Anda di halaman 1dari 40

MATERI AJAR

MODUL 2: MATEMATIKA

KEGIATAN BELAJAR I:
BILANGAN

Oleh:

Rizkia Natasa, M.Pd

201503580509

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN

UNIVERSITAS PAKUAN

2021
A. PENDAHULUAN
Materi ajar ini akan membahas mengenai konsep bilangan. Secara rinci
kegiatan belajar ini menyajikan tentang:
a. Bilangan (konsep bilangan, sistem numerasi bilangan, macam-
macam bilangan).
b. Bilangan bulat (definisi dan operasi hitung pada bilangan bulat).
c. Bilangan pecahan (definisi, operasi hitung pada bilangan pecahan
serta pecahan desimal).
d. Persen, perbandingan dan skala.
e. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan
Terkecil (KPK).
Hambatan yang umumnya ditemui oleh para guru adalah materi ajar
yang kurang sistematis dan cara penyampaian kepada siswa ketika sudah
menginjak soal cerita. Sehingga guru kesulitan menyampaikan kepada
peserta didik. Materi ajar ini disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan
seorang guru profesional ketika mengabdikan dirinya dalam dunia
pendidikan untuk mencerdaskan generasi bangsa Indonesia. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada Pasal
10 ayat (1) menyatakan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional”. Jadi, tidak hanya
menguasai materi, Anda juga akan mampu mengembangkan materi
bilangan dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar dengan
menerapkan pembelajaran yang realistik, kontekstual, aktif, kreatif, dan
menyenangkan serta mampu mengembangkan media pembelajaran yang
tepat bagi peserta didik Sekolah Dasar.
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
a. Menguasai konsep teoretis materi pelajaran matematika sekolah
secara mendalam.
b. Menguasai konsep aplikasi pedagogis (pedagogical content
knowledge) minimal teori belajar, evaluasi proses dan hasil belajar,
kurikulum, dan prinsip-prinsip pembelajaran matematika SD secara
mendidik.
c. Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta keterkaitan
keduanya dalam konteks materi bilangan, bilangan bulat, bilangan
pecahan, persen, perbandingan, skala, FPB dan KPK.
d. Mampu menggunakan pengetahuan konseptual dan prosedural serta
keterkaitan keduanya dalam pemecahan masalah matematika serta
kehidupan sehari-hari terkait bilangan.

C. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN


a. Menerapkan prinsip operasi hitung bilangan bulat dan pecahan.
b. Merancang pembelajaran matematika SD yang berkaitan dengan
pembelajaran bilangan dengan menerapkan pendekatan
konstruktivisme.
c. Menganalisis karakteristik suatu kasus pembelajaran bilangan
matematika SD
d. Menyusun soal berkaitan dengan pembelajaran bilangan yang
mengukur kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi.
e. Memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan konsep
faktor, FPB dan KPK.
D. URAIAN MATERI

Bilangan Bulat dan Macam- Macam Bilangan Bulat

Bilagan Pecahan dan Operasi Hitung pada Bilangan


Pecahan
Bilangan

Persen, Perbandingan dan Skala

KPK dan FPB

Peta Konsep Bilangan

a. Bilangan

1) Konsep Bilangan

Bilangan adalah suatu unsur atau objek yang tidak didefinisikan


(underfined term). Bilangan merupakan suatu konsep yang abstrak, bukan
simbol, bukan pula angka. Bilangan menyatakan suatu nilai yang bisa
diartikan sebagai banyaknya atau urutan sesuatu atau bagian dari suatu
keseluruhan. Lambang bilangan memuat angka dengan nilai tempat
tertentu.

2) Sistem Numerasi Bilangan

Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok


untuk menuliskan bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan
disebut numeral.

3) Macam-Macam Bilangan

a) Bilangan kardinal

Bilangan kardinal menyatakan hasil membilang (berkaitan dengan


pertanyaan berapa banyak). Bilangan kardinal juga digunakan untuk
menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan. Contoh: ibu membeli 3
keranjang buah-buahan.

b) Bilangan ordinal

Bilangan ordinal menyatakan urutan dari suatu objek. Contoh: mobil


yang ke-3 di halaman itu berwarna hitam.

c) Bilangan asli

Bilangan asli juga disebut dengan Natural Numbers. Himpunan


bilangan asli = {1, 2, 3, 4,...}. Bilangan asli dapat digolongkan menurut
faktornya yaitu: bilangan genap, bilangan ganjil, dan bilangan prima.

d) Bilangan komposit

Bilangan komposit adalah bilangan asli yang memiliki lebih dari 2


faktor. Suatu bilangan bulat positif dinamakan bilangan komposit jika
bilangan itu mempunyai pembagi lain kecuali bilangan itu sendiri dan 1.

Himpunan bilangan komposit = {4, 6, 8, 9, 10, 12, 14,...}

e) Bilangan cacah

Bilangan cacah dapat didefinisikan sebagai bilangan yang


digunakan untuk menyatakan kardinalitas suatu himpunan. Himpunan
bilangan cacah = {0, 1, 2, 3,...}.

f) Bilangan sempurna

Bilangan sempurna adalah bilangan asli yang jumlah faktornya


(kecuali faktor yang sama dengan dirinya) sama dengan bilangan tersebut.
Perhatikan contoh berikut:

i. 6 merupakan bilangan sempurna, karena faktor dari 6 kecuali dirinya


sendiri adalah 1, 2, dan 3. Jadi, 1 + 2 + 3 = 6.
ii. 28 merupakan bilangan sempurna, karena faktor dari 28 kecuali dirinya
sendiri adalah 1, 2, 4, 7, dan 14. Jadi, 1 + 2 + 4 + 7 + 14 = 28.
g) Bilangan bulat

Himpunan yang merupakan gabungan dari himpunan bilangan asli


dengan lawannya dan juga bilangan nol disebut himpunan bilangan bulat.

