Anda di halaman 1dari 11

`

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN


MODEL PEMBELAJARAN PMRI, GROUP INVESTIGATION DAN TALKING
STICK.
Ananda Putri Mayangsari
Program Studi PGSD, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat
1810125320018@mhs.ac.id

ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas akademik dan rendahnya
prestasi belajar matematika siswa. Memang pembelajaran satu arah/berpusat pada guru,
pembelajaran belum menerapkan model yang menitikberatkan pada pengembangan berpikir
kritis dan logika, pembelajaran selalu monoton dan kurang menarik. Salah satu upaya untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan Model Pembelajaran Praktis
(PMRI), Group Inquiry (GI) dan Talking Stick Matematika Indonesia dalam pembelajaran.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan kinerja guru, menganalisis
aktivitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Alalak Selatan 4 yang berjumlah 12 siswa yang
terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan, pada semester II tahun ajaran
2021/2022.
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif yang diperoleh dengan mengamati
aktivitas guru, aktivitas siswa dan menggunakan data kuantitatif hasil belajar siswa yang
diperoleh melalui tes menulis individu dan kelompok. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik deskriptif dan tabulasi silang yang diwakili oleh tabel, grafik, dan
interpretasi dengan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja guru pada
pertemuan pertama mencapai 24 poin, pertemuan kedua mencetak 25 poin, pertemuan ketiga
mendapat skor 30, dan pertemuan keempat mendapatkan skor 24. meningkat menjadi 32
pertemuan skor 1 mencapai 25%. , pertemuan 2 memiliki tingkat 50%, pertemuan 3 memiliki
tingkat 75% dan pertemuan 4 memiliki tingkat 92%. Untuk ketuntasan klasikal, hasil belajar
siswa pada pertemuan 1 mencapai angka 33%, pertemuan 2 mencapai angka 58%, pertemuan
3 mendapat angka 75%, dan pertemuan 4 mencapai angka 75%.92%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Model
Matematika Praktis Indonesia (PMRI), Group Inquiry (GI) dan Talking Stick dapat
meningkatkan kualitas kinerja guru, kinerja siswa dan hasil belajar siswa. Disarankan kepada
pimpinan sekolah, guru, dan peneliti lain agar penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
penggunaan model pembelajaran yang dapat memperkuat kegiatan yang mempengaruhi hasil
belajar siswa.
Kata Kunci: Kunci: Aktivitas Belajar, Keterampilan Memecahkan Masalah, Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI), Group Investigation (GI) dan Talking Stick.

ABSTRACT
The problem with this study is the low learning activity of students in mathematics
classes and the low learning outcomes of students. This is because learning is
one-sided/teacher-centered, no models have been implemented that focus on developing
critical skills, and logical students are not actively involved in solving problems in depth. This
is because learning is still monotonous and uninteresting. Efforts to overcome these problems
are focused on the application of Indonesian Realistic Mathematics Educational Learning
(PMRI), Group Survey (GI), and Talking Stick Model in learning. Configured. The purpose of
this study was to analyze the quality improvement of teacher practices, analyze learning
activities and improve student learning outcomes.

1
`

This study used the Classroom Action Research (CAR) conducted in four sessions. The
subjects of this study were 12 students of Class IV SDN Alalak Selatan 4 in the second
semester of academic year 2021/2022, 9 male students and 3 female students. The data
collected are qualitative data observing teacher activity, student activity and student problem-
solving ability, with quantitative data on student learning outcomes determined by group and
individual written tests . Analysis of data from this study using descriptive analysis techniques
and cross-tabulation described by tables, graphs and interpretation in percentages. The results
of this study show that teacher activity increased meeting 1 scores to 24, meeting 2 scores to
25, meeting 3 scores to 30, and meeting 4 scores to 32. 25%, meeting 2 percentage is 50%,
meeting 3 percentage is 75%, meeting 4 percentage is 92%.
For classical completeness, student learning outcomes were 33% for meeting 1, 58% for
meeting 2, 75% for meeting 3, and 92% for meeting 4. Based on the results of this study, using
Indonesian realistic mathematics teaching and learning (PMRI), group survey (GI), and talking
stick models, the quality of teacher activity, student activity, and student learning outcomes
We can conclude that it improves. Our suggestion to school leaders, teachers and other
researchers is that this research can be used as a reference when using learning models that can
increase learning activity and influence the improvement of student learning outcomes.
Keywords: Learning Activities, Problem Solving Skills, Indonesian Realistic Mathematics
Education Learning (PMRI), Group Investigation (GI) and Talking Stick

PENDAHULUAN
Pendidikan di sekolah dasar sangat penting bagi siswa. Karena jenjang
pendidikan inilah yang menjadi dasar berkembangnya ilmu yang diperoleh siswa.
Pendidikan memungkinkan orang untuk mencapai potensi penuh mereka sebagai
individu dan warga negara. Mereka juga harus melalui proses pendidikan yang
dilakukan dalam proses pembelajaran agar dapat mewujudkan potensi yang
dimilikinya untuk memiliki kompetensi yang berbeda-beda.
Pembelajaran adalah sistem yang kompleks dan keberhasilannya dapat
diukur dalam dua dimensi yang sama pentingnya: produk dan proses (Sanjaya,
2015). Pembelajaran sebagai proses pembelajaran yang dirancang oleh guru
untuk mengembangkan pemikiran kreatif siswa, meningkatkan kemampuan
mereka untuk mengkonstruksi pengetahuan baru, dan meningkatkan penguasaan
mata pelajaran (Sudarsana, 2016).
Mata pelajaran yang wajib ada disemua jenjang pendidikan salah satunya
adalah matematika. Hal tersebut disebabkan karena matematika dijadikan sebagai
dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Selain itu,
matematika sangat berkaitan erat dengan perkembangan pola berpikir manusia
dan perkembangan konsep-konsep bidang ilmu lainnya. Perlunya matematika
diajarkan kepada siswa karena diyakini dapat meningkatkan kemampuan berpikir
logis dan meningkatkan ketelitian dalam penyelesaian suatu masalah (Sari, 2018).
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016), prasyarat ideal
untuk belajar matematika adalah: (1) memahami konsep dan menerapkan
prosedur matematika dalam kehidupan sehari-hari; (2) menganalisis komponen
atau sifat suatu rumus atau pernyataan dan melakukan operasi matematika
berupa operasi aritmatika yang menyederhanakan rumus dan menyelesaikan
masalah; (3) membuat generalisasi berdasarkan pola, fakta, fenomena, atau data
yang ada, membuat asumsi dan mengujinya, dan membedakannya berdasarkan
bentuk, warna, persamaan, dan ketidaksamaan berdasarkan kriteria yang
ditentukan Berpikir kritis melalui penalaran matematis, termasuk menjelaskan

2
`

mengapa benda ada. rahasia. (4) Mengkomunikasikan ide melalui simbol, tabel,
bagan, atau media lain untuk memecahkan masalah dan memperjelas situasi dan
masalah. (5) Menumbuhkan sikap positif seperti bersikap logis, kritis, hati-hati,
teliti, dan ulet dalam pemecahan masalah sebagai bentuk praktik praktik inkuiri
dan inkuiri matematis. (6) Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan minat
terhadap matematika yang telah terbentuk melalui pengalaman belajar.
Padahal, melihat bukti di daerah ini, menurut wawancara dengan Ibu
Sawiyah, S.Pd, guru kelas 4 SDN Alalak Selatan, ada beberapa hal yang
menyebabkan menurunnya kemampuan siswa dalam belajar matematika.
Kesulitan belajar siswa dipersepsikan berkaitan dengan keliling dan luas persegi
panjang sebagai materi.
Permasalahan tersebut terlihat dari kurangnya minat siswa dalam
menyelesaikan soal matematika. Gagasan abstrak tentang keliling dan luas
persegi panjang masih sulit dipahami dan siswa belum mampu menyelesaikan
soal dengan keliling dan luas yang diketahui. Satu menentukan persegi panjang.
Siswa tidak pandai mengidentifikasi masalah dalam cerita.
Berdasarkan hasil wawancara oleh peneliti dengan wali Kelas IV SDN
Alalak Selatan 4, didapatkan bahwa saat berlangsungnya pembelajaran
matematika, aktivitas siswa masih rendah, serta berdasarkan dokumen yang berisi
nilai-nilai siswa terlihat bahwa hasil belajar siswa rendah pula. Dari 12 siswa
hanya 4 orang siswa yang mendapatkan nilai diatas atau sama dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) atau hanya 33,33% yang tuntas, sedangkan 8 siswa
lainnya atau sekitar 66,66% masih berada dibawah ketuntasan atau KKM, yang
mana kriteria minimum (KKM) SDN Alalak Selatan 4 yaitu 70.
Dari permasalahan yang dikemukakan di atas, penyebab rendahnya
aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dikarenakan proses pembelajaran yang
masih satu arah dalam kegitan pembelajaran yang bersifat konvensional,
pembelajaran tidak memfasilitasi siswa untuk memiliki pengalaman yang
beragam, pembelajaran bersifat abstrak dan belum mengarah ke pengembangan
berpikir kritis. Selain itu juga pada penggunaan Model pembelajaran yang tidak
berubah yang hanya menggunakan model pembelajaran yang mudah diterapkan,
tanpa kurangnya pengembangan model pembelajaran inovatif yang relevan
dengan kehidupan siswa sehari-hari, atau penggunaan media pembelajaran untuk
mendukung proses pembelajaran. Siswa tertarik dan mengikuti pembelajarannya
dengan baik.
Masalah berkepanjangan mempengaruhi siswa dan menyebabkan
pelajaran matematika tidak menarik. Siswa juga tidak menguasai dan memahami
konsep, sehingga menyulitkan dalam menjawab soal, menjawab soal dengan
buruk, dan pada akhirnya mempersulit pembelajaran matematika. Hal tersebut
tidak efektif dan berdampak pada rendahnya nilai siswa dalam pembelajaran
matematika. Oleh karena itu, masalah ini tidak dapat dibiarkan begitu saja.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mengatasi permasalahan yang terjadi
pada materi keliling dan luas materi bangun datar, maka penelitian yang akan
dilakukan yaitu penelitian yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran. Untuk itu dalam mendesain model pembelajaran yang
akan diberikan untuk mencapai pembelajaran yang bermakna, guru haruslah
kreatif.
Adapun salah satu alternatif solusi permasalahannya adalah menggunakan
Model kombinasi Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), Group
Investigation (GI) dan Talking Stick. Dengan menggunakan kombinasi 3 model

3
`

tersebut, dapat memberikan cara belajar yang baru dalam melakukan


pembelajaran di kelas.
Maka solusi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran digunakanlah model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) karena dengan model ini siswa mengaitkan pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari sehingga timbul sikap siswa menghargai matematika
karena memiliki kegunaan dalam kehidupan dan Group Investigation (GI) karena
dengan model ini siswa akan terlibat aktif dalam menyelesaikan masalah
sehingga timbullah rasa ingin tahu yang tinggi dan kepercayaan diri karena
dilakuan bersama kelompoknya. Selain itu juga digunakan model Talking Stick
karena dapat meningkatkan perhatian dan minat siswa karena disini siswa akan
belajar sambil bermain menggunakan tongkat yang berisi soal, maka tumbuhlan
semangat siswa untuk mencari pertanyaan maupun jawaban yang cocok
mengenai permaalahan yang ada di dalam kertas soal.

METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
dan kuantitatif dengan sifat penelitian perilaku kelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memodifikasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, mencari solusi permasalahan
pembelajaran di kelas, meningkatkan tingkat aktivitas siswa dan hasil belajar, serta
meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran di kelas. Pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini akan dilaksanakan di SDN Alalak Selatan 4 Kota Banjarmasin tahun ajaran
2021/2022. Mata pelajaran Matematika adalah siswa kelas IV SDN Alalak Selatan 4 Kota
Banjarmasin tahun 2021/2022 dengan jumlah siswa 13 orang, 9 laki-laki dan 3 perempuan.
Peneliti bertindak sebagai guru yang melakukan pembelajaran, dan guru kelas IV adalah
pengamat kegiatan guru. Alasan penerapan PTK di SDN Alalak Selatan 4 Banjarmasin adalah
berdasarkan observasi dan wawancara di sekolah masih banyak siswa yang kesulitan dalam
memahami materi matematika khususnya keliling dan luas persegi panjang. Data hasil belajar
sekolah selama setahun terakhir menunjukkan banyak siswa yang tidak memenuhi nilai KKM
yang ditetapkan sekolah. Peneliti juga menemukan bahwa siswa masih kurang memahami
pembelajaran matematika praktis yang pada akhirnya berujung pada hasil belajar yang kurang
baik.
Langkah-langkah penelitian perilaku kelas adalah:
1. Perencanaan berarti menelaah masalah secara rinci dan merumuskan
rencana sebagai solusi dari masalah utama. 2. Pelaksanaan rencana yang disusun
secara cermat dengan menggunakan semua komponen proses belajar mengajar,
termasuk perilaku, media, metode, sumber belajar, alat belajar, dan interaksi
belajar yang diinginkan. 3. Observasi, atau pengamatan di lapangan, dilakukan
tergantung pada masalah yang diteliti. 4. Refleks yang mencerminkan efek dari
suatu tindakan untuk menentukan hasil dari tindakan tersebut. Data yang
dianalisis dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. a) data
kualitatif aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran yang diperoleh dari
observasi (Sudijono, 2010); b) data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes belajar
siswa disertai dengan tes/penilaian tertulis dalam
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah: 1) Jika Anda mencapai skor antara 26 dan 32,
kualitas pengajaran Anda dianggap berhasil dan interpretasi pengajaran Anda termasuk dalam
kategori Sangat Baik. (2) Kegiatan siswa dianggap berhasil. Pencapaian skor 16 sampai 21
dan 21 sampai 24 pada lembar observasi mencapai 80% bila memaknai aktivitas siswa dalam
kategori 'aktif' dan 'sangat aktif' tergolong aktif dan sangat aktif. (3) Suatu ketuntasan hasil
belajar dianggap berhasil jika siswa tersebut adalah siswa di kelas itu sendiri.

4
`

Saya mendapat 70 poin, dibandingkan dengan 80% dari semua siswa yang dulu
mendapatkan 70 poin..

5
`

HASIL DAN PEMBAHASAN


Aktivitas Guru
Hasil observasi penelitian guru pada pertemuan 1 sampai pertemuan 4
menggunakan kombinasi model pembelajaran pendidikan matematika realistik
Indonesia (PMRI), Group Investigation (GI), dan Talking Stick digambarkan
dalam table dibawah ini.

Untuk melihat lebih rinci peningkatan yang terjadi dalam penilaian


aktivitas guru, dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 1 Grafik Kecenderungan Aktivitas Guru

Dari grafik terlihat bahwa skor yang diperoleh pada setiap pertemuan
semakin meningkat. Mulailah dengan skor 24 (75%) untuk pertemuan 1, skor 25
(78%) untuk pertemuan 2, skor 30 (94%) untuk pertemuan 3, dan skor 32 (100%)
untuk pertemuan 4 . Pengamatan terhadap aktivitas guru menunjukkan bahwa
semua pertemuan guru dalam proses pendidikan terus meningkat dan mencapai
ukuran keberhasilan yang diharapkan dari penelitian atas dasar 'sangat baik'. Dari
hasil tersebut, penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kombinasi Model
Pembelajaran Realistic Mathematics Indonesia (PMRI), Group Investigation (GI),
dan Talking Sticks dilakukan secara optimal untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Keberhasilan kegiatan mengajar ini terletak pada kenyataan bahwa
guru selalu melakukan refleksi setelah pembelajaran. Dalam kegiatan refleksi,
guru dengan cermat mempelajari kegiatan yang sedang dilakukan sepanjang
waktu. Kekurangan yang teridentifikasi diperbaiki oleh guru pada saat melakukan
proses pembelajaran selanjutnya. Hal ini untuk memastikan bahwa kegiatan
pendidikan dapat dilaksanakan secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan.

6
`

Aktivitas Siswa
Aktivitas observasi penilaian guru pada pertemuan 1 sampai pertemuan 4
menggunakan kombinasi model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik
(PMRI), Group Investigatio (GI), dan Talking Stik digambarkan dalam table
dibawah ini :
Table 2 Kecenderungan Peningkatan Hasil Belajar

Untuk melihat lebih rinci peningkatan yang terjadi dalam penilaian aktivitas
guru, dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 2 Grafik Kecenderungan Aktivitas Guru

Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada proses pembelajaran yang


menggunakan kombinasi Model Realitas Matematika (PMRI), Group Inquiry
(GI) dan Tongkat Berbicara, terjadi peningkatan yang baik. Pada pertemuan
pertama keaktifan siswa mencapai persentase klasikal 25% dengan kriteria
“Aktivitas Kurang”, pertemuan 2 mencapai persentase keaktifan siswa klasik
sebesar 50% pada kriteria “Sangat Baik”, pertemuan ketiga meningkat lagi untuk
mencapai level klasik, tingkat aktivitas siswa sebesar 75% dengan kriteria “Aktif”,
dan pada pertemuan ke-4 tingkat aktivitas aktivitas siswa Klasik sebesar 92%
“Sangat aktif”.
Selain faktor guru, keberhasilan kegiatan siswa ini juga tergantung pada
pemilihan siswa model pembelajaran dan sarana untuk merangsang siswa secara
aktif ketika melakukan kegiatan pembelajaran. Model Pembelajaran Matematika
Praktis Indonesia (PMRI), Group Inquiry (IG) dan Talking Stick dapat
merangsang siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Masing-masing
model memiliki keunggulan apabila ketiga model tersebut digabungkan dalam

7
`

model Mengajar Bahasa Indonesia dengan Praktikum Matematika (PMRI), Group


Inquiry (GI) dan Talking Stick dapat membuat siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran, melatih, mengembangkan keterampilan kolaboratif siswa, dan
menjadikan kegiatan pembelajaran menyenangkan bagi siswa.
Selain itu, bentuk blended learning juga cocok untuk kepribadian anak sekolah
dasar, yaitu suka berkelompok, berolahraga dan bersenang-senang. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Suriansyah dalam Metroyadi dan Maulida (2015) bahwa siswa
akan menjadi aktif dalam suatu pelajaran jika dikenai kegiatan pembelajaran.
Menekankan pada materi pembelajaran matematika, Hermawan (Suriansyah &
Mahriati, 2016) mengemukakan bahwa penggunaan kendaraan berupa benda
tertentu dalam proses pembelajaran matematika tentang keliling dan luas persegi
panjang dapat meningkatkan kinerja dinamika belajar siswa. Dengan
menggunakan Model Pembelajaran Matematika Praktis Indonesia (PMRI), Group
Inquiry (IG) dan Talking Stick dengan media pembelajaran menjadi hidup dan
menyenangkan. Sebagaimana dicerminkan oleh Nurdyansyah dan Fahyuni (2016),
pembelajaran aktif merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas siswa dalam proses menyerap berbagai pengetahuan sehingga
berada pada tahap lanjut yang nantinya dapat dipelajari. dan berdiskusi.
Pembelajaran aktif dapat memberikan stimulasi terbaik bagi siswa agar mereka
terbiasa mengembangkan keterampilan analitis dan sintesis, serta mengevaluasi
berbagai fakta pembelajaran dan menerapkannya dalam kehidupan, melatih
berpikir kritis.

Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada pertemuan 1 sampai pertemuan 4 menggunakan
kombinasi model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI), Group Investigation (GI), dan Talking Stik digambarkan dalam table
dibawah ini :
Table 3 Kecenderungan Peningkatan Hasil Belajar

Untuk melihat lebih rinci peningkatan yang terjadi dalam penilaian aktivitas
guru, dapat dilihat pada grafik berikut.

8
`

Gambar 3 Grafik Kecenderungan Aktivitas Guru


Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada proses pembelajaran yang
menggunakan kombinasi Model Realitas Matematika (PMRI), Group Inquiry
(GI) dan Tongkat Berbicara, terjadi peningkatan yang baik. Pada pertemuan
pertama prestasi akademik siswa tipikal sebesar 33% dengan kriteria “Belum
Selesai”, pertemuan kedua mencapai persentase hasil belajar siswa tipikal dengan
kriteria “Belum Selesai”, pertemuan ketiga meningkat lagi menjadi persentase
aktivitas siswa klasikal. sebesar 75% dengan kriteria “Tidak”. Selesai” dan pada
pertemuan 4, tingkat kinerja siswa Klasik adalah 92% “Selesai”.
Keberhasilan pencapaian hasil belajar siswa disebabkan karena guru belajar
dengan sangat baik, siswa juga sangat aktif dan menerapkan model dan media
pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Semua proses
pembelajaran bermakna, kontekstual, relevan dengan gaya belajar siswa sekolah
dasar, dan menyenangkan melalui penggunaan model pembelajaran yang sesuai
dan materi yang diterapkan oleh guru saat ini. Hasil belajar merupakan hasil
akhir yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran, sehingga indikator batas
perubahan perilaku siswa disebut hasil belajar. Hasil belajar yang bahagia sangat
diinginkan dalam proses pembelajaran. Selain faktor guru yang mendorong hasil
belajar, faktor lain adalah siswa itu sendiri, baik dari segi persepsi, minat,
motivasi, emosi maupun psikologi. Seperti yang dikatakan Susanto (2015),
kemampuan dasar setiap siswa memiliki kekuatan untuk mengubah hasil
belajarnya.
Peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru berdampak
pada peningkatan aktivitas siswa. Kemudian peningkatan kualitas guru dan
aktivitas siswa ini berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Pada akhirnya
peningkatan kualitas aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa
membuat hasil belajar siswa akan meningkat. Hal ini berarti ada hubungan antara
aktivitas guru dan aktivitas siswa dengan hasil belajar siswa.
Hubungan linearitas dan kecenderungan ini dapat digambarkan sebagaimana
pada grafik dibawah ini:

9
`

Gambar 4 Kecenderungan Seluruh Aspek


Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa adanya hubungan
aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Aktivitas guru meningkat
pada setiap pertemuannya dikarenakan guru selalu melakukan refleksi disetiap
akhir pembelajaran untuk memperbaiki kekurangan ataupun kesalahan yang
terdapat di setiap pertemuannya. Sehingga apabila aktivitas guru semakin baik
selama pelaksanaan dalam proses pembelajaran, aktivitas siswa juga meningkat,
dan seiring dengan meningkatnya aktivitas guru dan aktivitas siswa maka hasil
belajar siswa juga meningkat. Akhirnya, ketika aktivitas guru dan aktivitas siswa
meningkat, demikian pula nilai siswa..

10
`

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas IV SDN Alalak Selatan 4
Banjarmasin menggunakan model pembelajaran Pembelajaran Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI), Group Investigation (GI) dan Talking Stick pada pembelajaran
Matematika didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Aktivitas guru dalam menyajikan pembelajaran Matematika menggunakan model
Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), Group
Investigation (GI) dan Talking Stick pada siswa kelas IV SDN Alalak Selatan 4
mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan dengan rentang 26-32 kriteria
sangat baik. Hasil peningkatan aktivitas guru dapat terlaksana dengan skor 32
(100%) dengan kriteria sangat baik.
2. Aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika menggunakan
Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), Group
Investigation (GI) dan Talking Stick pada siswa kelas IV SDN Alalak Selatan 4
dapat terlaksana dengan baik dan meningkat pada setiap pertemuannya, dengan
indikator keberhasilan mencapai ≥80% sehingga memperoleh kriteria sangat aktif.
Hasil peningkatan aktivitas siswa 92%dengan kriteria sangat aktif.
3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan model
Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), Group
Investigation (GI) dan Talking Stick pada siswa kelas IV SDN Alalak Selatan 4,
dengan indikator keberhasilan hasil belajar siswa secara individual mencapai nila ≥70
sedangkan secara klasikal yaitu apabila 80% dari seluruh siswa mendapatkan nilai
≥70. Peningkatan hasil belajar siswa yaitu 92% dengan kriteria tuntas.

DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai