. Membagi dengan cara bersusun pendek
9. Sifat-sifat pembagian
a. Sifat tertutup
b. Sifat komunitatif
c. Sifat asosiatif
d. Berapakah bilangan jika dibagi dengan 0

15
10. Pembagian dengan bilangan kelipatan 10
11. Perpangkatan dan penarikan akar pangkat ( 2 dan 3)
Contoh : 32= 3x3 = 9
12. Pola- pola pada operasi bilangan cacah?
Untuk menyelesaikan operasi pada bilangan cacah perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Operasi penjumlahan dan penguragan sama kuat.
b. Operasi perkalian dan pembagian sama kuat
c. Operasi perkalian dan pembagian lebih kuat daripada operasi penjumlahan dan
pengurangan.
d. Apabila dalam suatu soal terdapat tanda kurung, kerjakan operasi yang di dalam
tanda kurung terlebih dahulu.

16
2.2 BILANGAN BULAT
2.3 Bilangan Bulat dan Lambangnya serta Pembelajarannya di SD
A. MENGENAL BILANGAN BULAT
Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa pembahasan bilangan bulat beserta
pembelajarannya adalah lanjutan yang terkait secara langsung dengan pembahasan
bilangan asli dan bilangan cacah beserta pembelajarannya.pada pembelajarannya di
SD, bahwa pembelajaran bilangan bulat diberikan setelah pembelajaran bilangan
cacah, bilangan asli, dan bilangan pecahan positif.
Bagi kita sebagai seorang guru di SD yang akan mengajarkan mata pelajaran
matematika di SD tentunya sudah mengenal dengan apa yang disebut bilangan
bulat. Kita sudah tahu bahwa bilangan bulat adalah penggabungan dari bilangan-
bilangan cacah yaitu 0, 1, 2, 3,, dan seterusnya. dengan bilangan-bilangan asli yang
negatif, yaitu -1, -2, 3, 4, dan seterusnya. Jadi, bilangan-bilangan bulat yaitu,-4, -3,
-2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, terdiri dari bilangan-bilangan bulat positif (bilangan-bilangan
asli) yaitu 1, 2, 3, 4, bilangan-bilangan bulat negatif yaitu..., 4, -3, -2, -1 dan
bilangan nol (0), yaitu bilangan yang tidak positif dan tidak pula negatif (netral).
Sedangkan bilangan-bilangan cacah adalah penggabungan bilangan-bilangan asli
dengan nol (0). Hubungan antara bilangan-bilangan asli, cacah, nol, dan bulat
secara singkat dapat disajikan sebagai berikut (Gambar 3.1).

Perlu pula dijelaskan, bahwa keberadaan bilangan bulat adalah suatu kebutuhan
sekaligus sebagai perluasan dari keberadaan bilangan cacah. Dengan memiliki
pengetahuan bilangan cacah saja, kita belum mampu menjawab masalah yang terdapat
pada matematika maupun dalam keseharian, misalnya "Berapakan 4 - 7?", "Hitunglah x
dari persamaan x - 9 = 3", "Dua ratus meter di bawah permukaan tanah". Untuk
menjawab permasalahan tersebut maka para ahli menciptakan bilangan baru, yaitu
bilangan bulat negatif.
antara bilangan asli, bilangan cacah, dan bilangan bilangan bulat ditunjukkan oleh
Gambar 3.1 dapat pula disajikan dalam bentuk diagram berikut (Gambar 3.2)

17
Kegiatan kita berikutnya adalah melanjutkan kegiatan di atas dengan cara
menyajikan bilangan bala pada sebuah garis bilangan (Gambar 3.3). Titik nol adalah
titik ya mewakili bilangan nol. Titik- titik yang ada di sebelah kiri titik nol mewak
bilangan bulat negatif dan titik-titik di sebelah kanan bilangan nol mewak bilangan bulat
positif. Setelah kita menggambar garis bilangan seperti Gambar 3.3 pada papan tulis
atau pada lembaran kertas karton y ditempelkan di muka kelas, kita ajukan beberapa
buah pertanyaan, misalny:

1. Bilangan berapakah yang sesuai dengan titik P?

2. Bilangan berapakah yang sesuai dengan titik Q?

3. Bilangan berapakah yang sesuai dengan titik R? Jika kita berada di titik 2, kemudian
kita bergerak ke kanan seja

4 satuan, di titik berapakah sekarang kita berada?

5. Jika seekor katak berada di titik 2, kemudian meloncat 8 satuan ke kis di titik
berapakah katak tersebut sekarang berada?

Selanjutnya guru menjelaskan, bahwa dari garis bilangan asli yang merupakan
representasi bilangan asli berkembang ke garis bilangan cacah merupakan representasi
dari bilangan cacah. Kemudian dari garis bilangan cacah dapat berkembang lagi dengan
cara memperpanjang ke sebelah kiri sehingga diperoleh
garis bilangan bulat sebagai representasi dari bilangan bulat. Mewakili bilangan-
bilangan asli, bilangan-bilangan cacah dan bilangan-bilangan bulat pada garis bilangan
masing-masing adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 3.4.

18
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kita telah mendapatkan garis bilangan bulat
sebagai representasi dari bilangan-bilangan bulat. Kumpulan bilangan-bilangan bulat
yang jumlahnya sangat banyak yaitu tak berhingga dapat dibagi ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu:
1. Kumpulan bilangan-bilangan bulat positif (bilangan asli): 1, 2, 3, 4, 5, ...dan
seterusnya.
2. Kumpulan bilangan-bilangan bulat negatif : -1, -2, -3, -4, -5 ... danseterusnya.
3. Bilangan nol atau 0, yaitu bilangan bulat yang tidak positif dan tidakpula negatif

B. MENGURURTKAN DAN MEMBANDINGKAN BILANGAN BULAT


Setelah para siswa memahami konsep bilangan bulat maka dalam kesempatan
sekarang ini kita akan mempelajari konsep hubungan antar bilangan bulat. Seperti telah
diketahui dari pembelajaran sebelumnya bahwa hubungan itu dapat berupa
ketidaksamaan, yaitu "kurang dari" atau "lebih kecil dari" dan "lebih dari" atau "lebih
besar dari".
Bilangan bulat a lebih kecil dari bilangan bulat b jika ada bilangan bulatc sehingga
a+c= b atau a = b - c. Lambang untuk "lebih kecil dari" adalah"6<9", sedangkan
lambang untuk "lebih besar dari" adalah ">" Notasi > dan < ini pada dasarnya telah kita
pahami dari beberapa pembelajaran sebelumnya. Namun, bagi kita yang menjadi tujuan
utamanya adalah bagaimana pembelajaran konsep-konsep tersebut untuk anak-anak usia
SD.

Sejalan dengan beberapa teori belajar yang mengajar matematika yang telah kita
kaji dari materi-materi sebelumnya (Modul 1), dan disesuaikan pula dengan tuntutan
kurikulum matematika SD maka salah satu alternatif pembelajarannya adalah seperti
berikut ini. Misalkan dengan melalui ekspositori atau tanya jawab kita
akanmembimbing para siswa kepemahaman hubungan ketidaksamaan "lebih kecildari"
(<). Langkah pertama kita siapkan gambar atau bagan pada papan tulisatau pada kertas
karton seperti berikut.

19
Selanjutnya buatlah tanya jawab atau diskusi dengan para siswa untuk melengkapi
bagan tersebut.Dengan cara pembelajaran yang sama, kita dapat memandu parasiswa
untuk memahami konsep "lebih besar dari" (> 5). Alternatif langkahlangkahnya dapat
dilakukan seperti di atas. Namun, sebelumnya perlu diarahkan bahwa bilangan bulat a
lebih besar dari bilangan bulat b (a> b) jikaada bilangan bulat c sehingga a=b+c atau a-
c-b.
Sebetulnya pengertian "lebih besar dari" dapat saja diturunkan melalui tanya jawab
secara sederhana dari pengertian "lebih kecil dari", yaitu a > b jika b <a, sebab jika titik
yang mewakili bilangan a pada garis bilangan ada di sebelah kanan titik yang mewakili
bilangan b maka titik b ada di sebelah kiri titik a.Selanjutnya untuk lebih memperkuat
pemahaman siswa terhadap konsep hubungan ketidaksamaan ini yaitu untuk lebih besar
dari " dan "lebih kecil dari", kita berikan beberapa variasi soal latihan di kelas atau
untuk di rumah, misalnya para siswa diminta untuk melengkapi bagan seperti

C. BILANGAN YANG TERLETAK DIANTARA DUA BILANGAN BULAT.


Perlu pula diketahui bahwa di antara dua bilangan bulat yang berurutan terletak
sangat banyak sekalt bilangan lain. Bilangan-bilangan lain ini tentu saja bukan
merupakan bilangan bulat, misalnya di antara bilangan 2 dan 3terletak bilangan-
1 3 5
bilangan, misalnya 2 , 2 , 2 , dan sebagainya.
3 4 9
Demikian pula di antara dua bilangan bulat yang berurutan lainnya selalu terdapat
tak hingga banyaknya bilangan lain yang bukan bilangan bulat. Coba Anda diskusikan
berapa banyaknya titik yang terletak di antara bilangan 0 dan 1. Bagaimana
hubungannya dengan banyaknya bilangan di antara 0 dan 1 tersebut?
Selanjutnya kita perlu memberikan penjelasan tentang arti kedudukandari suatu
bilangan bulat negatif, karena ada pula bilangan negatif yang tidak bulat yaitu yang
1 3
terletak di antara bilangan- bilangan bulatnya seperti - dan -3 serta bilangan-
3 4
1 3
bilangan negatif lainnya. Bilangan - antara nol (0) dan negatif satu (-1), sedangkan -3
3 4
akan berada di antara terletak dinegatif tiga (-3) dengan negatif empat (-4), dan lain-
lain. Bilangan-bilanganseperti ini dikenal sebagai bilangan pecahan negatif yang akan
kita pelajaridalam kesempatan lain.

20
21
D. LAWAN SUATU BILANGAN BULAT.
Perlu kita perhatikan, bahwa sebenarnya ada perbedaan antara tanda bilangan
negatif dengan tanda pengerjaan (operasi hitung) kurang. Ada perbedaan antara (-) pada
-5 (negatif lima) dengan tanda (-) pada -5 (kurang lima). Bilangan bulat negatif
sembilan semestinya ditulis 9 bukan -9. Mengingat faktor kesulitan dalam pencetakan
(pengetikan) maka penulisan 3 dan -5 kedua-duanya ditulis sama, yaitu -5. Namun
demikian tetap kita harus menanamkan perbedaan konsep antara tanda (-) sebagai tanda
bilangan negatif dengan tanda operasi hitung kurang.
Sebagaimana tadi bahwa negatif lima (-5) hendaknya dibedakan dengan tanda (-)
pada pengerjaan hitung 9-5 (sembilan kurang lima). Tanda (-) pada pengertian yang
pertama, yaitu -5 menunjukkan bilangan bulat negatif bahwa kedudukan bilangan -5
pada suatu garis bilangan berada di sebelah kiri titik pangkal nol (0), dan disebut dengan
bilangan negatif lima. Sedangkan tanda (-) pada bentuk 9-5 menunjukkan pengertian
operasi kurang (operasi minus/ min) bilangan 9 dengan bilangan 5.

1. 9-5 dibaca: "semilan kurang lima, atau sembilan minus lima, atau sembilan min lima"

2.-9-5 dibaca: "negatif sembilan kurang lima"

3. 9-(-5) dibaca : "semilan kurang negatif lima"

4.-9 -(-5) dibaca : "negatif sembilan kurang negatif lima", bukan dibacakan"min
sembilan kurang min lima", dan bukan dibaca "min sembilan min min lima".

Khusus mengenai bahasan yang terakhir ini dapat disajikan secara ekspositori. Guru
menjelaskan dengan cara memberikan beberapa contoh yang disertai dengan
pertanyaan-pertanyaan sehingga mengacu kepada kesimpulan tentang lawan dari suatu
bilangan bulat. Misalnya kita menunjukkan pada garis bilangan dan menjelaskan bahwa
letak titik -3 berjarak tiga satuan di sebelah kiri titikpangkal nol. (0) dan letak 3 berjarak
3 satuan di sebelah kanan titik pangkal nol (0). Dikatakan bahwa -3 adalah lawan dari 3
dan sebaliknya 3 adalah lawan -3 (Gambar 3.7). Demikian pula -7 adalah lawan dari 7,
dan 7 adalah lawan dari -7, dan sebagainya.

Selanjutnya untuk pemahaman lebih jauh lagi, guru dapat memberikan beberapa
soal baik secara lisan atau tulisan yang diharapkan dijawab oleh para siswanya,
Misalnya:
1. Lawan dari 2 adalah -2, sebab letak titik 2 berlawanan dengan titik -2terhadap
titik pangkal 0.

22
2. Lawan dari 19 adalah
3. Lawan dari -65 adalah ...
4. Lawan dari -107 adalah
5. ...... adalah lawan dari 43
6. ...... adalah lawan dari -537, dan sebagainya.

,
E. PENERAPAN BILANGAN NEGATIF DALAM MASALAHSEHARI-HARI
Sebenarnya, sebelum kita mengajarkan konsep bilangan negatif kepada para siswa
SD, mereka secara tidak sadar telah mengenal konsep tersebut dalam kehidupan sehari-
harinya. Berikanlah contoh-contoh pernyataan yang mengungkapkan konsep bilangan
negatif yang telah dikenal oleh para yaitu contoh pernyataan dalam keseharian.
Misalnya:
1. Ani maju 3 langkah, sedangkan Adi mundur 2 langkah siswa,
2.Kemudi kapal berada 2 meter di atas permukaan air dan baling-baling kapal berada 1
meter di bawah permukaan air.
3. Ahmad punya uang 4000 rupiah dan Tita punya utang 3.000 rupiah
Pernyataan-pernyataan di atas dapat kita gunakan untuk mengenal konsep bilangan
bulat positif dan konsep bilangan bulat negatif kepada para siswa di SD. Sedangkan cara
penyajiannya dapat berupa dialog, diskusi dan tanya jawab baik dengan menggunakan
alat peraga (benda konkret) ataupun tidak (cara abstrak). Misalnya cara penyajiannya
dengan melakukan kegiatan di dalam kelas. Berilah tanda dengan kapur pada lantai
tegel atau buatlah gambar pada kertas karton manila atau kertas lain yang bisa
ditempelkan di muka kelas sehingga terlihat dengan jelas oleh setiap anak yang ada di
dalam kelas (Gambar 3. 8). Misalnya Ani dan Adi berada pada tegel A, yaitu dengan
angka 0, kemudian Ani maju sebanyak 3 langkah dan persis berada pada tegel B,
sedangkan Adi mundur 2 langkah dan persis berada pada tegel C Kalimat "Ani maju
sebanyak 3 langkah" kita ganti dengan "Ani maju sebanyak positif tiga (3) langkah".
Kalimat "Adi mundur sebanyak 2 langkah diganti dengan kalimat "Adi mundur
sebanyak negatif dua (2) langkah Jadi, Ani maju sebanyak 3 (positif 3) langkah, dan Adi
mundur sebanyak 2 (negatif 2) langkah.

23
Kemudian guru menulis kedua kalimat terakhir di atas pada papan tulis, dan seluruh
siswa dalam kelas diminta untuk membaca (mengucapkan) kedua kalimat tersebut.
Selanjutnya guru menjelaskan cara menulis lambang bilangan positif dan lambang
bilangan negatif dengan menuliskan di papan tulis dalam bentuk seperti berikut. Ani
maju sebanyak +3 atau 3 (positif tiga) langkah, dan Adi mundur sebanyak -2 (negatif
dua) langkah. Lambang + untuk bilangan positif tidak perlu ditulis, jadi untuk +3 cukup
ditulis 3 saja.

2.4 Operasi Pada Bilangan Bulat dan Sifat-Sifat Serta Pembelajarannya di SD


A. Operasi penjumlahan,pengurangan, perkalian dn pembagian.
1. OPERASI PENJUMLAHAN.
Dalam penjumlahan bilangan bulat seperti halnya penjumlahan pada
bilangan asli dan bilangan cacah, yaitu kita menggunakan tanda tambah atau plus
dengan notasi (+) dan tanda kurang atau selisih atau minus dengan (-). Untuk
memudahkan pemahaman anak didik dalam melakukan penjumlahan bilangan
bulat, sebaiknya sebagai apersepsinya kita ulangi lagi sepintas mengenai
penjumlahan dan pengurangan (yang selisihnya positif). Misalnya kita akan
menjelaskan pengerjaan:
a. 5+2= (Gambar 3.9)

Atau

Langkah berikutnya, kita mendiskusikan dengan para siswa penjumlahan


bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif, dan bilangan bulat negatif
dengan bilangan bulat negatif. Misalnya kita mengambil beberapa contoh berikut
ini.

24
b. 5+(-7)-1
Perhatikan di sini, pertama-tama dari titik 0 kita bergeser ke kanan sebanyak 5
satuan dilanjutkan dengan bergeser ke kiri sebanyak 7 satuan dan hasilnya menunjukkan
2. Kenapa kita bergeser ke kanan 5 satuan dan bergeser ke kirisatuan? Ingat +5 adalah
bilangan positif dan -7 adalah bilangan negatif (Gambar 3.11).

2). 2 +5 =

Dari titik 0 bergeser ke kiri sebanyak 2 satuan dilanjutkan dengan bergeser ke


kanan sebanyak 5 satuan dan hasilnya menunjukkan positif 3 (Gambar 3.16)
Setelah diberikan beberapa contoh sebagai topik diskusi seperti di atas tadi,
selanjutnya kita berikan beberapa soal sebagai bahan latihan di kelas atau di rumah,
misalnya beberapa variasi soal seperti berikut ini diminta untuk dibuatkan/digambarkan
pada garis bilangan: 4+3, -3 + (-3) = 0, 5+(-3)=1, 3+(-6)=, -4+7=0, dan -8 +2=0.

25
2. OPERASI PENGURANGAN.
Dalam kesempatan sekarang ini kita akan mendiskusikan berbagai pengurangan
bilangan bulat yang menyangkut bilangan bulat negatif. Misalnya contoh berikut ini.
a) . 4 – 7 = n

Dari titik 0 bergeser ke kanan 4 satuan, dilanjutkan dengan bergeser ke kiri


sebanyak 7 satuan dan hasilnya menunjukkan titik -3 (Gambar 3.19). Atau dapat pula
diperagakan seperti berikut ini.

Mengurangi 4 dengan 7 sama artinya dengan menambah 4 oleh lawan dari 7 yaitu -
7 (Gambar 3.20). Jadi, 4-7-4+ (-7)=-3 sehingga n=-3. Ini berarti pada garis bilangan
mulai dari 0 bergeser ke kanan sejauh 4 satuan (sebab positif), dilanjutkan bergeser ke
kiri sejauh 7 satuan (sebab negatif).

3. OPERASI PERKALIAN.
Pembelajaran perkalian bilangan bulat dapat dilakukan secara bertahap:
a) Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif (p xp)
Mengingat bilangan-bilangan positif adalah bilangan bulat dan bilangan bulat
adalah bilangan bulat maka pembahasan tentang bilangan bulat adalah pembelajaran
pada kegiatan sebelumnya (Modul 2 Bilangan Cacah).

b) Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif (pxn)

26
Sebagai apersepsi, siswa diajak melihat kembali pengertian perkalian yang telah
dipelajarinya pada (px p), yaitu bahwa perkalian adalah penjumlahan bilangan yang
sama secara berulang Misalnya 5 x 2=2+2+2+2+2= 10. Bertitik tolak dari sinilah kita
akanmenunjukkan ke pada para siswa tentang perkaliandimaksud (p x n), misalnya 4 ×
(-2)
Seperti halnya pada perkalian (px p) bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang
sehingga 4 x (-2)= (-2) + (-2) + (-2) + (-2) = -8. Kegiatan yang sama dapat dilakukan
oleh para siswa untuk bentuk-bentuk seperti 3 x (-7), 5 x (-5), 6x (-3), dan
sebagainya.Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif (p = n) dapat
dijelaskan dengan peragaan garis bilangan, yaitu seperti berikutini. Misalnya pada 4 x (-
2), mulai dari titik 0 bergeser ke kiri (mundur) sebab negatif sebanyak 4 langkah dan
tiap langkahnya adalah 2 satuan (2 kotak) sehingga menunjukkan titik -8. Jadi, 4 x (-
2)=-8. (Gambar 3.28)

c) Perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif (n x p)


Untuk memperjelas pemahaman perkalian (nx p) dengan cara penjumlahan
berulang dan peragaan garis bilangan mengalami banyak kesulitan. Namun demikian
kita bisa menjelaskannya dengan menggunakan pola atau analogi melalui tana jawab
atau diskusi, misalnya diberikan contoh seperti berikut.
Berkurang 1 3 x 3 = 9 berkurang 3
Berkurang 1 2 x 3 = 6 berkurang 3
Berkurang 1 1 x 3 = 3 berkurang 3
Berkurang 1 0 x 3 = 0 tentu hasilnya berkurag 3 juga, dst
-1 x 3 = ..(-3)
-2 x 3 = ..(-6)
-3 x 3 = ..(-9)

27
d) Perkalian bilangan bulat negatif kali bilangan negatif (n x n)
Dalam pembelajaran perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif
(nn) dapat pula dilakukan dengan menggunakan analogi atau pola. Dengan melalui
tanya jawab, siswa diajak untuk melengkapi pola perkalian berikut ini.
3 x (-5) = (-15) (5) x 3 = (-15)
2 x (-5) = (-10) (-5) x 2 = (-10)
1 x (-5) = (-5)
0 x (-5) = (0) (-5) x 1 = (-5)
(-1) x (-5) = (5) (-5) x 0 = (-0)
(-2) x (-5) = (10) (-5) x (-1) = (5)
(-3) x (-5) = (15)
(-5) x (-2) = (10)
(-5) x (-3) = (15)

Jika kita amati, ternyata hasi hasil kali pada perkalian di sebelah kin maupun di
sebelah kanan dari baris-baris yang berdekatan secara berurutan mengalami kenaikan
yang sama secara berurutan sebesar 5. Padahal jika kita bandingkan bilangan-bilangan
yang dikalikan di sebelah kiri dengan d sebelah kanan perbedaannya hanya pada
kedudukan antara pengali dan yang di kali. Hal ini mengarah pada suatu kesimpulan,
bahwa bilangan negatif kali bilangan negatif hasilnya adalah bilangan positif.
Selanjutnya untuk memperkuat pemahaman siswa, berikanlah beberapa soal latihan
untuk didiskusikan dalam kelompok di kelas atau diberikan sebagai tugas di rumah yang
pada akhirnya didiskusikan dengan guru di kelas untuk lebih meyakinkan bahwa n x n =
p.

4. OPERASI PEMBAGIAN
Untuk pembelajaran pembagian pada bilangan bulat dikhususkan pada pembagian
yang memuat bilangan negatif. Pembagian bilangan bulat positif oleh bilangan bulat
positif pembahasannya telah dilakukan pada kegiatan sebelumnya. Khusus dalam
pembagian yang memuat bilangan negatif, pada umumnya sukar diperagakan. Alternatif
pembelajarannya dibantu oleh perkalian dengan sifat pertukarannya. Misalnya kegiatan
tanya jawab dan bimbingan guru seperti berikut ini.
Sebagaimana kita ketahui dalam perkalian dan pembagian bilangan bilangan cacah
bahwa perkalian 4 x 3 = 12 dalam pembagian dapat dinyatakan dalam bentuk 12: 4 = 3
atau 12 : 3 = 4 dan sebaliknya. Bertitik tolak dari pengetahuan prasyarat sebagai
apersepsi ini, kita kembangkan dalam bentuk tanya jawab seperti berikut.

28
Karena 2 x 3 = 6 Maka 6 : 2 = 3 Atau 6:3=2
2 x (-3) = -6 -6 : 2 = -3 -6 : -3 = 2
-2 x 3 = -6 -6 : -2 = 3 -6 : 3 = -2
-2 x -3 = 6 6 : -2 = -3 6 : -3 = -2

Karena . x ∆ = -15 Maka -15 : 3 = ∆ Atau -15 : 5 = .


. x ∆ = -15 -15 : 5 = ∆ -15 : 3 = .
. x ∆ = 15 15 : -3 = ∆ 15 : -5 = .
. x ∆ = 15 15 : -5 = ∆ 15 : -3 = .

Melalui tanya jawab dengan contoh-contoh melakukan pembagiandengan nol, guru


beserta para siswa sampai pada kesimpulannya. Misalkegiatannya seperti berikut.
a. Berapakah 15.0?Misalkan 15:0-n maka nx0=15atau 0 xn-15. Apakah ada harga n
yang apabila dikalikan dengan 0 menghasilkan 15? Ternyata tidak ada harga n yang
jika dikalikan dengan 0 menghasilkan15.
Kegiatan yang sama dapat diulang lagi dengan membagi bilangan bilangan lainnya
oleh nol, misalnya -30 0, 240, -27 0, dan sebagainya.

B. SIFAT – SIFAT OPERASI HITUNG


1. SIFAT SIFAT OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN
a) Sifat tertutup.
Sifat tertutup untuk operasi penjumlahan maupun pengurangan dapat ditemukan oleh
para siswa dengan bimbingan guru. Misalnya kita ambil beberapa pasang bilangan
bulat, kemudian kita jumlahkan, dan tanyakan hasilnya, apakah setiap dua bilangan
bulat jumlahnya merupakan bilangan bulat juga? Ambil 6 dan -2 adalah dua buah
bilangan bulat, kemudian 6+(-2)-4 dengan 4 bilangan bulat juga. -9 bilangan bulat, -6
bilangan bulat dan -9 + (-6)-15 adalah bilangan bulat juga dan seterusnya. Apakah
ada dua bilangan bulat yang dijumlahkan hasilnya bukan bilangan bular? Ternyata
tidak ada. Dengan bimbingan dan pengarahan dari guru, para siswa dapat
menyimpulkan bahwa jumlah dua bilangan bulat adalah bilangan bulat juga.
Keberlakuan aturan semacam ini dalam matematika dinamakan aturan tertutup atau
sifat tertutup.

29
b) Sifat pertukaran
Akan diperlihatkan bahwa dengan operasi penjumlahan untuk setiap bilangan bulat a
dan b berlaku a+b=b+a. Misalnya beberapa orang siswa diminta untuk memilih dua
buah bilangan bulat, kemudian dijumlahkan, disebutkan hasilnya, kemudian diminta
untuk ditukarkan pasangannya. disebutkan lagi hasilnya. Setelah itu para siswa
lainnya diminta mencocokkan kedua hasilnya. Apakah hasilnya sama atau tidak?
Kemudian siswa lainnya disuruh lagi ke depan, dan diminta untuk mengerjakan
seperti yang telah dilakukan oleh temannya tadi. Misalnya seperti berikut ini.

8 + 2 = 10 dan 2 + 8 = 10

3 + (-9) = -6 dan -9 + 3 = -6

-2 + 7 5 dan 7 + (-2)= 5

-5 + (-4) = -9 dan -4 + (-5) = -9, dsb

Dikarenakan penjumlahan dua bilangan bulat dapat dipertukarkan maka penjumlahan


pada bilangan bulat memenuhi sifat pertukaran (sifat komutatif).
Selanjutnya untuk lebih meyakinkan atau untuk memperkuat ingatan pemahaman
para siswa tentang berlakunya sifat pertukaran pada operasi penjumlahan bilangan
bulat, kita lakukan peragaan dengan menggunakan garis bilangan.

c) Sifat pengelompokkan
Kita akan memperlihatkan bahwa dengan operasi penjumlahan untuk setiap a,b, dan
c bilangan-bilangan bulat berlaku (a+b)+c = a + (b+c). Alternatif pembelajaran dapat
ditempuh seperti pada kegiatan (1) dan (2).misalnya pada salah satu kelompok atau
salah seorang siswa diminta untuk meminta kebenaran, apakah (9+(-5)) + (-2)= 9 +
((-5)+ (-2))?

Ruas kiri : (9 + (-5))+(-2) ruas kanan: 9 + ((-5))+ (-2))

= 4 + (-2) = 9 + (-7)
=2 =2

30
Jadi, : (9 + (-5)) + (-2) = 9 + ((-5)+(-2))

d) Sifat bilangan nol


Untuk menjelaskan konsep dari sifat bilangan 0, dapat dilakukan dengan
menjumlahkan sembarang bilangan dengan 0. Misalnya 5 +0=₁ -2 +0=₁ 0 + 0 = .
Apa yang dapat kita simpulkan? Ternyata bahwa setiap bilangan bulat ditambah
dengan no] sama dengan dirinya sendiri. Hal ini dapat pula diperlihatkan dengan
garis bilangan. Melalui pengertian tersebut kita telah menjelaskan sifat bilangan nol
dalam operasi penjumlahan. Nol merupakan unsur satuan (identitas) dalam bilangan
bulat untuk operasi penjumlahan.

2. SIFAT-SIFAT PERKALIAN
a) Sifat tertutup.
Pembelajaran pemahaman sifat ini seperti halnya dalam operasi penjumlahan di
atas. Salah seorang siswa diminta untuk memilih sembarang dua bilangan bulat,
kemudian mengalikannya, dan menyebutkan hasil kalinya. Apakah setiap hasil kali
dari dua bilangan bulat merupakan bilangan bulat juga? Kemudian dicoba lagi kepada
beberapa siswa lainnya. Misalnya 4 dan - 2 adalah bilangan bulat dan 4 × (-2) = -8
dengan (-8) adalah bilangan bulat juga. Demikian pula (-3) × (-5) = 15 dengan (-3), (-
5) dan 15 adalah bilangan-bilangan bulat.

b) Sifat pertukaran
Kita sudah mengetahui bahwa untuk setiap 2 bilangan bulat hasil kalinya juga
merupakan bilangan bulat. Kemudian berdasarkan pada pengetahuan sebelumnya,
yaitu tentang perkalian bilangan-bilangan bulat kita ajukan beberapa pertanyaan dan
memberikan contoh-contohnya, misalnya:

2 × 3 = 3x2 sebab 2 × 3 = dan 3 x 2 =


3 × (-4)=-4 × 3 sebab 3× (-4) = dan (-4) × 3 =
(-2) × 5 = 5 × (-2) sebab (2) × 5 = dan 5 × (-2) =
(-5) × (-3) = (-3) × (-5) sebab (-5) × (-3)= dan (-3) × (-5) =

31
c) Sifat pengelompokkan
Kita sudah mengetahui berlakunya sifat pengelompokan pada operasi
penjumlahan, dan sekarang kita akan memeriksanya pada operasi perkalian. Melalui
diskusi dan bimbingan dari guru para siswa dibentuk dalam beberapa kelompok,
kemudian diminta untuk mencari hasil perkalian dari ruas kiri dan ruas kanan serta
membandingkannya. Misalnya:
1) Periksalah apakah hasil perkalian di sebelah kiri (ruas kiri) sama dengan di sebelah
kanan (ruas kanan)?
3x ((-2) × 4)=(3 × (-2)) × 4
Ruas kiri: 3 x ((-2) × 4) = 3 × (-8)= -24
Ruas kanan (3 × (- 2)) × 4 = -6 × 4 = -24
Ternyata ruas kiri = ruas kanan = -24. Jadi, 3× ((-2) × 4) =(3 × (-2) x 4.

Periksa lagi hasil-hasil perkalian di ruas kiri dengan di ruas kanan untuk variasi-variasi
berikut

Apakah 5 × (2x-3) = (5 × 2) × (-3)?

Apakah (-7) × (-2 × 3) = ((-7) × (-2)) × 32, dan seterusnya.

d) Sifat penyebaran
Pada pembelajaran pemahaman sifat penyebaran perkalian terhadap
penjumlahan dapat dilakukan seperti halnya pembelajaran pada sifat pengelompokan
di atas. Misalnya:
1)Apakah: 3x ((-2) + 4)-(3 × (-2)) +(3×4)?
Ruas kiri: 3x ((-2)+4)=3×2=6
Ruas kanan: (3x (-2))+(3×4)=6+12=6
Ruas kiri ruas kanan = -2 Jadi, 3 x ((-2) + 4)-(3× (-2))+(3× 4).

e) Sifat bilangan satu dan nol

32
Melalu tanya jawab dengan bebekal pengetahuan sebelumnya , para siswa diajak
untuk menjawab beberapa pertanyaan dari guru, kemudian dengan bimbingan dan
arahan dari guru ditentukan kesimpulannya.
Misalnya:
2 x 1= (2) 9 x 0 = (0)
-3 x 1 = (3) -7 x 0 = (0)
10 x 1 = (10) 1 x 10 = (0)
-9 x 1 = (-9) 0 x 0 = (0)
Dan sebagainya.

C. PEMBULATAN BILANGAN BULAT DALAM SATUAN, PULUHANATAU RATUSAN


TERDEKAT.
Adapun beberapa aturan yang bisa digunakan dalam pembulatan bilangan adalah
sebagai berikut:
Aturan 1. Jika angka terkini yang harus dihilangkan adalah 4 atau kurangdari 4 maka angka
terkanan dari yang menyajikannya tidakberubah
Melalui pemberian contoh, dalam pembelajaran dengan diskusi, guru bersama-
sama siswa dapat mencoba mengerjakan beberapa soal sampai pada kesimpulan
berlakunya aturan tersebut.
Contoh 1:
Bilangan 1437 dibulatkan hingga ratusan terdekat menjadi 1400. Angka yang
harus dihilangkan ialah mulai dari 3 ke kanan dan ini merupakan angka terkiri
Angka terkanan yang mendahului 3, ialah angka 4, haruslah tetap
Mengapa angka yang harus dihilangkan mulai dari angka 3? Jelas bahwa bilangan
1437 akan dibulatkan hingga ratusan terdekat dan angka 3 sebelah angka ratusan
lebih kecil dari 4

Aturan 2. Jika angka terkiri dari yang harus dihilangkan lebih dari 5 atan 5 diikuti oleh
angka bukan nol maka angka terkanan dari yangcepatnya bertambah dengan satu.
Contoh 2:
Bilangan 653 dibulatkan hingga ratusan terdekat menjadi 700 (Angkayang harus
dihilangkan adalah 53 dengan angka terkini 5 yang diikuti angka 3 bukan angka 0)
Bilangan 694 dibulatkan hinggaratusan terdekat menjadi 700, sebabangka yang
harus dihilangkan 94 dengan angka terkini adalah 9 yang jelas lebih besar dari 5.

Aturan 3. Jika angka terkiri dari yang harus dihilangkan hanya angka 5 atauangka 5 yang
diikuti oleh angka-angka nol belaka maka angkaterkanan yang menyajikannya
tetap jika ia genap, dan tambah satujika ia ganjil.

33
Contoh 3: 1. Bilangan 685 dibulatkan hingga puluhan terdekat menjadi 680.
2. Bilangan 675 dibulatkan hingga puluhan terdekat menjadi 680.

3. Bilangan 2750 dibulatkan hingga ratusan terdekat menjadi 2800.

4 Bilangan 2650 dibulatkan hingga ratusan terdekat menjadi 2600.

D. ANALISIS KESALAHAN KONSEP PEMBELAJARAN OPERASIHITUNG BILANGAN


BULAT
Perlu kita perhatikan, bahwa sebenarnya ada perbedaan antara tanda bilangan negatif
dengan tanda pengerjaan (operasi hitung) kurang. Ada perbedaan antara (-) pada 5 (negatif
5) dengan tanda (-) pada -5 (kurang ma) Bilangan bulat negatif sembilan semestinya ditulis 9
bukan -9 Mengingat faktor kesulitan pada percetakan (pengetikan) maka penulisan 5 dan-5
kedua-duanya ditulis sama, yaitu -5.
Sebagaimana tadi bahwa negatif lima (-5) hendaknya dibedakan dengan tanda (-)
pada pengerjaan hitung 9-5 (sembilan kurang lima). Tanda (-) pada pengertian yang
pertama, yaitu -5 menunjukkan bilangan bulat negatif bahwa kedudukan bilangan -5 pada
suatu garis bilangan berada d sebelah kiri titik pangkal nol (0), dan disebut dengan bilangan
negatif lima. Sedangkan tanda (-) pada bentuk 9-5 menunjukkan pengertian operasi kurang
(operasi minus/min) bilangan 9 dengan bilangan 5.
1. 9-5 dibaca: "sembilan kurang lima, atau sembilan min lima".
2. -9-5 dibaca: "negatif sembilan kurang lima" bukan min sembilan kurang lima".
3. 9-(-5) dibaca: "semilan kurang negatif lima" bukan "sembelan kurang lima".min lima"
4.-9-(-5) dibaca: "negatif sembilan kurang negatif lima", bukan dibaca "min sembilan min
lima", dan bukan pula dibaca "min sembilan min min lima".

Masih berdasarkan pengertian tersebut di atas yang sebenarnya dari awal tadi pun
telah kita bicarakan bahwa penulisan lambang bilangan yang diberikan tanda (+) atau tidak
keduanya menunjukkan pada bilangan yang sama, yaitu sebagai bilangan positif Untuk
menyatakan bilangan positif lima (+5) umumnya cukup dibaca (diucapkan) lima (5), begitu
pula positif sembilan (+9) cukup dibaca sembilan (9) Tanda (+) akan dipakai untuk
menyatakan operasi (pengerjaan) hitung penjumlahan atau penambahan dari dua bilangan,
misalnya 5 + 9 (lima ditambah sembilan) atau 9+ (-5) (sembilan ditambah negatif lima).

34
A. Perpangkatan Atau Penarikan Akar Bilangan Bulat Dan Penggunaannya.
A. Perpangkatan dan Penarikan Akar pada Bilangan Bulat
1. Perpangkatan

Sebelum melakukan pembelajaran perpangkatan pada bilangan bulat, terlebih


dahulu kita mengingatkan konsep operasi penjumlahan dan perkalian baik pada bilangan
cacah maupun bilangan bulat. Tentunya kita jelaskan terlebih dahulu bahwa perkalian
merupakan penjumlahan yang berulang. Misalnya “Pak Ahmad mempunyai dua dos
kapur tulis yang masing – masing berisi 5 batang. Berapa batang kapur tulis yang dimiliki
oleh Pak Ahmad?” Dari sini jelas bahwa banyaknya kapur tulis yang dimiliki Pak Ahmad
yaitu 2 x 5 = 5 + 5 = 10 batang.

Sekarang kita perhatikan perkalian yang berulang, atau perkalian berganda, misalnya:

2x2x2x2x2

Perkalian berulang, artinya perkalian yang dilakukan secara berulang – ulang dengan
faktor – faktor yang sama. Dalam contoh ini terdapat 5 faktor yang sama, yaitu bilangan
2. Perkalian berulang tersebut dapat pula disajikan dalam bentuk bilangan berpangkat
(perpangkatan), yaitu:

2 x 2 x 2 x 2 x 2 = 25

25 dibaca “dua dipangkatkan lima” atau disingkat “dua pangkat lima”.

2 disebut bilangan pokok atau bilangan yang dipangkatkan, dan 5 disebut pangkat atau
eksponen.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa jika suatu perkalian berulang mempunyai b
faktornya sama yaitu a maka bentuk perkaliannya dapat ditulis sebagai berikut.

a x a x a x … x a = ab

Dapat kita simpulkan untuk perpangkatannya yaitu;

ab adalah perkalian berulang yang mempunyai b faktor dan tiap – tiap faktornya sama
dengan a.

Bentuk perpangkatan ini banyak digunakan untuk menyingkat cara menulis bilangan -
bilangan yang besar, misalnya;

1000 = seribu = 103

1000.000 = satu juta = 106

1.000.000.000 = satu milyar = 109

35
1000.000.000.000 = satu triliyun = 1012, dan seterusnya.

2. Sifat – sifat Perpangkatan


a. Sifat perkalian bilangan berpangkat

Aturan umum untuk perkaian perpangkatan dengan bilangan pokok yang sama
dapat diturunkan dengan cara menuliskan perkaliannya secara lengkap.

a2 x a3 = (a x a) x (a x a x a)
=a x a x a x a x a
= a5

am x an = a x a x a x … x a x a x a x a x … x a
=axaxax…xa
m+n faktor

= am+n

Bentuk am x an = am+n adalah salah satu sifat dari perpangkatan, dan


sebenarnya kita telah membuktikan kebenaran ini dengan bilangan pokok yang
sama diperoleh dengan menjumlahkan eksponen – eksponennya. Jika a, m, dan n
tiga buah bilangan bulat positif maka berlaku:

am x an = am+n

b. Sifat pembagian bilangan berpangkat

Sekarang kita tinjau pembagian dengan bilangan pokok yang sama, misalnya:

35 : 33 = (3 x 3 x 3 x 3 x 3) : (3 x 3 x 3)

= (3 x 3)(3 x 3 x 3) : (3 x 3 x 3)
= (3 x 3) x 1
= 32

Dengan menggunakan garis bagi dan proses “penghapusan” tentu saja kita dapat
mendiskusikannya, bahwa:

35 = 3 x 3 x 3 x 3 x 3 = 3 x 3 x 3 = 33
32 = 3x3

Demikian pula,

a7 : a4 = a3

b12 : b7 = b5, dan sebagainya.

36
Secara umum, pembagian dua bilangan berpangkat dengan bilangan
pokok yang sama diperoleh dengan cara mengurangkan eksponen pembagi dari
eksponen bilangan yang dibagi, yaitu:

am : an = am+n

c. Sifat distributif perpangkatan terhadap perkalian


(a x b)c = (a x b) x (a x b) x (a x b) x … x (a x b)
= (a x a x a x … x a)(b x b x b x … x b)
= ac x bc
d. Sifat distributive perpangkatan terhadap pembagian
(a : b)c = ac : bc

Seperti hal nya sifat distributif perpangkatan terhadap perkalian, sifat yang
keempat ini dapat dibuktikan dengan bantuan definisi perpangkatan yaitu:

(a : b)c = (a:b) x (a:b) x (a:b)x …x(a:b)

= (a x a x a x … x a) : (b x b x b x … x b)

Jadi, (a : b) c = ac : bc

e. Sifat perkalian eksponen – eksponen

Sekarang kita perhatikan bentuk seperti (52)3 yang dapat kita tulis secara
lengkap seperti berikut:

(52)3 = (52) x (52) x (52) = 5 2+2+2 = 53x2 = 56.

