JURNAL BASICEDU
Research & Learning in Elementary Education
https://jbasic.org/index.php/basicedu
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik kelas 4
di SD Negeri Cebongan 03 pada muatan pelajaran Matematika. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. Melalui
observasi dan wawancara dengan guru kelas, tingkat keterampilan berpikir kritis peserta didik masih dalam
kategori rendah. Sehingga berpengaruh dengan hasil belajar peserta didik pula. Penelitian berlangsusng selama
2 siklus, pada siklus pertama keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik menigkat menjadi
4,3% kategori kritis sekali, 21,7% kategori kritis, 34,8% kategori cukup kritis, 30,5% kategori kurang kritis,
dan 8,7% kategori tidak kritis, sehingga hasil belajar keseluruhan pada siklus I menjadi 52% yang tuntas dan
48% belum tuntas. Pada tindakan siklus II mengalami peningkatan kembali yaitu 17,4% kategori kritis sekali,
30,4% kategori kritis, 43,5% kategori cukup kritis, dan 8,7% kategori kurang ktiris, sehigga hasil belajar
peserta didik meningkat menjadi 87% tuntas dan 13% peserta didik belum tuntas.
Kata Kunci: Discovery Learning, Berpikir Kritis, Hasil Belajar, Matematika
Abstract
This study aims to improve critical thinking skills and learning outcomes of 4th grade students in Cebongan
03 Elementary School in the Mathematics lesson. The type of research used is classroom action research
(CAR) by applying the Discovery Learning learning model. Through observation and interviews with
classroom teachers, the level of critical thinking skills of students is still in the low category. So that it affects
the learning outcomes of students as well. The study lasted for 2 cycles, in the first cycle critical thinking skills
and student learning outcomes increased to 4.3% very critical category, 21.7% critical categories, 34.8%
categories quite critical, 30.5% less critical categories, and 8.7% of the categories are not critical, so the
overall learning outcomes in the first cycle become 52% that are complete and 48% have not been completed.
In the second cycle, there was an increase of 17.4% in the very critical category, 30.4% in the critical
category, 43.5% in the quite critical category, and 8.7% in the poor category, so that student learning
outcomes increased to 87% completely and 13% of students have not yet finished.
Keywords: Discovery Learning, Critical Thinking, Achievement of Learning, Mathematics
matematika adalah pelajaran yang menekan masalah-masalah yang ada dalam proses
peserta didik supaya berpikir secara logis, pembelajaran.
sistematis, kritis, kreatif, dan bekerja sama Berdasarkan hasil observasi di SDN
sehingga mampu mengembangkan keterampilan Cebongan 03 Kecamatan Argomulyo Kota
dalam memecahkan berbagai masalah sehari-hari. Salatiga untuk muatan pelajaran matematika
Sedangkan menurut Ella, Henny D.K, & Sri Giarti menunjukkan bahwa guru belum menggunakan
(2018:721) pembelajaran matematika adalah model pembelajaran yang sesuai dengan
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik Kurikulum 2013, model pembelajaran yang
untuk dapat memecahkan suatu masalah yang digunakan masih belum tepat dan cenderung
dihadapi. monoton. Pembelajaran masih berpusat pada guru
Penerapan pembelajaran matematika sehingga menyebabkan peserta didik malas untuk
diharapkan dapat diimplemantasikan sesuai berpikir menyelesaikan suatu permasalahan dalam
kebijakan yang sudah ditetapkan seperti yang pembelajaran yang berlangsung, sehingga
disampaikan oleh Rafianti I, Setiani Y & keterampilan berpikir kritis peserta didik menjadi
Novaliyosi, N (2018: 64) kurikulum 2013 tidak berkembang. Hal tersebut mengakibatkan
merupakan implementasi dari pembelajaran abad keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar
21 dimana pembelajaran ini menekankan pada peserta didik yang rendah. Hasil nilai Tes Tengah
keterampilan 4C (Creative, Critical thinking, Semester terdapat 2 (8,7%) peserta didik yang
Communicative, Collaborative) dan juga HOTS masuk dalam kategori kritis, 6 (26,1%) peserta
(Higher Order Thinking Skill). Empat didik yang mendapat kategori cukup kritis, 7
keterampilan tersebut memiliki prinsip dalam (30,5%) peserta didik yang masuk dalam kategori
pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik. kurang kritis, sedangkan 8 (34,7%) peserta didik
Untuk itu dalam memecahkan masalah-masalah masuk dalam kategori tidak kritis. Sehingga
yang ada pada muatan matematika dibutuhkan berdampak pada hasil belajar peserta didik yaitu
keterampilan, salah satunya adalah keterampilan 35% peserta didik yang tuntas dan 65% peserta
berpikir kritis (Critical Thinking). didik yang belum tuntas. Hamalik (2011: 131-132)
Berpikir kritis adalah proses yang terarah menyatakan bahwa model discovery learning
dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental adalah suatu strategi yang berpusat pada peserta
seperti memecahkan masalah, mengambil didik dimana kelompok-kelompok peserta didik
keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan dibawa kedalam satu persoalan atau mencari
melakukan penelitian ilmiah. Menurut Maulana jawaban terhadap pernyataan-pernyataan di dalam
(2008: 39) berpikir kritis dapat dikembangkan suatu prosedur dan struktur kelompok yang
melalui pembelajaran matematika di sekolah atau dijelaskan secara jelas. Sedangkan discovery
perguruan tinggi, yang menitik beratkan pada learning menurut Jerome Bruner (Hosnan, 2014:
sistem, struktur, konsep, prinsip, serta kaitan yang 281) adalah metode belajar yang dapat mendorong
ketat antara suatu unsur dan unsur lainnya. peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan
Keterampilan berpikir kritis akan berpengaruh dan dapat menarik kesimpulan dari pengalaman
pada hasil belajar peserta didik. Hasil belajar yang didapatkan. Oleh karena itu muatan
menurut Ella, Henny D.K, & Sri Giarti (2018:723) pelajaran matematika pada tingkatan SD sangat
adalah keterampilan, nilai-nilai serta keterampilan ideal apabila menggunakan model Discovery
yang dimiliki atau diperoleh peserta didik setelah Learning karena diharapkan akan dapat
menerima pengalaman belajar, keterampilan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan hasil belajar peserta didik kelas 4 di SD Negeri
psikomotorik. Cebongan 03 Salatiga.
Pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013
tidak dapat berjalan dengan baik apabila guru METODE PENELITIAN
belum sepenuhnya menguasai perubahan Jenis penelitian yang dilakukan adalah
kurikulum 2013. Untuk itu diperlukan upaya agar penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
membantu guru yaitu dengan mengikuti kegiatan dilakukan dengan jalan merancang,
seminar-seminar nasional, workshop, dan melaksanakan dan merefleksikan tindakan
pelatihan. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut guru secara kolaboratif dan partisipatif yang
dapat bertukar pikiran dengan guru lain tentang
bertujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran di kelas melalui suatu tindakan
dalam suatu siklus (Fadhilaturrahmi, 2017). keberhasilan keterampilan berpikir krtitis dan hasil
Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini belajar peseta didik adalah meningkat menjadi ≥
betujuan untuk meningkatkan keterampilan 70%
berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik.
Dalam penelitian ini subjeknya adalah peserta HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
didik kelas 4 SD Negeri Cebongan 03 Salatoga Kegiatan penelitian pada siklus I
yang berjumlah 23 anak. dilaksanakan dalam 3 pertemuan. Kegiatan pada
Variabel pada penelitian ini terdiri dari siklus I secara garis besar sesuai dengan langkah-
variabel bebas atau variabel X yaitu model langkah model pembelajaran Discovery Learning
pembelajaran Discovery Learning. Variabel terikat yaitu dari peserta didik diberi stimulus atau
atau variabel Y yaitu berpikir kritis dan hasil rangsangan yang berupa gambar bangun datar
belajar. Untuk meningkatkan keterampilan berpikir persegi, persegi panjang, dan segetiga supaya
kritis dan hasil belajar peserta didik dilakukan peserta didik dapat mengingat dan mencapatkan
tindakan yaitu menerapkan model pembelajaran pengalaman dari mengamati gambar tersebut.
Discovery Learning yang dilaksanakan dalam 2 Selanjutnya peserta didik melakukan identifikasi
siklus dimana tiap siklusnya terdiri dari 3 masalah dengan dibagi kelompok dahulu masing-
pertemuan hingga indikator keberhasilan tercapai. masing 4 peserta didik dan diberi tugas untuk
Model pembelajaran Discovery Learning meliputi mencari benda konkrit yang ada didalam atau
stimulasi; identifikasi masalah; pengumpulan data; diluar kelas yang sesuai dengan materi. Dari
pengolahan data; verifikasi. Teknik pengumpulan penemuan itu lalu dilakukanlah pengumpulan data
data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes untuk tugas tersebut dengan menuliskan di lembar
dan non tes. kerja siswa yang selanjutknya akan dilakukan
Teknik tes menggunakan soal tes yang akan pengolahan data. Kegiatan selanjutnya adalah
diberikan pada tiap siklusnya yang berbentuk melakukan verifikasi terhadap pekerjaan yang
uraian untuk mengetahui hasil belajar peserta sudah dilakukan oleh peserta didik dan
didik. Soal tes yang diberikan berupa soal keliling diasosiasikan menjadi suatu kesimpulan.
dan luas bangun datar yang sudah melewati tahap Dari kegiatan penelitian pada siklus I
analisis data dengan menggunakan anates versi didapatkan hasil pada pertemuan pertama,
4.0.9. Soal tes yang diberikan dianalisis dengan pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga peserta
mencari kevalidannya, realibilitas, daya pembedan, didik mengalami peningkatan pada keterampilan
dan tingkat kesukaran soal. berpikir kritis dan hasil belajarnya. Berikut adalah
Teknik non tes menggunakan rubrik hasil dari tingkat berpikir kritis peserta didik:
penilaian tugas untuk mengukur tingkat berpikir
kritis peserta didik dan lembar observasi kegiatan Tabel 1
Berpikir kritis peserta didik siklus I
guru beserta peserta didik seduai dengan langkah- Keterampilan Berpikir Kritis
langkah pembelajaran matematka dengan Kategori
Frekuen
menggunakan model pembelajaran Discovery Interval Persentase
si
Learning. Adapun rubrik penilaian berpikir kritis Kritis Sekali 90 – 100 1 4,3%
yang diadopsi dari indikator berpikir kritis Kritis 80 – 89 5 21,7%
menurut Ennis (Dina M.S: 13) yaitu memberikan Cukup Kritis 65 – 79 8 34.8%
penjelasan sederhana; membangun keterampilan Kurang
55 – 64 7 30,5%
dasar; memuat kesimpulan; membuat penjelasan Kritis
lebih lanjut; mengatur strategi dan taktik. Tidak Kritis ᵡ < 55 2 8,7%
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini ialah analisis deskriptif komparatif. Dari tabel 1 dapat dilihat terdapat 1 (4,3%)
Yaitu data kuantitatif hasil dari keterampilan peserta didik yang memdapat kriteria kritis sekali
berpikir kritis maupun hasil belajar peserta didik atau sudah memiliki keterampilan berpikir kritis
yang diperoleh akan dideskripsikan menggunakan yang baik. Selanjutnya 5 (21,7%) peserta didik
penjelasan dan data yang sudah diperoleh akan di yang mendapat kategori kritis dan 7 (34,8%)
komparasikan pada tiap siklusnya. Tujuannya peserta didik yang masuk dalam kategori cukup
adalah untuk mengetahui meningkat atau tidaknya kritis. Sedangkan 8 (30,5%) peserta didik masuk
keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar dalam kategori kurang kritis dan 2 (8,7%) masuk
peserta didik di setiap siklusnya. Adapun indikator kategori tidak kritis. Melalui hasil keterampilan
muatan pelajaran matematika di kelas 4 SD N peningkatan jumlah peserta didik yang mencapai
Cebongan 03 mengalami kenaikan. Hal ini dapat KKM 70 pada muatan pelajaran matematika.
dapat ditunjukkan pada saat pra siklus Terbukti pada kondisi awal (pra siklus) terdapat
keterampilan berpikir kritis peserta didik hanya masih banyak peserta didik yang belum mencapai
memperoleh rata-rata sebesar 60, dengan 2 (8,7%) KKM. Kemudian pada siklus I jumlah peserta
peserta didik yang masuk dalam kategori kritis. didik yang mencapai ketuntasan meningkat
Selanjutnya 6 (26,1%) peserta didik yang menjadi 12 (52%). Kemudian karena indikator
mendapat kategori cukup kritis dan 7 (30,5%) keberhasilan belum tercapai maka dilakukan
peserta didik yang masuk dalam kategori kurang tindakan siklus II dengan hasil peningkatan yang
kritis. Sedangkan 8 (34,7%) peserta didik masuk cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada siklus II
dalam kategori tidak kritis. jumlah peserta didik yang mencapai ketuntasan
Setelah dilakukan tindakan siklus I meningkat menjadi 20 (87%).
keterampilan berpikir peserta didik meningkat. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian KESIMPULAN DAN SARAN
keterampilan berpikir kritis peserta didik yang Berdasarkan pembahasan dan hasil
memperoleh rata-rata kelas sebesar 70 dengan penelitian yang telah dilakukan pada siklus I dan
pencapaian 1 (4,3%) peserta didik yang memdapat siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa
kriteria kritis sekali atau sudah memiliki penerapan model pembelajaran Discovery
keterampilan berpikir kritis yang baik. Selanjutnya Learning dapat berhasil meningkatkan
5 (21,7%) peserta didik yang mendapat kategori keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar
kritis dan 7 (34,8%) peserta didik yang masuk peserta didik pada muatan pelajaran matematika
dalam kategori cukup kritis. Sedangkan 8 (30,5%) melalui langkah-langkahnya. Dimana keterampilan
peserta didik masuk dalam kategori kurang kritis berpikir peserta didik pada pra siklus hanya
dan 2 (8,7%) masuk kategori tidak kritis. memperoleh rata-rata 60 meningkat pada siklus I
Keterampilan berpikir kritis peserta didik dengan rata-rata 70 dan kembali meningkat pada
kembali meningkat setelah dilakukan tindakan siklus II menjadi 81. Peningkatan keterampilan
siklus II dengan memperoleh rata-rata kelas berpikir krtis peserta didik tersebut mempengaruhi
sebesar 81 dengan pencapaian 4 (17,4%) peserta hasil belajar peserta didik dari pra siklus 8 (35%)
didik yang memdapat kriteria kritis sekali atau peserta didik mendapatkan nilai tuntas dan 15
sudah memiliki keterampilan berpikir kritis yang (65%) peserta didik mendapat nilai dibawah KKM.
baik. Selanjutnya 7 (30,4%) peserta didik yang Setelah dilakukan tindakan siklus I hasil belajar
mendapat kategori kritis dan 10 (43,5%) peserta meningkat dengan 12 (52%) peserta didik
didik yang masuk dalam kategori cukup kritis. mendapatkan nilai tuntas dan 11 (48%) peserta
Sedangkan 2 (8,7%) masuk dalam kategori kurang didik masih mendapat nilai dibawah KKM (70).
kritis. Peningkatan keterampilan berpikir kritis Hasil belajar peserta didik kembali meningkat
peserta didik juga berdampak pada hasil belajar setelah dilakukan tindakan siklus II dengan
peserta didik. Berikut ini adalah perbandingan perolehan hasil sebanyak 20 (87%) mendapatkan
peningkatan hasil belajar peserta didik dari nilai sama dengan atau diatas KKM dan 3 (13%)
pelaksanaan pra siklus, siklus I, siklus II dapat peserta didik mendapat nilai dibawah KKM.
dilihat dari tabel di bawah ini : Berdasarkan simpulan di atas maka
Tabel 4 disarankan untuk pendidik menggunakan model
Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik pembelajaran Discovery Learning untuk dapat
Pra Siklus, Siklus I, Siklus II meningkatkan keterampilan berpikir dan hasil
Kelas 4 SDN Cebongan 03 belajar peserta didik pada muatan pelajaran
Kondisi matematika.
N Siklus I Siklus II
Nilai Awal
o
F % F % F % DAFTAR PUSTAKA
1. Tuntas 8 35% 12 52% 20 87% DARYANTO, & MULYO, R.
(2012). MODEL
2. Belum 15 65% 11 48% 3 13% PEMBELAJARAN INOVATIF. YOGYAKARTA:
Tuntas GAVA MEDIA.
Jumlah 23 100% 23 100% 23 100 Ella, E., Koeswati, H. D., & Giarti, S. (2018).
% Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran
Berdasarkan tabel 4 perbandingan Problem Solving Dan Inquiri Terhadap
ketuntasan hasil belajar matematika dapat dilihat