Anda di halaman 1dari 16

Proposal Praktikum Pembuatan Alat Peraga Matematika

PAPAN BILBUL (Bilangan Bulat)

Ikhsan Dwi Setyono, S. Pd, M. Pd.

Disusun Oleh :
Zahra Restu Madadina (A410160082)
Sasmita Salma Hani’in (A410160092)
Rismawati Mentari Putri (A410160100)
Alfi Uswatun Hasanah (A410160102)
Ervha Arien Pratama (A410160107)

Program Studi Pendidikan Matematika


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Praktikum Pembuatan Alat Peraga Matematika dengan judul “PAPAN


BILBUL (Bilangan Bulat)” guna melengkapi mata kuliah Pratikum Pembuatan Alat Peraga
Matematika Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun Akademik 2018/2019 telah disetujui dan
disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Surakarta,

Ikhsan Dwi Setyono, S. Pd, M. Pd.


HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan


B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Pembuatan Alat Peraga Matematika
D. Manfaat Pembuatan Alat Peraga Matematika

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Pembahasan Teori
B. Hubungan dengan Pembelajaran Matematika

BAB III : METODE PEMBUATAN ALAT PERAGA

A. Bentuk Alat Peraga


B. Alat dan Bahan
C. Estimasi Dana
D. Prosedur Pembuatan
E. Cara Penggunaan

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how,


yaitu pebelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu
pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan
pengertian knowing that yang dianut oleh kaum absoluitis, dimana pebelajar dipandang
sebagai mahluk yang pasif dan seenaknya dapat diisi informasi dari tindakan hingga tujuan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti
bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan
mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri khas matematika yang deduktif
aksiomatis ini harus diketahui oleh guru sehingga mereka dapat membelajarkan matematika
dengan tepat, mulai dari konsep-konsep sederhana sampai yang kompleks (Bourne, dalam
Romberg, 1992).

Kemampuan berpikir matematika khususnya berpikir matematika tingkat tinggi sangat


diperlukan peserta didik, terkait dengan kebutuhan peserta didik untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa keterampilan berpikir yang dapat
meningkatkan kecerdasan memproses adalah keterampilan berpikir kritis, keterampilan
berpikir kreatif, keterampilan mengorganisir otak, dan keterampilan analisis. Oleh sebab itu,
kemampuan berpikir terutama yang menyangkut aktivitas matematika perlu mendapatkan
perhatian khusus dalam proses pembelajaran matematika. Namun, kenyataan di lapangan
belum sesuai dengan yang diharapkan. Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya
peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun fokus dan perhatian pada
upaya meningkatkan kemampuan berpikir matematika peserta didik masih jarang
dikembangkan. Aisyah (2008:4) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa rendahnya
kemampuan berpikir kritis disebabkan upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis di
sekolah-sekolah jarang dilakukan.

Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan Rohmayasari (2010:68) didapat bahwa
sikap dan kemampuan berpikir matematika peserta didik masih rendah dan belum
memuaskan, diantaranya:

1. Peserta didik masih merasa malas untuk mempelajari matematika karena terlalu banyak
rumus.

2. Peserta didik menganggap bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang


membosankan.
3. Matematika masih sulit dipahami oleh peserta didik..