Bila sebuah bilangan berpangkat dipangkatkan lagi dengan pangkat lain


maka eksponen – eksponennya dikalikan. Secara umum berlaku sifat perkalian
eksponen – ekponen sebagaimana dibuktikan yaitu:

(ab)c = ab x ab x … x ab

3. Penarikan Akar

Penarikan akar pada bilangan bulat hanya dilakukan pada bilangan bulat
positif. Hal ini berarti sama saja dengan penarikan akar pada bilangan cacah yang
telah didiskusikan secara panjang lebar pada modul kedua. Oleh karena itu, teori
secara khusus yang berkaitan dengan penarikan akar bilangan cacah dan
pembelajarannya.

Pada pembahasan kali ini, kita akan mendiskusikan pembelajaran penarikan


akar terkait dengan perpangkatan pada bilangan bulat. Agar lebih jelas kita dapat

37
meminta para siswa untuk memperhatikan pasangan – pasangan bilangan misalnya 4
dan 2, pasangan 9 dan 3, pasangan 16 dan 4, sebagai relasi “kuadrat dari”, yaitu;

4 adalah kuadrat dari 2

9 adalah kuadrat dari 3

16 adalah kuadrat dari 4

Yang pada perpangkatan dapat ditulis dalam bentuk pangkat dua (kuadrat),
yaitu;

4 = 22

9 = 32

16 = 42

Sebaliknya, jika pasangan – pasangan tadi dimulainya denan yang kedua maka
relasi terhadap bilangan yang pertama menjadi “akar pangkat dua”, yang dapat kita
tulis sebagai berikut.

2 adalah akar pangkat dua dari 4

3 adalah akar pangkat dua dari 9

4 adalah akar pangkat dua dari 16

Jadi proses mencari akar pangkat dua adalah operasi invers dari proses mencari
kuadrat atau dengan istilah yang sudah umum dapat kita nyatakan dengan kalimat :

Penarikan akar adalah invers dari perpangkatan

Setelah siswa memahami konsep penarikan akar sebagai invers dari


perpangkatan dengan mendiskusikan berbagai contoh maka kita dapat mendiskusikan
kembali bahwa penarikan akar dari sebuah bilangan adalah mencari sebuah bilangan
lain yang kuadratnya sama dengan bilangan semula.

Akar dari 25 ialah mencari bilangan yang kuadratnya sama dengan 25.

Akar dari 36 ialah mencari bilangan yang kuadratnya sama dengan 36.

Akar dari 49 ialah mencari bilangan yang kuadratnya sama dengan 49.

Lambang untuk relasi akar (akar pangkat dua) adalah “√ ” yang berlaku secara
universal sehingga secara singkat notasi penarikan akar pada contoh – contoh diatas
dapat ditulis dalam bentuk:

38
√ 25 = 5, sebab 52 = 25,

√ 36 = 6, sebab 62 = 36,

√ 49 = 7, sebab 72 = 49.

Secara umum dapat kita tulis:

√ a = b, sebab b2 = a

4. Kesalahan Konsep dalam Perpangkatan dan Penarikan Akar

Beberapa kesalahan yang sering terjadi yaitu:

a. Masih ada siswa yang belum memahami konsep perpangkatan, diantaranya masih
ada siswa yang melakukan perkalian antara bilangan pokok dengan pangkatnya ,
misalnya: 23 = 2x3, 33=3x3, 54 = 5x4, dan sebagainya. Namun untuk perpangkatan
kuadrat, mereka memberikan jawaban yang benar misalnya; 22=2x2, 32=3x3, dan
52=5x5.
b. Dalam melakukan perkalian bilangan berpangkat dengan bilangan pokok yang
sama sering pula terjadi dilakukan dengan mengalikan pangkatnya, misalnya; 2 3 x
22 = 23x2, 52x53=52x3.
c. Kesalahan yang paing sering terjadi yaitu pada pembagian bilangan berpangkat
oleh bilangan pokok yang sama dilakukan dengan cara membagi pangkatnya.
Bukan dengan cara mengurangkan pangkat yang dibagi oleh pangkat pembagi,
misalnya: 26: 22 = 26:2 dan 68:64 = 68:4.
d. Masih terjadi kekeliruan dalam menentukan hasil sebuah bilangan berpangkat yang
pangkatnya lebih besar, sehingga menghasilkan bilangan negative, walaupun
prosesnya sudah benar, misalnya:
23 : 25 = 23-5 = 2-2 =-4
32 : 35 = 32-5 = 3-3 =-27

B. Penerapan Bilangan Bulat Dalam Masalah Sehari – Hari

Sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku dalam pembelajaran matematika di


SD guru harus memperlihatkan kaitan konsep matematika dengan permasalahan sehari –
hari. Penerapan bilangan bulat pada masalah keseharian dipandang perlu untuk
memperlihatkan bagaimana proses pembelajaran matematika yang menarik, menantang
dan menimbulkan kreativitas para siswa.

Soal – soal dalam bentuk cerita menjadi salah satu kegiatan pembelajaran pada
matematika yang paling memungkinkan mencapai tuntutan dan harapan kurikulum.

39
Berikut ini merupakan alternatif peunjuk bagaimana sebagai guru membimbing para
siswa untuk dapat memahami bentuk soal cerita. Secara garis besarnya kegiatan
pembelajaran dapat diurutkan kedalam empat kegiatan pokok berturut – turut yaitu;

1. Mengerti Persoalan

Bacalah soa cerita tersebut secara keseluruhan dengan seksama untuk memahami
dan mengerti permasalahannya. Untuk itu dengan bantuan dan bimbingan guru para
siswa harus mengetahui:

a. Apa yang diketahui (Mencari keterangan yang esensial).


b. Apa yang ditanyakan (Apa yang harus diselesaikan/ Apa yang akan ditunjukkan).

2. Merencanakan Penyelesaian

Untuk dapat menyelesaikan soal cerita, para siswa harus dapat menemukan
hubungan data – data dari yang diketahui dengan yang ditanyakan. Dalam konteks ini
guru perlu membimbing para siswa untuk memilih konsep – konsep atau pengertian –
pengertian yang telah dipelajari oleh para siswa guna dikombinasikan sehingga dapat
dimanfaatkan untuk menyelesaikan persoalannya. Langkah – langkahnya seperti
berikut.

a. Para siswa mengumpulkan informasi – informasi atau data – data yang sesuai guna
menentukan operasi hitung ( pengerjaan hitung) yang diperlukan.
b. Membuat model atau kalimat matematikanya, yaitu menjabarkan dari yang
diketahui dengan yang ditanyakan dalam bentuk symbol – symbol matematika.
Apabila para siswa mengalami kesulitan maka guru perlu membimbing dan
mengarahkannya.

3. Melaksanakan Penyelesaian
a. Menyelesaikan soal cerita adalah menyelesaikan kalimat (model) matematika yang
telah dibuatnya.
b. Setiap langkah harus dicek untuk mengetahui kebenarannya sehingga para siswa
dapat menghasilkan penyelesaiannya sendiri.

4. Memeriksa Kembali

Penyelesaian yang didapat harus diperiksa kembali. Pertanyaan – pertanyaan dari


dalam diri siswa perlu ditumbuhkan oleh kita sebagai guru, diantaranya;

a. Sudah cocokkah hasilnya?


b. Apa tidak ada hasil yang lain?
c. Apakah ada cara lain untuk menyelesaikan persoalan tersebut?

40
d. Dengan cara yang berbeda, apakah hasilnya tetap sama?, dan sebagainya.

Demikianlah beberapa petunjuk langkah –langkah yang dapat ditempuh oleh


guru dalam merencanakan, menyusun dan melaksanakan pembelajaran yang berkaitan
dengan soal –soal cerita dalam matematika di SD. Tahapan langkah – langkah tersebut
akan sangat membantu para siswa dalam memahami soal –soal cerita matematika. Kita
dapat mengembangkan disesuaikan dengan materi dan lingkunga sekitar.

Agar lebih jelas kita akan melihat beberapa contoh alternatif pembelajaran soal-
soal cerita yang berhubungan dengan bilangan bulat dengan menggunakan tahapan
langkah tersebut.

a. Banyak murid di SD Negeri I ada 251 orang dan di SD Negeri II sebanyak 198
orang. Berapakah jumlah semua murid?
1) a) Yang diketahui : SD Negeri I 251
SD Negeri II 198

b) Yang ditanyakan : Jumlah semua murid.

2) a) Operasi hitung : Penjumlahan (+)

b) Kalimat matematika : 251 + 198 = …

3) Penyelesaian : 251

198 -

449

Jadi, ada sebanyak 449 orang murid.

Pada proses pembelajaran soal cerita diatas pertama-tama guru menuliskan soal
cerita tersebut pada papan tulis atau sudah terdapat dalam buku murid, kemudian guru
bertanya apa yang diketahuinya, apa yang ditanyakan, operasi apa yang digunakan,
bagaimanakah kalimat matematikanya, sampai dengan penyelesaiannya. Dalam
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru tersebut, tentunya guru berusaha
untuk membimbing dan mengarahkan sehingga semua yang ditanayakan dapat dijawab
dengan benar.

41
B. MENGENAL BILANGAN ROMAWI

1. Pengantar

Bilangan adalah sesuatu yang penting dalam matematika karena semua pelajaran
yang menyangkut bilangan tidak bisa terlepas dari bilangan. Bilangan dengan lambing
bilangan adalah berbeda. Perbedaan antara bilangan dan lambing bilangan adalah
perbedaan antara objek dan nama objek tersebut.

Perkataan “bilangan” biasanya dimaksudkan untuk menyatakan jumlah atau


banyaknya sesuatu. Misalnya di kelas ini yang tidak hadir ada dua orang, artinya
banyaknya siswa yang tidak hadir di kelas tersebut ada dua orang.

Dalam penulisan suatu bilangan digunakan lambing yang disebut lambing bilangan.
Jadi, lambing bilangan adalah symbol atau gambar yang melambangkan suatu bilangan.
Lambang bilangan juga disebut angka. Sistem numerisasi atau sistem angka atau lambing
bilangan itu bermacam –macam, ada angka Mesir, Cina, Yunani, Hindu-Arab, Romawi,
dan sebagainya.

Sistem yang kita pakai sehari – hari dinamakan sistem angka Hindu-Arab (mulai
dipakai ± tahun 1000) dengan menggunakan baris (bilangan dasar 10), menggunakan nilai
tempat 0,1,2,3,4,… , 9. Karena sistem ini menggunakan baris 10 maka disebut juga sistem
desimal.

2. Lambang Bilangan Romawi

Pada umumnya anak – anak mengetahui sistem penulisan bilangan dengan angka
Romawi melalui proses pembelajaran di bangku sekolah, yaitu di tingkat SD. Pada sistem
lmbang bilangan Romawi atau angka Romawi digunakan lambing-lambang atau symbol-
simbol pokok seperti berikut:

Lambang – lambing Pokok (Simbol – symbol Dasar) Angka Romawi


I =1 V =5
X = 10 L = 50
C = 100 D = 500
M = 1000 - = kalikan 1000

Ada beberapa hal penting yang perlu diinformasikan kepada para siswa, sebelum
kegiatan tanya jawab. Hal – hal berikut perlu disampaikan kepada para siswa, megingat
mereka untuk pertama kalinya mengetahui berdasarkan informasi dari kita. Namun
demikian bisa saja hal – hal berikut disampaikan decara tanya jawab.

a. Sistem Romawi ini merupakan sistem penjumlaha dan sistem perkalian.


Contoh:

42
1) X V I I

10+5+1+1 = 17
2) M C C X V

1000+100+100+10+5 = 1215
b. Bila suatu angka terdiri dari 2 lambang pokok maka nilai angka tersebut.
1) Sama dengan jumlah nilai kedua lambing bilangan itu, jika lambing – lambangnya
mempunyai nilai yang menurun dari kiri ke kanan (nilai yang paling tinggi
terletak disebelah kiri).
2) Sama dengan selisih nilai kedua lambing bilangan itu, lambing – lambangnya
mempunyai nilai yang menarik (nilai yang paing tinggi terletak disebelah kanan).

Contoh:

a) IV = 5 – 1 = 4 (dari kiri ke kanan nilainya naik atau nilai yang


paing tinggi disebelah kanan jadi
dikurangkan).
b) CD = 500 – 100 = 400 (dari kiri ke kanan nilainya naik atau nilai yang
paing tinggi disebelah kanan jadi
dikurangkan).
c) CX = 100 + 10 = 110 (dari kiri ke kanan nilainya turun atau nilai yang
paing tinggi disebelah kiri jadi
dijumlahkan).
d) MC = 1000 + 100 = 1100 (dari kiri ke kanan nilainya turun atau nilai yang
paing tinggi disebelah kiri jadi
dijumlahkan).
c. Banyaknya lambing yang diletakkan disebelah kiri lambing yang dikurangi hanya
satu lambang, sedangkkan sebelah kanan bertambah boleh lebih dari satu lambang.
Contoh:
1) XIII = 10+3 = 13
2) CXX = 100 + 20 = 120
3) IIX≠8 (IIX tidak mempunyai arti)
d. Lambang bilangan yang sama bila ditulisnya berurutan tidak boleh lebih dari 3 angka
(lambang bilangan).
Contoh:
1) 4 ditulis IV dan bukan IIII
2) 40 ditulis XL dan bukan XXXX
3) 400 ditulis CD dan bukan CCCC

43
e. Pengurangan mempunyai aturan sebagai berikut, I hanya dapat dikurangkan dari V
dan X, X hanya dapat dikurangkan dari L dan C, dan C hanya dapat dikurangkan dari
D dan M. (Hanya ada 6 kasus). Contohnya:
1) IV = 5 – 1 = 4
2) IX = 10 – 1 = 9
3) X = 50 – 10 = 40
4) XC = 100 – 10 = 90
5) CD = 500 – 100 = 400
6) CM = 1000 – 100 =900
(Hanya ada 6 kasus untuk sebuah bilangan yang terdiri dari dua lambang)
f. Karena sistem angka Romawi ini mempunyai dasar (basis) 10 maka dalam
penulisannya kita tidak pernah melihat lambang – lambang besar yang bukan
perpangkatan dari 10 dijajarkan.
Contoh:
1) 10≠VV
2) 100≠LL
3) 1000≠DD

C. Mengubah Bilangan Desimal Kedalam Bilangan Romawi Dan Sebaliknya


1. Mengubah Bilangan Desimal menjadi Bilangan Romawi

Setelah para siswa memahami ketentuan – ketentuan dasar atau aturan pokok tentang
sistem lambang bilangan romawi seperti diatas maka melalui tanya jawab kita coba susun
untuk merencanakan pembelajaran berikutnya.

Guru menulis dipapan tulis beberapa bilangan dalam sistem lambang bilangan decimal
(Hindu-Arab). Kemudian meminta salah seorang siswa secara bergiliran untuk
menuliskannya dalam sistem lambang bilangan Romawi dengan bimbingan dan arahan
dari guru semua siswa dalam kelas memperhatikan da menjawabnya dengan benar,
misalnya variasi soalnya dibuat sedemikian rupa mulai dari yang sederhana seperti berikut.

a. 6 = …
1) Apakah 6 = IIIIII?
2) Apakah pada sistem Romawi dibolehkan menulis lebih dari tiga lambang bilangan
secara berurutan?
3) 6 = 5 + 1 = VI
b. 4000 = …
1) Apakah 4000 = MMMM?
2) 4000 = 4 x 1000
3) Bagaimanakah cara penulisan yang menggunaka perkalian dengan 1000?
4) 4000 = 4 x 1000
c. 24 = …

44
1) 24 = 20 + 4
2) Bagaimanakah cara penulisan 20 dan bagaimana penulisan4?
3) 20 = XX dan 4 = IV
4) 24 = 20+4= XXIV

Setelah guru memberikan beberapa contoh, kemudian memberikan beberapa variasi soal
seperti berikut untuk didiskusikan.

Tulislah lambang – lambang bilangan Romawi dari bilangan-bilangan berikut.

1) 1983 = ….
= 1000 + 900 + 80 + 3
= 1000 + (1000-100) + (50+30) + 3
= MCMLXXXIII
2) 3249 =…
= 3000+200+40+9
= (3x1000) + (2x100) + (50-10) +(10-1)
= MMMCCXLIX

Setelah siswa diberi bebrapa variasi soa tentang mengubag bilangan decimal
menjadi bilangan Romawi maka langkah berikutnya adalah pembelajaran untuk mengubah
bilangan Romawi menjadi bilangan decimal.

2. Mengubah Bilangan Romawi menjadi Bilangan Desimal

Langkah-langkah pembelajaran untuk mengubah dari sistem Romawi menjadi sistem


Desimal dapat dilakukan seperti alternatif pembelajaran di atas. Tuliskan bilangan decimal
dari bilangan – bilangan Romawi berikut.

a. X V I I I =…
= 10 + 5 +3
= 18
b. C D X C I = …
= (500 – 100) + (100 – 10) + 1 = 400 + 90 + 1
= 491
c. M M M D C C L X I I I = (3 x 1000) + (500 + 200) + (50 + 10) + 3
= 3000 + 700 + 60 + 3
= 3763

Perubahan dari bilangan Romawi menjadi bilangan Desimal, perlu diberikan


contoh untuk didiskusikan mengenai penulisan yang salah. Hal ini perlu didiskusikan
dengan setiap siswa di kelas sebagai salah satu usaha untuk mengingatkan kembali tentang

45
aturan – aturan yang berlaku dalam sistem bilangan Romawi seperti yang telah dibicarakan
diatas, misalnyasebagai berikut.

46
Jika memungkinkan tulislah lambang – lambang bilangan desimalnya dari
bilangan Romawi berikut, jika tidak sebutkan alasannya.

a. I I V =…
b. C C C M =…
c. L C =…
d. L L L =…
e. XXXX=…

Pertanyaan – pertanyaan yang mungkin kita ajukan untuk melacak dan membimbing
kea rah yang dapat diajukan beberapa pertanyaan seperti berikut.

a. Bagaimanakah penulisan bilangan desimalnya?


b. Apakah penulisan bilangan Romawi ini mempunyai arti?
c. Mengapa bilangan Romawi ini tidak mempunyai arti?

Kelima soal diatas tidak mungkin dapat diselesaikan. Penulisan dalam sistem
desimalnya tidak mungkin. Penulisan lambang bilangan romawinya tidak mempunyai arti,
adapun alasannya berturut – turut sebagai berikut.

a. Untuk soa nomor (1) IIV, dua angka I tidak boleh menjadi pengurang V. Memang letak
angka I hanya boleh dikurangkan dari V dan X, tetapi banyaknya pengurang hanya satu
angka.
b. CCCM, tiga buah angka C tidak dibolehkan menjadi pengurang dari angka M. Angka
C hanya boleh menjadi pengurang dar M atau dari D sebanyak satu angka, yaitu CM =
900 dan CD = 400.
c. LC, angka (lambang bilangan) L = 50 tidak boleh menjadi pengurang dari angka C =
100. Angka L tidak termasuk kedalam angka – angka yang boleh dikurangkan. Angka-
angka yang boleh menjadi pengurang adalah I, X, dan C.
d. LLL, angka-angka L tidak boleh ditulis dijajarkan secara berurutan lebih dari satu, dua
saja sudah tidak boleh, apalagi tiga, empat dan seterusnya. Angka-angka yang tidak
boleh ditulis sejajar lebih dari dua angka adalah V, L dan D.
e. XXXX, dalam sistem Romawi tidak boleh menulis lebih dari tiga lambang secara
berurutan. Lambang-lambang yang dibolehkan ditulis secara berurutan sebanyak tiga
angka adalah angka – angka I,X, C dan M, sedangkan D dan L tidak dibolehkan.

D. PEMAKAIAN BILANGAN ROMAWI DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI


Sistem bilangan Romawi adalah salah satu sistem bilangan yang masih banyak dipakai
sampai saat ini. Pemakaian bilangan Romawi yang sering kita pakai dalam kehidupan sehari
– hari, diantaranya:

47
1. Pada penulisan buku termasuk penulisan karya ilmiah angka Romawi masih sering
dipergunakan, misalnya:
Bab I. Pendahuluan
Bab II. landasan Teori
Bab III. Metode Penelitian
Bab IV. Pembahasan Hasil Penelitian
Bab V Kesimpulan dan Saran
2. Penamaan suatu sekolah, suatu kelas, atau suatu semester sering pula digunakan angka
Romawi, misalnya:
SD Negeri Pasirkaliki 1, SMP Negeri IX, SMA Negeri IV,
Kelas V, Kelas II B, Kelas III F, dan sebagainya.
Semester I, Semester II, Semester III, Semester IV dan sebagainya.
3. Angka Romawi yang sering pula kita jumpai pada pemberian nama sebuah jalan,
misalnya:
Jalan Mars Selatan XVI,
Jalan Rancabolang Indah II,
Jalan Mekarsari IX.
4. Pada spanduk – spanduk yang direntangkan di jalan – jalan besar atau pada tempat –
tempat kegiatan sering kita jumpai penulisan angkanya menggunakn angka Rowami,
misanya:
Dirgahayu HUT RI ke-LXI
Selamat Datang Peserta Munas MUI ke – XIX
Sukseskan Lomba Kebut Gunung Nasional XCIV
Amankan TAP MPR XXI
5. Kadang – kadang angka Romawi juga dpergunakan pula sebagai angka-angka dalam
alat pengukur waktu, misalnya:

Jam Gadang di Kota Padang


Produk – produk jam tangan tangan tertentu
Produk – produk jam dinding dan model – model jam lainnya

Penggunaan angka Romawi ini masih tampak pula kita jumpai pada berbagai aktivitas
kehidupan sehari – hari, baik dilingkungan sekolah, masyarakat, maupun pemerintahan. Selain
beberapa contoh diatas tentunya masih banyak lagi penggunaan angka Romawi dalam kehidupan
sehari – hari kita. Karena itu dipersilahkan untuk memberikan contoh – contoh lainnya.
Demikian pula dalam pembelajaran di kelas, para siswa diminta untuk berdiskusi tentang
pemakaian angka Romawi yang tampak di sekitar lingkungan kehidupannya. Alternatif
diskusinya dapat dilakukan secara berkelompok dengan bimbingan guru untuk berdiskusi dan
menampilkan hasil diskusinya pada kelas sehingga terjadi diskusi kelas dengan bimbingan guru.

48
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya disebut bilangan cacah. Jika a
dan b bilangan cacah maka tepat satu dari yang berikut ini harus benar: a b atau a<b atau
b<a Untuk menjelaskan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
hendaknya diperhatikan hal-hal berikut.
1. Contoh soal hendaknya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
2. Soal tersebut kemudian diubah ke model konkret dan modeldiagram.
3 Langkah berikutnya diubah dalam simbol.
4. Setelah soal tersebut diubah ke dalam bentuk simbol, langkah terakhir, yaitu
menyelesaikan soal tersebut.
5. Jawaban soal tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam pertanyaan yang ada dalam
soal kehidupan sehari-hari (real).

Bilangan-bilangan bulat merupakan penggabungan dari bilangan bilangan asli,


bilangan nol, dan bilangan-bilangan bulat (bilangan-bilangan negatif asli) 2 Bilangan
bulat dapat menjadi ke dalam bilangan bulat positifyang merupakan bilangan-bilangan
asli, bilangan nol dan bilangan bilangan bulat negatif.
a. Bilangan-bilangan cacah adalah: 0, 1, 2, 3, 4, dan seterusnya.
b. Bilangan-bilangan bulat adalah: -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,...
c. Bilangan-bilangan bulat negatif adalah: -1, -2, -3, -4,-5,..
d . Nol (0) adalah bilangan bulat yang tidak positif dan tidak pula negatif.

Lambang-lambang pokok atau simbol-simbol dasar dari lambang bilangan


(angka) Romawi adalah 1-1, V-5, X-10, L-50, C = 100, D=500, M = 1000, dan -kalikan
dengan 1.000. Sistem Romawi merupakan sistem penjumlahan dan sistem kali. Jika
simbol-simbol sebuah angka memiliki nilai yang menurun dari kiri ke kanan maka nilai
angka tersebut dijumlahkan (misal CX = 100+ 10 = 110). Sebaliknya jika sebuah angka
memiliki nilai yang naik dari kiri ke kanan maka nilai angka tersebut dikurangkan (misal
XC= 100-10=90).
Dalam sistem Romawi penulisan sebuah bilangan tidak boleh lebih dari tiga
simbol yang sama secara berurutan, misal IIII seharusnya IV, VIIII seharusnya IX, dan
sebagainya. Banyaknya lambang yang diletakkan di sebelah kiri lambang yang tidak
boleh dikurangi lebih dari satu lambang, misal IIX, XXXC, dan sebagainya.
Lambang I hanya boleh dikurangkan dari V dan X, X hanya boleh dikurangkan dari L
dan C, dan C hanya boleh dikurangkan dari D dan M, misal IV, IX, XC, CD, CM (hanya
ada enam kasus).

49
Untuk menulis sebuah lambang yang besar digunakan garis ("-") di atas simbol yang
bersangkutan, misalnya V = 5 x 1000 = 5800, V = 5x 1000 x 1000, dan sebagainya.

3.2 Saran

Dalam membuat makalah tentang “BILANGAN CACAH,BILANGAN BULAT,


DAN PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR PADA BILANGAN BULAT DAN
SISTEM BILANGAN ROMAWI” ini masih begitu banyak kekurangan, oleh karena itu
saya selaku penulis makalah ini mohon berikan kritik yang dapat membangun motivasi
untuk memperbaiki dan lebih baik untuk kedepannya.

50
Daftar pustaka

Modul pendidikan matematika 1 PDGK4203

51

Anda mungkin juga menyukai