JUDUL PENELITIAN
B. BIDANG KAJIAN
Desain dan Strategi Pembelajaran di Kelas
C. PENDAHULUAN
Peningkatan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan salah
satu tujuan yang sangat diinginkan oleh bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan
tersebut pemerintah dan
masyarakat pendidikan telah melakukan berbagai upaya pada berbagai jenjang
persekolahan sesuai dengan
kurikulum yang diberlakukan secara nasional yang memuat berbagai mata pelajaran
termasuk matematika.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Kadir (2005), pada pembelajaran
matematika di kelas V
SD Negerin 32 Poasia yang berakhir pada akhir September 2005 terlihat bahwa minat,
motivasi, dan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika sudah cukup baik. Hal ini
terbukti dari
banyaknya siswa yang memperoleh nilai di atas 6,5 lebih dari 80%. Namun demikian,
dari hasil diskusi
dengan guru yang dilibatkan dalam penelitian tersebut diperoleh kenyataan bahwa
jika dilihat dari komposisi
soal yang diteskan, secara umum siswa belum mampu menyelesaikan soal cerita. Para
siswa masih
mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal matematika bentuk cerita. Dari
hasil pengamatan
terhadap lembar jawaban siswa terlihat bahwa ada beberapa penyebab hal ini bisa
memungkinkan terjadi,
yaitu: kemampuan siswa dalam memaknai bahasa soal masih kurang, siswa belum dapat
menentukan apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakan, serta kemampuan siswa dalam menentukan
model matematika yang
digunakan dalam penyelesaian soal.
Dari laporan hasil observasi yang dilakukan disimpulkan bahwa guru telah
melaksanakan pembelajaran
dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PPMRII) sesuai dengan
skenario yang
dirancang. Namun demikian, pada pemberian tugas latihan di kelas dan di rumah
kepada siswa, guru masih
kurang memperhatikan aspek soal cerita sebagai salah satu bentuk soal latihan di
rumah. Guru masih terfokus
pada soal-soal latihan yang ada di buku. Hal ini kurang memberi ruang kepada siswa
untuk mengembangkan
idenya dalam melatih kemampuannya memecahkan masalah yang ada pada soal matematika
berbentuk
cerita.
Berdasarkan alasan di atas, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih
meningkatkan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika khususnya soal berbentuk cerita. Hal
ini dapat diwujudkan
karena guru telah dapat melaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan
Pendidikan Matematika
Realistik. Artinya, guru dan siswa telah memiliki pengalaman dan kemampuan untuk
melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini dalam pembelajaran matematika.
Pendekatan Matematika
Realistik digunakan karena pendekatan ini adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
mengarahkan siswa
pada pembelajaran secara bermakna, sesuai dengan kemampuan berpikir siswa serta
berkaitan dengan
kehidupan siswa sehari-hari. Keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari ini akan
mengarahkan siswa pada
pengertian bahwa matematika bukan hanya ilmu simbolik belaka tetapi dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari untuk membantu dan mempermudah pekerjaan manusia dalam menyelesaikan
permasalahan
hidupnya. Pemberian pembelajaran matematika yang bermakna kepada siswa dan tidak
memisahkan belajar
matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari, siswa akan dapat mengaplikasikan
matematika dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak cepat lupa.
2. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan permasalahan di atas, dilakukan tindakan-tindakan sesuai dengan
kaidah penelitian
tindakan kelas, yaitu:
1. Mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan awal matematika siswa. Hasil tes ini
kemudian
menjadi dasar bagi peneliti untuk membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang
masing-masing
beranggotakan 4-5 orang untuk merangsang pertukaran pendapat dan interaksi antar
guru dengan
siswa dan antar siswa, saling menghormati pendapat yang berbeda, dan menumbuhkan
konsep diri
siswa. Pembagian anggota kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan, jenis kelamin,
status sosial
dan etnis.
2. Memberikan angket untuk diisi oleh siswa sehingga dapat diketahui tanggapan
siswa mengenai
pelaksanaan pembelajaran matematika.
3. Mengadakan pembimbingan pada guru
matematika SD Negeri 32 Poasia tentang pendekatan
matematika realistik khususnya tentang pembelajaran matematika soal cerita.
4. Menyusun
perangkat pembelajaran yang mengacu pada karakteristik PMRI yajng secara umum
meliputi komponen: tujuan, materi, kegiatan belajar mengajar di kelas, dan
evaluasi.
5. Melaksanakan skenario pembelajaran yang mengacu pada pendekatan PMRI untuk tiap-
tiap siklus
tindakan (direncanakan tiga siklus), evaluasi dan refleksi.
6. Tindakan di dalam kelas disesuaikan dengan sintaks implementasi PMRI dalam
kegiatan belajar
mengajar di kelas, yaitu:
1. Melaksanakan
skenario pembelajaran melalui penyajian masalah yang kontekstual untuk
menghubungkan matematika denga dunia sekitar (sebelum siswa masuk pada sistem
formal,
terlebih dahulu siswa dibawa ke situasi informal).
2. Mengusahakan keterlibatan
siswa dengan bantuan guru untuk menemukan kembali dan
mengkonstruksi konsep sendiri sesuai materi matematika yang dipelajari.
3. Mengaplikasikan konsep yang telah ditemukan ke dalam masalah sehari-hari atau
dalam
bidang lain.
7. Evaluasi dilaksanakan selama dan setelah proses pembelajaran. Evaluasi selama
proses pembelajaran
dilakukan melalui observasi bagaimana siswa mengkomunikasikan matematika. Sedangkan
setelah
pembelajaran dapat dilakukan dengan memberikan pekerjaan rumah untuk mengerjakan
soal beserta
alasannya dan mengajukan soal kepada siswa untuk dikerjakan beserta alasannya. Pada
akhir setiap
siklus tindakan dilakukan evaluasi untuk mengetahui kemajuan hasil belajar yang
telah dicapai siswa.
Hasil dari evaluasi pada akhir setiap siklus akan direfleksi untuk memperbaiki
pelaksanaan tindakan.
8. Tindakan pada setiap siklus dikatakan berhasil bila telah minimal 80% siswa
mencapai nilai paling
rendah 6,5.
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan
siswa kelas VI SD Negeri 32 poasia kendari dalam menyelesaikan soal matematika
berbentuk cerita pada
pokok bahasan faktor dan kelipatan bilangan melalui pendekatan matematika
realistik.
1. Bagi guru: dengan penelitian ini, (1) guru dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pendekatan
pembelajaran di kelas, shingga konsep-konsep matematika yang diajarkan guru dapat
dikuasai siswa,
(2) guru akan terbiasa untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan merancang
pendekatanpendekatan
pembelajaran yang baru guna meningkatkan prestasi belajar siswanya, dan (3) guru
dapat
meningkatkan kemampuan meneliti dan menyusun laporan dalam bentuk karya ilmiah yang
baku,
sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu, yang lebih kuat dan mendorong
terciptanya disposisi
matematika (mathematical disposition)
2. Bagi siswa: hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi untuk meningkatkan
minat, motivasi, dan
kemampuannya dalam memahami konsep-konsep matematika sehingga prestasi belajarnya
dapat
meningkat.
3. Bagi dosen: dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan sekolah mitra,
dosen akan lebih
memahami masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi guru di sekolah yang sangat
membantu
dosen dalam mendidik calon guru matematika di LPTK.
4. Bagi sekolah: hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi positif pada
sekolah dalam rangka
perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
5. Bagi FKIP Unhalu: hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk perbaikan
pembelajaran di LPTK,
khususnya Program Studi Pendidikan Matematika sebagai lembaga yang mencetak calon
guru
matematika.
6. KAJIAN PUSTAKA
1. Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah
nilai (norma) yang
merupakan substansi, sebagai medium antara guru dan siswa dalam rangka mencapai
tujuan.
Dalam proses belajar mengajar terdapat dua kegiatan yakni kegiatan guru dan
kegiatan siswa. Guru mengajar
dengan gayanya sendiri dan siswa juga belajar dengan gayanya sendiri. Sebagai guru,
tugasnya tidak hanya
mengajar tetapi juga belajar memahami suasana psikologis siswanya dan kondisi
kelas. Dalam mengajar,
guru harus memahami gaya-gaya belajar siswanya sehingga kerelavansian antara gaya-
gaya mengajar guru
dan siswa akan memudahkan guru menciptakan interaksi edukatif dan kondusif. Hal ini
sejalan dengan
pendapat Ametembun (1985) bahwa suatu interaksi yang harmonis terjadi bila dalam
prosesnya tercipta
keselarasan, keseimbangan, keserasian antara kedua komponen yaitu guru dan siswa.
Dalam proses edukatif guru harus berusaha agar siswanya aktif dan kreatif secara
optimal. Guru tidak harus
terlena dengan menerapkan gaya konvensional. Karena gaya mengajar seperti ini tidak
sesuai dengan
konsepsi pendidikan modern. Pendidikan modern menghendaki siswa lebih aktif dalam
kegiatan interaktif
edukatif. Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan siswa aktif
dalam belajar.
Banyak kegiatan yang harus dilakukan gurudalam proses belajar mengajar seperti
memahami prinsip-prinsip
proses belajar mengajar, menyiapkan bahan dan sumber belajar, memilih metode yang
tepat, menyiapkan alat
bantu pengajaran, memilih pendekatan, dan mengadakan evaluasi. Semua kegiatan yang
dilakukan guru
harus didekati dengan pendekatan sistem, sebab pengajaran adalah suatu sistem yang
melibatkan sejumlah
kompenen pengajaaran dan semua komponen tersebut saling berkaitan dan saling
menunjang dalam rangka
pencapaian tujuan pengajaran.
Untuk dapat menyelesaikan soal cerita, siswa harus menguasai hal-hal yang
dipelajari sebelumnya, misalnya
pemahaman tentang sartuan ukuran luas, satuan ukuran panjang dan lebar, satuan
berat, satuan isi, nilai tukar
mata uang, satuan waktu, dan sebagainya. Di samping itu, siswa juga harus menguasai
materi prasyarat,
seperti rumus, teorema, dan aturan/ hukum yang berlaku dalam matematika. Pemahaman
terhadap hal-hal
tersebut akan membantu siswa memahami maksud yang terkandung dalam soal-soal cerita
tersebut.
Di samping hal-hal di atas, seorang siswa yang diperhadapkan dengan soal cerita
harus memahami langkahlangkah
sistematik untuk menyelesaikan suatu masalah atau soal cerita matematika. Haji
(1994:12)
mengungkapkan bahwa untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan
kemamuan awal, yaitu
kemamuan untuk: (1) menentukan hal yang diketahui dalam soal; (2) menentukan hal
yang ditanyakan; (3)
membuat model matematika; (4) melakukan perhitungan; dan (5) menginterpretasikan
jawaban model ke
permasalahan semua. Hal ini sejalan dengan langkah-langkah penyelesaian soal cerita
sebagaimana
dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika Sekolah Dasar (1983), yaitu: (1) membaca
soal dan
memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang ada dalam soal; (2) menuliskan
kalimat matematika;
PMRI pada dasarnya merupakan pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami
siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai pendidikan
matematika secara
lebih baik dari pada masa yang lalu. Seperti halnya pandangan baru tentang proses
belajar mengajar, dalam
PMRI juga diperlukan upaya mengaktifkan siswa. Upaya tersebut dapat diwujudkan
dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses belajar mengajar dan (2)
mengoptimalkan keikutsertaan
seluruh sense peserta didik. Salah satu kemungkinannya adalah dengan memberi
kesempatan kepada siswa
untuk dapat menemukan atau mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang akan
dikuasainya.
PMRI sejalan dengan teori psikologi kognitif dan pembelajaran matematika. Menurut
pandangan psikologi
kognitif, yang bermakna itu lebih mudah dipahami siswa daripada yang tidak
bermakna. Bermakna disini
dimaksudkan, bahwa informasi baru mempunyai kaitan dengan informasi yang sudah
tersimpan dalam
memori. Memori kita menyimpan pengalaman-pengalaman yang memiliki arti bagi kita,
yang kontekstual,
yang realistik.
PMRI memberikan kemudahan bagi guru matematika dalam pengembangan konsep-konsep dan
gagasangagasan
matematika bermula dari dunia nyata. Dunia nyata tidak berarti konkrit secara fisik
dan kasat mata,
namun juga termasuk yang dapat dibayangkan oleh pikiran anak. Jadi dengan demikian
PMRI menggunakan
situasi dunia nyata atau suatu konteks nyata sebagai titik tolak belajar
matematika.
Dalam pelaksanaannya, PMRI menganut lima prinsip utama, yaitu: (1) penggunaan
konteks, sebagai sumber
belajar dalam menemukan kembali ide matematika dan secara bersamaan menerapkan ide
tersebut; (2)
menggunakan model produksi dan konstruksi siswa; (3) menolak proses yang
mekanistik, saling terlepas dan
tak bermakna, prosedur rutin, dan sering bekerja individual; (4) siswa bukan
penerima informasi, tetapi
subyek aktif dalam menemukan kembali; dan (5) menggunakan berbagai teori belajar
yang relevan dan
saling terkait.
Beberapa keuntungan dalam PMRI antara lain: (1) Melalui penyajian yang kontekstual,
pemahaman konsep
siswa meningkat dan bermakna, mendorong siswa melek matematika, dan memahami
keterkaitan
matematika dengan dunia sekitarnya; (2) siswa terlibat langsung dalam proses doing
math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika; (3) siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan
pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya; (4) memberi peluang
pengembangan potensi
dan kemampuan berfikir alternatif; (5) kesempatan cara penyelesaian yang berbeda;
(6) melalui belajar
kelompok berlangsung pertukaran pendapat dan interaksi antar guru dengan siswa dan
antar siswa, saling
menghormati pendapat yang berbeda, dan menumbuhkan konsep diri siswa; dan (7)
melalui matematisasi
vertikal, siswa dapat mengikuti perkembangan matematika sebagai suatu disiplin.
Dengan melhat keuntungan dalam PMRI di atas mengarahkan kita pada suatu kesimpulan
bahwa dengan
menggunakan pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika siswa akan terbiasa
memahami suatu
persoalan dengan suatu sudut pandang yang bervariasi sehingga permasalahan tersebut
dapat diselesaikan
dengan berbagai cara. Potensi siswa akan berkembang baik minat dan motivasinya
dalam belajar matematika
karena pembelajaran yang dimulai dengan konteks mengarahkan siswa pada pentingnya
matematika dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa dipahamkan tentang kegunaan matematika dalam kehidupan
sehari-hari.
Oleh karena pentingnya pendekatan ini digunakan dalam pembelajaran matematika, maka
seharusnyalah
setiap guru memperhatikan bagaimana sintak pelaksanaan pendekatan PMRI dalam
pembelajaran
matematika. Adapun sintaks implementasi matematika realistik (PMRI) adalah:
Tabel 1 Sintaks Implementasi Matematia Realistik (PMRI)
5. Keranga Berpikir
Pendekatan Pendidika Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan suatu
pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas
dan pengalaman
siswa sebagai titik awal pembelajara. Melalui matematisasi horizontal-vertikal
siswa diharapkan dapat
menemukan dan merekonstruksi konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika
formal.
Seanjutnya, siswa diberi kesempatan menerapkan konsep-kosep matematika untuk
memecahkan masalah
sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. Dengan kata lain pembelajaran PMRI
mengarahkan siswa pada
belajar dengan bermakna.
Kebermaknaan yang timbul sebagai akibat pembelajaran PMRI akan memberi peluang
kepada siswa
mengembangkan potensi dan kemampuan berpikir alternatif, mengembangkan cara
penyelesaian berbeda
terhadap suatu permasalahan, memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman sehari-hari
serta saling hormat
menghormati dan menumbuhkan konsep diri yang kesemuanya itu mengarah kepada
peningkatan
kemampuan siswa dalam memecahkan setiap soal matematika bahkan dalam aplikasinya
dengan kehidupan
sehari-hari atau bidang lainnya.
6. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, hasil enelitian yang relevan, dan kerangka berpikir di
atas, dirumuskan hipotesis
tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut: �Dengan menggunakan pendekatan
matematika realistik dalam
proses belajar mengajar matematika, maka kemampuan siswa kelas VI SD Negeri 32
Poasia Kendari dalam
menyelesaikan soal matematika berbentuk cerita pada pokok bahasan faktor dan
kelipatan bilangan dapat
ditingkatkan�.
1. Faktor siswa: yaitu dengan melihat apakah tingkat kemampuan siswa pada pokok
bahasan bilangan
cacah dan bilangan pecahan berada dalam kategori rendah, sedang atau tinggi ?
2. Faktor guru: yaitu dengan memperhatikan bagaimana persiapan materi dan
kesesuaian pendekatan
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran di kelas.
3. Faktor sumber pelajaran: yaitu dengan memperhatikan sumber pelajaran yang
digunakan apakah
sudah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, demikian pula latihan-latihan yang
diberikan,
apakah sudah berjenjang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa serta dengan tujuan
yang akan
dicapai sesuai dengan pendekatan matematika realistik yang digunakan.
3. Rencana Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus tindakan. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang
diselidiki. Bila target
ketuntasan belajar klasikal, yaitu minimal 80 % siswa tidak mencapai nilai paling
rendah 6,5, maka
dilaksanakan siklus tambahan. Adapun skema alur tindakan yang direncanakan dalam
penelitian ini disajikan
pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1 Alur dalam penelitian tindakan kelas (PTK)
4. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melaksanakan tes awal berupa tes
diagnostik untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum diberikan tindakan di samping observasi. Observasi
awal dilakukan untuk
dapat mengetahui ketetapan tindakan yang akan diberikan dalam rangka meningkatkan
kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita.
Dari hasil evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkan tindakan
yang digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa, yaitu melalui pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan
matematika realistik.
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi:
c. Observasi
Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
Proses observasi
dilakukan oleh dua orang dari tim peneliti untuk mengamati guru dalam kelas selama
melaksanakan tindakan
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.
Pengamatan juga
dilakukan terhadap prilaku dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung dan dampak yang
ditimbulkan dari prilaku guru terhadap siswa selama proses pembelajaran.
d. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir siklus pelaksanaan tindakan. Evaluasi
tersebut ditujukan untuk mengetahui ada atau tidak
adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan yang
diajarkan. Alat evaluasi yang digunakan adalah tes
hasil belajar yang disusun peneliti. Bilamana secara klasikal minimal 80 % siswa
telah mencapai nilai paling rendah 6,5, maka
tindakan dianggap telah berhasil dilaksanakan.
e. Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dianalisis. Kelemahan-
kelemahan atau kekurangankekurangan
yang terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
I. JADWAL PENELITIAN
Kegiatan
B U L A N
4 5 6 7 8 9 10 11
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1. Perencanaan
a. Observasi lokasi penelitian
b. Wawancara dengan guru
c. Diskusi hasil obersvasi
dan
Wawancara dengan guru
2. Persiapan
a. Membuat skenario
pembelajaran, lembar
observasi, dan kuesioner
b. Membuat alat bantu
c. Membuat alat evaluasi
d. Membuat jurnal
3. Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Obsevasi/evaluasi
d. Refleksi diri
4. Pelaksanaan Siklus II
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Obsevasi/evaluasi
d. Refleksi diri
5. Pelaksanaan Monitoring
6. Pelaksanaan Siklus III
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Obsevasi/evaluasi
d. Refleksi diri
7. Pelaporan
a. Tabulasi dan analisis data
b. Penyusunan draft hasil
penelitian
c. Seminar draft hasil
penelitian
d. Pembuatan laporan
e. Penggandaan laporan
f. Pengiriman laporan akhir
J. BIAYA PENELITIAN
1. Biaya Perencanaan
a. Observasi lokasi penelitian (3 orang, 3 hari)
Konsumsi : 3x3xRp. 17.500
Rp
157.500
Transportasi : 1x3xRp. 20.000 Rp 60.000
b. Wawancara dengan guru (3 orang, 1 hari)
Konsumsi : 3x1xRp. 17.500 Rp 52.500
Transportasi : 1x1xRp. 20.000 Rp 20.000
c. Diskusi hasil observasi da wawancara
dengan guru (3 orang, 2 hari)
Konsumsi : 3x2xRp. 17.500
Rp
105.000
Rp
Transportasi : 3x2xRp. 20.000 120.000
Rp.
Jumlah (1) 515.000
2.
Biaya Persiapan
a.
Rapat persiapan pembuatan instrumen penelitian (3 orang,10hari)
Konsumsi : 3x1xRp. 17.500 Rp 52.500
Transportasi : 3x1xRp. 20.000 Rp 60.000
b.
Pembuatan scenario pembelajaran, lembar
Observasi, dan kuesioner (3 orang, 10 hari)
Rp
Konsumsi : 3x10xRp. 17.500 525.000
Rp
Transportasi : 3x10xRp. 20.000 600.000
c.
Pembuatan alat bantu, evaluasi, dan jurnal (3 orang, 10 hari)
Rp
- Konsumsi : 3x10xRp. 17.500
630.000
Rp
-Transportasi : 3x10xRp. 20.000
600.000
Rp
Jumlah (2) 2.467.500
3.
Biaya Pembelian ATK
Rp
a.
Kertas duplikator 5 rim, @ Rp. 25.000 125.000
Rp.
b.
Kertas bergaris 5 rim, @ Rp. 30.000,- 150.000
c. Kertas Komputer 2 ply 2 dos, @RP. 300.000
Rp
600.000
d. Kertas Ukuran A4 4 rim, @ Rp. 30.000
Rp
120.000
e. Pita komputer 3 buah, @ Rp. 35.000
Rp
105.000
f. Refill Tinta Printer 3 buah, @ Rp. 27.500 Rp 82.500
g. Catridge 1 buah (hitam)
Rp.
125.000
h. Cartrige 1 buah (warna)
Rp.
150.000
i. Spidol Whiteboard 2 box, @ 85.000,-
Rp.
170.000
j. Karton manila 20 lembar @ Rp. 7.500
Rp.
150.000
k. Tip Ex 2 buah @ Rp. 7.500 Rp. 15.000
l. Balpoint 1 lusin Rp. 20.000
m Pensil 1 lusin Rp. 10.000
n. Isolasi 2 buah @ Rp. 10.000,- Rp. 20.000
o. Cutter 1 buah Rp. 15.000
p. Paku tinis 5 dos @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000
4. Biaya Operasional
Rincian biaya berikut untuk setiap siklus (selama tiga siklus)
(1
) Perencanaan tindakan, observasi awal dan rapat tim peneliti
(3
7. Biaya pelaporan
a. Penyusunan draft laporan penelitian (3 orang, 1 hari)
Konsumsi : 3x1xRp. 17.500 Rp 52.500
Transportasi : 3x1xRp. 20.000 Rp 60.000
b. Penyusunan laporan akhir (3 orang, 10 hari)
Konsumsi : 3x10xRp. 17.500 Rp 525.000
Transportasi : 3x10xRp. 20.000 Rp 600.000
Pada tahap perencanaan: ketua peneliti, bersama dengan anggota peneliti 2 melakukan
observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh anggota peneliti 1. Observasi
dilaksanakan untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh
anggota peneliti 1
sebelum penelitian ini dilaksanakan. Observasi dilaksanakan dalam beberapa kali
pelaksanaan pembelajaran
matematika (direncanakan 3 kali). Untuk lebih memantapkan hasil observasi yang
dilakukan juga dilakukan
wawancara dengan anggota peneliti 1. Hasil observasi dan wawancara kemudian
didiskusikan oleh ketua,
dan kedua anggota peneliti sehingga diputuskan langkah pemecahan permasalahan
pembelajaran yang
ditemukan. Hasil diskusi tersebut kemudian dibuat dalam bentuk pra proposal.
Pada tahap persiapan, ketua tim peneliti bersama anggota 1 dan 2 merancang skenario
pembelajaran sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan PMRI, lembar observasi, alat
bantu pembelajaran,
kuosioner, alat evaluasi, dan jurnal. Hasil keseluruhan perancangan tersebut
kemudian didiskusikan kembali
sehingga anggota 1 sebagai guru yang akan melaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan PMRI dapat
memahami secara mendalam langkah-langkah pembelajaran dengan PMRI, sedang anggota 2
dapat
memahami apa-apa yang harus diobservasi selama anggota 1 melaksanakan pembelajaran.
Di samping itu
juga supaya ada kesepahaman langkah dalam menggunakan berbagai perangkat yang
digunakan dalam
penelitian ini.
Pada tahap monitoring, ketua dan anggota peneliti mendiskusikan berbagai hal
sehubungan dengan penelitian
ini sehingga diperoleh kesamaan langkah sesuai dengan rencana pelaksanaan
penelitian yang telah
direncanakan termasuk menyiapkan berbagai perangkat penelitian.
Pada tahap akhir/pelaporan, ketua peneliti mengumpulkan semua data yang telah
dikumpulkan oleh anggota
peneliti 1 dan 2 untuk ditabulasi dan dianalisis. Hasil tabulasi dan analisis
kemudian dianalisis kembali oleh
tim sehingga dapat ditemukan kelemahan dan keunggulan pelaksanaan penelitian ini.
Di samping itu juga
untuk menentukan bentuk draft laporan penelitian sesuai dengan petunjuk/pedoman
laporan PTK tahun 2006.
Draft laporan tersebut kemudian disepakati sebagai bentuk laporan akhir yang akan
diseminarkan oleh ketua
peneliti didampingi oleh anggota peneliti 1 dan 2. Laporan yang dikoreksi dari
pelaksanaan seminar
kemudian diperbaiki oleh ketua peneliti untuk dijadikan laporan akhir. Laporan
akhir ini kemudian
digandakan dan dijilid untuk kemudian ditanda tangani sebagai laporan akhir
pelaksanaan PTK yang akan
dikirim ke Jakarta.
L. DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Mini Jaya. 2001. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan
Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004. Bab VII Pembangunan Pendidikan. Mini Jaya
Abadi, Jakarta.
Abidin, Zainal. 1989. Studi tentang Prestasi Siswa Kelas VI SD Negeri di Kodya
Banda Aceh dalam
Menyelesaikan Soal Hitungan dan Soal Cerita. Tesis, PPs IKIP Malang.
Ametembun, N.A. 1985. Kerelevansian Gaya-Gaya Mengajar dan Belajar (Suatu Tinjauan
Analitik).
Anonim. 1999. Penelitian Tindakan Kelas; Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru
Sekolah
Depdikbud, Jakarta.
Joyce, B. and Weill, M. 1980. Models of Teaching. Prentice Hall Inc., New Jersey
M. Nur. 2000. Pembelajaran Kooperatif, Pusat Sain dan Matematika Sekolah. PPs
Universitas Negeri
Surabaya, Surabaya.
N.K. Roestiyah. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.
Polya, George. 1980. On Solving Mathematical Problem in High School, dalam Krulik,
Stephen dan
Reys, Robert E. (Eds.) Problem Solving in School Mathematics. NCTM, Reston-
Virginia.
Soekamto, T., Wardani, I.G.A.K., dan Winataputra, U.S. 1993. Prinsip Belajar dan
Pembelajaran,
Bahan Ajar PEKERTI P2LPTK, Jakarta.
Soekamto, T., dan Winataputra, U.S., 1997. Teori Belajar dan model-model
Pembelajaran, Bahan
Ajar PEKERTI P2LPTK, Jakarta.
Sutarto, Hadi. 2001. Memperkenalkan RME kepada Guru SLTP di Yogyakarta, makalah
disampaikan
pada Seminar Realistic Mathematic Education (RME) di Universitas Negeri Surabaya
(UNESA), 24
Februari 2001.
Sumarmo, Utari. 2001. Upaya Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran
Matematika
Melalui Penelitian Kolaboratif Guru dan Dosen LPTK. Makalah, FPMIPA UPI, Bandung.
Usman, M.U. dan Setiawati, L. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Cetakan
Kedua. Remaja Rosdakarya, Bandung.
1. Diketahui:
2. Ditanyakan:
3. Kalimat matematika (rumus/model):
4. Penyelesaian kalimat matematika:
5. Jawaban akhir yang diminta soal:
1
2. Curriculum Vitae
a. Riwayat Hidup Ketua Peneliti
Identitas diri:
Nama Lengkap : Drs. La Misu, M.Pd.
N I P : 132 008 807
Tempat, Tangal Lahir : Wakoko, tahun 1966
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pengalaman Pengajaran/Penelitian:
1. Teori Bilangan
2. Pengantar Dasar Matematika / Matematika Dasar
3. Kalkulus (I/II)
4. Pembelajaran Matematika di SD
Pengalaman Penelitian
Pengalaman penelitian:
Anggota Peneliti: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan
Bilangan Cacah
dan Bilangan Pecahan di Kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kota Kendari melalui
Pendekatan Matematika
Realistik (2005)
Pengalaman penelitian:
Anggota Peneliti: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan
Bilangan Cacah
dan Bilangan Pecahan di Kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kota Kendari melalui
Pendekatan Matematika
Realistik (2005)
Identitas Diri:
Pengalaman Pengajaran/Penelitian:
3. Kemampuan Berpikir Anak Usia SD (Studi Kasus pada Masyarakat Bajo di Desa
Bonebalano Kab.
Muna) (Majalah Ilmiah �Bersama�, Vol. II, No. 1, Januari-Juni 1998, Bandung).
4. Optimalisasi Pengajaran Matematika di Sulawesi Tenggara melalui Program
Kualifikasi (MIPMIPA,
Vol. 1, No. 1, Januari 2002)
5. Penguasaan Konsep Dasar Matematika SD Siswa Kelas I SLTP Negeri di Kabupaten
Buton, Studi
pada SLTP Negeri 2 Lakudo, SLTP Negeri 1 Gu, dan SLTP Negeri 1 Batauga (MIPMIPA,
Vol. 2, No.
1, Januari 2003).
6. Efektivitas Pemberian Tugas Membuat Jurnal Matematika dalam Pembelajaran Konsep
Peluang dan
Statistika di SMU Negeri 4 Kendari (MIPMIPA, Vol. 3, No. 1, Januari 2004).
7. Kedudukan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dalam Pendekatan Pembelajaran
Matematika
(Majalah Ilmiah BERSAMA, Vol. 9, No. 1, Januari-Juni 2005).