Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PELAKSANAAN

PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL


(PDGK 4501)

PENGGUNAAN METODE DISKUSI


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PENJUMLAHAN PECAHAN
SISWA KELAS IV SDN KALIDANDAN
PROBOLINGGO

Oleh :
SUNARNI
NIM. 823315829

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ - UT JEMBER
PROGRAM STUDI S1 PGSD
POKJAR SYEKH ABDUL QODIR AL JAILANI RANGKANG
JUNI 2014
ABSTRAK

Sunarni. 2014. “Peningkatan hasil belajar tentang penjumlahan pecahan dengan


menggunakan metode diskusi siswa kelas IV SDN Kalidandan
Probolinggo”. Penelitian Tindakan Kelas. Prograsm Studi S1
PGSD FKIP UT. Pembimbing: Susi Setiawani, S.Si, M.Sc.

Kata Kunci : hasil belajar, penjumlahan pecahan, metode diskusi

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana
cara menggunakan metode diskusi pada materi penjumlahan pecahan pada siswa
kelas IV semester II SDN Kalidandan tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan
tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan cara menggunakan metode
diskusi pada materi penjumlahan pecahan pada siswa kelas IV SDN Kalidandan.
Penelitian ini merupakan penelitian tidakan kelas (classroom action
research), dengan 2 siklus dengan menggunakan metode diskusi. Sasaran
penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kalidandan Kecamatan Kraksaan
Kabupaten Probolinggo tahun pelajaran 2013/2014. Metode diskusi adalah
penyampaian bahan pengajaran yang melibat aktifkan peserta didik untuk
membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang
bersifat problematis. Proses perbaikan pembelajaran dengan metode diskusi ini
dilaksanakan dengan membentuk kelompok dan memberikan permasalahan untuk
didiskusikan oleh siswa, sehingga dari hasil diskusi tersebut dapat diambil
kesimpulan tentang materi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa menunjukkan
peningkatan prosentase ketuntasan dari pra siklus sebesar 60,3%, kemudian pada
siklus I sebesar 75,0% dan pada siklus II sebesar 79,4%. Hasil yang diperoleh dari
penelitian tersebut menunjukan bahwa ketuntasan siswa rata–rata sudah tercapai
setelah menggunakan metode diskusi. Dalam menggunakan metode diskusi guru
harus melakukan bimbingan selama pembelajaran baik di dalam maupun diluar
kelas.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa kini dan masa mendatang terjadi penuh perkembangan dan perubahan
yang cepat dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain
perkembangan di bidang–bidang sains, teknologi, sosial, budaya dan perubahan
dalam pemerintahan dan pergaulan dunia. Keadaan ini menunjukkan bahwa
kehidupan sekarang dan mendatang penuh dengan tantangan dan persaingan.
Begitu pula tantangan pendidikan di tingkat sekolah dasar juga semakin berat dan
kompleks. Sebagai pengetahuan,matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara
lain abstrak deduktif, konsisten, hirarkis dan logis. Soedjadi (1999) menyatakan
bahwa keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak yaitu fakta, konsep,
operasi dan prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak
sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari, dan pada
akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap matematika.
1. Identifikasi masalah
Guru dalam pengembangan pendidikan berperan sangat penting karena
berhubungan langsung dengan peserta didik, Guru sebagai pendidik siswa
mempunyai tanggung jawab besar dalam mencerdaskan anak bangsa. Seorang
guru dalam mendidik dan membimbing siswa sehari–hari sering menemukan
masalah.
Ketika peneliti melaksanakan pembelajaran di Kelas IV SDN Kalidandan
Kecamatan Pakuniran, ditemukan masalah-masalah yang menghambat proses
pembelajaran matematika yang menyebabkan rendahnya hasil pembelajaran.
Hambatan tersebut antara lain kurang jelasnya penyampaian tujuan pembelajaran
dan prosedur pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan. Hal ini berakibat ketika
kegiatan kelompok berlangsung, siswa menjadi bingung dengan kegiatan yang
harus dilaksanakan.
Masalah yang kedua dikarenakan metode yang direncanakan tidak berjalan
dengan maksimal. Hal ini berkaitan dengan kurang jelasnya penyampaian
prosedur yang harus dilaksanakan oleh siswa. Akibatnya 23 orang siswa tidak
memahami materi pembelajaran, 15 orang siswa tidak mampu mengerjakan tugas
dan 5 orang siswa yang bermain sendiri dalam kelas ketika terlibat dalam kegiatan
kelompok. Sehingga rata-rata kelas pada materi tersebut hanya sebesar 60,3
dengan prosentase ketuntasan sebesar 14,7%.
Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran tersebut harus segera diatasi
agar pembelajaran dapat berhasil. Faktor–faktor yang menentukan dalam
keberhasilan suatu pembelajaran antara lain: merencanakan pembelajaran,
penguasaan materi pelajaran, pengorganisasian kelas, penggunaan metode yang
tepat dan pemanfaatan alat peraga yang sesuai, serta motivasi belajar yang baik
harus dikuasai guru dalam melaksanakan pembelajaran metematika. Dengan
penggunaan media atau alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran
metematika serta penerapan metode yang sesuai akan memudahkan guru untuk
menanamkan konsep–konsep matematika pada siswa .
2. Analisis Masalah
Pada pembelajaran matematika dengan pokok bahasan pecahan dan
urutannya, tingkat penguasaan siswa kelas IV SDN Kalidandan dapat dikatakan
masih rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan gejala awal seperti berikut ini.
Dari tes awal yang diberikan pada siswa kelas IV yang berjumlah 34 anak, hanya
5 anak atau 14% yang mampu mendapatkan nilai sesuai dengan KKM sebesar 75.
Hal ini dikarenakan guru dalam pembelajaran matematika gagal dalam
menerapkan metode yang dijalankan. Siswa tidak mampu bekerjasama dan saling
membantu dalam memahami materi. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk
menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran
yang diajarkan.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Dengan keadaan siswa seperti yang diterangkan di atas, maka penulis
mengambil keputusan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan
menerapkan metode diskusi untuk meningkatkan hasil belajar tentang
penjumlahan pecahan.
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya
dengan memecahkan masalah (problem solving).  Metode ini disebut juga sebagai
diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Bagaimana menggunakan metode diskusi untuk meningkatkan hasil belajar
tentang penjumlahan pecahan siswa kelas IV SDN Kalidandan?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang penulis rumuskan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Mendeskripsikan proses penerapan penggunaan metode diskusi untuk
meningkatkan hasil belajar tentang penjumlahan pecahan siswa kelas IV SDN
Kalidandan Kecamatan Pakuniran.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan, diharapkan memberiakan manfaat bagi
pihak–pihak yang terkait .Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa
a) Dapat membantu siswa memahami konsep penjumlahan pecahan.
b) Mendorong motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran
matematika
c) Melatih siswa untuk bisa mencari informasi sendiri

2. Guru
a) Meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar
b) Meningkatkan kreatifitas guru
c) Menambah ilmu sehingga memberi wawasan yang makin luas
tentang kependidikan dan berfikir inovatif.

3. Bagi Sekolah
a) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah
yang tercermin dari peningkatan kemampuan professional guru
b) Meningkatkan kwalitas peserta didik dalam pelajaran matematika.

4. Institusi Pendidikan Secara Umum


a) Sebagai referensi dalam memecahkan masalah yang ada di sekolah
khususnya pada materi penjumlahan pecahan.

KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORITIS
1. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar
1.1 Pengertian
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi dewasa
ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar,
analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan
teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja
sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan focus dalam pembelajaran
matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah
terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara
penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, perlu
dikembangkan ketrampilan memahami masalah, membuat model matematika,
penyelesaian masalah, dan menafsirkan solusinya.
Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap
dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan
pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.
1.2 Tujuan
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
a) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien dan
tepat dalam pemecahan masalah.
b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

1.3 Ruang Lingkup


Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD meliputi aspek–
aspek sebagai berikut:
1. Bilangan
2. Geometri dan pengukuran
3. Pengelolaan data

1.4 Belajar Matematika


Menurut Sudjana (1987 : 28) “Proses belajar berlangsung dalam waktu
tertentu dan merupakan proses yang panjang dari suatu fase ke fase berikutnya.”
Belajar adalah suatu proses yan ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang, bukan menghafal atau mengingat. Hudoyo (1979 : 89) “ begitu juga
dengan belajar matematika karena melibatkan suatu struktur hirarki dan konsep–
konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk
sebelumnya, “Saleh (1983 : 3)“ belajar matematika adalah belajar tentang
bilangan, belajar menjumlah, mengurangi, dan membagi yang terdapat dalam
aljabar, aritmatika dan geometri.

B. Metode diskusi
Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa, metode diskusi adalah
metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan alternatif
pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Sumantri (1999) dalam
bukunya “Strategi Belajar Mengajar” mengemukakan tentang pengertian, tujuan,
serta alasan penggunaan metode diskusi.
a. Pengertian dan Tujuan
Metode diskusi dapat diartikan sebagai suatu siasat penyampaian bahan
pengajaran yang melibat aktifkan peserta didik untuk membicarakan dan
menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis.
Guru dan kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik
yang dibicarakan dalam diskusi.
Penerapan metode diskusi bertujuan untuk:
a. melatih peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya,
berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan;
b. melatih dan membentuk kesetabilan sosial-emosional;
c. mengembangkan kemampuan berfikir sendiri dalam memecahkan
masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif;
d. mengembangkan keberhasilan peserta didik dalm menemukan
pendapat;
e. mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial;
f.melatih peserta didik berani berpendapat tentang suatu masalah.
Metode diskusi digunakan karena beberapa alasan berikut:
a. topik bahasan bersifat problematif;
b. merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam perdebatan
ilmiah;
c. melatih peserta didik untuk berfikir kritis dan terbuka;
d. mengembangkan suasana demokratis dan melatih peserta didik
berjiwa besar;
e. peserta didik memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang masalah
yang dijadikan topik diskusi;
f.peserta didik memiliki pengetahuan dan pendapat-pendapat tentang
masalah yang akan didiskusikan.
Para ahli diantaranya Gilstrap & Martin, 1975 : 18 ; Gage & berliner, 1984 :
517 ; Davies, 1987 : 237-239 menyimpulkan bahwa metode diskusi memiliki
keunggulan sebagai berikut:
a. metode ini memberikan kesempatan langsung kepada para siswa
untuk berpartisipasi secara langsung, baik sebagai partisipan, ketua
kelompok, atau penyusun pertanyaan diskusi. Adanya partisipasi
langsung ini memungkinkan terjadinya keterlibatan intelektual, social
emosional, dan mental para siswa dalam proses belajar;
b. metode ini dapat digunakan secara mudah sebelum, selama, ataupun
sesudah metode – metode yang lain;
c. metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berpikir kritis,
partisipasi demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan
kemampuan berbicara yang dilakukan tanpa persiapan;
d. metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji,
mengubah, dan mengembangkan pandangan, nilai, dan keputusan
yang diperlihatkan kesalahannya melalui pengamatan yang cermat dan
pertimbangan kelompok;
e. metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
memahami kebutuhan memberi dan menerima (take and give),
sehingga siswa dapat mengerti dan mempersiapkan dirinya sebagai
warga negara yang demokratis;
f. metode ini menguntungkan para siswa yang lemah dalam pemecahan
masalah. Hal ini dimungkinkan karena pemecahan masalah oleh
kelompok, biasanya biasanya lebih cepat daripada pemecahan
perorangan.
C. Penerapan metode diskusi dalam pembelajaran Matematika
Adapun langkah-langkah pengoperasian metode diskusi sebagai berikut.
1. guru menggemukakan masalah yang akan didiskusikan
dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara
pemecahannya.
2. siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih
ketua, wakil, sekertaris, pembicara, mengatur tempat duduk, dan
sebagainya dengan bimbingan Guru.
3. siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing
sedangkan guru berkeliling ke setiap kelompok dengan memberikan
bimbingan, dorongan agar anggota kelompok ikut berperan aktif dalam
diskusi.
4. siswa merekapitulasi pokok pikiran yang didapat dari
hasil diskusi.

D. Hasil Belajar
Hasil belajar biasanya diacukan pada tercapainya tujuan belajar. Hasil
belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Menurut
Dimyati dan Mujiono (2006:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu intreraksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan
puncak proses belajar. Dalam hal ini Gagne (dalam Uno, 2009:210) menyebutkan
hasil belajar siswa dapat dilihat dari lima kategori, yaitu keterampilan intelektual
(intellectual skills), informasi verbal (verbal information), strategi kognitif
(cognitive strategies), keterampilan motorik (motor skills), dan sikap (attitudes).
Sementara itu, Bloom dalam taksonominya terhadap hasil belajar
(Taksonomi Bloom) mengkategorikan hasil belajar pada tiga ranah, yaitu (1)
ranah kognitif, (2) ranah afektif, dan (3) ranah psikomotor. Kawasan kognitif
mengacu pada respon intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif mengacu pada respon sikap,
sedangkan ranah psikomotor berhubungan dengan perbuatan fisik (Uno, 2009:
211).
Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah tingkat pengetahuan yang dicapai siswa terhadap materi yang
diterima setelah mengikuti proses belajar mengajar yang diperoleh dari hasil tes.
Hal sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006:35) bahwa hasil belajar
adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam
perwujudan prestasi belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes.

E. Pecahan
Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai p/q,
dengan p dan q adalah bilangan bulat. Bilangan p disebut pembilang dan bilangan
q disebut penyebut. Pecahan dapat dikatakan senilai apabila pecahan tersebut
mempuyai nilai atau bentuk paling sederhana sama.Pecahan memiliki jenis. Jenis-
jenis pecahan tersebut antara lain, pecahan biasa, pecahan murni, pecahan
campuran, pecahan desimal, persen dan permil.
Pecahan yang pertama adalah pecahan biasa. Pecahan biasa adalah
pecahan dengan pembilang dan penyebutnya merupakan bilangan bula. Pecahan
yang kedua adalah pecahan murni. Pecahan murni adalah pecahan yang
pembilang dan penyebutnya merupakan bilangan bulat dan berlaku pembilang
kurang atau lebih kecil dari penyebut. Pecahan murni dapat dikatakan sebagai
pecahan biasa tetapi pecahan biasa belum tentu dapat dikatakan sebagai pecahan
murni.
Pecahan yang ke tiga adalah pecahan campuran. Pecahan campuran adalah
pecahan yang terdiri atas bagian bilangan bulat dan bagian pecahan murni.
Keempat adalah pecahan desimal, yaitu pecahan dengan penyebut 10, 100, 1000,
dan seterusnya, dan ditulis dengan tanda koma. Pecahan yang ke lima adalah
persen. Persen atau perseratus yaitu pecahan dengan penyebut 100 dan
dilambangkan dengan %, sedangkan permil perseribu adalah pecahan dengan
penyebut 1.000 dan dilambangkan dengan ‰.

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian serta pihak yang membantu.
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Kalidandan Kecamatan
Pakuniran Kabupaten Probolinggo pada materi penjumlahan pecahan. Adapun
pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai April sampai dengan bulan juni 2014.
Untuk pengmbilan data adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran Prasiklus tanggal 23 April 2014 alokasi waktu 2 x 35
menit.
b. Perbaikan Pembelajaran Siklus I tanggal 03 Mei 2014 alokasi
waktu 2 x 35 menit.
c. Perbaikan Pembelajaran siklus II tanggal 10 Mei 2014 alokasi
waktu 2 x 35 menit.
Penelitian ini dibantu oleh Supriyanto, S.Pd, SD sebagai teman sejawat
dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan melakukan refleksi.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
1. Rencana
a. Rencana tindakan perbaikan dilakukan agar siswa dapat
meningkatkan hasil belajar tentang penjumlahan pecahan.
b. Tindakan perbaikan pembelajaran dengan metode diskusi yang
dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi empat
langkah berikut:
1. Merencanakan tindakan perbaikan pembelajaran, maka
disusulah Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP).
2. Melakukan tindakan dalam bentuk penerapan RPP di kelas
secara khusus pelaksanaan pembelajaran.
3. Mengamati proses pembelajaran yang berlangsung beserta
hasilnya ,instrument observasi pembelajaran, hasil belajar
dapat diketahui melalui pekerjaan individu siswa dalam
mengerjakan LKS
4. Merefleksikan hasil tindakan perbaikan yang diperlukan
untuk penyempurnaan tindakan pada siklus II.
2. Pelaksanaan
a. Prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan PTK secara garis
besar dikerjakan dengan skema berikut:

Bagan 3.1 Pelaksanaan Perbaikan Per Siklus

Siklus I Perbaikan Siklus II Perbaikan


Pembelajaran: Pembelajaran:
- Merencanakan - Merencanakan
- Melaksanakan - Melaksanakan
- Refleksi dan Diskusi - Refleksi dan Diskusi
- Rencana Perbaikan siklus - Membuat laporan
PTK

Dalam melaksanakan tindakan perbaikan ini, guru dibantu oleh seorang


teman guru yang berperan sebagai supervisor. Hasil observasi direkam dalam
format observasi yang telah disiapkan. Refleksi dan diskusi tentang hasil
perbaikan pembelajaran dilakukan oleh guru bersama obersver yang dipandu oleh
dosen pembimbing.

b. Prosedur Umum Pembelajaran


Prosedur umum pembelajaran mencakup tiga tahap pembelajaran yaitu:
awal ,inti ,dan penutupan. Tahap awal bertujuan memberikan motivasi dan
mengeksplorasi pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari. Pada
tahap inti para siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok berbantuan media
bahan manipulatif dalam proses pembentukan konsep .Sedangkan pada tahap
penutup, mereka mencoba melakukan evaluasi hasil kerjanya.

C. Prosedur Khusus Pembelajaran


1) Siklus I
1.1. Tahap Awal
Dibimbing guru, siswa mereview hasil kegiatan pada Pra siklus dan
melakukan tanya jawab tentang kesulitan yang terjadi pada kegiatan Pra Siklus.
1.2. Tahap Inti
Melakukan diskusi kelompok arti pecahan dan melalui bantuan buah dan
gambar pecahan. Siswa berdiskusi kelompok, mendiskusikan lembar kerja,
melakukan pelaporan dan menarik kesimpulan bersama Diakhir kegiatan inti,
siswa mengerjakan soal evaluasi individu.
1.3. Kegiatan Akhir
Siswa membuat kesimpulan tentang materi.
2) Siklus II
2.1. Tahap Awal
Mengeksplorasi pengetahuan awal siswa tentang pecahan yang meliputi
Tanya jawab tentang pecahan.
2.2. Tahap Inti
Siswa melakulakan praktik mengenal dua pecahan yang tidak senilai
dengan menggunakan kertas. Siswa kemudian melakukan diskusi kelompok
dengan media yang telah disediakan, sehingga siswa dapat menentukan pola pada
penjumlahan pecahan baik yang senile;ai ataupun yang tidak senilai. Kegiatan
guru pada tahap inti ini adalah membimbing siswa dalam melakukan kegiatan
diskusi. Guru bertanya jawab tentang hal–hal yang belum diketahui siswa, guru
bersama siswa membuat kesimpulan dari diskusi kelompok.
2.3. Kegiatan Akhir
Siswa mengerjakan soal evaluasi dari guru untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar pada materi perkalian pecahan.
3. Pengamatan
a. Usaha guru dalam kegiatan pembelajaran matematika tentang
penggunaan metode diskusi untuk meningkatkan hasil belajar pada
penjumlahan pecahan.
b. Aktualisasi siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
matematika tentang penjumlahan pecahan dengan menggunakan
metode diskusi.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan baik di setiap akhir pertemuan pada setiap siklus dan
setelah pemberian tes hasil belajar pada setiap siklus. Refleksi di setiap akhir
siklus dilaksanakan berdasarkan hasil belajar dan observasi. Analisis hasil
observasi dan hasil belajar juga dilaksanakan dalam tahap ini. Dari hasil yang
diperoleh dilakukan refleksi diri atas kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
setiap pertemuan.
C. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data
deskriptif kualitatif. Secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan dan dilakukan dengan cara
menganalisis, mensintesis, memahami, menerangkan dan menyimpulkan.
2. Mereduksi data di dalamnya yang melibatkan kegiatan pengkategorian.
3. Menyimpulkan dan menverifikasi dari kegiatan mereduksi selanjutnya
dilakukan penyimpulan akhir diikuti dengan kegiatan verifikasi atau
pengujian terhadap temuan penelitian.
4. Kategori ketuntasan belajar dilihat secara klasikal. Untuk mengetahuinya
digunakan rumus sebagai berikut.

P=

Ket : P : prosentase ketuntasan belajar


Y : jumlah siswa yang tuntas belajar
X : jumlah siswa

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan metode
diskusi dimana siswa mendiskusikan pemecahan soal dengan kelompoknya.
Deskripsi hasil penelitian perbaikan pembelajaran siklus I dan II dipaparkan
sebagai berikut.
1. Siklus I
1.1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan perbaikan siklus I peneliti menyiapkan rencana
pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan mendiskusikannya dengan teman
sejawat, menyiapkan alat peraga, dan menyiapkan lembar kerja kelompok sebagai
bahan diskusi, serta lembar kerja individu sebagai alat pengukur hasil belajar dan
ketuntasan siswa.

1.2. Pelaksanaan
Siswa disajikan soal untuk dipecahkan bersama kelompoknya. Hasil
diskusi kelompok tersebut juga dibandingkan dengan kelompok yang lain dengan
dipresentasikan di depan kelas, sehingga kelompok lain menanggapinya.Peran
guru di sini sebagai pembimbing diskusi, motivator semangat siswa dan
katalisator bagi kegiatan yang menghambat proses belajar.

1.3. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dan teman sejawat, ditemukan
kekurangan yang menghambat proses kegiatan diskusi. Pada saat dilakukan
kegiatan diskusi, siswa belum dapat memberikan urun rembug dalam
penyerelsaian masalah. Kecenderungan untuk tergantung pada salah satu siswa.
Permasalahan selanjutnya pada pengelolaan waktu presentasi kelompok. Siswa
terlihat canggung untuk menjelaskan hasil yang diperoleh kelompoknya, sehingga
waktu untuk presentasi hasil kerja kelompok melebihi waktu yang ditentukan.

1.4. Refleksi
Melihat proses perbaikan pembelajaran yang terjadi pada siklus I, peneliti
dan teman sejawat melakukan refleksi. Hasil refleksi tersebut adalah perlunya
pemberian motivasi dalam kegiatan kelompok, agar setiap anggota kelompok
dapat memberikan pendapatnya pada kelompok masing-masing dan bekerjasama
dalam memahami materi dan mendiskusikan penyelesaian masalah. Masalah
kedua yang perlu diperbaiki adalah pemberian alokasi wakut yang jelas terhadap
presentasi kelompok serta pemberian motivasi terhadap siswa agar dapat
mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan baik dan maksimal. Hasil refleksi
ini dilaksanakan pada siklus II.

2. Siklus II
2.1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan perbaikan siklus II peneliti menyiapkan rencana
pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan memperhatikan hasil refleksi pada
siklus I. disamping itu peneliti juga menyiapkan alat peraga, lembar kerja
kelompok, dan lembar kerja individu sebagai alat pengukur hasil belajar dan
ketuntasan siswa.

2.2 Pelaksanaan
Pada siklus II ini pelaksanaan perbaikan pembelajaran difokuskan pada
pengelolaan diskusi kelompok dan pemaksimalan proses presentasi. Kegiatan
diskusi kelompok yang terlaksana pada siklus II menunjukkan peningkatan
aktifitas. Pada kegiatan diskusi tersebut, siswa membagi permasalahan pada tiap
anggota, kemudian anggota yang mendapat soal permasalahan menyajikan
diskusi. Demikian pula pada proses presenutasi kelompok. Masing-masing
anggota menyajikan permasalahan yang didapatnya.

2.3 Observasi
Hasil observasi peneliti dan teman sejawat pada pelaksanaan perbaikan
siklus II ini menunjukkan hasil yang maksimal. Siswa dapat melakukan proses
diksusi dan bekerjasama dengan kelompoknya masing-masing.
2.4 Refleksi
Dari hasil kegiatan perbaikan siklus II, dapat disimpulkan bahwa rencana
perbaikan yang dilaksanakan dengan menerapkan metode diskusi dapat
meningkatkan hasil belajar. Siswa saling bertukar pemahaman dalam
memecahkan permasalahan penjumlahan pecahan. Hasil belajar pada siklus II ini
menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa melebihi KKM tang ditentukan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pada kegiatan pembelajaran siklus I, siswa dalam melakukan kegiatan
diskusi masih belum terlaksan dengan maksimal. Siswa masih cenderung
mendominasi jalannya diskusi, dan ada pula siswa yang bersikap pasif.
Kelemahan ini mengakibatkan hasil belajar siswa masih lebih rendah dari KKM.
Hasil pengamatan pada kegaiatan siklus I terlihat bahwa ketuntasan siswa
mencapai 21 orang dan 13 orang siswa belum tuntas, sedangkan tingkat
kebarhasilan siswa hanya mencapai 61,8% sehingga guru perlu mengadakan
perbaikan pada siklus II.
Dalam pembelajaran siklus II ini dapat disimpulkan bahwa guru belum
sepenuhya berhasil dalam menyampaikan materi pembelajaran karena tingkat
ketuntasan sejumlah 30 siswa atau mencapai 88,2 %, sedangkan siswa yang tidak
tuntas sejumlah 4 orang siswa atau 11,8 %.
Dari hasil pelaksanaan perbaikan siklus I dan II dapat dilihat bahwa
terdapar peningkatan hasil belajar dari kegatan pra siklus, siklus I, dan siklus II.
Hal ini sesuai dengan pendapat Gilstrap & Martin bahwa metode ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menguji, mengubah, dan mengembangkan
pandangan, nilai, dan keputusan yang diperlihatkan kesalahannya melalui
pengamatan yang cermat dan pertimbangan kelompok sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar. Perbandingan hasil belajar pada pra siklus, siklus I,
dan siklus II dapat dilihat dari diagram berikut ini.

Diagram 4.1
perbandingan hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I, siklus II
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan dapat disimpilkan bahwa
penelitian penggunaan metode diskusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV SDN Kalidandan pada penjumlahan pecahan Kecamatan Pakuniran
Kabupaten Probolinggo dapat ditingkatkan. Hasil belajar pada penelitian ini
menunjukkan peningkatan dari pra siklus sebesar 60,3%, kemudian pada siklus I
sebesar 75,0% dan pada siklus II sebesar 79,4%. Hasil yang diperoleh dari
penelitian tersebut menunjukan bahwa ketuntasan siswa rata–rata sudah tercapai
setelah menggunakan metode diskusi .
Untuk meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan metode diskusi
terdapat beberapa kegiatan yang harus dilaksankan yaitu, penjelasan tentang
kegiatan yang akan dilakukan, pembimbingan terhadap siswa selama proses
diskusi, penggunaan lembar kerja yang sesuai dengan metode diskusi dengan
memfokuskan pada pemecahan masalah, pendeskripsian hasil dan penarikan
kesimpulan. Dengan terlaksananya kegiatan tersebut, maka penggunaan metode
diskusi akan berjalan dengan maksimal.

B. Saran Tindak Lanjut


Dari penelitian yang dilaksanakan maka disarankan agar:
1. Dalam penggunaan metode pembelajaran hendaknya direncanakan
semaksimal mungkin alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diharapkan agar metode diskusi dapat diterapkan dalam pokok bahasan
dan mata pelajaran lain.
3. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang
menggunkan metode diskusi.
4. Diharapkan bagi guru agar dapat menggunakan bermacam-macam metode
pembelajaran agar keterampilan dan kemampuan siswa dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, M. Toha, dkk. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati, dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Hamalik, Drs. Oemar. 1980. Media pendidikan. Bandung: Alumni.

Moedjiono, 1992, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:Departemen Pendidikan


Dan kebudayaan

Setiawan, denny, 2008, Komputer dan Media Pembelajaran, Jakarta:Penerbit


Universitas Terbuka

Sinaga, Mengatur, 2007, Terampil Berhitung Matematika SD Kelas IV,


Jakarta:Penerbit Erlangga

Wardani, IGAK, 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:Penerbit


Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai