Email : raninadianti@gmail.com
Abstrak: penelitian ini berdasarkan pada teori pembelajaran kooperatif. Tujuan utama
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan model pembelaajran kooperatif
Tipe STAD pada materi pengukuran waktu dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
peneitian menunjukkan bahwa (1) adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri 80 Prabumulih pada mata pelajaran matematika materi pengukuran waktu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilihat dari hasil ketuntasan
belajar siswa yang awalnya hanya sebesar 27,72% yang tuntas, pada saat diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD angka keberhasilan mencapai 72,72%, (2)
adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 80 Prabumulih pada mata
pelajaran matematika materi pengukuran waktu dengan menggunakan alat peraga yang
sesuai dengan keberhasilan pencapaian yaitu sebesar 90,90%. Temuan penelitian ini
dapat memberikan kontribusi pada pemilihan model pembelajaran yang tepat serta
penggunaan alat peraga yang tepat dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
berpengaruh.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil evalusi pada materi pengukuran waktu hanya 5 siswa dari
22 siswa yang dapat menguasi materi pembelajaran. Adapun beberapa kekurangan
siswa dalam pembelajaran yaitu :
2. Analisis Masalah
Pada saat pelaksanaan kegiatan prasiklus, beberapa respon dari perilaku siswa
kurang mendukung kegiatan proses pembelajaran dikelas, akibatnya hasil belajar
siswa dalam pokok bahasan pengukuran waktu masih rendah. Hal ini,
menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan penulis belum efektif.
Sehingga, untuk mengetahui rincia dan sebab dari permasalahan tersebut penulis
melakukan refleksi diri.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
belajar siswa.
2. Bagi Pendidik
3. Bagi Sekolah
Salah satu dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD dijadikan bahan
Menurut Yudha dan Suwarjo matematika adalah ilmu tentang pola dan
hubungan. Sebab, dalam matematika sering dicari keseragaman seperti
keterurutan dan keterkaitan pola-pola dari sekumpulan konsep-konsep tertentu
atau model-model yang merupakan representasinya sehingga dapat dibuat
generalisasinya untuk selanjutnya dibuktikan kebenarannya secara deduktif
(Nadianti, dkk 2018:19) Sedangkan menurut Herawati bahwa matematika
berkenaan dengan ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak dan tersusun secara
hierarki dan penalarannya deduktif (Nadianti,dkk 2018:19). Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa matematika merupakan ilmu tentang pola-pola, ide serta
konsep yang tersusun secara utuh. Berdasarkan Permendikbud No. 21 Tahun 2016
tentang standar isi, salah satu kompetensi yang ingin dicapai dalam muatan
pelajaran matematika di tingkat pendidikan dasar adalah menunjukkan sikap
positif bermatematika yaitu logis, cermat dan teliti, jujur bertanggung jawab dan
tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah, sebagai wujud
implementasi kebiasaan inkuiri dan eksplorasi matematika, serta memiliki rasa
ingin tahu, semangat belajar yang kontinu, percaya diri dan ketertarikan pada
matematika melalui pengalaman belajar (Putri,dkk 2019:35-36). Berdasarkan
Permendikbud diatas bahwa pembelajaran matematika yang diharapkan
ketercapaiannya tidak hanya mampu mengerjakan matematika secara logis, hasil
pembelajaran yang baik, namun harus ada hasil pengamatan perilaku atau sikap
yang baik pula.
B. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Karakteristik siswa pada kelas lima SD sangat penting diketahui guru, dengan
tujuan agar mengetahui keadaan fisik dan emosional seorang siswa. Selain itu
juga, karakter guru sangat penting diketahui guru agar pada pelaksanaan proses
pembelajaran pendidik atau guru dapat menggunakan model pembelajaran, medi
pembelajaran, dan lain sebagainya sesuai dengan keadaan siswa. Selain itu juga,
muatan karakter siswa dalam proses pembelajaran harus terlihat seperti sikap
jujur, peduli, tanggung jawab dan disiplin.
Peserta didik pada kelas V pada usia 10-12 tahun merupakan fase peralihan
atau transisi dari anak-anak menjadi remaja awal, pada fase ini pertumbuhan dan
perkembangan anak akan mengalami perubahan yang cukup signifikan seperti
perubahan kognisi, psikologis, emosi, perasaaan, perilaku seksual dan lain-lain.
Menurut Krismapera (2018) karakteristik siswa SD yaitu senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang melakukan sesuatu secara
langsung. Beberapa karakteristik tersebut harus diketahui oleh guru, karena
karakteristik tersebut akan mendukung keberhasilan dalam proses pembelajaran
peserta didik.
C. Hasil Belajar
Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk
mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan
sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai
perkembangan dan keberhasilan kelompok.
4) Penghargaan kelompok
Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing
kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor
kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-
masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.
Adapun keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD menurut Roestiyah (Gusniar, hal 203-204) yaitu:
Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai
individu dan kebutuhan belajarnya.
5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih
aktif dalam diskusi.
6. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat
orang lain.
Sedangkan Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu
hanya melibatkan siswa yang mampu memimpin dan kurang terlibatnya siswa
yang memiliki kemampuan memimpin yang rendah.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Jenis
No Nama Sekolah Kelas Kelamin Jumlah
L P
1 SD Negeri 80 Prabumulih V (Lima) 16 6 22 Orang
Jumlah 22 Orang
Sumber : Absensi kelas V SD Negeri 80 Prabumulih
2. Tempat
Tempat penelitian perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SD Negeri 80
Prabumulih.
3. Waktu
Waktu penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan dari tanggal 3
Oktober sampai dengan 17 Oktober 2019. Adapun jadwal pelaksanaan
perbaikan pembelajaran tersebut sebagai berikut:
a. Prasiklus dilaksanakan pada hari kamis tanggal 3 Oktober 2019
b. Siklus I (Pertama) dilaksanakan pada hari kamis tanggal 10 Oktober
2019
c. Siklus II (Kedua) dilaksanakan pada hari kamis tanggal 17 Oktober
2019.
PELAKSANAAN
SIKLUS I
PERENCANAAN PENGAMATAN
REFLEKSI
PELAKSANAAN
Siklus II
PERENCANAAN PENGAMATAN
REFLEKSI
3. Observasi / Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
Pengamatan dilakukan oleh satu orang pengamat / teman sejawat, yaitu
Ibu Heryani, S.Pd yang merupakan salah satu seorang guru di SD Negeri
80 Prabumulih. Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus
pertama dapat dilihat pada lampiran.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan (Observasi) dan diskusi dengan teman
sejawat terhadap proses pembelajaran pada siklus I diperoleh temuan
bahwa siswa lebih bersemangat dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran menggunakan model pembelajara kooperatif tipe STAD,
terlihat dari hasil belajar siswa yang sudah ada peningkatan dari 18,18%
menjadi 72%. Maka dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran siklus 1
dikategorikan berhasil. Selanjutnya, peneliti meneruskan penelitian
pembelajaran dengan menggunakan Alat peraga. Adapun refleksi
dilakukan untuk mengetahui:
Siklus II
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan, antara lain adalah :
3. Observasi / Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan atau observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat. Pengamatan dilakukan oleh satu orang pengamat (Observer)
atau teman sejawat, yaitu : Ibu Heryani, S.Pd yang merupakan salah
seorang guru di SD Negeri 80 Prabumulih. Hasil observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat dilihat pada lampiran. Adapun
refleksi dilakukan untuk mengetahui:
Selanjutnya hasil belajar siswa dikatakan efektif apabila skor rata-rata hasil
belajar matematika lebih dari atau sama dengan nilai KKM yaitu 70 dan
terjadinya ketuntasan secara klasikal sebesar 80% ( Rijal : 2016). Jadi
pembelajaran dapat dikatakan efektif jika hasil belajar siswa lebih atau sama
dengan KKM.
Pada penelitian ini data dianalisis secara kuantitatif, yaitu data hasil belajar
siswa yang berupa skor dianalisis secara kuantitatif. Dengan menghitung
presentase ketuntasan sebagai berikut
KETUNTASAN
BELAJAR
NO NAMA SISWA NILAI
YA TIDAK
2 Arizky Ramadhan 50 √
3 Faiz khayu A 50 √
5 Juarley Fransisco 50 √
6 Muhammad Pratama 60 √
7 Muhammad Rayhan 50 √
8 Muhammad Rizki 60 √
9 Mulya Farizky 60 √
11 Naufal Saputra 50 √
12 Oriqa Zahrotus 70 √
13 Rendra Paidil 100 √
15 Zacky Pratama 50 √
16 Zaskia almira 50 √
18 Alfarizi 60 √
19 M. fadhlurrahman A 50 √
20 Shidqi Ilham 50 √
21 Ariya 60 √
22 Al Fakhry 70 √
Jumlah Benar 5 17
Jumlah siswa 22 22
% Persentase 22,72% 77,27%
Keterangan :
1. Nilai Tertinggi : 100
2. Nilai Terendah : 50
4
3. Persentase ketuntasan : x 100 %=18,18 %
22
Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pembelajaran awal Pra Siklus
12
10
6
siswa3
0
0-25 25-50 51-75 76-100
Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa
relatif rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor
penyebab yaitu kurangnya memperhatikan pada saat proses pembelajaran
berlangsung, kurangnya keaktifan dalam proses pembelajaran, kurangnya
menguasai konsep tentang pengukuran waktu, serta siswa masih kesulitan dalam
mengerjakan soal-soal latihan.
Dari 22 siswa kelas V, hanya 5 orang saja yang nilainya diatas kriteria
ketuntasan minimal (KKM) 70 dengan persentase ketuntasan sebesar 22,72%
maka dari itu peneliti harus mengadakan perbaikan pembelajaran.
TABEL 4.3
Hasil Belajar Siswa Siklus I
KETUNTASAN
BELAJAR
NO NAMA SISWA NILAI
YA TIDAK
2 Arizky Ramadhan 50 √
3 Faiz khayu A 80 √
6 Muhammad Pratama 70 √
7 Muhammad Rayhan 70 √
8 Muhammad Rizki 60 √
9 Mulya Farizky 70 √
11 Naufal Saputra 70 √ √
12 Oriqa Zahrotus 100 √
15 Zacky Pratama 50 √
16 Zaskia almira 50 √
18 Alfarizi 70 √
19 M. fadhlurrahman A 50 √
20 Shidqi Ilham 70 √
21 Ariya 60 √
22 Al Fakhry 80 √
Jumlah Benar
16 6
Jumlah siswa 22 22
% Persentase 72,72% 27,72%
Keterangan :
1. Nilai Tertinggi : 100
2. Nilai Terendah : 50
16
3. Persentase ketuntasan : x 100 %=72,72 %
22
Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pembelajaran awal Pra Siklus
Grafik. 4.2
Grafik Capaian hasil belajar pembelajaran Siklus I
10
9
8
7
6
5
Column2
4
3
2
1
0
0-25 26-50 51-75 76-100
Setelah siklus I dilaksanakan, dilihat dari grafik capaian hasil belajar siswa
mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan capaian
hasil belajar sebelumnya. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe stad
mampu meningkatkan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran. Dilihat dari
persentasi pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD ketuntasan belajar hanya mencapai 22,72% sedangkan setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD persentase ketuntasan
hasil belajar siswa yaitu mencapai angka 72,72% hal ini menunjukkan
keberhasilan yang cukup baik pada siklus pertama. Maka dari itu pada siklus II
peneliti melanjutkan penelitian dengan menggunakan alat peraga dibantu dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil pembelajaran siswa dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
TABEL 4.5
Hasil Belajar Siswa Siklus II
YA TIDAK
2 Arizky Ramadhan 50 √
3 Faiz khayu A 80 √
6 Muhammad Pratama 70 √
7 Muhammad Rayhan 70 √
8 Muhammad Rizki 70 √
9 Mulya Farizky 70 √
11 Naufal Saputra 70 √
15 Zacky Pratama 50 √
16 Zaskia almira 70 √
18 Alfarizi 70 √
19 M. fadhlurrahman A 70 √
20 Shidqi Ilham 70 √
21 Ariya 70 √
22 Al Fakhry 80 √
Jumlah Benar 20 2
Jumlah siswa 22 22
% Persentase 90,90 % 9,09%
Keterangan :
1. Nilai Tertinggi : 100
2. Nilai Terendah : 50
22
3. Persentase ketuntasan : x 100 %=90,90 %
22
Tabel 4.6
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pembelajaran Siklus II
Grafik. 4.3
Grafik Capaian hasil belajar pembelajaran Siklus II
14
12
10
jumlah siswa2
6
0
0-25 26-50 51-75 76-100
Pada siklus II alat peraga digunakan untuk menarik perhatian siswa agar lebih
termotivasi untuk belajar matematika kelas V. Dalam hal ini terbukti dengan
adanya peningkatan hasil belajar siswa yang menunjukkan bahwa adanya
perubahan-perubahan perilaku siswa dalam belajar. Banyak faktor penyebabnya
tercapainya hasil belajar siswa yang meningkat yaitu penggunaan alat peraga yang
digunakan langsung oleh siswa selama proses pembelajaran, dan dikolaborasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yang dalam hal ini sangat
menarik perhatian siswa dalam kegaiatan pembelajaran.
A. Simpulan
Daftar Pustaka