4. Soal matematika yang diberikan sulit untuk dikerjakan.

5. Peserta didik masih merasa bingung dalam mengaplikasikan konsep matematika dalam
kehidupan sehari-hari.

Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa munculnya kemampuan berpikir kritis
peserta didik harus diiringi oleh minatnya terhadap suatu objek. Kemudian diyakini bahwa
objek yang menarik minat peserta didik tersebut misalnya terhadap proses pembelajaran di
kelas akan menjadi dasar motivasi peserta didik sehingga akan menentukan sikap peserta
didik untuk belajar. Dalam suatu pembelajaran di kelas agar peserta didik dapat memiliki
minat yang tinggi salah satunya adalah dengan menghadirkan alat peraga sebagai alat
pembangkit minat peserta didik untuk mempelajarinya. Dengan keinginan atau minat untuk
mempelajari matematika, maka tidak sulit lagi peserta didik dapat memahami materi yang
guru berikan. Salah satu contoh kesulitan kemampuan berpikir peserta didik dalam operasi
hitung penjumlahan, pengurangan dan perkalian bilangan bulat merupakan masalah bagi
peserta didik dan guru. Dari permasalahan tersebut, cara yang diambil adalah dengan
menggunakan bantuan alat peraga berupa garis bilangan yang dirancang oleh guru. Alat
tersebut dinamakan BILBUL sebagai alat dalam menghitung penjumlahan, pengurangan, dan
perkalian bilangan bulat. Alat ini dibuat semenarik mungkin untuk mempermudah peserta
didik dalam operasi penjumlahan, pengurangan dan perkalian bilangan bulat serta diharapkan
dengan alat tersebut peserta didik akan lebih tertarik untuk belajar sehingga mudah untuk
mempelajarinya.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dikaji dalam proposal ini adalah

1. Bagaimana proses pembuataan alat peraga “BILBUL” untuk pokok bahasan operasi
hitung penjumlahan, pengurangan, dan perkalian bilangan bulat ?

2. Bagaimana cara menggunakan alat peraga “BILBUL” untuk meningkatkan pemahaman


peserta didik.

C. Tujuan Pembuatan Alat Peraga

1. Mendiskripsikan bagaimana pembuatan alat peraga “BILBUL”

2. Mendiskripsikan bagaimana menggunakan alat peraga “BILBUL”

D. Manfaat Pembuatan Alat Peraga

Manfaat yang ingin dicapai dalam pembuatan alat peraga ini adalah :

1. Secara teoristis
Sebagai upaya pengembangan media pembelajaran untuk mata pelajaran matematika.

2. Secara Praktis

a. Bagi Peserta didik


1) Dapat menarik minat belajar peserta didik dalam mempelajari
matematika
2) Memotivasi peserta didik agar lebih aktif, kreatif dan semangat dalam
mempelajari matematika.
b. Bagi Guru
1) Membantu mempermudah guru dalam menyampaikan materi
penjumlahan, pengurangan dan perkalian bilangan bulat.
2) Membantu guru dalam membangkitkan minat belajar peserta didik.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembahasan Teori
Bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang terdiri dari bilangan bulat negatif, nol
dan bilangan bulat positif. Bilangan bulat terdiri dari bilangan cacah (0, 1, 2, 3, ...)
dan negatifnya (-1, -2, -3, ...; -0 adalah sama dengan 0 sehingga tidak lagi dimasukkan
secara terpisah). Bilangan bulat dapat dituliskan tanpa komponen desimal atau
pecahan.Himpunan semua bilangan bulat dalam matematika dilambangkan dengan Z
berasal dari Zahlen (bahasa Jerman untuk "bilangan").Himpunan Z tertutup di bawah
operasi penambahan dan perkalian. Artinya, jumlah dan hasil kali dua bilangan bulat
juga bilangan bulat. Namun berbeda dengan bilangan asli, Z juga tertutup di bawah
operasi pengurangan. Hasil pembagian dua bilangan bulat belum tentu bilangan bulat
pula, karena itu Z tidak tertutup di bawah pembagian.

Operasi pada bilangan bulat antara lain:

1. Operasi Penjumlahan

Pada operasi penjumlahan terdapat dua jenis, yaitu:

 Penjumlahan dua bilangan bulat bertanda sama. Penjumlahan ini tejadi jika kedua
bilangan memiliki tanda yang sama yaitu sama-sama bilangan positif dan sama-sama
bilangan negatif. Rumusnya adalah :

a. Jika bilangan bulat positif (+) ditambahkan dengan bilangan bulat positif (+)
hasilnya = bilangan bulat positif (+). Contoh : 327 + 234 = 561
b. Jika bilangan bulat negatif (-) ditambahkan dengan bilangan bulat negatif (-)
hasilnya = bilangan bulat negatif (-). Contoh : – 452 + (- 212) = -(452 + 212) = –
664
 Penjumlahan dua bilangan bulat tanda berlawanan. Penjumlahan ini terjadi jika kedua
bilangan berbeda tandanya, yang satu bertanda positif, yang lainnya bertanda negatif.
2. Operasi Pengurangan
Pada operasi pengurangan bilangan bulat rumusnya adalah

a – b = a + (-b)

maksud dari rumus ini adalah. jika a dikurangi b, maka hasilnya sama dengan
a ditambahkan dengan lawan dari angka b. Untuk memperjelas lihat contoh :

