Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Materi
Pembelajaran Matematika SD dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu
pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna
danmasih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu, kami sebagai penyusun makaah
ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini, terutama dosen
mata kuliah Kajian dan Pengembangan Matematika Pendidikan Dasar yang kami harapkan
sebagai bahan koreksi untuk kami.
Kelompok 14
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
PEMBAHASAN
BILANGAN
1. Konsep Bilangan
Bilangan adalah suatu unsur atau objek yang tidak didefinisikan
(underfined term). Bilangan merupakan suatu konsep yang abstrak, bukan
simbol, bukan pula angka. Bilangan menyatakan suatu nilai yang bisa
diartikan sebagai banyaknya atau urutan sesuatu atau bagian dari suatu
keseluruhan. Bilangan merupakan konsep yang abstrak, bukan simbol, dan
bukan angka. Tanda-tanda yang sering ditemukan bukan suatu bilangan tetapi
merupakan lambang bilangan. Lambang bilangan memuat angka dengan nilai
tempat tertentu.
Konsep yaitu suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi
kekhususan. Suatu konsep sebenarnya adalah defenisi secara singkat dari
sekelompok fakta atau gejala. Konsep matematika adalah suatu ide yang
merupakan suatu generalisasi peristiwa atau pengalaman yang dinyatakan
dengan istilah atau symbol tertentu. Konsep harus benda-benda, ciri dan
atribut yang lengkap dengan sesuatu dari suatu objek.
2. Macam - Macam Bilangan
Macam-macam bilangan antara lain adalah sebagai berikut.
1) Bilangan kardinal
Bilangan kardinal menyatakan hasil membilang (berkaitan dengan
pertanyaan berapa banyak). Bilangan kardinal juga digunakan untuk
menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan. Contoh: ibu membeli
3 keranjang buah-buahan.
2) Bilangan ordinal
Bilangan ordinal menyatakan urutan dari suatu objek. Contoh: mobil
yang ke-3 di halaman itu berwarna hitam.
3) Bilangan asli
Bilangan asli juga disebut dengan Natural Numbers. Himpunan
bilangan asli = {1, 2, 3, 4,...}. Bilangan asli dapat digolongkan
menurut faktornya yaitu: bilangan genap, bilangan ganjil, dan bilangan
prima
4) Bilangan komposit
Bilangan komposit adalah bilangan asli yang memiliki lebih dari 2
faktor. Suatu bilangan bulat positif dinamakan bilangan komposit jika
bilangan itu mempunyai pembagi lain kecuali bilangan itu sendiri dan
1. Himpunan bilangan komposit = {4, 6, 8, 9, 10, 12, 14,...}
5) Bilangan cacah
Bilangan cacah dapat didefinisikan sebagai bilangan yang digunakan
untuk menyatakan kardinalitas suatu himpunan. Himpunan bilangan
cacah = {0, 1, 2, 3,...}.
6) Bilangan sempurna
Bilangan sempurna adalah bilangan asli yang jumlah faktornya
(kecuali faktor yang sama dengan dirinya) sama dengan bilangan
tersebut. Perhatikan contoh berikut: • 6 merupakan bilangan sempurna,
karena faktor dari 6 kecuali dirinya sendiri adalah 1, 2, dan 3. Jadi, 1 +
2 + 3 = 6. • 28 merupakan bilangan sempurna, karena faktor dari 28
kecuali dirinya sendiri adalah 1, 2, 4, 7, dan 14. Jadi, 1 + 2 + 4 + 7 +
14 = 28.
7) Bilangan bulat
Himpunan yang merupakan gabungan dari himpunan bilangan asli
dengan lawannya dan juga bilangan nol disebut himpunan bilangan
bulat. Himpunan bilangan bulat = {..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,...}. 8)
Bilangan rasional Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat
dinyatakan dalam bentuk , , dengan 𝑎 dan 𝑏 bilangan bulat, 𝑏 ≠ 0
(setelah disederhanakan, 𝑎 dan 𝑏 tidak memiliki faktor sekutu kecuali
1).
8) Bilangan irasional
Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan sebagai
perbandingan bilangan-bilangan bulat 𝑎 dan 𝑏, dengan 𝑏 ≠ 0. Bilangan
irasional bukan merupakan bilangan bulat dan juga bukan merupakan
bilangan pecahan. Jika bilangan irasional ditulis dalam bentuk desimal,
bilangan itu tidak mempunyai pola yang teratur.
9) Bilangan real
Bilangan real adalah gabungan antara himpunan bilangan rasional
dengan bilangan irasional. Bilangan real dapat dinyatakan dengan
lambang ℝ.
10) Bilangan kompleks
Himpunan bilangan kompleks dapat didefinisikan sebagai pasangan
terurut (𝑎, 𝑏) dengan 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ atau 𝐾 = {𝑧|𝑧 = (𝑎, 𝑏) , 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ}.
Bentuk umum bilangan kompleks adalah 𝑎 + 𝑏𝑖.
11) Bilangan Imajiner
Bilangan imajiner atau bilangan khayal adalah bilangan real yang
dikalikan dengan unsur imajiner. BIlangan ini biasa dilambangakan
dengan i, dengan nilai i2=-1.
PENGUKURAN
Pengukuran merupakan kuantifikasi atau penetapan angka tentang
karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Asmawi Zainul
dan Noehi Nasution juga memberikan definisi yang serupa mengenai pengukuran,
yaitu pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu menurut aturan
atau formulasi yang jelas. Dengan demikian, secara sederhana pengukuran dapat
dikatakan sebagai kegiatan pemberian atau penetapan angka pada objek yang diukur
yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek tersebut.
a. Pengukuran waktu
Sebelum membahas tentang debit, maka akan dimulai terlebih dahulu
mempelajari pengukuran waktu. Satuan baku untuk mengukur waktu adalah
detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, semester, tahun, lustrum, windu,
dasawarsa, dan abad
b. Debit Permasalahan
dalam kajian volume tidak hanya sekedar menghitung berapa volume dari sebuah
bangun ruang tetapi berhubungan juga dengan debit. Debit digunakan untuk
mengukur volume zat cair yang mengalir untuk setiap satuan waktu. Satuan yang
biasa digunakan adalah volume persatuan waktu (m 3 /detik, m 3 /jam,
liter/menit, liter/detik ataupun liter/jam). Konsep debit di Sekolah Dasar, dapat
dimulai dengan memberikan ilustrasi, seorang siswa akan mengisi air minum
pada botol minuman yang berkapasitas 1 liter, waktu yang dibutuhkan untuk
mengisi air minum dari gallon air mineral ke botol minuman adalah 1,5 menit,
siswa berdiskusi dengan guru sampai mendapatkan kesimpulan bahwa ukuran
mengisi air atau volume air tiap satu satuan waktu dinamakan debit
Contoh:
1) Sebuah drum dengan jari-jari 60 cm dan tinggi 1 m ingin diisi dengan air hingga
penuh. Jika waktu yang dibutuhkan untuk mengisi drum tersebut adalah 50
menit, berapakah debit airnya? Sebelum menentukan debit, tentukanlah dahulu
volume drum.
Volume drum = 𝜋 2 = 3,14 x ((0,6) 2 m 2 ) x (1) m
= 1,884 m 3
= 1884 dm3
= 1884 liter
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai waktu berpapasan dan waktu
menyusul. Saat dua orang melakukan sebuah perjalanan dari arah yang
berlawanan, dan melalui jarak yang sama (dengan asumsi kecepatannya adalah
konstan), maka di suatu titik tertentu mereka akan berpapasan. Sama halnya
ketika ada dua orang berkendara dengan arah yang sama dan melalui jalur yang
sama, maka orang yang satu akan menyusul orang yang terlebih dahulu berangkat
dengan kecepatan yang berbeda.
Perhatikan contoh–contoh berikut ini.
a. Jarak Kota A dan Kota B adalah 275 km. Ahmad berkendara dari Kota A ke Kota B
pada pukul 09.30 dengan kecepatan rata-rata 54 km/jam. Boni berkendara dari Kota B
ke Kota A dengan kecepatan 56 km/jam. Jika mereka melalui jalan yang sama dan
lancar, pada pukul berapakah mereka akan berpapasan? Pada kasus ini terdapat dua
orang yang berkendara berbeda arah tetapi melalui jalan yang sama dan berangkat
pada waktu yang sama. Untuk menentukan waktu mereka berpapasan dapat
digunakan rumus:
Silahkan dicoba dengan rumus tersebut, dan hasil yang akan diperoleh adalah 2 jam
30 menit atau mereka akan berpapasan pada pukul 09.30 + 2 jam 30 menit sama
dengan pukul 12.00
b. Jarak Kota A dan Kota B adalah 180 km. Ahmad berkendara dari kota A ke kota
B pada pukul 09.30 dengan kecepatan 80 km/jam. Boni berkendara dari kota B ke
kota A pada pukul 10.00 dengan kecepatan 60 km/jam. Jika mereka melalui jalan
yang sama dan lancar, pada pukul berapakah mereka akan berpapasan? Untuk kasus
yang kedua, berbeda dengan kasus sebelumnya. Perbedaannya terletak pada waktu
keberangkatannya, sehingga akan ada selisih waktu. Selisih waktu berangkatnya
adalah 30 menit atau jam. Kemudian kita akan menentukan saat orang kedua
berangkat (dalam hal ini Boni), orang pertama (dalam hal ini Ahmad) telah
menempuh jarak berapa km (atau yang kemudian disebut dengan selisih jarak).
c. Pengukuran Berat
Satuan baku yang dapat digunakan untuk mengukur berat adalah 𝑘 , ℎ , 𝑑𝑎 , 𝑎𝑚, 𝑑 ,
𝑐 , 𝑚 . Perhatikan bagan di bawah ini.
Berdasarkan bagan tersebut, terdapat satuan baku yang lain untuk mnegukur berat,
yaitu: 1 𝑜𝑛 = 10 𝑘𝑤, 1 𝑜𝑛 = 1000 𝑘 , dan 1 𝑘𝑤 = 100 𝑘 . Selain itu terdapat ukuran
baku yang lain yaitu 1 𝑜𝑛𝑠, dimana 1 𝑜𝑛𝑠 = 1 ℎ . Setelah menguasai pengukuran
berat, siswa diharapkan dapat memahami hukum kekekalan berat. Siswa yang telah
memahami hukum kekekalan berat akan menyatakan bahwa berat suatu benda akan
tetap meskipun bentuknya berubah, dan ditimbang dengan alat yang berbeda.
d. Pengukuran Volume
Sebelum membahas mengenai volume bangun ruang, maka kita akan
mengingat kembali tentang pengukuran volume. Satuan baku yang dapat digunakan
untuk mengukur volume adalah 𝑘𝑚 3 , ℎ𝑚 3 , 𝑑𝑎𝑚 3 , 𝑚 3 , 𝑑𝑚 3 , 𝑐𝑚 3 , 𝑚𝑚 3 .
2. Geometri Dimensi 2
Dimensi dua berbentuk bidang datar, sehingga pada dimensi dua tentunya
akan kita bahas hal-hal terkait bentuk bangun datar yang terdapat pada
dimensi dua. Berbeda dengan dimensi satu, bangun datar pada dimensi dua
memiliki ukuran berupa panjang, luas, dan keliling. Bangun datar yang
biasanya dibahas pada lingkup dimensi dua antara lain segitiga, persegi,
persegi panjang, jajar genjang, trapesium, layang-layang, belah ketupat, dan
lingkaran.
A. Segitiga
Pertama adalah segitiga, yang mana dapat dibentuk dengan
menghubungkan tiga titik pada bidang yang sama dengan syarat bidang
tersebut tidak sejajar.
Jenis-jenis segitiga antara lain segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, dan
segitiga siku-siku. Di bawah ini adalah tabel dari segitiga-segitiga tersebut:
Segitiga sama sisi adalah sebuah segitiga yang memiliki sisi yang sama
panjang dan ketiga sudutnya sama besar. Segitiga sama kaki adalah sebuah
segitiga yang memiliki dua sisi yang sama panjang dan dua sudut yang
sama besar. Sedangkan segitiga siku-siku adalah sebuah segitiga yang
salah satu sudutnya adalah sudut siku-siku. Selain ketiga jenis segitiga
yang sudah disebutkan, terdapat pula segitiga sebarang yang ketiga sisinya
tidak ada yang sama panjang dan ketiga sudutnya tidak sama besar.
Lalu, dalam penghitungan luasnya dapat menggunakan rumus:
L=½a×t
dengan
L = luas segitiga
a = alas segitiga
t = tinggi segitiga.
B. Persegi
Merupakan sebuah bangun datar yang
memiliki 4 sisi yang sama panjang dan 4 sudut yang sama besar (siku-
siku). Gambar persegi adalah sebagai berikut:
dengan rumus luasnya yaitu:
L = s2
dan rumus kelilingnya yaitu:
K = 4s
dengan s = panjang sisi.
C. Persegi Panjang
Merupakan sebuah bangun datar
dengan 2 pasang sisi yang berhadapan
sama panjang dan 4 sudut yang sama
besar. Gambar persegi panjang adalah sebagai berikut:
Pembahasan
L = 140 + 38,5
K = 20 + 7 + 20 + 22/7 × 7
K = 68 satuan panjang
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Ahmad, A. M. (2021). Konsep-Konsep Dasar Dalam Matematika dan Ekonomi. Jurnal
Pendidikan Matematika, 2(1). hlm. 78-79
Nuraini, I. L. dkk. (2017). Pembelajaran Matematika Geometri Secara Realistis Dengan
GeoGebra. Jurnal Teori dan Terapan Matematika. 16(2). hlm 1.
Website
Diakses dari https://ujione.id/mengenal-jenis-bilangan-dan-contohnya/ pada 12 Desember
2022, pukul 13.44 WIB.
Diakses dari https://id.wikihow.com/Menghitung-Besar-Sudut pada 12 Desember 2022,
pukul 15.23 WIB.