Himpunan bilangan bulat = {..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,...}.

h) Bilangan rasional

Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam


bentuk 𝑎, dengan 𝑎 dan 𝑏 bilangan bulat, 𝑏 ≠ 0 (setelah disederhanakan, 𝑏
𝑎 dan 𝑏 tidak memiliki faktor sekutu kecuali 1).

i) Bilangan irasional

Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan


sebagai perbandingan bilangan-bilangan bulat 𝑎 dan 𝑏, dengan 𝑏 ≠ 0.
Bilangan irasional bukan merupakan bilangan bulat dan juga bukan
merupakan bilangan pecahan. Jika bilangan irasional ditulis dalam bentuk
desimal, bilangan itu tidak mempunyai pola yang teratur.

j) Bilangan real

Bilangan real adalah gabungan antara himpunan bilangan rasional


dengan bilangan irasional. Bilangan real dapat dinyatakan dengan lambang
ℝ.

k) Bilangan kompleks

Himpunan bilangan kompleks dapat didefinisikan sebagai pasangan


terurut (𝑎, 𝑏) dengan 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ atau 𝐾 = {𝑧|𝑧 = (𝑎, 𝑏) ,𝑎, 𝑏 ∈ ℝ}. Bentuk
umum bilangan kompleks adalah 𝑎 + 𝑏𝑖.
b. Bilangan Bulat dan Opearsi Hitung pada Bilangan Bulat

1. Pengertian Bilangan Bulat

Bilangan bulat bukan berarti kumpulan bilangan yang bentuknya bulat ya.
Tapi nilainya yang bulat. Bilangan bulat terdiri dari bilangan cacah dan
bilangan bulat negatif. Himpunan bilangan bulat dilambangkan dengan
“Z”.
Himpunan bilangan bulat dapat dituliskan Z = {-3, -2, -1,

0,1,2,3, 4, .... }

Nah, bilangan cacah sendiri merupakan himpunan yang terdiri dari


bilangan nol dan bilangan bulat positif. Bilangan bulat positif bisa juga
disebut bilangan asli, merupakan bilangan bulat yang bernilai positif.
Sementara itu, bilangan bukat negatif merupakan himpunan bilangan bulat
yang bernilai negatif. Jika digambarkan dalam garis bilangan, himpunan
bilangan bulat adalah sebagai berikut :

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 dst

Gambar 1.1 Garis bilangan himpunan bilangan bulat

Setelah mengetahui pengertian bilangan bulat, selanjutnya adalah


akan mempelajari bagaimana nilai tempat bilangan dan contoh
penerapannya pada pembelajaran. Selain itu materi operasi hitung pada
bilangan bulat dan penerapannya akan di bahas tuntas, termasuk
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan bulat.

2. Konsep Nilai Tempat dan Contoh Penerapnnya pada Pembelajaran


Nilai tempat merupakan nilai yang diberikan pada angka tertentu. Nilai
tempat di tentukan oleh posisinya pada bilangan tertentu. Oleh karena itu,
nilai konsep ini sangat mudah bagi peserta didik yang sudah memahaminya.
Setiap menentukan nilai tempat suatu bilangan, selalu dimulai dari sebelah
kanan.

Dst ... Ratusan Puluhan Satuan

Gambar 1.2 Bagan nilai tempat Contoh :

512
angka 2 sebagai satuan maka nilainya 2
angka 1 sebagai puluhan maka nilainya 10
angka 5 sebagai ratusan maka nilainya
500

Keterangan :

Dari contoh di atas dapat di simpulkan :

500 + 10 + 2 = 512

Atau dapat di tuis 5 ratusan + 1 puluhan + 2 satuan = 512


Contoh dalam penerapannya :
a. 467 = ... ratusan + ... puluhan+ .... satuan

b. 255 = ... ratusan + .... puluhan + .... satuan

3. Operasi Hitung pada Bilangan Bulat dan Contoh Pembelajarannya.


Menurut teori dari Bruner, anak akan belajar dengan baik jika
melalui tahap enaktif, ikonk, dan simbolik. Tahap enaktif, peserta didik
melakukan aktivitas- aktivitasnya dalam usaha memahami lingkungnnya.
Keterkaitan materi ajar ini dengan teori Bruner adalah pada tahap enaktif ini
Kartu Simbol Matematis digunakan agar dapat memberikan pengalaman
langsung kepada peserta didik tentang materi penjumlahan, dan
pengurangan bilangan bulat yang disajikan dalam bentuk nyata, sehingga
lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
a. Penjumlahan Bilangan Bulat
Pada pembelajaran ini guru menggunakan metode math to math
(menjodohkan ), guru menyiapkan kartu-kartu penjumlahan yang berisi
kartu soal dan kartu yang berisi jawaban, kemudian setiap siswa
mendapatkan kartu tersebut. Setelah itu siswa di silahkan mencari
pasangannya (jawabannya) yang di pegang oleh temanya. Dengan
menggunakan metode ini siswa akan merasa sangat menikmati
pembelajaran tersebut.
Contoh :
5 + 7 = ....
Kartu soal :

12

Kartu jawaban :

• Media benda kongkrit

Selain menggunakan metode di atas guru juga bisa dengan menggunakan


benda kongkrit.
Contoh :

Gambar 1.3
Penjumlahan bilangan bulat positif dengan positif, negatif dengan negatif,
positif dengan negatif

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa tanda hasil


penjumlahan dan pengurangan bilagan bulat positif atau negatif, tandanya
mengikuti angka yang lebih besar.

• Garis bilangan

Perhatikan ilustrasi garis bilangan di bawah ini, bilangan positif di


ilustrasikan maju ke kanan sedangkan bulangan negatif di ilustrasikan ke
kiri atau operasi hitung penjumlahan di ilustrasikan maju sedangkan operasi
pengurangan di ilustrasikan mundur.

Gambar 1. 4 Ilustrasi penjumlahan bilangan menggunakan garis bilangan

Pada Gambar 1.4 (a) untuk mengilustrasikan 3 + 1, maka dari titik


0 akan bergerak ke arah kanan 3 langkah, kemudian bergerak maju tetap ke
arah kanan 1 langkah, sehingga akan berakhir di titik 4, atau 3 + 1 = 4. Pada
ilustrasi ini peserta didik sudah memahami konsep hukum kekekalan
panjang.
Pada Gambar 1.5 (b) untuk mengilustrasikan (-2) + (-1), dari titik 0
akan bergerak maju ke arah kiri 2 langkah, kemudian bergerak maju lagi
(tetap ke arah kiri) 1 langkah, sehingga akan berakhir di titik -3, atau (-2) +
(1) = -3. Pada Gambar 5 (c) untuk mengilustrasikan 3 + (4), dari titik 0
bergerak maju ke arah kanan 3 langkah kemudian bergerak maju ke arah
kiri (berbalik arah) sebanyak 4 langkah, sehingga akan berakhir di titik -1,
atau 3 + (-4) = -1.
Sifat penjumlahan bilangan bulat :

1) Sifat tertutup

“Untuk setiap bilangn bulat a dan b, berlaku dengan a, b dan c juga bilangan
bulat”.
Contoh : -7 + 15 = 8

Diketahui -7 dan 15 bilangan bulat dan 8 juga bilangan bulat.


2) Sifat Komutatif (pertukaran )

Penjumlahan dua bilangan bulat selalu diperoleh hasil yang sama walaupun
kedua bilangan tersebut di tukarkan tempatnya. Hal ini dapat di tuliskan
bahwa “ untuk setiap bilangan bulat a dan b, selalu berlaku :
a+b=b+a
Contoh :

a. 5 + 10 = 10+ 5 = 15

b. 7 + 8 = 8 + 7 = 15

3) Sifat Asosiatif (pengelompokan)

Untuk setiap bilangan bulat a, b maupun c akan selalu berlaku ketentuan :

(a + b )+ c = a+ (b + c )

Contoh :

a. (4+5)+ 6 = 15 sama nilainya dengan 4 + (5+6) = 15

b. (15+10)+ 3 = 28 sama nilainya dengan 15 +(10+3) = 28


4) Memiliki Unsur Identitas
Bilangan 0 (nol) pada penjumlahan merupakan unsur identitas. Artinya
untuk bilangan bulat berapapun jika ditambahkan nol maka hasilnya adalah
bilangan itu sendiri.
Contoh :

a. 33 + 0 = 33 dan 33+0 = 33

b. 0 + 12 = 12 dan 12+ 0 = 12

5) Memiliki Invers Terhadap Penjumlahan Untuk setiap bilangan bulat ,


terdapat bilangan bulat (− ) sedemikian sehingga +(− )=(− )+ =0
Contoh :
a. 32 + (-32) = 0 dan sebaliknya -32 + 32 =0

b. Pengurangan Bilangan Bulat

Operasi hitung pengurangan bilangan bulat merupakan kebalikan dari


penjumlahan bilangan bulat.

Gambar 1.5 Ilustrasi pengurangan bilangan bulat

Gambar 1.5 mengilustrasikan bahwa 5-2 = 3. Jika sebuah bilangan positif a


dikurangi bilangan positif b maka hasilnya adalah bilangan positif c atau (a-
b) = c. Pengurangan bilangan bulat positif di kurangi bilangan bulat negatif
diilustrasikan pada gambar di bawah ini :
Contoh : Pengurangan bilangan bulat pada soal cerita

a. Sebuah kapal selam berada pada kedalaman 20 meter dibawah permukaan


laut. Hal ini dapat ditulis -20 meter. Kemudian posisi kapal selam dinaikan
8 meter. Hal ini dapat ditulis +8 meter. Posisi akhir kapal selam berada -20
+ 8 = -12 meter (coba di ingat kembali bahwa hasil penjumlahan atau
pengurangan bilangan negatif, maka tandanya mengikuti angka yang lebih
besar). Setelah memahami konsep di atas coba kerjakan latihan berikut :
a. 5 + 2 = .... 5 – 2 = ....

b. (-5) + 2 = .... (-5) – 2= ...


c. Perkalian Bilangan Bulat

Pada hakikatnya perkalian adalah penjumlahan berulang.

Amatilah perkalian bilangan bulat berikut :

15 + 15+ 15 + 15 = 4 x 15 = 60

Contoh : (-3) x 2 = ...

Penyelesaian

2x2=4

1x2=2 Berkurang 2

0x2=2

(-1) x 2 = -2

(-2)x 2 = -4

(-3) x 2 = -6

Jadi hasil dari (-3) x 2 adalah 6

Hukum Perkalian Bilangan


Bulat Positif dan Negatif
1. Positif x positif = positif
2. Negatif x negatif = positif
3. Positif x negatif = negatif
4. Negatif x positif = negatif

Sifat perkalian bilangan bulat :


a. Sifat Tertutup
Jika a dan b anggota bilangan bulat, maka a x b juga aggota himpunan
bilangan bulat. Bentuk umum a x b = ab
b. Sifat Komutatif

Jika 𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏 anggota bilangan bulat maka 𝑎𝑏=𝑏𝑎 Contoh :


-5 x 4 = -20, berapakah nilai dari 4 x (-5) ....? Jika hasilnya sama maka
perkalian bilangan positif berlaku sifat komutatif.
Penyelesaian : 4 x (-5) = -20

Maka perkalian bilangan positif berlaku sifat komutatif


c. Sifat Asosiatif

Jika a, b dan c anggota bilangan bulat, maka (𝑎𝑏)𝑥

𝑐=𝑎 𝑥 (𝑏𝑐)

Contoh :

7 x (-4 x 3) = 7 x (-12) = -84

Maka (7x (-4)) x 3 = -28 x 3 = -84

d. Sifat Distributif

Jika a, b, c anggota himpunan bilangan bulat, maka a(b+c) = ab+ac Contoh


:
7 x (-5 x 6) = 7 x 1 = 7

Maka (7x (-5)) + (7x 6) = -35 + 42 = 7


e. Memiliki Unsur Identitas

Angka 1 (satu) merupakan elemen identitas pada perkalian. Artinya


berapapun angkanya jika di kalikan 1 (satu) maka hasilnya adalah bilangan
itu sendiri.
Contoh :

a. 5 x 1 = 5

b. -20 x 1 = -20
Sifat pembagian pada bilangan bulat

Untuk lebih memahami pembagian bilangan bulat kebalikan dari perkalian


bilangan bulat, perhatikan contoh di bawah ini :
a. 4 x 5 = 5+ 5 + 5 +5 = 20, disisi lain 20 : 4 = 5 atau
b. bisa ditulis 4 x 5 = 20 20 : 4 = 5
c. 7 x 8 = 56 56 : 7 = 8

c. Bilangan Pecahan dan Operasi Hitung Pada Bilangan Pecahan

1) Pengertian Bilangan Pecahan

Bilangan pecahan merupakan bentuk yang lain suatu bilangan pada ilmu

matematika, dinyatakan menjadi , a adalah pembilang, b adalah penyebut


dengan a, b adalah bilangan bulat serta b ≠ 0.

Bilangan pecahan menjadi sendiri dibaca seperti 'a per b'.

Bilangan ini sendiri mempunyai beberapa jenis atau macam, yaitu pecahan
biasa, campuran, desimal dan senilai.
Jenis –jenis Pecahan :

1. Pecahan Biasa

Pecahan biasa merupakan bentuk pecahan dari bilangan bulat. Untuk


memahami bilangan pecahan perhatikan ilustrasi berikut :
Ani mempunyai 1 buah semangka, semangka tersebut akan d bagikan ke 4
temannya. Maka setiap anak akan
mendapat?

Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan 1 : 4 = dimana 1 adalah pembilang

dan 4 adalah penyebut Contoh: adalah pecahan biasa dengan 5 adalah


pembilang

dan 6 adalah penyebut. adalah pecahan biasa dengan 7 adalah


pembilang
dan 8 adalah penyebut.
2. Pecahan Campuran

Bilangan ini adalah salah satu jenis bilangan pecahan yang mana

terdiri dari bagian bulat serta pecahan. Bilangan ini bisa berbentuk c

dengan c adalah bilangan bulat, lalu adalah pecahannya.


Contoh dari bilangan ini seperti:

1 ¼ dengan 1 adalah bilangan bulat, sedangkan ¼ adalah bagian


pecahan.

2 ¾ dengan 2 adalah bilangan bulat, sedangkan ¾ adalah bagian


pecahan.
Bilangan ini bisa untuk diubah ke pecahan biasa, yaitu dengan mengalikan
bagian bulat dengan penyebut, kemudian dijumlahkan dengan pembilang.

Contoh : 1

3. Pecahan Desimal

Bilangan ini adalah salah satu jenis atau bentuk nilai pecahan dengan
penyebut 10, 100, dan seterusnya.
Penulisan dari bilangan ini memakai tanda koma (,).

Contoh dari bilangan ini seperti:

a. Bilangan persepuluhan, misal ditulis 0,2 artinya 2 :10 = 0,2

b. Bilangan perseratusan, misal ditulis 0,25 artinya 25 : 100 = 0,25

2) Bilangan Pecahan Senilai

Pecahan senilai artinya dua buah pecahan dengan nilai yang sama atau
besarnya sama.

Contoh : bilangan pecahan yang senilai dan . Dua bilangan tersebut


adalah pecahan senilai yang artinya nilainya sama besar (senilai)
3) Bilangan Pecahan Murni, Senama dan Campuran a) Bilangan
Pecahan Murni

Bilangan pecahan murni adalah bilangan pecahan yang paling sederhana

dan tidak bisa disederhanakan lagi. Contoh : dst


b) Bilangan Pecahan Senama

Bilangan pecahan senama artinya bilangan-bilangan yang mempunyai

penyebut sama. Contoh : dst


c) Bilangan Pecahan Campuran

Bialngan pecahan campuran yaitu bilangan yang terdiri dari bilangan bulat
dan bilangan pecahan.

Contoh : dst

4) Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Campuran

a. Penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan penyebut sama.

Perhatikan contoh berikut:

Dari contoh di atas dapat di simpulkan bahwa “penjumlahan pecahan


dengan penyebut sama maka tinggal menjumlahkan pembilangnya saja”,
begitu juga pada pengurangan pecahan “jika penyebut sudah sama maka
tinggal mengurangkan pembilang saja”
b. Penjumlahan dan Pengurangan dengan Penyebut Berbeda.
Pada penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan penyebut berbeda
maka kita harus menyamakan penyebut terlebih dahulu dengan cara
mencari KPK (kelipatan persekutuan terkecil). Contoh :

a. = sebelum mencari hasilnya maka kita harus mencari KPK dari


2 dan 4, KPK dari 2 dan 4 adalah 4, maka penyebut yang kita gunakan
untuk menjumlahkan pecahan di atas adalah 4
Penyelesaian :

(untuk bilangan pecahan,

harus dijadikan bentuk yang paling sederhana

maka

5) Perkalian Bilangan Pecahan

Pada bilangan pecahan lebih mudah dari pada penjumlahan dan


pengurangan bilangan pecahan, pada perkalian bilangan pecahan maka kita
tinggal mengalikan pembilang x pembilang dan penyebut x penyebut, atau
dapat disimpulkan :

x =

Contoh :

Jika angka pada perkalian pecahan adalah angka puluhan maka kita dapat
menggunakan cara yang lebih sederhana.

Contoh : maka kita sederhanakan terlebih dahulu dengan cara


membagi pembilang dan menbagi penyebut.
x = x =
Penyelesaian :

6) Pembagian Bilangan Pecahan

Pada pembagian bilangan, cara pengerjaannya sama dengan perkalian


pecahan, hanya saja pada bilangan pecahan yang ke dua kita ubah
pembilang jadi penyebut dan penyebut jadi pembilang.

Contoh :
7) Pecahan Desimal a. Pengertian Pecahan Desimal

Bilangan ini adalah salah satu jenis atau bentuk nilai pecahan dengan
penyebut 10, 100, dan seterusnya.
Penulisan dari bilangan ini memakai tanda koma (,).

Contoh dari bilangan ini seperti:

a. Bilangan persepuluhan, misal ditulis 0,2 artinya

2 :10 = 0,2

b. Bilangan perseratusan, misal ditulis 0,25 artinya 25 : 100 = 0,25


b. Mengubah Penulisan Bilangan Pecahan

1. Mengubah Pecahan Biasa ke Desimal Contoh :

a. = 0,5 1 di bagi 2 maka hasilya 0,5 (setengah)

0,25
b. . = 0,25
4 1

2. Mengubah Pecahan Desimal ke Pecahan Biasa Contoh :

0,25 = karena pecahan harus dijadikan bentuk yang paling


sederhana, maka pembilang dan penyebut sama-sama di bagi dengan
angka 25.
c. Operasi pada Bilangan Pecahan Desimal

1. Penjumlahan pada Pecahan Desimal Pada operasi hitung penjumlahan


pecahan desimal sebaiknya kita menggunakan metode penjumlahan
bersusun dan caranya sama dengan menjulahkan bilangan bulat yaitu
dengan meluruskan komanya.
Contoh :

a. 0,253 + 0,342 = 0, 595 Caranya :


0, 253
0, 342
0, 595

b. 0,123 + 456,7 = 456,823 Caranya :


0, 123

456, 823

2. Pengurangan pada Pecahan Desimal Untuk pengurangan pecahan


desimal caranya sama dengan penjumlahan pecahan desimal yaitu
dengan cara bersusun pendek, hanya bedanya di kurangi.
Contoh :

0, 543

d. Persen, Perbandingan dan Skala

1. Persen

Persen artinya perseratus dengan simbol (%).

Sebagai contoh, ada 40 orang siswa di dalam satu kelas, 10 diantara siswa
tersebut berkacamata dan sisanya 30 siswa tidak berkacamata. Maka
persentase siswa tak berkacamata adalah 30 dari 40 = ( x 100% = 0,75 x
100% = 75%, sedangkan persentase siswa berkacamata adalah 10 dari 40

x 100% )= 0,25 x 100% = 25%.

1. Rumus Cara Menghitung Persen

Sebelumnya telah disebutkan bahwa untuk menghitung persentase, kita


harus melihat suatu keseluruhan sebagai 100%, misalnya seluruh siswa
dalam satu kelas ada 40 siswa, maka 40 siswa = 100%.
2. Contoh Soal Cara Mencari Persentase

Pada sebuah teko terdapat air jeruk sebanyak 500 ml, kemudian air jeruk
ditambahkan lagi sebanyak 50ml ke dalam teko tersebut. Pertanyaannya
berapa persen total kenaikan volume air jeruk di dalam teko tersebut?
Pembahasan:

Persentase peningkatan volume air jeruk di dalam teko dapat dihitung


dengan rumus (Jumlah Bagian / Jumlah Keseluruhan) x 100%.

Maka persentase kenaikan volume air jeruk dalam teko adalah x


100% = 10%.
3. Contoh Soal Cara Menghitung Persen Sebuah toko elektronik menjadi
TV Flat terbaru seharga Rp 4.000.000,- dengan penawaran diskon
sebesar 10%, pertanyaannya bagimana cara mencari nilai 10% dari Rp
4.000.000,- dan berapa harga TV Flat tersebut setelah dipotong diskon?
Pembahasan:

• Nilai diskon = (persen diskon) x (harga TV)

• Nilai diskon = x Rp 4.000.000,-

• Nilai diskon = Rp 400.000,-

Maka harga TV Flat setelah dipotong diskon adalah (Rp 4.000.000,-) –


(Rp 400.000,-) = Rp 3.600.000,-.
4. Contoh Soal Menghitung Persen Bunga Pak Joko menabung uangnya
di sebuah Bank dengan jumlah Rp 100.000.000,-. Setiap bulannya Pak
Joko mendapatkan bunga sebesar 0,4% dari nilai tabungnya tersebut.
Pertanyaannya, berapakah nilai bunga yang diberikan oleh Bank kepada
Paka Joko setiap bulannya?
Pembahasan:
• Nilai Bunga Bank = (Total tabungan) x persen bunga
• Nilai Bunga Bank = (Rp 100.000.000,-) x (0,4/100)

• Nilai Bunga Bank = Rp 100.000.000 x 0,004

• Nilai Bunga Bank = Rp 400.000,- per bulan

2. Perbandingan

Perbandingan dapat dinyatakan sebagai bentuk pecahan. Misalnnya A dapat


disederhanakan menjadi a dab B dapat disederhanakan menjadi B.

Perbandingan A: B dapat disederhanakan menjadi a : b atau dengan


b≠0.

Contoh :

1. Perbandingan banyak kelereng Dimas dan kelereng Fahmi adalah 3 : 5.


Jika banyak kelereng Fahmi 35 butir, tentukan banyak kelereng Dimas?
Penyelesaian :

Kelereng Dimas : Kelereng Fahmi = 3: 5

Banyak kelereng Fahmi : 35 butir

Kelereng Dimas : butir = 21 butir

2. Perbandingan umur kakek dan Adit adalah 15 : 2. Jika jumlah umur


kakek dan umur Adit sekarang 85 tahun, Berapakah umur kakek dan Adit
5 tahun yang
lalu?
Umur kakek = x 85 = x 85 = 75 tahun

Umur Adit = x 85 = = x 85 = 10 tahun

Umur kakek 5 tahun yang lalu = 75 -5 = 70 tahun

Umur Adit 5 tahun yng lalu = 10 – 5 = 5 tahun

a. Perbandingan Senilai

Jika kita pergi ke pasar dan membeli membeli pisang, semakin banyak
pisang yang dibeli maka uang yang dipakai untuk membayar pisang juga
akan semakin besar. begitu juga sebaliknya, semakin sedikit pisang yang
dibeli, maka uang yang dipakai untuk membayar juga akan semakin sedikit.
kejadian tersebut merupakan salah satu contoh dari perbandingan senilai.
Lalu bagaimanakah cara menghitungnya?

Untuk menghitung perbandingan senilai dapat dilakukan dengan


menggunakan dua cara, yakni menurut nilai satuan dan menggunakan
perbandingan (rumus).
Cara menghitung berdasarkan nilai satuannya

Contoh soal

Kevin Membeli 4 buah apel seharga Rp 12000.

Tentukanlah harga 15 buah apel!

Penyelesaian:

Harga 4 buah apel = Rp 16000

Harga 1 buah apel = Rp 16000/4

Harga 1 buah apel = Rp 4000

Dengan mengetahui harga satu buah apel, maka harga 15 buah apel akan
mudah untuk dihitung:
Harga 15 buah apel = 15 x Rp 4000
Harga 15 buah apel = 60000

Jadi harga untuk 15 buah apel adalah Rp 60000

Cara diatas merupakan penyelesaian soal perbandingan senilai dengan


menghitung satuan.kemudian..
Menghitung perbandingan senilai menggunakan rumus
Untuk menghitung perbandingan senilai kita hanya perlu mengalikan silang
pada rumusnya
Contoh soal

Pada mulanya, Pak Heru memiliki persediaan beras sebanyak 25 kg,


ternyata beras tersebut habis untuk dimasak keluarganya selama 15 hari.
kemudian Pak Heru Membeli lagi beras sebanyak 45 kg, maka beras
tersebut cukup untuk berapa hari?
Penyelesaian:

Untuk menghitung beras tersebut cukup untuk berapa hari, kita bisa
menggunakan rumus
Perbandingan senilai yaitu:

= 15 x 45 = 25.d

675 = 25 .d

d = = 27 hari

b. Perbandingan Berbalik Nilai

Rumus Persamaan pada Perbandingan Berbalik nilai:

Perlu diingat : Untuk memenggunakan Rumus persamaan ini perkaliannya


dilakukan secara sejajar
Contoh Soal Perbandingan Berbalik Nilai

Sebuah Rumah dikerjakan oleh 12 orang pekerja akan selesai dalam waktu
30 Hari. Jika dikerjakan oleh 15 orang, berapa hari yang diperlukan untuk
menyelesaikan rumah trersebut?
Penyelesaian:

12 x 30 = 15D

360 = 15D

D = 360/15

D = 24

Jadi Rumah tersebut akan selesai dalam waktu 24 hari

3. Skala

Peta menggambarkan bentang bumi sesungguhnya dengan luas dan jarak


yang lebih kecil. Di ujung peta, biasanya ada angka 1 : 25.000 atau 1 :
100.000 untuk menunjukkan jarak sebenarnya terhadap jarak di peta. Angka
itu dikenal sebagai skala. Dikutip dari Ilmu
Ukur Tanah (1964),
Skala adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak di bumi. Angka 1 :
1.000.000 berarti 1 sentimeter di peta sama dengan 1.000.000 sentimeter di
bumi. Skala juga dapat berupa grafik. Di peta, biasanya ada garis atau
batang yang menunjukkan jarak dengan satuan kilometer.
Misalnya pada peta Indonesia di foto yang ada di atas, setiap batang
menunjukkan nilai 200 kilometer. Ini berarti setiap 1 cm di peta sama
dengan 200 kilometer jarak sebenarnya. Sehingga skalanya 1 : 20.000.000
Rumus skala

Dengan menghitung jarak di peta dan mengetahui skala, kita bisa tahu jarak
sebenarnya di bumi.
Berikut rumusnya:

Jarak sebenarnya = Jarak peta : Skala

Skala = Jarak peta : Jarak sebenarnya

Jarak peta = Jarak Sebenarnya x Skala

Contohnya,

Di peta tertulis skala 1 : 1.500.000. Jika jarak kota A ke kota B pada peta
sepanjang 3 cm, maka jarak sebenarnya adalah: 3 : 1/500.000 = 3 × 500.000
= 1.500.000 Jarak sebenarnya kota A ke kota B adalah
1.500.000cm atau 15 km .

e. KPK dan FPB

1. Menetukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) Ada beberapa cara


untuk menentukan KPK dari suatu bilangan, kamu dapat menggunakan
salah satu yang menurutmu paling mudah atau paling kamu kuasai.
1. Menggunakan kelipatan

Contoh tentukan KPK dari 5 dan 8.


Uraikan setiap angkanya menjadi:

5 = 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, 45, 50…

8 = 8, 16, 24, 32, 40, 48, 56, 64…

Pada kelipatan 5 dan 8 diambil angka yang sama yang paling kecil
Sehingga, nilai KPK dari 5 dan 8 adalah 40.

2. Menggunakan faktor prima

Contoh tentukan KPK dari 20 dan 84.

Uraikan faktor dari setiap bilangan menjadi:

20 = x5

84 = 3x7

NB : “Faktor prima yang sama dengan pangkat terbesar lalu di kalikan


dengan bilangan lainnya”
Jadi KPK dari 20 dan 84 adalah = x 3 x 5 x 7 = 420

3. Dengan menggunakan tehnik sengkedan

Contoh : KPK dari 20 dan 84


20 84
2 10 42
2 5 21
5 5 21
3 1 7
7 1 7

Jadi KPK dari 20 dan 84 adalah = x 3 x 5 x 7 = 420

2. Menentukan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) 1. Menggunakan


Faktor Persekutuan
Contoh : Tentukan FPB dari 12 dan 18
Faktor dari 12 = 2, 3, 6, 12

Faktor dari 18 = 2, 3, 6, 9, 18

Faktor persekutuan dari 12 dan 18 adalah 2,3,6

Faktor persekutuan terbesar adalah 6

2. Menggunakan faktor prima Contoh :


Tentukan FPB dari 45 dn 60

45 = x5

60 = x3x5

NB : faktor prima yang sama yang terkecil adalah 3 dan 5


Jadi, FPB dari 45 dan 60 adalah 15

4. Dengan menggunakan tehnik sengkedan

Contoh : FPB dari 45 dan 60


45 60
3 15 20
5 3 4
3 1 4
2 1 2
2 1 1

Jadi FPB dari 45 dan 60 adalah 3x 5 = 15

3. Pemecahan Masalah yang Berkaitan dengan KPK dan FPB


Banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan KPK atau FPB.
Contoh 1

Dua siswa sedang berlari di suatu lintasan berbentuk lingkaran. Siswa


pertama dapat menyelesaikan 1 putaran dalam waktu 50 detik, sedangkan
siswa ke dua dapat menyelesaikan 1 putaran dalam waktu 60 detik.
Mereka mulai dari titik start diwaktu yang sama. Pada detik ke berapa
kedua siswa tersebut bertemu kembali di titik start untuk yang kedua
kalinya?
Penyelesaian :

Soal cerita ini dapat diselesaikan dengan menggunakan

KPK
50 60
2 25 30
5 5 6
2 5 3
3 5 1
5 1 1

Jadi KPK dari 50 dan 60 adalah x3x = 300 Jadi kedua siswa
tersebut akan bertemu yang kedua kalinya dititik start pada menit ke 300
Contoh 2

Untuk acara ulang tahun, Citra akan mengemas 90 permen dan 60


cokelat. Permen dan coklat tersebut akan di bungkus ke dalam kantong
plastik dengan jumlah masing- masing sama banyak. Berapa banyak
kantong plastik yang harus disiapkan oleh Citra?
Penyelesaian

Soal cerita ini dapat diselesaikan dengan menggunakan

FPB
90 60
2 45 30
3 15 10
5 3 2
3 1 2
2 1 1

Jadi FPB dari 90 dan 60 adalah 2x3x5 = 30

Jadi plastik yang dibutuhkan Citra sebanyak 30 biji

E. TUGAS TERSTRUKTUR

Setelah membaca dan memahami uraian materi dan contoh di atas, coba
kerjakan tugas terstruktur berikut ini: Setelah anda membaca materi ajar ini
buatlah contoh soal hots yang berkaitan dengan soal cerita pemecahan masalah
sehari hari yang berkaitan dengan persen, perbandingan, dan skala.

F. FORUM DISKUSI

Untuk menambah penguasaan materi, silakan selesaikan forum diskusi mengenai


materi bilangan berikut ini:
Sebagai seorang guru pasti anda pernah mengajarkan KPK dan FPB pada soal
cerita?Jika pernah, cara apa yang anda gunakan untuk mengetahui ciri-ciri soal
tersebut di kerjakan dengan menggunakan KPK atau FPB?Dan dengan
menggunakan cara apa anda mengajarkan?Jelaskan!
G. RANGKUMAN

a. Bilangan

1. Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan dalam


pencacahan dan pengukuran.
2. Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk
menuliskan bilangan.
3. Macam- macam bilangan

a. Bilangan asli adalah bilangan positif yang dimulai dari bilangan satu
keatas
b. Bilangan bulat adalah himpunan bilangan bulat negatif, bilangan nol,
bilangan positif dan bilangan negatif.
c. Bilangan cacah adalah himpunan bilangan yang terdiri bilangan positif
dan nol.
d. Bilangan prima adalah bilangan yang tidak dapat di bagi oleh bilangan
lainnya kecuuali bilangan itu sendiri dan 1.
e. Bilangan nol adalah bilangan nol (0) itu sendiri

f. Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk


a/b dengan a dan b bilangan bulat dan b ≠
g. Bilangan rasional adalah bilangan yang dinyatakan dalam bentuk a/b
dengan a dan b merupakan anggota bilangan bulat dan b≠0
h. Bilangan irrasional adalah himpunan bilangan yang tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk pecahan atau bilangan sekain bilangan
rasional.
i. Bilangan real adalah himpunan bilangan berupa gabungan antara
bilangan rasional dan bilangan irasional.
j. Bilangan negatif adalah bilangan yang bernilai negatif.

k. Bilangan positif adalah bilangan yang bernilai positif selain nol.


l. Bilangan genap adalah bilangan-bilangan yang akan habis jika dibagi
menjadi 2.
m. Bilangan ganjil adalah bilangan yang jika dibagi 2 maka akan tersisa 1
atau bilangan yang dapat dinyatakan dengan 2n-1 dengan n adalah
bilangan bulat.
n. Bilangan komposit adalah bilangan asli yang lebih besar dari 1 tapi
bukan termasuk dalam bilangan prima.
o. Pengertian Bilangan Riil adalah bilangan yang dapay ditulis dalam
bentuk desimal.
p. Bilangan imajiner adalah bilangan i (satuan imajiner), dimana i
merupakan lambang bilangan baru.
q. Bilangan kompleks adalah bilangan yang anggotanya a+bi, dimana a,b
ϵ R, i2 = -1. Dengan a bagian bilangan riil dan b bagian bilangan
imajiner.
r. Bilangan kuadrat adalah bilangan yang dihasilkan dari perkalian suatu
bilangan dengan bilangan itu sendiri sebanyanyak dua kali dan
disimbolkan dengan pangkat
s. Bilangan romawi adalah suatu sistem penomoran yang berasal dari
romawi kuno menggunakan huruf latin yang melambangkan angka
numerik.

b. Bilangan Bulat dan Operasi Hitung pada Bilangan Bulat

1. Pengertian Bilangan Bulat

2. Konsep Nilai Tempat dan Contoh Penerapnnya pada Pembelajaran


3. Operasi Hitung pada Bilangan Bulat dan Contoh Pembelajarannya
a. Penjumlahan Bilangan Bulat

• Media benda kongkret

• Garis bilangan

Sifat- sifat penjumlahan bilangan bulat

• Sifat tertutup

• Sifat pertukaran
• Sifat pengelompokan

• Memiliki unsur identitas

• Memiliki invers terhadap penjumlahan

b. Pengurangan Bilangan Bulat

c. Perkalian Bilangan Bulat

Sifat perkalian bilangan bulat

• Sifat tertutup

• Sifat komutatif

• Sifat asosiatif

• Sifat distributif

• Memiliki unsur identitas

c. Bilangan Pecahan dan Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan

1. Pengertian Bilangan Pecahan

2. Bilangan Pecahan Senilai

3. Bilangan Pecahan Murni, Senama dan Campuran

a. Bilangan Pecahan Murni

b. Bilangan Pecahan Senama

c. Bilangan Pecahan Campuran

4. Penjumlahan dan Pengurrangan Bilangan Pecahan

a. Penjumlahan dan Pengurrangan Bilangan Pecahan dengan Penyebut


Sama
b. Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Pecahan dengan Penyebut
Berbeda
5. Perkalian Bilangan Pecahan
6. Pembagian Bilangan Pecahan

7. Pecahan Desimal

a. Pengertian Bilangan Pecahan Desimal

b. Mengubah Penulisan Pecahan Desimal

c. Mengubah pecahan biasa menjadi desimal

d. Mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa

d. Persen, Perbandingan dan Skala

1. Persen ialah suatu angka atau perbandingan “rasio” untuk menyatakan pecahan
dari seratus yang ditunjukkan dengan simbol %, dengan kata lain, persentase
ialah bagian dari keseluruhan yang dinyatakan dengan per seratus.
2. Perbandingan dapat dinyatakan sebagai bentuk pecahan. Misalnnya A dapat
disederhanakan menjadi a dan B dapat disederhanakan menjadi B.

Perbandingan A: B dapat disederhanakan menjadi a : b atau


3. Skala adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak di bumi. Angka 1 :
1.000.000 berarti 1 sentimeter di peta sama dengan 1.000.000 sentimeter di
bumi.

e. KPK dan FPB

1. Menentukan KPK

• Menggunakan kelipatan

• Menggunakan faktor prima

• Dengan menggunakan tehnik sengkedan

2. Menentukan FPB

• Menggunakan Faktor Persekutuan

• Menggunakan faktor prima


• Dengan menggunakan tehnik sengkedan

3. Pemecahan Masalah yang Berkaitan dengan KPK dan FPB Dengan


menggunakan teknik sengkedan
H. TES SUMATIF

Berikut soal-soal tes sumatif dari materi ajar bilangan:

1) Bentuk operasi hitung -20 – (-15) sama artinya dengan bentuk operasi hitung ….
a. 20 - 15
b.(-15) + 20

c. 20 – (-15)

d.(-20) + 15

2) Hasil penjumlahan pecahan berikut yang benar adalah ….

a.

b.

c.

d.

3) Operasi pengurangan pecahan berikut yang menghasilkan bilangan bulat


adalah ….

a.

b. 0,25

c.

d.

4) Lisa membeli duku 3 kg. Sebanyak kg duku diberikan kepada Maman.


Kemudian, Lisa diberi duku 0,25 oleh ibunya . Duku lisa sekarang .... kg

a.
b. 3

c.
d.

5) Hana menghitung pengurangan dua bilangan pecahan sebagai berikut :

Berdasarkan jawaban tersebut, Hana belum menguasai konsep tentang ….


a. Pengurangan bilangan pecahan

b. Pengurangan bilangan bulat

c. Pecahan senilai

d. Penjumlahan

6) Pak Yudi memperoleh penghasilan Rp 7.650.000,00. Dari penghasilan tersebut

bagian digunakan biaya sekolah putra putrinya, 11% bagian digunakan


transportasi sehari-hari, 30% digunakan untuk biaya hidup, dan 0,15 digunakan
untuk membayar cicilan rumah, serta sisanya digunakan untuk tabungan. Besar
dana untuk tabungan adalah …
a. Rp 2.677.500,00
b. Rp 2.677.000,00

c. Rp 2.514.000,00

d. Rp 2.515.000,00

7) Pembangunan sebuah gedung direncanakan selesai dibangun selama 20 hari


oleh 36 pekerja. Setelah dikerjakan 12 hari pekerjaan dihentikan selama 2 hari.
Jika kemampuan bekerja setiap pekerja dianggap sama dan agar pembangunan
selesai tepat waktu, banyak pekerja tambahan yang diperlukan adalah….
a. 12 pekerja

b. 14 pekerja

c. 20 pekerja

d. 18 pekerja
8) Seorang pengelola pasa swalayan menerima pasokan buahbuahan dan sayur
mayor berupa 75 sisir pisang, 90 ikat bayam dan 120 buah jeruk. Ia akan
mengemasnya dalam paket-paket dengan per paket berisi pisang, sayur mayor
dan jeruk. Paket terbanyak yang dapat disiapkannya dengan sisa yang
sedikitdikitnya adalah …
a. 6 kemasan
b. 12 kemasan

c. 25 kemasan

d. 15 kemasan

9) Jarak antara kota Semarang dan Yogyakarta pada peta 5 cm. Jika skala pada

peta 1 : 3.600.000 maka jarak sebenarnya antara kedua kota tersebut adalah
... km

a. 105

b. 135

c. 180

d. 246

10) Bus Ladju berangkat dari terminal setiap 60 menit sekali. Bus Akas berangkat
dari terminal setiap 90 menit sekali. Kedua bus tersebut berangkat bersama-
sama pada pukul 03.00.
Kedua bus akan berangkat bersama-sama lagi pada pukul ....
a. 05.00
b. 06.00

c. 07.00

d. 08.00
Kunci Jawaban Tes sumatif

1. D 6. C

2. A 7. C

3. A 8. B

4. B 9. B

5. A 10. B
DAFTAR PUSTAKA

Gunanto, Dhesy adhalia Matematika untuk SD/MI kls IV Kurikulum 2013 yang
disempurnakan

https://id.wikipedia.org/wiki/BilanganPengertian Bilangan, di akses pada tanggal


20 Juli 2021

http://gianjulianto.simplesite.com/426974803Pengertian Numerasi di akses pada


tanggal 20 Juli 2021

https://www.pelajaran.co.id/2017/14/pengertian-bilangan-macam-macam-
bilangandan-contohnya.htmlMacam-Macam Bilangan di akses pada tanggal 20
Juli 2021

https://rumushitung.com/2020/08/11/perbandingan-senilai-dan-berbalik-nilai-
beserta contoh-soalnya/ Perbandingan senilai dan berbalik nilai, di akses pada
tanggal 25 Juli
2021

Anda mungkin juga menyukai