1. 2 – 3 = 2 + (-3) = -1 —> kondisi 1


2. 2 – (-3) = 2 + (3) = 2 + 3 = 5 —> kondisi 2
dari kondisi 2 setelah kita masukan ke rumus maka angka 2 ditambahkan
dengan lawan dari -3. jadi awalnya 2 – (-3) setelah dimasukkan ke rumus menjadi 2 +
(3).

3. Operasi Perkalian
Perkalian bilangan bulat memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a.Unsur Identitas. Unsur identitas perkalian adalah 1 karena berapapun bilangan yang
dikalikan 1 selalu menghasilkan bilangan itu sendiri.
bx1=1xb=b
b. Sifat Perkalian Bilangan Bulat berdasarkan tandanya
 Perkalian positif (+) dengan positif (+), menghasilkan bilangan positif.
 Perkalian positif (+) dengan negatif (-), menghasilkan bilangan negatif.
 Perkalian bilangan negatif (-) dengan positif (+), menghasilkan bilangan negatif.
 Perkalian bilangan negatif (-) dengan negatif (-), menghasilkan bilangan positif (+).

c. Perkalian Bilangan Bulat Dengan Nol

Semua bilangan yang dikalian dengan nol (0) hasilnya akan selalu nol.

4. Operasi Pembagian

Sifat operasi pembagian bilangan bulat:


 Pembagian Bilangan Bulat Positif/Negatif
Bilangan bulat positif dibagi dengan bilangan bulat negatif maka hasilnya
akan berbentuk negatif, sehingga berlakulah a : (-b) = -(a:b)

 Pembagian Dua bilangan Bulat Negatif


Bilangan bulat negatif dibagi dengan bilangan bulat negatif akan
menghasilkan bilangan bulat positif, sehingga (-a) : (-b) = (a:b)

 Pembagian Nol dengan Bilangan Bulat


Kita ingat kembali sifat perkalian bilangan bulat dengan nol (0). Di dalam
tiap-tiap bilangan bulat, berlaku sifat: a x 0 = 0 maka 0 : a = 0. Namun, sifat tersebut
tidak akan berlaku apabila a = 0 karena apabila 0 dibagi dengan 0 maka hasilnya tidak
akan terdefinisi. Kesimpulannya adalah jika bilangan nol (0) dibagi dengan bilangan
bulat (bukan nol) maka hasilnya akan selalu nol (0).

Dalam kehidupan sehari-hari,kita sering dihadapkan pada permasalahan yang


melibatkan operasi bilangan bulat. Sebagai contoh, pada pengukuran menggunakan
termometer, untuk menyatakan suhu di bawah 0° C digunakan tanda negatif.Selama bulan
Januari suhu tertinggi di kota Berlin, Jerman 2° C di atas titik beku (0° C) dan suhu terendah
3° C di bawah titik beku. Bilangan apakah yang digunakan untuk kondisi cuaca seperti di
kota Berlin? Cukupkah bilangan asli atau bilangan cacah untuk menyatakan kondisi suhu
tersebut?

Perhatikanlah uraian berikut ini. Untuk suhu 2° C di atas titik beku (0° C) biasa ditulis
+2° C atau 2° C, sedangkan untuk suhu 3° C di bawah titik beku (0° C) biasa ditulis –3° C.
Bilangan +2 dan –3 adalah contoh bilangan bulat danberturut-turut disebut bilangan bulat
positif dan bilangan bulat negatif (+2 dibaca positif 2 dan –3 dibaca negatif 3). Selain
diterapkan untuk pengukuran termometer operasi bilangan bulat diterapkan pada seleksi
penerimaan mahasiswa baru, penerapan pada kapal selam (berhubungan dengan kedalaman
laut), dan masih banyak contoh lain.

B. Hubungan dengan Pembelajaran Matematika


Alat peraga Papan Bilangan Bulat dapat membantu siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP) pada khususnya dan peserta didik pada umumnya untuk berfikir secara abstrak
sehingga dapat mempermudah dalam mengoperasikan bilangan bulat. Diharapkan juga
dengan pembuatan alat peraga Papan Bilangan Bulat dapat meningkatkan minat siswa,
karena alat peraga ini dibuat dengan bentuk dan operasi menarik.
BAB III

METODE PEMBUATAN ALAT PERAGA

A. Bentuk Alat Peraga

Keterangan:

1. Lampu LED 5 mm warna biru


2. Kotak soal
3. Lampu LED 10 mm warna putih

B. Alat dan Bahan

Alat:

1. Gergaji
2. Palu
3. Gunting
4. Bor
5. Kuas
6. Solder
7. Amplas
8. Penggaris kayu 1 meter

Bahan:

1. Triplek (100 cm x 5 cm x 70 cm)


2. Kayu reng (2 x 100 cm, 2 x 70 cm)
3. Paku
4. Kawat kecil
5. Kabel kecil
6. Adaptor 1 ampere
7. Magnet kecil
8. Tenol
9. Lampu LED bulat 5 mm merah
10. Lampu LED bulat 5 mm hijau
11. Lampu LED bulat 10 mm putih
12. Mika bening
13. Spidol boardmarker hitam
14. Spidol permanent hitam
15. Saklar push on/off
16. Kertas HVS
17. Kertas asturo
18. Lem Fox
19. Lem Alteco
20. Lem Dextone
21. Transistor
22. Cat besi
23. Cat kayu
24. Mainan
25. Seng (70 cm x 10,5 cm)
26. Bambu
27. Isolasi hitam
C. Estimasi Dana

No. Barang Jumlah barang Harga satuan Total Harga


1. Triplek 2m Rp. 40.000/m Rp. 80.000
2. Kayu reng 1x4m Rp. 15.000 Rp. 15.000
3. Paku kayu 3 cm 1⁄ kg Rp. 24.000/kg Rp. 6.000
4
4. Paku kayu 2 cm 1⁄ kg Rp. 20.000/kg Rp. 5.000
4
5. Kabel kecil 5m Rp. 2.000/m Rp. 10.000
6. Magnet kecil 1 buah Rp. 3.000 Rp. 3.000
7. Tenol 1 gulung Rp. 20.000 Rp. 20.000
8. Lampu LED 5 mm 142 buah Rp. 500 Rp. 71.000
9. Lampu LED 10 mm 2 buah Rp. 1.000 Rp. 2.000
10. Mika bening 2 buah Rp. 500 Rp. 1.000
11. Spidol boardmarker 1 buah Rp. 7.000 Rp. 7.000
12. Saklar push on/off 42 buah Rp. 3000 Rp. 126.000
13. Kertas HVS 10 lembar Rp. 100 Rp. 1.000
14. Kertas asturo 1 lembar Rp. 2.000 Rp. 2.000
15. Lem fox 1 buah Rp. 10.000 Rp. 10.000
16. Lem alteco 1 buah Rp. 5.000 Rp. 5.000
17. Transistor 1 buah Rp. 15.000 Rp. 15.000
18. Cat besi 1 kaleng Rp. 10.000 Rp. 10.000
19. Cat kayu 1 kaleng Rp. 15.000 Rp. 15.000
20. Mainan 1 buah Rp. 10.000 Rp. 10.000
21. Seng 1m Rp. 21.000/m Rp. 21.000
22. Bambu 1 batang Rp. 10.000 Rp. 10.000
23. Lem Dextone 1 buah Rp. 15.000 Rp. 15.000
24. Isolasi hitam 1 buah Rp. 5.000 Rp. 5.000
25. Spidol permanent 1 buah Rp. 6.000 Rp. 6.000
Jumlah Rp. 471.000
D. Prosedur Pembuatan
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan dibutuhkan
2. Memotong triplek dengan ukuran 100 cm x 70 cm sebanyak dua lembar
3. Memotong kayu reng dengan panjang 100 cm dan 70 cm masing-masing
sebanyak 2 buah
4. Memotong seng dengan ukuran 70 cm x 10,5 cm sebanyak 2 lembar
5. Membuat pola pada triplek dengan ukuran yang telah ditentukan untuk operasi
perkalian dan operasi penjumlahan/pengurangan
6. Melubangi triplek dengan bor sesuai pola yang telah ditentukan
7. Melubangi seng menggunakan paku dan palu sesuai pola yang telah ditentukan
agar saklar dapat timbul keluar
8. Melapisi seng dengan cat besi berwarna biru untuk membentuk garis bilangan
dengan tema sungai
9. Melapisi seng dengan cat besi berwarna hitam di sekitar lubang yang telah dibuat
10. Menyusun kayu reng yang telah dipotong hingga membentuk kerangka persegi
panjang
11. Menempelkan triplek pada kerangka yang telah dibuat menggunakan paku dan
palu
12. Menempelkan seng yang telah dilapisi cat dengan bagian bagian bawah (saklar
push on/off) triplek dengan lem dextone
13. Memasang lampu LED sesuai dengan tempat serta urutan yang benar
14. Prosedur pembuatan rangkaian listrik pada penjumlahan/pengurangan dan
perkalian bilangan bulat
a. Menyiapkan alat dan bahan (gunting, solder, tenol, resistor, kabel, lampu
LED, dll)
b. Memasang semua saklar dan lampu pada tempat yang telah disediakan
c. Menyolder dengan tenol setiap kaki lampu dan saklar, untuk membedakan
negatif atau positif menggunakan warna kabel yang berbeda
d. Menyesuaikan jarak untuk penyambungan kabel dan menyolder sesuai
dengan rangkaian
e. Setelah semua tersambung, menyambungkan kabel positif dan negatif ke
adaptor
15. Memasang adaptor pada bagian dalam papan rangkaian
16. Memasang magnet pada mainan untuk operasi penjumlahan/perkalian bilangan
bulat
17. Menyiapkan hiasan pada judul dan tempat soal

E. Cara Penggunaan
1. Penjumlahan/Pengurangan
a. Bilangan bulat hanya tersedia {-10, -9, -8,..., 8, 9, 10}
b. Menulis soal yang tersedia dalam papan BILBUL dengan spidol
c. Aturan pemakaian:
i. a + b dan a – b
ii. Katak melompat diawali dan bilangan nol (lintasan bawah)
iii. Ketika sudah perhitungan kedua (b) maka kata melompat ke lintasan atas
d. Jika bilangan positif maka katak melompat ke arah kanan
e. Jika bilangan negatif maka melompat ke arah kiri
f. Jika penjumlahan bertemu bilangan positif maka katak melompat ke arah
kanan
g. Jika penjumlahan bertemu bilangan negatif maka katak akan melompat ke
arah kiri
h. Jika pengurangan bertemu bilangan positif maka katak akan melompat ke
arah kiri
i. Jika pengurangan bertemu bilangan negatif maka katak akan melompat ke
arah kanan
2. Perkalian
a. Menyediakan hanya untuk operasi perkalian bilangan puluhan dengan jumlah
bilangan satuan dan puluhan maksimal sepuluh.
b. Menyusun stik sesuai dengan jumlah bilangan pada soal dengan bilangan
satuan berwarna merah dan bilangan puluhan berwarna hijau. Untuk pengali
disusun secara vertikal dan untuk yang dikali disusun secara horisontal.
c. Akan terbentuk titik-titik perpotongan antara stik. Pada titik perpotongan,
lampu akan menyala. Lampu yang menyala tersebut memudahkan siswa
dalam menghitung banyaknya titik.
d. Titik perpotongan tersebut kemudian dijumlahkan sesuai dengan nilai tempat
bilangan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai