Anda di halaman 1dari 14

KESALAHAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM

MENYELESAIKAN SOAL PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT


Zahra Restu Madadina¹, Budi Murtiyasa²
1
Universitas Muhammadiyah Surakarta
25zahrarestumadadina@gmail.com
2
Universitas Muhammadiyah Surakarta
budi.murtiyasa@ums.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal materi
persamaan dan fungsi kuadrat dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IX E SMP Negeri 3 Colomadu sebanyak 31 siswa. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu tes, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan
triangulasi teknik. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) kesalahan memahami, siswa tidak menuliskan apa yang
diketahui dan ditanyakan pada soal sehingga tidak sesuai dengan permintaan soal. (2) kesalahan transformasi,
siswa salah dalam menggunakan rumus atau cara yang digunakan dalam menyelesaikan soal. (3) kesalahan
keterampilan proses, siswa salah dalam pengoperasian dan langkah-langkah yang digunakan dalam
menyelesaikan soal tidak tepat. (4) kesalahan penulisan jawaban, siswa menuliskan jawaban akhir yang tidak
tepat dan tidak menuliskan kesimpulan. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesalahan dalam
mengerjakan soal antara lain: siswa tidak memahami maksud tersirat dalam soal, siswa terburu-buru dalam
menyelesaikan soal, siswa lupa rumus atau cara yang digunakan dalam menyelesaikan soal, (4) siswa bingung
dalam memahami soal, dan tingkat penalaran siswa yang masih rendah dalam memahami soal.
Kata Kunci : kesalahan, persamaan kuadrat, fungsi kuadrat.
ABSTRACT
This study aims to describe the students' mistakes in solving the matter of equations and quadratic functions and
analyze the factors that cause students to mistake the matter of equations and quadratic functions. This research is
a qualitative descriptive study. The subjects in this study were students of class IX E at SMP Negeri 3 Colomadu
with 31 students. Data collection techniques in this study are tests, interviews, and documentation. The validity of
the data uses triangulation techniques. Data analysis techniques in this research are data reduction, data
presentation, and data verification. The results of this study can be concluded that (1) comprehention error,
students do not write what is known and asked on the problem so it is not in accordance with the question
request. (2) transformation error, students are wrong in using the formula or method used in solving problems. (3)
skill error process, students are wrong in operation and the steps used in solving problems are not right. (4)
writing an answer error, students write the final answer that is not right and do not write a conclusion. Factors
that cause students to experience errors in working on problems include: students do not understand the intentions
implied in the problem, students rush in solving problems, students forget the formula or method used in solving
problems, (4) students are confused in understanding problems, and students' level of reasoning is still low in
understanding problems.
Keywords: errors, quadratic equations, quadratic functions.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan individu
dalam mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang sedang dan akan terjadi. Dengan
pendidikan, manusia dapat melihat secara akurat, berpikir jernih, dan bertindak efektif untuk
mencapai tujuan hidup sesuai dengan pilihan dan aspirasinya. Menurut UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Matematika merupakan mata pelajaran yang menduduki peranan penting disetiap
jenjang pendidikan. Pentingnya matematika menjadikan matematika sebagai hal yang wajib
diajarkan dan diberikan untuk siswa sejak dini. Shadiq (2014 : 4) menyatakan bahwa pelajaran
matematika harus diberikan dengan porsi yang lebih besar karena selain untuk saringan masa
depan, matematika juga berperan untuk membentuk pribadi dan kompetensi siswa.
Abdurrahman (2012: 225) berpendapat bahwa matematika adalah bahasa simbolis untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan, yang memudahkan manusia untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataannya, banyak siswa
yang hanya menerima begitu saja pelajaran tanpa mempertanyakan mengapa dan untuk apa
matematika diajarkan, serta kurangnya pemahaman konsep matematika pada siswa terutama
dalam menyelesaikan soal matematika. Menurut Ivee K. Guce (2017) menyimpulkan
pentingnya untuk menemukan suatu jawaban matematika adalah mengartikulasikan dengan
jelas dan koheren bagaimana sampai pada jawaban akhir. Tidak jarang muncul pendapat
bahwa matematika merupakan pelajaran sukar dipahami dan kurang diminati. Sehingga
pembelajaran di kelas tidak menghasilkan aspek-aspek pembelajaran matematika. Aspek-
aspek pembelajaran matematika diantaranya pemahaman konsep, pembuktian, algoritma,
penyelesaian soal, pemahaman ruang apresiasi dan keterampilan psikomotorik.
Berdasarkan hasil penelitian terbaru dari Research on Improvement of System
Education (RISE) tahun 2018, ini dirilis para peneliti dalam Deklarasi Gerakan Nasional
Pemberantasan Buta Matematika di Universitas Indonesia (UI) Depok, Sabtu, 10 November
2018, menyatakan terjadi kondisi gawat darurat bermatematika pada siswa SD hingga SMU.
Penelitian Zakaria Ndemo (2019) menyimpulkan bahwa dalam penguasaan konten mata
pelajaran matematika oleh siswa rapuh dan karenanya diperlukan beberapa kebutuhan untuk
melanjutkan pengembangan profesional dalam layanan matematika tentang pengetahuan
konten subjek. Kondisi gawat darurat bermatematika juga dikhawatirkan berdampak pada
kemampuan anak-anak dalam berpikir dan bernalar, serta menyelesaikan permasalahan
sehari-hari. Hasil penelitian Ariyadi Wijaya, dkk (2019) menunjukkan bahwa kemampuan
diagnostik siswa masih sangat memerlukan dukungan terutama untuk mendiagnosis proses
berpikir matematika. Selain itu berdasarkan hasil Programme for International Student
Assessment (PISA) tahun 2000 hingga 2015, secara konsisten menempatkan negara
Indonesia mendapatkan peringkat terbawah. Telah disebutkan juga bahwa anak-anak
Indonesia ternyata belum mampu menerapkan pengetahuan prosedural matematika ke dalam
permasalahan yang dihadapinya sehari-hari. Hasil ini juga dikonfirmasi oleh hasil-hasil tes
internasional lain seperti Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru matematika kelas IX di SMP Negeri 3
Colomadu diperoleh informasi bahwa materi persamaan dan fungsi kuadrat menjadi materi
yang cukup sulit dipahami sehingga masih banyak siswa yang sering melakukan kesalahan-
kesalahan dalam memecahan soal pada materi persamaan dan fungsi kuadrat. Farida (2015)
mengemukakan bahwa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal dapat dikarenakan dalam
mengubah informasi yang diberikan ke dalam ungkapan matematika karena siswa tidak
memperhatikan maksud soal, kesalahan dalam aspek konsep karena telah terjadi miskonsepsi
pada diri siswa. Kesalahan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal persamaan dan fungsi
kuadrat merupakan permasalahan yang sering terjadi. Faktor penyebab kesalahan pemahaman
dalam menyelesaikan soal persamaan dan fungsi kuadrat yaitu kurangnya kemampuan siswa
untuk menganalisis soal dan kurang memahami konsep serta pengaplikasiannya, hal ini sangat
berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Delsika Pramata
Sari, dkk (2018) menyimpulkan bahwa kesalahan yang paling menonjol dari representasi
matematika, kemampuan pada indikator bahwa pemecahan masalah melibatkan simbol
aritmatika (representasi simbolis). Hasil penelitian Muchamad Subali Noto, dkk (2019)
menyimpulkan bahwa adanya hambatan belajar matematika yang dapat menimbulkan
kesalahan meliputi: hambatan belajar dalam mengaplikasikan konsep; memvisualisasikan
objek; memahami prinsip-prinsip; memahami masalah dan terkait dengan pembuktian
matematis.
Persamaan dan Fungsi Kuadrat merupakan salah satu materi mata pelajaran
matematika yang diberikan pada SMP kelas IX semester 1. Persamaan kuadrat adalah suatu
persamaan dari variabel (peubah) yang mempunyai pangkat tertinggi yaitu dua. Penyelesaian
atau pemecahan dari sebuah persamaan ini disebut sebagai akar-akar persamaan kuadrat.
Penyelesaian suatu persamaan kuadrat dapat dilakukan dengan beberapa metode sehingga
diperoleh hasil akhir berupa akar-akar persamaan kuadrat. Metode yang digunakan untuk
mencari akar-akar persamaan kuadrat yaitu (1) metode pemfaktoran, (2) metode
melengkapkan kuadrat sempurna dan (3) metode rumus ABC. Fungsi kuadrat atau fungsi
polinom adalah fungsi dengan pangkat peubah tertingginya yaitu dua, suatu fungsi kuadrat
selalu berkaitan dengan grafik fungsi yang memiliki bentuk seperti parabola.
Dalam penelitian Lila Puspitasari, dkk (2019) sehubungan dengan kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika menyimpulkan bahwa kesalahan siswa
masih cenderung coba-coba, kurang terstruktur, kurang sistematis dan kurang rinci sehingga
dalam menyelesaikan dan membuat langkah solusi mereka masih menemui banyak kendala.
Menurut Iwan Junaedi (2015) jenis kesalahan pada kategori encoding diantaranya adalah
kurangnya latihan dalam mengerjakan soal matematika. Kesalahan dalam menyelesaikan soal
matematika dapat diartikan sebagai suatu pemahaman yang kurang tepat dalam mempelajari
suatu konsep matematika atau menyinggung dari suatu konsep matematika. Penelitian yang
dilakukan Ika Santia, dkk (2019) menyimpulkan bahwa skema representasi siswa pendidikan
matematika dalam menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur menunjukkan bahwa mereka
cenderung menggunakan representasi verbal-simbolik dan simbolik-verba. Seperti halnya
pada penelitian Indah Puspitasari Maharani dan Subanji (2018) menyatakan bahwa konflik
kognitif memainkan peran penting dalam mengubah konsep siswa dengan memeriksa
kesalahan yang dibuat oleh siswa.
Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan
kesalahan siswa kelas IX SMP Negeri 3 Colomadu dalam menyelesaikan soal materi
persamaan dan fungsi kuadrat. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor
yang menyebabkan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi
kuadrat sehingga dapat mengatasi masalah tersebut guna meningkatkan hasil belajar siswa
menjadi lebih baik.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian deskriptif yang
bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Colomadu yang beralamatkan di jalan Adi
Sumarmo, Nanasan, Gawanan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah
57175. Objek dalam penelitian ini adalah kesalahan siswa dalam mengerjakan soal materi
persamaan dan fungsi kuadrat. Data dalam penelitian ini adalah hasil tes soal materi
persamaan dan fungsi kuadrat yang berbentuk soal uraian sebanyak 5 soal dan hasil
wawancara dengan beberapa siswa kelas IX E mengenai kesalahan yang dilakukan dalam
mengerjakan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat. Sumber data merupakan sumber
subjek dari mana data dapat diperoleh, sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX
E SMP Negeri 3 Colomadu sebanyak 31 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: (1) tes guna
memperoleh data mengenai kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal materi persamaan dan
fungsi kuadrat, kemudian hasil tes tersebut dapat dianalisis, (2) wawancara diuraikan secara
sistematis guna menjawab permasalahan mengenai letak kesalahan yang dilakukan dalam
menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat dengan narasumber yaitu guru dan
siswa kelas IX E, dan (3) dokumentasi sebagai bukti bahwa peneliti melakukan penelitian
secara nyata, berupa foto-foto hasil tes pekerjaan siswa, identitas siswa, dan profil sekolah.
Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik yaitu dengan
membandingkan hasil tes, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menurut Miles dan Huberman (Sugiyono,
2012: 246) sebagai berikut: (1) reduksi data dilakukan dengan menelaah data yang diperoleh
dari hasil tes dan wawancara, sekaligus memfokuskan, menyederhanakan dan mentransfer
data, (2) penyajian data dilakukan untuk menyusun data yang diperoleh dengan cara
mendeskripsikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga mudah menarik
kesimpulan, dan (3) verifikasi data dilakukan dengan menarik kesimpulan dari data yang telah
diperoleh.

HASIL DAN DISKUSI


Berikut disajikan tabel 1 yang menunjukkan hasil analisis jumlah kesalahan pada
jawaban seluruh siswa kelas IX E SMP Negeri 3 Colomadu dalam menyelesaikan soal materi
persamaan dan fungsi kuadrat dari nomor 1 hingga nomor 5.
Tabel 1. Kesalahan Jawaban Siswa

No Jenis Kesalahan Jumlah


1 Kesalahan Memahami 58
2 Kesalahan Transformasi 52
3 Kesalahan Keterampilan Proses 86
4 Kesalahan Penulisan Jawaban 85

Berdasarkan tabel 1 dan gambar 1 dapat disimpulkan bahwa jenis kesalahan yang
banyak dilakukan siswa kelas IX E SMP Negeri 3 Colomadu dalam menyelesaikan soal materi
persamaan dan fungsi kuadrat sesuai dengan teori kriteria kesalahan Newman adalah
kesalahan keterampilan proses. Dari hasil pekerjaan siswa kelas IX E dalam menyelesaikan
soal materi persamaan dan fungsi kuadrat, telah dipilih empat siswa sebagai subjek penelitian
yang paling banyak melakukan kesalahan dibanding siswa lain yaitu S03, S04, S11, S20.
Berdasarkan hasil analisis data, telah diperoleh jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa
dalam menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat beserta faktor-faktor yang
menyebabkan kesalahan dalam menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat.
Berikut penjelasan mengenai jenis-jenis kesalahan berdasarkan teori kriteria kesalahan
Newman yang dilakukan oleh siswa yang telah dipilih sebagai subjek penelitian.

3.1 Kesalahan Memahami

Gambar 1. Hasil Pekerjaan S04


Berdasarkan hasil pekerjaan S04 dalam menyelesaikan soal nomor 5, menunjukkan
bahwa S04 melakukan kesalahan dalam memahami soal. S04 tidak memahami maksud yang
tersirat dari soal yang diberikan. Pada soal nomor 5, subjek diminta untuk menyusun
persamaan grafik fungsi kuadrat jika diketahui titik potong dengan sumbu x dan satu titik yang
dilalui dengan penyelesaian persamaan grafik fungsi kuadrat y = a (x – x1) (x – x2). Pada
gambar 2, terlihat bahwa S04 tidak menuliskan informasi apa yang diketahui dan ditanyakan
dalam soal dan penyelesaian soal pada hasil pekerjaan S04 tidak menggunakan cara
penyelesaian y = a (x – x1) (x – x2) tetapi penyelesaian soal tersebut dengan mensubstitusikan
ke dalam persamaan grafik fungsi kuadrat y = ax² + bx + c sehingga hasil pekerjaan S04 tidak
sesuai dengan permintaan soal. Penyelesaian soal nomor 5 pada hasil pekerjaan S04 dengan
mensubstitusikan ke dalam persamaan grafik fungsi kuadrat y = ax² + bx + c tersebut
seharusnya digunakan jika pada soal diketahui tiga titik koordinat (x,y) yang dilalui oleh
grafik fungsi kuadrat. Hal tersebut jelas bahwa S04 melakukan kesalahan memahami soal
karena hasil pekerjaan S04 tidak sesuai dengan permintaan soal. Subjek tidak mengetahui
maksud dari soal nomor 5. Alasan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Oktaviana (2017)
yang menunjukkan bahwa siswa melakukan kesalahan memahami soal dikarenakan tidak
mengetahui maksud kalimat yang terdapat pada soal sehingga tidak mengetahui apa yang akan
dicari. Rendahnya pemahaman siswa dalam memahami maksud dari soal dapat menimbulkan
kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika. Hasil penelitian Maya & Sumarmo (2011)
menyimpulkan bahwa siswa memiliki pemahaman yang rendah tentang soal dan jawaban
matematika sehingga menimbulkan beberapa kesalahan. Selain itu penyebab dari kesalahan
memahami dalam penelitian ini adalah tingkat penalaran yang rendah pada siswa dalam
memahami soal matematika. Hasil penelitian Wati dan Budi Murtiyasa (2016) menyimpulkan
bahwa rendahnya tingkat penalaran dapat menjadi faktor utama penyebab kesalahan dalam
memahami permasalahan matematika.

3.2 Kesalahan Transformasi


Gambar 2. Hasil Pekerjaan S20

Berdasarkan hasil pekerjaan S20 dalam menyelesaikan soal nomor 4, menunjukkan


bahwa S20 melakukan kesalahan transformasi dimana kesalahan tersebut terjadi karena
penggunaan rumus yang tidak tepat dalam menyelesaikan soal. Pada soal nomor 4, subjek
diminta untuk menentukan titik puncak dan sumbu simetri dari persamaan grafik fungsi

kuadrat. Penyelesaian pada soal tersebut menggunakan rumus titik puncak dan

rumus sumbu simetri . Pada gambar 3, terlihat bahwa S20 melakukan kesalahan dalam

menuliskan rumus untuk menentukan titik puncak dari persamaan grafik fungsi kuadrat, rumus
yang dituliskan S20 pada hasil pekerjaannya yaitu . Hal tersebut tidak sesuai dengan

rumus dalam menentukan titik puncak dari persamaan grafik fungsi kuadrat. S20 juga masih
salah dalam menuliskan simbol dari titik puncak dan sumbu simetri. Simbol yang digunakan
pada titik puncak yaitu yp sedangkan pada sumbu simetri yaitu xp, hasil pekerjaan S02 pada
gambar 3 tidak tepat. Penyebab dari kesalahan transformasi yang telah dilakukan dalam
penelitian ini adalah subjek cenderung hanya menghafalkan rumus yang telah diberikan oleh
guru sehingga mudah lupa dengan rumus yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari soal dan
menyebabkan subjek keliru dalam penulisan rumus serta asal-asalan (membuat rumus sendiri)
dalam menyelesaikan soal nomor 4. Alasan tersebut sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Farida (2015) bahwa penyebab kesalahan dalam menuliskan rumus adalah
siswa cenderung menghafalkan rumus yang diberikan oleh guru sehingga siswa mudah lupa
dengan rumus yang telah diberikan. Subjek juga tidak tepat dalam menentukan rumus
sehingga hasil pekerjaan subjek salah. Hali ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Widodo (2017) bahwa kesalahan transformasi yang dilakukan subjek adalah subjek
mengalami kesalahan dalam menentukan rumus yang digunakan dalam menyelesaikan soal.
3.3 Kesalahan Keterampilan Proses

Gambar 3. Hasil Pekerjaan S03

Berdasarkan hasil pekerjaan S03 dalam menyelesaikan soal nomor 3, menunjukkan


bahwa S03 melakukan kesalahan keterampilan proses. Pada soal nomor 3, subjek diminta
untuk menentukan persamaan kuadrat baru yang akar-akarnya x1 – 2 dan x2 – 2. Penyelesaian
soal nomor 3 dengan menentukan terlebih dahulu x1 + x2 = dan x1 . x2 = , kemudian

menyusun persamaan kuadrat baru dengan menjumlahkan akar-akar yang telah diketahui
dalam soal (x1 – 2) + (x2 – 2) dan mengalikan akar-akar (x1 – 2) . (x2 – 2) dengan langkah

tersebut diperoleh persamaan kuadrat baru yaitu x² + 2x + 7 = 0. Pada gambar 4, terlihat


bahwa hasil pekerjaan S03 tidak menggunakan langkah-langkah penjumlahaan akar-akar (x1 –
2) + (x2 – 2) dan perkalian akar-akar (x1 – 2) . (x2 – 2). S03 hanya menuliskan langkah-
langkah dalam menyusun persamaan kuadrat baru dengan menentukan x1 + x2 = dan x1 .

x2 = yang kemudian disusun persamaan kuadrat baru. Hal tersebut menunjukkan bahwa S03

melakukan kesalahan dalam menuliskan langkah-langkah untuk menyelesaikan soal nomor 3


sehingga hasil pekerjaan S03 menjadi tidak tepat. Terlihat jelas dalam proses pengoperasian
S03 menuliskan x1 + x2 = tetapi pada penyelesaian soal ini, cara yang digunakan yaitu x1

+ x2 = , proses pengoperasian S03 tidak sesuai dengan langkah penyelesaian soal. Subjek

dapat memahami maksud soal tetapi lupa bagaimana cara dalam menyusun persamaan kuadrat
baru sehingga subjek hanya menuliskan jawaban sesuai dengan apa yang diketahuinya, hal
tersebut tidak sesuai dengan konsep penyelesaian soal. Alasan tersebut sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Ika Wahyuni dan Nurul (2017) bahwa kesalahan-
kesalahan matematis yang ditemukan pada jawaban siswa diantaranya adalah lupa atau salah
konsep. Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan soal nomor 3 pada hasil
pekerjaan subjek tidak tepat, hal ini dikarenakan subjek tidak mengetahui langkah-langkah
untuk menyelesaikan soal tersebut. Subjek juga melakukan kesalahan dalam pengoperasian
sehingga menyebabkan hasil akhir pekerjaan subjek salah. Hasil penelitian Rohman dan
Sutiarso (2018) menyimpulkan bahwa siswa melakukan kesalahan keterampilan proses
umumnya kerena kesalahan siswa dalam pengoperasian sehingga menyebabkan hasil
kesimpulan menjadi salah.

3.4 Kesalahan Penulisan Jawaban

Gambar 4. Hasil Pekerjaan S11

Berdasarkan hasil pekerjaan S11 dalam menyelesaikan soal nomor 1, menunjukkan


bahwa S11 melakukan kesalahan penulisan jawaban. Pada soal nomor 1, subjek diminta untuk
menentukan akar kembar dari persamaan kuadrat x² - 10x +25 = 0. Penyelesaian dari soal
nomor 1 menggunakan cara pemfaktoran. Pada gambar 5, terlihat bahwa S11 telah
menggunakan cara pemfaktoran pada hasil pekerjaannya, tetapi S11 tidak menuliskan
kesimpulan jawaban dengan tepat. Sesuai dengan permintaan soal nomor 1 yaitu menentukan
akar kembar dari persamaan kuadrat x² - 10x +25 = 0 dengan cara pemfaktoran diperoleh hasil
akhir (kesimpulan) x1 =5 dan x2 = 5. S11 tidak menuliskan kesimpulan dari hasil
pekerjaannya, hanya menuliskan cara pemfaktorannya saja sehingga tidak sesuai dengan
permintaan soal. Hal tersebut menunjukkan bahwa S11 melakukan kesalahan penulisan
jawaban dengan tidak menuliskan kesimpulan dari hasil pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan
penelitian Suyitno (2015) kesalahan penulisan jawaban adalah jenis kesalahan yang dilakukan
oleh siswa, terjadi jika belum mampu menunjukkan jawaban akhir (kesimpulan) yang benar.
Subjek lupa menuliskan kesimpulan dalam menyelesaikan soal nomor 1. Hasil pekerjaan
subjek tidak tepat karena subjek tidak menuliskan kesimpulan jawaban yang sesuai dengan
permintaan soal. Penelitian Rindayana (2013) menyimpulkan bahwa kesalahan siswa dalam
menulis jawaban terjadi karena siswa tidak menuliskan kesimpulan jawaban akhir dan
menuliskan kesimpulan jawaban akhir tidak sesuai konteks soal. Subjek tidak mengoreksi
kembali mengenai apa yang ditanyakan pada soal nomor 1, sehingga subjek tidak
menyelesaikan jawaban akhir dengan tepat. Alasan tersebut sejalan dengan penelitian yang
telah dilakukan Islamiyah (2018) bahwa penyebab kesalahan penulisan jawaban adalah siswa
tidak mengoreksi kembali terhadap apa yang ditanyakan.

CONCLUSION
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi
kuadrat sesuai dengan teori kriteria kesalahan Newman yaitu: kesalahan memahami, kesalahan
transformasi, kesalahan keterampilan proses, kesalahan penulisan jawaban. Adapun faktor-
faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal materi
persamaan dan fungsi kuadrat yaitu: tidak memahami maksud tersirat dalam soal, terburu-buru
dalam menyelesaikan soal, lupa rumus atau cara yang digunakan dalam menyelesaikan soal,
bingung dalam memahami soal dan tingkat penalaran yang rendah dalam memahami soal.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih ditujukan kepada SMP Negeri 3 Colomadu yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini.

REFERENCES
Abdurrahman. (2012). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta: Rineka Cipta.\

As’ari, A.R., Mahmudi, A., & Nuerlaelah, E. (2017). Our Prospective Mathematic
Teachers Are Not Critical Thinkers Yet. Journal on Mathematics Education, 8(2), 145–
156. Retrieved from (https://doi.org/10.22342/jme.8.2.3961.145-156).
Csaky, A., Azabova, E., & Nasticka, Z. (2015). Analysis of Errors in Student Solutions
of Context-Based Mathematical Tasks. Acta Mathematica Nitriensia, 1(1), 68 –75.
Farida, N. (2015). Analisis Kesalahan Siswa SMP Kelas VIII dalam Menyelesaikan Masalah
Soal Cerita Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah
Metro, 4(2), 42-52.

Guce, I. K. (2017). Mathematical Writing Errors in Expository Writings ofCollege


Mathematics Students. International Journal of Evaluation and Research in Education,
6(3), 241. Retrieved from (https://eric.ed.gov/?id=EJ1157147).
Islamiyah, A. C., Prayito, S., & Amrullah. (2018). “Analisis Kesalahan Siswa SMP Pada
Penyelesaian Masalah Sistem Persamaan Dua Variabel.” Jurnal Dikdaktik Matematika.
5 (1). Diakses pada 30 September 2018
(http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/view/10035).

Junaedi, I., Suyitno, A., & Sugiharti, E. (2015).Disclosure Causes of Students Error in
ResolvingDiscrete Mathematics Problems Based on NEA as A Means of Enchacing
Crearivity. International Journal of Education, 7(4), 31-42.

Maharani, I. P., & Subanji. (2018). Scaffolding Based on Cognitive Conflict in Correcting
the Students’ Algebra Errors. International Electronic Journal Of Mathematics
Education, 13(2), 67-74.

Maya, R., & Sumarmo, U. (2011). Mathematical Understanding and Proving


Abilities:Experiment With Undergraduate Student by Using Modified Moore
Learning Approach. Journal on Mathematics Education, 2(2), 231-250. Retrieved
from (http://doi.org/10.22342/jme.2.2.751.231-250).

Ndemo, Z. (2019). Flaws in Proof Constructions of Postgraduate Mathematics Education


Student Teachers. Journal on Mathematics Education, 10(3), 379- 396. doi:
10.22342/jme.10.3.7864.
Noto, M.S., Priatna, N., & Dahlan, J.A. (2019). Mathematical proof: Learning obstacles
pre-service teachers on transformation geometry. Journal on Mathematics Education,
10(1), 117-126.
Oktaviana, D. (2017). Analisis Tipe Kesalahan Berdasarkan Teori Newman Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Pada Mata Kuliah Matematika Diskrit. Jurnal
Pendidikan Sains dan Matematika, 5(2).

PISA. (2015). Results in focus. Retrieved from (https://www.oecd.org/pisa/pisa- \201results-


in-focus.pdf).

Puspitasari, L., dkk. (2019). Analysis of Students’ Creative Thinking in SolvingArithmetic


Problems. International Elektronic Journal Of MathematicsEducation, 14(1), 58.
Retrieved from(https://www.iejme.com/ 3962.pdf ).
Rindyana, Bunga Suci Bintari. (2012). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Matematika Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Berdasarkan Analisis
Newman (Studi Kasus MAN Malang 2 Batu). Tesis. Malang: Universitas Negeri
Malang.

Rohmah, Muslihah, & Sugeng, S. (2018). Analysis Problem Solving in Mathematical


Using Theory Newman. EURASIA Journal of Mathematics, Science and Technology
Education, 14(2), 671-681.

Santia, I., Purwanto, Sutawidjadja, A., Sudirman, & Subanji. (2019). Exploring Mathematical
Representations in Solving Ill-Structured Problems: The Case of Quadratic Function.
Journal on Mathematics Education, 10(3), 365-378. doi: 10.22342/jme.10.3.7600.

Shadiq. (2014). Pembelajaran Matematika.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stacey, K. (2011). The PISA View Of Mathematical Literacy In Indonesia. Journal on


Mathematics Education, 2(2), 95-126. Retrieved from
(https://doi.org/10.22342/jme.2.2.746.95-126).

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyitno, A., & Hardi, S. (2015). Learning Therapy for Students in Mathematics
Communication Correctly Based-On Application of Newman Procedure.
International Journal of Education and Research, 3(1), 529-538.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20. (2013). Undang-Undang Sistem


Pendidikan Nasional. Retrieved from
(https://www.komisiinformasi.go.id/regulasi/download/id/101).
Wahyuni, I., & Nurul, I., K. (2017). “Analisis Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran
Matematis Mahasiswa Tingkat Iv Materi Sistem Bilangan Kompleks Pada Mata Kuliah
Analisis Kompleks.” Jurnal Nasional Pendidikan Matematika, 2(1), 228-240.

Wati, E., H., Murtiyasa, B., and Surakarta, UM. (2016). Kesalahan Siswa SMP dalam
Menyelesaikan Soal Matematika Berbasis PISA Pada Konten Change and
Relationship i. KNPMP 1, 199–209.
Wijaya, A., Retnawati, H., Setyaningrum, W., Aoyama, K., & Sugiman. (2019). Diagnosing
Students’ Learning Difficulties in the Eyes of Indonesian Mathematics Teachers.
Journal on Mathematics Education, 10(3), 357-364. doi: 10.22342/jme.10.3.7798.

Widodo, A.N.A., Sujadi, I., & Mardiyana. (2017). “Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Kesebangunan Berdasarkan Prosedur Newman Ditinjau Dari
Kemampuan Spasial.” Journal of Mathematics and Mathematics Education. 7(1): 13-20.
Retrieved from (https://jurnal.uns.ac.id/jmme/article/view/20238).

O’Brien, P., Revaprasadu, N. (2013). Solid-State Materials, Including Ceramics and Minerals.
In Reedijk, J., Poeppelmeier, K. (eds.), Comprehensive Inorganic Chemistry II, 2nd ed.
Elsevier. The United States. pp. xxii-xxiv.
Perbowo, KS, & Pradipta, TR (2017). Pemetaan Kemampuan Pembuktian Matematis Sebagai
Prasyarat Mata Kuliah Analisis Nyata Mahasiswa Pendidikan Matematika. Kalamatika:
Jurnal Pendidikan Matematika, 2 (1), 81-90.

Anda mungkin juga menyukai