Anda di halaman 1dari 27

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD

NEGERI 80 PRABUMULIH MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA
PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN
WAKTU

Rani Nadianti (856684543)

Email : raninadianti@gmail.com

Abstrak: penelitian ini berdasarkan pada teori pembelajaran kooperatif. Tujuan utama
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan model pembelaajran kooperatif
Tipe STAD pada materi pengukuran waktu dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
peneitian menunjukkan bahwa (1) adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri 80 Prabumulih pada mata pelajaran matematika materi pengukuran waktu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilihat dari hasil ketuntasan
belajar siswa yang awalnya hanya sebesar 27,72% yang tuntas, pada saat diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD angka keberhasilan mencapai 72,72%, (2)
adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 80 Prabumulih pada mata
pelajaran matematika materi pengukuran waktu dengan menggunakan alat peraga yang
sesuai dengan keberhasilan pencapaian yaitu sebesar 90,90%. Temuan penelitian ini
dapat memberikan kontribusi pada pemilihan model pembelajaran yang tepat serta
penggunaan alat peraga yang tepat dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
berpengaruh.

KATA KUNCI : Pembelajaran Kooperatif, STAD, Pembelajaran Matematika

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan pilar yang paling utama dalam kehidupan manusia.


Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikannya karena semakin
baik pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin baik pula kualitas
kehidupan yang dimiliki oleh seseorang. Peningkatan kualitas hidup sumber daya
manusia di Indonesia dilakukan terus menerus salah satunya yaitu melalui
pendidikan. Salah satu upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dalam bidang pendidikan yaitu perlunya perubahan dalam
proses pembelajaran yaitu mengubah paradigma pendidikan yang lama dengan
paradigma pendidikan yang baru sehingga dapat meningkatkan kreativitas siswa
dalam berpikir, kreativitas pendidik dalam menyampaikan materi, keaktifan serta
antusiasme siswa dalam setiap proses pendidikan.
Soekahar menyatakan bahwa belajar matematika adalah belajar berkenaan
dengan ide-ide, struktur-struktur, yang dianut menurut aturan yang logis
(Crisnawati, 2007:66). Menurut Burner mengungkapkan bahwa agar siswa lebih
berhasil dalam belajar matematika, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan
untuk melihat kaitan-kaitan, baik kaitan antara dalil dan dalil, topik dan topik
maupun antara cabang matematika (Fadhilaturrahmi, 2018:160).
Dari hasil kajian kegiatan pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri
80 Prabumulih yang dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020,
ditinjau dari hasil pelaksanaan pra siklus perolehan hasil belajar siswa yang
mengikuti ulangan harian yaitu sebanyak 18 orang mendapatkan nilai dibawah
KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Kurang maksimalnya hasil belajar siswa
pada pra siklus tersebut dikarenakan beberapa masalah yaitu kurang nya
penggunaan alat peraga yang dapat memberikan keatifkan pada peserta didik,
kemudian kurangnya pengunaan model pembelajaran yang dapat memberikan
keatifan dan kreativitas peserta didik. Padahal nyatanya, kondisi ideal dikatakan
berhasil apabila saat diberikan ulangan harian, hasil siswa sudah diatas KKM
harus lebih dari 80%.
Berdasarkan permasalahan diatas, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu:
1. Identifikasi masalah

Berdasarkan hasil evalusi pada materi pengukuran waktu hanya 5 siswa dari
22 siswa yang dapat menguasi materi pembelajaran. Adapun beberapa kekurangan
siswa dalam pembelajaran yaitu :

1. Siswa kurang memperhatikan pada saat proses pembelajaran


2. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
3. Siswa kurang menguasai konsep tentang pengukuran waktu
4. Siswa masih kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan

Menurut Slavin (Chrisnawati, 2007:68) model pembelajaran kooperatif tipe


STAD memiliki tahapan pembelajaran yaitu: tahap penyajian materi, kegiatan
kelompok, pelaksanaan kuis Individual, nilai perkembangan individual, dan
penghargaan kelompok. Oleh karena itu, diharapkan melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD siswa dapat memperoleh pengalaman belajar bersama serta
dapat mengatasi beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran diatas.

2. Analisis Masalah

Pada saat pelaksanaan kegiatan prasiklus, beberapa respon dari perilaku siswa
kurang mendukung kegiatan proses pembelajaran dikelas, akibatnya hasil belajar
siswa dalam pokok bahasan pengukuran waktu masih rendah. Hal ini,
menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan penulis belum efektif.
Sehingga, untuk mengetahui rincia dan sebab dari permasalahan tersebut penulis
melakukan refleksi diri.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut, diketahui bahwa faktor penyebab siswa


kurang menguasai materi yaitu sebagai berikut:

1. Komunikasi guru yang hanya satu arah


2. Guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran
3. Guru tidak menggunakan alat peraga yang menarik
4. Guru tidak menggunakan model pembelajaran yang sesuai
5. Guru kurang memberikan contoh-contoh realistik

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Berdasarkan beberapa penjabaran permasalahan diatas, baik yang berasal dari


siswa maupun guru. Adapun beberapa alternatif dan prioritas pemecahan masalah
yaitu Menggunakan model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa dalam
setiap proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi permasalahan dalam


penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah ada peningkatan hasil belajar
siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SD
Negeri 80 Prabumulih pada materi pengukuran waktu?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SD

Negeri 80 Prabumulih pada materi pengukuran waktu dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi Peserta Didik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu proses pembelajaran

yang memotivasi siswa untuk mengembangkan ide sebanyak-banyaknya,

serta diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar melalui model

pembelajaran kooperatif tipe STAD

2. Bagi Pendidik

Dapat dijadikan referensi dalam memilih model pembelajaran yang cocok

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika

3. Bagi Sekolah
Salah satu dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD dijadikan bahan

masukan untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan serta

meningkatkan hasil belajar siswa kedepannya.

II. KAJIAN PUSTAKA


A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Yudha dan Suwarjo matematika adalah ilmu tentang pola dan
hubungan. Sebab, dalam matematika sering dicari keseragaman seperti
keterurutan dan keterkaitan pola-pola dari sekumpulan konsep-konsep tertentu
atau model-model yang merupakan representasinya sehingga dapat dibuat
generalisasinya untuk selanjutnya dibuktikan kebenarannya secara deduktif
(Nadianti, dkk 2018:19) Sedangkan menurut Herawati bahwa matematika
berkenaan dengan ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak dan tersusun secara
hierarki dan penalarannya deduktif (Nadianti,dkk 2018:19). Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa matematika merupakan ilmu tentang pola-pola, ide serta
konsep yang tersusun secara utuh. Berdasarkan Permendikbud No. 21 Tahun 2016
tentang standar isi, salah satu kompetensi yang ingin dicapai dalam muatan
pelajaran matematika di tingkat pendidikan dasar adalah menunjukkan sikap
positif bermatematika yaitu logis, cermat dan teliti, jujur bertanggung jawab dan
tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah, sebagai wujud
implementasi kebiasaan inkuiri dan eksplorasi matematika, serta memiliki rasa
ingin tahu, semangat belajar yang kontinu, percaya diri dan ketertarikan pada
matematika melalui pengalaman belajar (Putri,dkk 2019:35-36). Berdasarkan
Permendikbud diatas bahwa pembelajaran matematika yang diharapkan
ketercapaiannya tidak hanya mampu mengerjakan matematika secara logis, hasil
pembelajaran yang baik, namun harus ada hasil pengamatan perilaku atau sikap
yang baik pula.
B. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Karakteristik siswa pada kelas lima SD sangat penting diketahui guru, dengan
tujuan agar mengetahui keadaan fisik dan emosional seorang siswa. Selain itu
juga, karakter guru sangat penting diketahui guru agar pada pelaksanaan proses
pembelajaran pendidik atau guru dapat menggunakan model pembelajaran, medi
pembelajaran, dan lain sebagainya sesuai dengan keadaan siswa. Selain itu juga,
muatan karakter siswa dalam proses pembelajaran harus terlihat seperti sikap
jujur, peduli, tanggung jawab dan disiplin.

Peserta didik pada kelas V pada usia 10-12 tahun merupakan fase peralihan
atau transisi dari anak-anak menjadi remaja awal, pada fase ini pertumbuhan dan
perkembangan anak akan mengalami perubahan yang cukup signifikan seperti
perubahan kognisi, psikologis, emosi, perasaaan, perilaku seksual dan lain-lain.
Menurut Krismapera (2018) karakteristik siswa SD yaitu senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang melakukan sesuatu secara
langsung. Beberapa karakteristik tersebut harus diketahui oleh guru, karena
karakteristik tersebut akan mendukung keberhasilan dalam proses pembelajaran
peserta didik.

C. Hasil Belajar

Menurut Purwanto (Rosdiati, 2017:316) hasil belajar adalah hasil yang


digunakan untuk melihat hasil yang diberikan guru kepada siswa dalam waktu
tertentu. Sedangkan menurut Mulyono (Rosdiati, 2017:316) hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh angka setelah melakukan suatu kegiatan belajar.
Sedangkan menurut Slameto hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku
yang terjadi secara berkesinambungan dan tidak statis. Menurut Dimyati dan
Mudjiono hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar (Suhendri, hal:31).
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar
merupakan suatu hasil yang diperoleh melalui serangkaian kegiatan pembelajaran
yang berupa angka.
D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu tipe pembelajaran


kooperatif paling sederhana, yang di dalam penerapannya melalui beberapa
tahapan yaitu tahap persiapan, penyajian materi, kegiatan kelompok, evaluasi atau
tes dan penghargaan kelompok. (Takdir, 2014: 38). Sedangkan menurut (Winarto,
2018:14) STAD merupakan model pembelajaran kooperatif untuk
pengelompokan peserta didik secara heterogen yang melibatkan pengakuan tim
dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Tujuan dari
pembelajaran ini adalah memberi pembelajaran kepada peserta didik untuk
mampu berinteraksi dengan peserta didik lain dalam satu kelompok dalam
menyelesaikan permasalahan dan bertanggung jawab atas pembelajaran individu
anggota. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Proses
pembelajaran matematika akan lebih aktif dan kreatif jika mengunakan model-
model pembelajaran kooperatif salah satunya yaitu dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa akan
lebih aktif berinteraksi dengan peserta didik lainnya serta melatih tanggung jawab
setiap peserta didik.

Menurut Rusman (Gusniar, hal 202-203) Pembelajaran kooperatif model


STAD terdiri lima komponen utama, yaitu:
1) Penyajian kelas
Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas.
Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan
terbimbing.
2) Kegiatan kelompok
Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling
membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
3) Kuis (Quizzes)

Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk
mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan
sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai
perkembangan dan keberhasilan kelompok.
4) Penghargaan kelompok
Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing
kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor
kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-
masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.
Adapun keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD menurut Roestiyah (Gusniar, hal 203-204) yaitu:
Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai
individu dan kebutuhan belajarnya.
5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih
aktif dalam diskusi.
6. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat
orang lain.
Sedangkan Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu
hanya melibatkan siswa yang mampu memimpin dan kurang terlibatnya siswa
yang memiliki kemampuan memimpin yang rendah.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian


1. Subjek
Subjek penelitian perbaikan pembelajaan ini adalah siswa siswi SD
Negeri 80 Prabumulih dengan jumlah siswa sebanyak 22 orang yang
terdiri dari 16 orang laki-laki dan 6 orang perempuan.
Tabel 3.1. Subjek Penelitian

Jenis
No Nama Sekolah Kelas Kelamin Jumlah
L P
1 SD Negeri 80 Prabumulih V (Lima) 16 6 22 Orang
Jumlah 22 Orang
Sumber : Absensi kelas V SD Negeri 80 Prabumulih

2. Tempat
Tempat penelitian perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SD Negeri 80
Prabumulih.
3. Waktu
Waktu penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan dari tanggal 3
Oktober sampai dengan 17 Oktober 2019. Adapun jadwal pelaksanaan
perbaikan pembelajaran tersebut sebagai berikut:
a. Prasiklus dilaksanakan pada hari kamis tanggal 3 Oktober 2019
b. Siklus I (Pertama) dilaksanakan pada hari kamis tanggal 10 Oktober
2019
c. Siklus II (Kedua) dilaksanakan pada hari kamis tanggal 17 Oktober
2019.

Tabel 3.2.Waktu Penelitian

No Hari/Tanggal Kelas Mata Materi Waktu Ket


Pelajaran
Kamis,03 V Pengukuran 09.00-
1 Matematika Prasiklus
Oktober 2019 (Lima) waktu 10.10
Kamis, 10 V Pengukuran 09.00-
2 Matematika 10.10 Siklus 1
Oktober 2019 (Lima) waktu
Kamis, 17 V Pengukuran 09.00-
3 Matematika 10.00 Siklus 2
Oktober 2019 (Lima) waktu

4. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V (lima) pada mata pelajaran


Matematika tahun ajaran 2019/2020
5. Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini dibantu oleh bapak
Drs. MP Siregar,M.Si selaku tutor mata kuliah pemantapan kemampuan
profesional sekaligus suvervisor 1 yang telah membimbing dan
memberikan penilaian kepada penulis dalam penyusunan laporan ini. Ibu
Heryani,S.Pd selaku suvervisor 2 sekaligus penilai 1 dan Ibu ST.
Rohani,S.Pd selaku penilai 2 yang telah membantu, membimbing serta
melaksanakan penilaian APKG 1 dan APKG 2 perbaikan pembelajaran.
Serta siswa siswi SD Negeri 80 Prabumulih yang ikut berperan aktif
dalam terlaksananya kegiatan pembelajaran.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Perbaikan pembelajaran dilakukan melalui penelitian tindakan kelas (PTK)
yang berlangsung dalam 2 siklus. Dalam siklus, kegiatan yang dilakukan meliput:
(a) Perencanaan, (b) Pelaksanaan, (c) Observasi/Pengamatan dan (d) Refleksi.

PELAKSANAAN

SIKLUS I
PERENCANAAN PENGAMATAN
REFLEKSI

PELAKSANAAN

Siklus II
PERENCANAAN PENGAMATAN

REFLEKSI

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK)


Siklus I
1. Perencanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan, antara lain
adalah:
1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran 1 dengan pokok materi
pengukuran waktu
2. Mengganti model pembelajaran menjadi model pembelajaran
bervariasi.
3. Menyiapkan lembar observasi guru
4. Menyiapkan alat evaluasi
Penulis membuat rencana perbaikan pembelajaran dengan beberapa
tindakan yang digunakan yaitu :
1. Sebelum guru melaksanakan proses belajar mengajar, guru membuat
persiapan dalam bentuk Rencana Perbaikan Pembelajaran sebagai
acuan agar pembelajaran lebih terarah dan berjalan efektif dan efisien
sesuai tujuan yang diinginkan.
2. Guru mengkondisikan kelas dan menyiapkan siswa untuk siap belajar
serta guru mengarahkan siswa memusatkan perhatian pada mata
pelajaran agar dapat diterima dan dipahami dengan baik.
3. Setelah itu,guru memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat
hasil belajar siswa sebagai umpan balik dari proses belajar untuk
melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan.
4. Melakukan analisis hasil evaluasi sebagai acuan tindak lanjut guru
dalam melakukan perbaikan.
2. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran siklus pertama dilaksanakan pada tanggal
10 Oktober 2019 dengan pokok materi “pengukuran waktu” yang
dilakukan pada tahap ini, antara lain :
a. Guru menjelaskan materi tentang pengukuran waktu secara singkat
b. Guru membagikan lembar LKS kepada setiap kelompok
c. Guru meminta setiap kelompok beserta anggotanya mengamati
permasalahan yang diberikan
d. Guru memberikan arahan selama proses pembelajaran
e. Guru melakukan tanya jawab bersama siswa
f. Siswa berdiskusi mengenai pengukuran waktu.
g. Perwakilan kelompok mempresntasikan hasil diskusi mereka.
h. Guru melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa
Peneliti membuat rencana perbaikan tersebut berdasarkan siklus-siklus
pembelajaran sebagai berikut :

3. Observasi / Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
Pengamatan dilakukan oleh satu orang pengamat / teman sejawat, yaitu
Ibu Heryani, S.Pd yang merupakan salah satu seorang guru di SD Negeri
80 Prabumulih. Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus
pertama dapat dilihat pada lampiran.

4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan (Observasi) dan diskusi dengan teman
sejawat terhadap proses pembelajaran pada siklus I diperoleh temuan
bahwa siswa lebih bersemangat dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran menggunakan model pembelajara kooperatif tipe STAD,
terlihat dari hasil belajar siswa yang sudah ada peningkatan dari 18,18%
menjadi 72%. Maka dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran siklus 1
dikategorikan berhasil. Selanjutnya, peneliti meneruskan penelitian
pembelajaran dengan menggunakan Alat peraga. Adapun refleksi
dilakukan untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui ketecapaian dari tujuan pembelajaran


2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan selama proses
pembelajaran berlangsung
3. Untuk mengetahui dampak dari hasil belajar siswa.

Siklus II

1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan, antara lain adalah :

1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran 2 dengan pokok materi


pengukuran waktu
2. Menyiapkan alat peraga
3. Menyiapkan pedoman observasi
4. Menyiapkan alat evaluasi
2. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober
2019 dengan pokok materi “Satuan waktu” Kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini, antara lain :

a. Guru menjelaskan materi tentang pengukuran waktu secara singkat


b. Guru membagikan alat peraga yang dibuat oleh guru
c. Guru membagian LKS kepada siswa
d. Dengan instruksi dari guru, siswa diminta untuk menunjukkan pukul
waktu pagi, siang atau malam menggunakan alat peraga
e. Guru memberikan arahan selama proses pembelajaran
f. Guru melakukan tanya jawab bersama siswa
g. Siswa berdiskusi mengenai pengukuran waktu.
h. Perwakilan kelompok mempresntasikan hasil diskusi mereka.
i. Guru melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa

3. Observasi / Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan atau observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat. Pengamatan dilakukan oleh satu orang pengamat (Observer)
atau teman sejawat, yaitu : Ibu Heryani, S.Pd yang merupakan salah
seorang guru di SD Negeri 80 Prabumulih. Hasil observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat dilihat pada lampiran. Adapun
refleksi dilakukan untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui ketecapaian dari tujuan pembelajaran


2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan selama proses
pembelajaran berlangsung
3. Untuk mengetahui dampak dari hasil belajar siswa.

C. Teknik Analisis Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tes tertulis. Tes yang
digunakan berupa tes uraian singkat.Tes ini terdiri dari 10 soal essay. Setiap soal
memiliki skor masing-masing.

Selanjutnya hasil belajar siswa dikatakan efektif apabila skor rata-rata hasil
belajar matematika lebih dari atau sama dengan nilai KKM yaitu 70 dan
terjadinya ketuntasan secara klasikal sebesar 80% ( Rijal : 2016). Jadi
pembelajaran dapat dikatakan efektif jika hasil belajar siswa lebih atau sama
dengan KKM.

Pada penelitian ini data dianalisis secara kuantitatif, yaitu data hasil belajar
siswa yang berupa skor dianalisis secara kuantitatif. Dengan menghitung
presentase ketuntasan sebagai berikut

jumlah siswa yang tuntas


Persentase ketuntasan : x 100 %
jumlah seluruh siswa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penulis membuat rencana perbaikan pembelajaran dengan beberapa tindakan
yang telah digunakan yaitu menyiapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP),
membuat dan mempersiapkan bahan/ sumber belajar yang akan digunakandan
pemilihan/ penggunaan metode yang tepat. Sebelum tindakan perbaikan
pembelajaran dilaksanakan, peneliti melakukan pembelajaran matematika
pengukuran waktu dengan menggunakan metode ceramah. Didapatkan hasil
evaluasi hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Adapun hasil belajar yang
didapat sebelum perbaikan adalah sebagai berikut:
TABEL 4.1
Hasil Belajar Siswa Sebelum Perbaikan Pembelajaran

KETUNTASAN
BELAJAR
NO NAMA SISWA NILAI
YA TIDAK

1 Aisyah Nabila Putri 60 √

2 Arizky Ramadhan 50 √

3 Faiz khayu A 50 √

4 Fama Surya Ferlindo 50 √

5 Juarley Fransisco 50 √

6 Muhammad Pratama 60 √

7 Muhammad Rayhan 50 √

8 Muhammad Rizki 60 √

9 Mulya Farizky 60 √

10 Nadine Rhezky 100 √

11 Naufal Saputra 50 √

12 Oriqa Zahrotus 70 √
13 Rendra Paidil 100 √

14 Sheyla Julianti 100 √

15 Zacky Pratama 50 √

16 Zaskia almira 50 √

17 Wahyu Musti Okta 60 √

18 Alfarizi 60 √

19 M. fadhlurrahman A 50 √

20 Shidqi Ilham 50 √

21 Ariya 60 √

22 Al Fakhry 70 √
  Jumlah Benar   5 17
  Jumlah siswa   22 22
  % Persentase   22,72% 77,27%

Keterangan :
1. Nilai Tertinggi : 100
2. Nilai Terendah : 50
4
3. Persentase ketuntasan : x 100 %=18,18 %
22

Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pembelajaran awal Pra Siklus

No Rentang Nilai Jumlah Siswa


1 0 – 25 0
2 26 – 50 10
3 51 – 75 7
4 76 – 100 5
Jumlah 22
Grafik. 4.1
Grafik Capaian hasil belajar pembelajaran Awal Pra Siklus

12

10

6
siswa3

0
0-25 25-50 51-75 76-100

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa
relatif rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor
penyebab yaitu kurangnya memperhatikan pada saat proses pembelajaran
berlangsung, kurangnya keaktifan dalam proses pembelajaran, kurangnya
menguasai konsep tentang pengukuran waktu, serta siswa masih kesulitan dalam
mengerjakan soal-soal latihan.

Dari 22 siswa kelas V, hanya 5 orang saja yang nilainya diatas kriteria
ketuntasan minimal (KKM) 70 dengan persentase ketuntasan sebesar 22,72%
maka dari itu peneliti harus mengadakan perbaikan pembelajaran.

Pada siklus I, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe


STAD. Pada model pembelajaran ini Pada metode ini guru memberikan apersepsi
awal kepada siswa guna untuk membangkitkan minat belajar siswa. Selanjutnya,
guru menjelaskan materi pembelajaran secara umum saja. Lalu guru membagikan
LKS yang didalamnya sudah terdapat beberapa permasalahan yang harus
diselesaikan bersama dalam kelompok, kemudian guru memberikan pengarahan
pengarahan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Siswa diminta terus
untuk memecahkan permasalahan bersama dengan kelompok, kemudian guru
menunjuk satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan
kelas. Setelah itu, guru memberikan beberapa pengarahan terhadap jawaban
jawaban siswa, kemudian untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan
belajar siswa guru memberikan evaluasi berupa soal. Dilihat dari hasil evaluasi
siswa, ada peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peningkatan ini
tercermin dari perilaku-perilaku siswa yang diamati selama proses pembelajaran
serta dari hasil kuis yang diberikan.

TABEL 4.3
Hasil Belajar Siswa Siklus I

KETUNTASAN
BELAJAR
NO NAMA SISWA NILAI
YA TIDAK

1 Aisyah Nabila Putri 70 √

2 Arizky Ramadhan 50 √

3 Faiz khayu A 80 √

4 Fama Surya Ferlindo 70 √

5 Juarley Fransisco 100 √

6 Muhammad Pratama 70 √

7 Muhammad Rayhan 70 √

8 Muhammad Rizki 60 √

9 Mulya Farizky 70 √

10 Nadine Rhezky 100 √

11 Naufal Saputra 70 √ √
12 Oriqa Zahrotus 100 √

13 Rendra Paidil 100 √

14 Sheyla Julianti 100 √

15 Zacky Pratama 50 √

16 Zaskia almira 50 √

17 Wahyu Musti Okta 70 √

18 Alfarizi 70 √

19 M. fadhlurrahman A 50 √

20 Shidqi Ilham 70 √

21 Ariya 60 √

22 Al Fakhry 80 √

Jumlah Benar
 
  16 6
  Jumlah siswa   22 22
  % Persentase   72,72% 27,72%

Keterangan :
1. Nilai Tertinggi : 100
2. Nilai Terendah : 50
16
3. Persentase ketuntasan : x 100 %=72,72 %
22

Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pembelajaran awal Pra Siklus

No Rentang Nilai Jumlah Siswa


1 0 – 25 0
2 26 – 50 6
3 51 – 75 9
4 76 – 100 7
Jumlah 22

Grafik. 4.2
Grafik Capaian hasil belajar pembelajaran Siklus I

10
9
8
7
6
5
Column2
4
3
2
1
0
0-25 26-50 51-75 76-100

Setelah siklus I dilaksanakan, dilihat dari grafik capaian hasil belajar siswa
mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan capaian
hasil belajar sebelumnya. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe stad
mampu meningkatkan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran. Dilihat dari
persentasi pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD ketuntasan belajar hanya mencapai 22,72% sedangkan setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD persentase ketuntasan
hasil belajar siswa yaitu mencapai angka 72,72% hal ini menunjukkan
keberhasilan yang cukup baik pada siklus pertama. Maka dari itu pada siklus II
peneliti melanjutkan penelitian dengan menggunakan alat peraga dibantu dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil pembelajaran siswa dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:

TABEL 4.5
Hasil Belajar Siswa Siklus II

NO NAMA SISWA NILAI KETUNTASAN


BELAJAR

YA TIDAK

1 Aisyah Nabila Putri 70 √

2 Arizky Ramadhan 50 √

3 Faiz khayu A 80 √

4 Fama Surya Ferlindo 70 √

5 Juarley Fransisco 100 √

6 Muhammad Pratama 70 √

7 Muhammad Rayhan 70 √

8 Muhammad Rizki 70 √

9 Mulya Farizky 70 √

10 Nadine Rhezky 100 √

11 Naufal Saputra 70 √

12 Oriqa Zahrotus 100 √

13 Rendra Paidil 100 √

14 Sheyla Julianti 100 √

15 Zacky Pratama 50 √

16 Zaskia almira 70 √

17 Wahyu Musti Okta 70 √

18 Alfarizi 70 √

19 M. fadhlurrahman A 70 √

20 Shidqi Ilham 70 √

21 Ariya 70 √

22 Al Fakhry 80 √

   
Jumlah Benar 20 2

  Jumlah siswa   22 22
  % Persentase   90,90 % 9,09%

Keterangan :
1. Nilai Tertinggi : 100
2. Nilai Terendah : 50
22
3. Persentase ketuntasan : x 100 %=90,90 %
22

Tabel 4.6
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pembelajaran Siklus II

No Rentang Nilai Jumlah Siswa


1 0 – 25 0
2 26 – 50 2
3 51 – 75 13
4 76 – 100 7
Jumlah 22

Grafik. 4.3
Grafik Capaian hasil belajar pembelajaran Siklus II
14

12

10

jumlah siswa2
6

0
0-25 26-50 51-75 76-100

Pada siklus II alat peraga digunakan untuk menarik perhatian siswa agar lebih
termotivasi untuk belajar matematika kelas V. Dalam hal ini terbukti dengan
adanya peningkatan hasil belajar siswa yang menunjukkan bahwa adanya
perubahan-perubahan perilaku siswa dalam belajar. Banyak faktor penyebabnya
tercapainya hasil belajar siswa yang meningkat yaitu penggunaan alat peraga yang
digunakan langsung oleh siswa selama proses pembelajaran, dan dikolaborasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yang dalam hal ini sangat
menarik perhatian siswa dalam kegaiatan pembelajaran.

Setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II ini, hasil belajar


siswa meningkat relatif tinggi, yaitu pada siklus I hanya 16 orang saja yang sudah
diatas KKM, sedangkan pada siklus II sudah ada 20 orang yang tuntas KKM atau
mencapai 90,90%. Pada penelitian ini, peneliti menemukan berbagai macam hal
yang berkaitan erat dengan kemajuan peneliti. Untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa, peneliti menekankan untuk menggunakan alat peraga yang
sesuai dengan materi pembelajaran serta penggunaan penggunaan model
pembelajaran ataupun metode pembelajaran yang bervariasi yang sesuai dengan
iklim kelas.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Beberapa permasalahan yang ditemukan peneliti pada saat pra siklus, sangat
mempengaruhi hasi pada siklus I ataupun siklus II jika tidak dilakukan perbaikan.
Pada kegiatan pra siklus hasil belajar siswa sangat rendah, dan dapat dikatakan
tidak berhasil karena hanya 4 siswa yang tuntas KKM, selain hasil belajar yang
masih sangat rendah, perhatian siswa pada saat proses pembelajaran sangat sedikit
sehingga menyebabkan kondisi kelas pasif dan tidak menarik. Hal inilah yang
membuat peneliti mencari cara yang paling tepat untuk melakukan perbaikan
pembelajaran agar hasil belajar siswa serta motivasi belajar siswa meningkat.
Setelah diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SD Negeri 80
Prabumulih, peneliti merasa oprtimis karena hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri 80 Prabumulih meningkat dari siklus ke siklus, selain itu juga perilaku
belajar siswa kelas V SD Negeri 80 Prabumulih juga mengalami perubahan yang
lebih baik, siswa kelas V yang awalnya cenderung pasif, kurang menguasai
konsep, serta mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal, setelah diterapkan
model kooperatif tipe STAD dan penggunaan alat peraga, perilaku-perilaku
belajar siswa membaik.

V. SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan

Berdasarkan perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan melalui penelitian


tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 80 Prabumulih


melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD
2. Adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 80 Prabumulih
melalui penggunaan alat peraga.

B. Saran Tindak Lanjut


Untuk menindak lanjuti hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyarankan
bahwa penggunaan model pembelajaran yang baik harus disesuaikan dengan iklim
serta keadaan kelas, begitu pula dengan penggunaan alat peraga, karena
penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dan alat peraga yang tidak
cocok dengan materi pembelajaran, tidak akan memberikan hasil belajar yang
baik pada siswa.

Daftar Pustaka

Chrisnawati, Henny Ekana.2007. “Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran


Kooperatif Tipe STAD Terhadap Kemampuan Problem Solving Siswa SMK
(Teknik) Swasta di Surakarta Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa”. Jurnal
Pendidikan Mipa FKIP UNS. Vol 17(1):65-74

Fadhilaturrahmi.2018. “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif tipe Stad dan GI


Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Sekolah
Dasar”. Jurnal Basicedu. Vol 2(1): 160-165

Gusniar. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN 2
Ogoamas II” Jurnal Kreatif Tadulako Online. Vol 2(1):199-221
Krismapera.(2018).Karaktertisik Peserta Didik. Diunduh 2 November 2019 dari
https://www.academia.edu/37921735/Karakteristik_Peserta_Didik_kelas_V_
di_Sekolah_Dasar.pdf

Nadianti, Rani,dkk.2018. “Perbadingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI


dengan NHT dalam Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Ditinjau
Dari Kemampuan Awal Siswa SMP Negeri 4 Prabumulih”. Jurnal Kajian
Pembelajaran Matematika. Vol 2(1):19-25

Rosdiati.2017. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Ilmu
Pendidikan Sosial,sains dan Humaniora. Vol 3(2):315-321

Takdir, Muhammad.2014. “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui


Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas X.F SMA Negeri 1
Pitumpanua”. Jurnal Nalar Pendidikan. Vol 2(1):37-40

Winarto, Bambang.2018. “Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika


Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD Melalui
Pemanfaatan Alat Peraga” Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 1(1):12-20

Anda mungkin juga menyukai