Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat mengerjakan tugas pelatihan/ pembelajaran IPA materi
organ pencernaan manusia. Siswa kelas V SDN Satreyan III Kecamatan
Maron Kabupaten Probolinggo kelihatan bingung, kurang senang dan
hasilnyapun tidak sesuai dengan keinginan guru, karena mereka tidak bisa
menjawab dan mengerjakan soal. Hanya 2 siswa saja yang jawabannya
betul dan itupun karena ia mencari jawaban dibuku paket. Sedangkan
siswa yang lain hanya bermalas malasan.
Setelah direnungkan ternyata ketidak berhasilan siswa dalam
mengerjakan tugas dikarenakan oleh beberapa hal diantaranya adalah guru
tidak mengadakan tanya jawab, guru hanya menjelaskan tanpa
menggunakan alat peraga, guru tidak menanyakan apakah siswa sudah
mengerti atau belum dalam penjelasannya. Guru langsung memberi tugas
untuk dikerjakan sehingga siswa tidak bisa mengerjakan dan menjawab
soal latihan dan guru tidak memberi bimbingan atau pengarahan.
Untuk memperbaiki ketidak berhasilan pembelajaran tersebut guru
perlu mengadakan perbaikan dalam pembelajaran berikutnya yaiti dengan
cara menggunakan media gambar organ pencernaan manusia torso dan
penggunaan metode yang tepat dengan harapan mampu meningkatkan
pemahaman tentang system pencernaan manusia.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan
membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang
melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk
menemukan konsep Ilmu Pengetahuan Alam. Tugas penting guru adalah
merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001: 3).

1
B. Rumusan Masalah
 Rumusan masalah
a. Bagaimana mengunakan media gambar torso untuk meningkatkan
pemahaman siswa kelas V SD tentang system pencernaan
manusia?
 Pemecahan Masalah
a. Guru dapat menggunakan media gambar torso dalam
pembelajaran.
b. Guru dapat menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran.

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan
penggunaan media gambar torso dalam pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat bagi kepela sekolah,
guru, dan peneliti itu sendiri. Bagi kepela sekolah penelitian ini dapat
memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan penentuan kebijakan
mengenai media atau alat peraga pembelajaran yang efektif diterapkan
dalam pembelajaran. Disamping itu, penelitian ini juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pembelajaran
dengan menyediakan hal yang menunjang komponen pembelajaran yang
mengarah pada pencapaian tujuan.
Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan
pengalaman tenteng upaya pemahaman pembelajaran system pencernaan
manusia dengan media gambar torso. Bagi peneliti, penelitian ini dapat
memberikan masukan tentang peningkatan pemahaman materi dengan
penggunaan media sehingga dapat diterapkan pada pembelajaran yang
lain.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam


Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah
sains. Kata sains iniberasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya
tahu”. Dalam bahasa Inggris,kata sains berasal dari kata science yang
berarti”pengetahuan”. IPA bisa disebut juga dengan natural science.
IPA mempunyai beberapa pengertian , yaitu :
Dalam kamus Fowler (1951), natural science didefinisikan sebagai:
“systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and
based mainly on observation and induction” ( yang diartikan bahwa ilmu
pengetahuan alam didefinisikan sebagai: pengetahuan yang sistematis dan
disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan
dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi ).
Webster’s New Lollegiate Dictionary (1981) menyatakan natural
science knowledge concerned with the physical world and its phenomena,
yang artinya ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam dan
gejala-gejalanya.
Sedangkan dalam Purnel’s : Concise Dictionary of Science (1983)
tercantum definisi tentang IPA sebagai berikut : “Science the broad field of
human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and
explained by means of rules, laws, principles, theories, and hypotheses”.
Artinya ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas, yang
didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta
dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip,
teori-teori, dan hipotesa-hipotesa.
Sumber lain menyatakan bahwa natural science didefinisikan sebagai
a “piece of theoretical knowledge” atau sejenis pengetahuan teoritis. IPA
merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam.
Dapat disimpulkan dari pengertian diatas, bahwa pada hakikatnya IPA

3
merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa
fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu
rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Dan IPA juga memberikan
pemahaman kepada kita bagaimana caranya agar kita dapat hidup dengan
cara menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut
Peristiwa pembelajaran diasumsikan sebagai cara yang perlu
diciptakan oleh guru dengan tujuan untuk mendukung proses belajar
mengajar (internal) di dalam diri siswa. Guru akan merasakan puas apabila
dalam pembelajaran siswa aktif dan setelah pembelajaran berakhir siswa
mengerti dan memahami serta mendapat nilai yang maksimal. Untuk
mewujudkan hal ini guru harus menciptakan cara/ metode yang efektif dan
sesuai.
Menurut Gagne ada sembilan cara yang perlu diciptakan guru
dengan tujuan mendukung proses belajar mengajar diantaranya :
1. Membangkitkan perhatian, hal ini dilakukan agar siswa mengikuti
kegiatan dari awal sampai akhir pelajaran perhatian siswa dapat
ditingkatkan dengan memberikan berbagai rangsangan sesuai dengan
kondisi yang ada, misal dengansuara, menggunakan berbagai media
belajar yang menarikperhatian dan menunjukkan/ menyebutkan contoh
yang ada di dalamatau diluar kelas.
2. Memberitahukan tujuan pembelajaranpada siswa. Hal ini dilakukan agar
siswa dapat mempunyai pengharapan dan tujuan selama belajar, siswa
dapat menjawab sendiri pertanyaan apakah ia telah belajar ? apakah materi
yang dipelari sudah dikuasai ? jawaban atas pertanyaan diatas dapat
membangkitkan harapan dalam diri siswa tentang kemampuan dan upaya
yang harus dilakukan agar tujuan tercapai.
3. Merangsang ingatan pada materi prasarat. Guru perlu mengigatkan siswa
pada materi apa saja yang telah dikuasai sehubungan dengan materi yang
akan diajarkan sehingga siswa siat untuk membuat hubungan antara
pengetahuan yang lama dengan pengetahuan yang akan dipelajari.

4
4. Menyajikan bahan perangsang yang berupa pokok-pokok materi yang
penting yang bersifat kunci untuk menentukan bahan dan kegitan yang
akan disajikan sehingga proses pembelaaran berjalan lancar.
5. Memberikan bimbingan belajar untuk membantu siswa agar mudah
mencapai tujuan pembelajaran atau kemampuan-kemampuan yang
dicapainya pada akhir pembelajaran.
6. Menampilkan unjuk kerja, untuk mengetahui apakah siswa telah mencapai
kemampuan yang diharapkan. Siswa diminta untuk menampilkan
kemampuannya dalam bentuk tindakan yang bisa diamati oleh guru.
7. Memberikan umpan balik, untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Umpan
balik diberikan secara informasi dengan cara memberikan keterangan
tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai siswa.
8. Menilai unjuk kerja yang bertujuan untuk menilai apakah siswa sudah
mencapa tujuan atau belumdengan penilaian yang relevan.
9. Meingkatkan refrensi, guru perlu memberikan latihan dalam berbagai
situasi agar siswa dapat mengulangi dan menggunakan pengetahuan
barunya kapan saja diperlukan.
Yang terpenting dalam pembelajaran adalah menciptakan suatu kondisi
pembelajaran eksternal yang dirancang untukmendukung terjadinya proses
belajat yang bersifat internal.

B. Model Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model


pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa

5
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya
yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain
dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama
bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang
topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa
itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota
kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada
pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok
asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga
yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.
Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal
yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan
sebagai berikut (Arends, 1997) :

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar. Ilustrasi Kelompok Jigsaw


Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :
 Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda.

6
Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok
asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan
dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu
bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut
kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa
mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun
rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke
kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw
(gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi
pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya
terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan
terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal
yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke
kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari
dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada
pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

Gambar Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw


 Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan
pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok
yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah didiskusikan.

7
 Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
 Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor kuis berikutnya.
 Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian
materi pembelajaran.
 Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi
baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut
serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
(akhmadsudrajat.wordpress.com/.../cooperative-learning-teknik-jigsaw,
diakses 22 April 2014 )

C. Pengertian Motivasi Belajar


Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
Masih dalam artikel Siti Sumarni (2005), motivasi secara harafiah yaitu
sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak
sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan
secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan
yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (KBBI,
2001:756).
Berdasarkan uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari
dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha
untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek belajar itu dapat tercapai

D. Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua
individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar
menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu

8
harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya hasilnya berhasil dengan baik.
Sedang pengertian hasil juga ada yang mengatakan hasil adalah kemampuan.
Kemampuan di sini berarti yan dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu

E. Pengertian Belajar

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang


dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta
fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar
merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap
dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah
laku yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir dari
pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit
ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari
suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu,
berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yang
tideak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seserorang yang
sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah
laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam diri
individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.

F. Torso sebagai Media Pembelajaran


Torso merupakan alat peraga berupa patung berbentuk menyerupai
tubuh asli manusia lengkap dengan komponen dan struktur tubuh sesuai atau
seperti asli. Sebagai alat peraga, torso didesain sedemikian rupa sehingga
mudah dipergunakan dalam proses belajar mengajar. Kemudahan yang
dimaksud adalah bahwa komponen-komponen tubuh yang terdapat pada
media torso dapat dilepas dan dipisahkan dari posisi awalnya sehingga pada
saat guru menjelaskan perbagian komponen tubuh kepada murid jauh lebih
mudah.

9
Torso dalam http://gooogle/onlinedictionary.com diartikan sebagai
berikut: “The human body, as distinguished from the head and limbs; in
sculpture, the trunk of a statue, mutilated of head and limbs; as, the Torso of
Hercules [1913 Webster]”. Dapat diterjemahkan secara bebas sebagai
berikut : struktur atau komponen tubuh manusia yang membedakan kepala
dan anggota tubuh lainnya dalam sebuah patung; kepala dan bagian-bagian
anggota tubuh”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Poerwadarminta, 1987: 237) Torso diartikan sebagai “patung; model tubuh
manusia; batang tubuh manusia tanpa lengan dan kaki; digunakan sebagai alat
peraga dalam proses belajar; model tubuh manusia untuk tujuan belajar
bidang kesehatan, atau satuan tingkat pendidikan lainnya”.

Torso oleh Sudjana dan Rivai (2007: 163) diartikan pula sebagai :

Model susun (build-up model) yaitu model susunan dari beberapa objek yang
lengkap, atau sedikitnya suatu bagian yang penting dari objek itu. Lebih
lanjut diungkapkan bahwa model susun dari tubuh manusia (torso) memberi
pengamatan terbaik kepada para murid mengenai letak serta ukuran dari
organ tubuh yang sebenarnya. Torso membantu siswa dalam dua hal, yaitu :
Pertama; guru menggunakannya untuk menunjukkan posisi setiap organ
tubuh, pada waktu mengajar. Kedua; untuk mengerjakan hal tersebut mereka
menebarkan masing-masing bagian torso di atas meja, dan setiap murid
bergantian menyebutkan suatu organ, dan meletakkannya kembali pada posisi
yang sebenarnya pada torso itu. Kemudian murid menjelaskannya secara
singkat fungsi organ-organ tersebut. Kawan-kawan mereka mengawasi
membetulkan beberapa kesalahan yang dibuat, atau menambahkan
keterangan penting lainnya.

10
Menurut Priyatno (2007: 1) torso sebagai media yang digunakan
dalam proses belajar di kelas memiliki beberapa keunggulan antara lain:
1) dapat dipergunakan di hampir semua satuan tingkat pendidikan, 2) mampu
menampilkan contoh organ tubuh seperti aslinya, 3) praktis dalam
penggunaannya, 4) tidak memerlukan atau bergantung pada listrik, dan 5)
tidak memerlukan tempat tempat yang luas dalam penggunaannya.
Sedangkan kekurangannya antara lain : 1) biaya pengadaan media torso
cukup mahal, 2) hanya mampu menampilkan visual dua dimensi saja, 3)
pengajar harus melepaskan satu-persatu komponen torso dalam
pemeragaannya di depan kelas, kemudia dipasang kembali, dan 4)
memerlukan waktu yangn cukup banyak dan panjang dalam menjelaskan
masing-masing komponen torso.
(http://www.dedenbinlaode.web.id/2010/01/torso.html, diakses 22 April
2014)

G. Kerangka Berfikir

1. Anak SDN Satreyan III Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo


membutuhkan media untuk membantu meningkatkan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam .
2. Semakin efektif model pembelajaran yang dipilih dan digunakan
dalam proses kegiatan belajar semakin meningkat pula hasil belajar anak
SDN Satreyan III Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.
3. Semakin tidak efektif model pembelajaran yang dipilih dan digunakan
maka semakin rendah pula hasil belajar anak SDN Satreyan III
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo karena siswa merasa
kesulitan dalam proses kegiatan belajar Ilmu Pengetahuan Alam.

11
H. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang penulis kemukakan di atas
maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:

Motivasi dan Hasil belajar siswa meningkat setelah diterapkannya metode


pembelajaran kooperatif model Jigsaw dan media Torso pada siswa kelas V
SDN Satreyan III Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo Tahun
Pelajaran 2013 – 2014.

12
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan waktu serta Pihak yang Membantu Penelitian


1. Subjek
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Satreyan III Kecamatan
Maron Kabupaten Probolinggo tahun pelajaran 2013/2014 mata
pelajaran Ilmu Pengetahauan Alam materi . Jumlah siswa kelas V 14
siswa terdiri dari 8 siswa laki-laki, 6 siswa perempuan.
2. Tempat
Tempat yang digunakan dalam melakukan perbaikan untuk
memperoleh data yang di inginkan bertempat di SDN Satreyan III
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.
3. Waktu Penelitian Perbaikan
Waktu penelitian adalahwaktu berlangsungnya perbaikan atau saat
perbaikan ini dilangsungkan. Waktu perbaikan di mulai tanggal 19
Mei 2014 sampai dengan 22 Mei 2014 dengan alokasi waktu 2 x 35
menit ( 1 x pertemuan )
4. Pihak Yang Membantu
Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh beberapa orang yakni,
bapak Ismawati, S.Pd.SD selaku supervaisor 2 sebagai guru senior di
SDN Satreyan III Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo,
Abdurrohim, S.Pd.SD pengamat dan teman sejawat yang masih aktif
sebagai tenaga pengajar pada SDN Satreyan III. Yang membantu
pelaksanaan penelitian ini.

13
B. Prosedur Perbaikan Pembelajaran
1. Desain Perbaikan Pembelajaran
Alur pelaksanaan Perbaikan digambarkan dalam bentuk spiral
tindakan sebagai berikut :

Refleksi Seluruhnya sesuai waktu


awal yang direncanakan

Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Perbaikan

Refleksi Pengamatan Refleksi Pengamatan

Evaluasi Perbaikan Perencanaan Pelaksanaan

Siklus I Siklus II
Gambar 3.1
Siklus Penelitian Perbaikan

2. Deskripsi Per Siklus


Dalam perbaikan pembelajaran direncanakan 2 siklus yang masing-
masing menggunakan tahapan rencana, pelaksanaan, pengamatan/
pengumpulan data data I instrumefit dan refleksi. Penyusunan rencana
berdasarkan hasil analisis dan inteprestasi data disusun rencana. Untuk
menyusun segala perencanaan sesuai dengan masalah yang ada dan
data yang diperlukan untuk bahan analisis pada tahap pelaksanaan
peneliti melaksanakan KBM sesuai rencana pembelajaran, juga
dilakukan kegiatan observasi dan refleksi.
Pengumpulan data yang berkenaan dengan masalah yang akan diteliti.
Sedang refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran untuk melihat
kekurangan/ kelebihan yang ada dan sebagai bahan dasar menentukan

14
perlu tidaknya dilakukan siklus berikutnya atau dengan kata lain
refleksi merupakan upaya untuk mengkaji suatu tindakan yang sudah
dilakukan

C. Teknik Analisa Data

Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah :

a. Kegiatan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung yang


semua diperoleh dari observasi yakni meliputi aspek afektif dan
psikomotorik.
b. Hasil dan tugas kelompok siswa aspek kognitif
Untuk mengukur ketentuan hasil belajar dalam hal ini adalah aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik menggunakan standar ketentuan
yaitu ketentuan belajar individu dinyatakan tuntas apabila tugas
persentasi ketentuan minimal mencapai 70 %, sedangkan tingkat
klasikal 85 % (depdikbud ; 1994).
Rumus presentasi ketentuan hasil belajar yaitu :
a. Ketentuan secara individu : Jumlah skor yang diperoleh x 100
Jumlah skor maksimal

b. Rumus presentasi ketuntasan : Jumlah siswa yang tuntas x 100


Jumlah seluruh siswa

Data yang dipresentasikan kemudian ditaksirkan menggunakan kalimat


yang bersifat kualitatif mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian
dari masing-masing data yang diperoleh.

15
Adapun pencapaiannya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Predikat Hasil Pembelajaran

Batas kategori Predikat

100 % Baik Sekali


Antara 80% sampai dengan 90% Baik
Antara 60% sampai dengan 70% Cukup baik
Antara 0% sampai dengan 0% Kurang

(Sukardi dalam nisa’ 2004:25 )

Menurut  Hidayat R (2005 : 23) ada beberapa ciri motivasi belajar, antara lain :
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama,
tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), memerlukan dorongan
dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan
prestasi yang tekah dicapainya).
3. Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah untuk orang dewasa
(misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan,
pemberantasan korupsi, penentangan terhadap tindak kriminal amoral, dan
sebagainya).
4. Lebih senang bekerja mandiri.
5. Cepat bosan dengan tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-
ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (jika yakin akan sesuatu).
7. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Dalam perbaikan pembelajaran in, siswa selalu diberi tugas dan evaluasi
pada tahap siklus I dan tahap siklus II
Adapun data dalam proses perbaikan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Nilai Sebelum Perbaiakan Mata Pelajaran IPA ( Pra Siklus )

No Nama Siswa Skor Tuntas Tidak Tuntas Ket

1 M. Abdul Salam 20 √
2 Siti Nur Aini 50 √
3 M. Zainul 70 √
4 Silvia Lestari 50 √
5 M. Mahdi 20 √
6 Holipah 30 √
7 M. Andre K. 40 √
8 Sulastri 60 √
9 Sulviah 40 √
10 M. Hasan 100 √
11 Doni Kurniawan 80 √
12 Bahrul Ulum 20 √
13 M. Husen 100 √
14 Atika 70 √
Jumlah Skor 750
Skor Maksimal 1400
% Skor Pencapaian 53
Keterangan :
Jumlah Siswa Tuntas : 5 anak
Jumlah Siswa Tidak Tuntas : 9 anak
Klasikal : Belum tuntas

17
4.1 Grafik Nilai Sebelum Perbaiakan Mata Pelajaran IPA ( Pra Siklus )
120

100

80

60

40
Skor
20

0
i l ri i h . ri h n n n a
a lam Ain ainu sta ahd lipa re K last lvia asa awa Ulum use Atik
l S r
u . Z Le M o d u Su . H ni l H
. H An S M Kur hru M
.
b du iti N M ilvia M . a
.A S S M ni B
M Do

Tabel 4.2 Daftar Skala Nilai IPA Kelas V (Pra Siklus )

No Skala Nilai Kriteria Jumlah Siswa Jumlah (%)

1 100 Baik Sekali 2 14,2

2 80 – 90 Baik 1 7,1

3 60 – 70 Cukup 3 21,4

4 0 – 50 Kurang 8 57,1

Jumlah 14

18
4.2 Grafik Skala Nilai IPA Kelas V (Pra Siklus )

Jumlah Siswa Jumlah (%)


57.1

21.4
14.2
7.1 8
2 3
1
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
100 80 – 90 60 – 70 0 – 50

19
Tabel 4.3 Nila Evaluasi Setelah Perbaikan Siklus I

No Nama Siswa Skor Tuntas Tidak Tuntas Ket

1 M. Abdul Salam 40 √
2 Siti Nur Aini 70 √
3 M. Zainul 80 √
4 Silvia Lestari 70 √
5 M. Mahdi 50 √
6 Holipah 60 √
7 M. Andre K. 70 √
8 Sulastri 70 √
9 Sulviah 60 √
10 M. Hasan 90 √
11 Doni Kurniawan 100 √
12 Bahrul Ulum 40 √
13 M. Husen 100 √
14 Atika 90 √
Jumlah Skor 990
Skor Maksimal 1400
% Skor Pencapaian 70,7
Keterangan :
Jumlah Siswa Tuntas : 9 anak
Jumlah Siswa Tidak Tuntas : 5 anak
Klasikal : Belum tuntas

20
4.3 Grafik Nila Evaluasi Setelah Perbaikan Siklus I

120

100

80

60

40
Skor
20

0
m ini ul ari di ah K. tri ah an an m en ka
Sala r A Zain Lest Mah olip dre ulas ulvi Has iaw l Ulu Hus Ati
l u . . H An S S . n .
b du iti N M ilvia M . M Kur hru M
S M a
.A S ni B
M Do

Tabel 4.4 Daftar Skala Nilai IPA Kelas V Siklus I

No Skala Nilai Kriteria Jumlah Siswa Jumlah (%)

1 100 Baik Sekali 2 14,2

80 – 90 Baik 3 7,1

60 – 70 Cukup 6 21,4

0 – 50 Kurang 3 57,1

Jumlah 14

Kesimpulan :
Siswa yang mendapat nilai kurang turun dari 8 anak ke 3 anak
Siswa yang mendapat nilai cukup naik dari 3 anak ke 6 anak
Siswa yang mendapat nilai baik naik dari 1 anak ke 3 anak
Siswa yang mendapat nilai baik sekali tetap yaitu 2 anak

4.4 Grafik Skala Nilai IPA Kelas V Siklus I

21
60

50

40

30

20

10

0
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
100 80 – 90 60 – 70 0 – 50

Jumlah Siswa Jumlah (%)

Tabel 4.5 Daftar Skala Nilai IPA Kelas V Siklus II

22
No Nama Siswa Skor Tuntas Tidak Tuntas Ket

1 M. Abdul Salam 50 √

2 Siti Nur Aini 80 √

3 M. Zainul 90 √

4 Silvia Lestari 80 √

5 M. Mahdi 70 √

6 Holipah 80 √

7 M. Andre K. 80 √

8 Sulastri 100 √

9 Sulviah 70 √

10 M. Hasan 100 √

11 Doni Kurniawan 100 √

12 Bahrul Ulum 50 √

13 M. Husen 100 √

14 Atika 100 √

Jumlah Skor 990

Skor Maksimal 1400

% Skor Pencapaian 70,7


Keterangan :
Jumlah Siswa Tuntas : 12 anak
Jumlah Siswa Tidak Tuntas : 2 anak
Klasikal : Tuntas

4.5 Grafik Skala Nilai IPA Kelas V Siklus II

23
120

100

80

60

40
Skor
20

0
i l ri i h . ri h n n n a
a lam Ain ainu sta ahd lipa re K last lvia asa awa Ulum use Atik
l S r
u . Z Le M o d u Su . H ni l H
. H An S M Kur hru M
.
b du iti N M ilvia M . a
.A S S M ni B
M Do

Tabel 4.6 Daftar Skala Nilai IPA Kelas V Siklus II

No Skala Nilai Kriteria Jumlah Siswa Jumlah (%)

1 100 Baik Sekali 5 35,7

80 – 90 Baik 5 35,7

60 – 70 Cukup 2 14,2

0 – 50 Kurang 2 14,2

Jumlah 14

Kesimpulan :
Siswa yang mendapat nilai kurang turun dari 8 anak ke 3 anak dan ke 2 anak
Siswa yang mendapat nilai cukup naik dari 3 anak ke 6 anak ke 2 anak
Siswa yang mendapat nilai baik naik dari 1 anak ke 3 anak dan ke 5 anak
Siswa yang mendapat nilai baik sekali tetap yaitu 2 anak ke 2 anak dan ke 5 anak

4.6 Grafik Skala Nilai IPA Kelas V Siklus II

24
45
40
35

30
25
20

15
10

5
0
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
100 80 – 90 60 – 70 0 – 50

Tabel 4.7 Nilai Evaluasi Siswa Setelah Perbaikan Siklus II

25
No Nama Siswa Nilai Pra Siklus Nilai Siklus I Nilai Siklus II

1 M. Abdul Salam 20 40 50

2 Siti Nur Aini 50 70 80

3 M. Zainul 70 80 90

4 Silvia Lestari 50 70 80

5 M. Mahdi 20 50 70

6 Holipah 30 60 80

7 M. Andre K. 40 70 80

8 Sulastri 60 70 100

9 Sulviah 40 60 70

10 M. Hasan 100 90 100

11 Doni Kurniawan 80 100 100

12 Bahrul Ulum 20 40 50

13 M. Husen 100 100 100

14 Atika 70 90 100

Jumlah Skor 750 990 1150

4.7 Grafik Nilai Evaluasi Siswa Setelah Perbaikan Siklus II

26
100
90
80
70
60
50
Nilai Pra Siklus
40
Nilai Siklus I
30 Nilai Siklus II
20
10
0
i l ri i h . ri h n n n a
a lam Ain ainu sta ahd lipa re K last lvia asa awa Ulum use Atik
lS u .Zr e
L . M Ho nd Su Su . H rni ul .H
b du iti N M ilvia M .A M Ku hr
a M
.A S S M ni B
M Do

Tabel 4.8 Rekapiulasi Hasil Tes Siswa Pada Mapel IPA

No Uraian Hasil Pra Siklus Hasil Siklus I Hasil Siklus II

1 Nilai rata-rata hasil formatif 53 70,7 82,1

2 Jumlah siswa tuntas 5 9 12

Prosentase ketuntasan
3 35,7 64,2 83,7
belajar

4.8 Grafik Rekapiulasi Hasil Tes Siswa Pada Mapel IPA

27
90 83.7
82.1
80
70.7
70 64.2
60 53
50
40 35.7
30
20
12
9
10 5
0
Hasil Pra Siklus Hasil Siklus I Hasil Siklus II

Nilai rata-rata hasil formatif Jumlah siswa tuntas


Prosentase ketuntasan belajar

Dari hasil diskusi dan pengamatan, siswa mengalami kemajuan yang bisa dilihat
dari nilai yang diperoleh yang terus mengalami perbaikan.

Tabel 4.9 Daftar Skala Nilai IPA Kelas V Siklus II

Siklus I Rata-
No Skala Nilai Kriteria Pra Siklus (%) Siklus II (%)
(%) rata

1 100 Baik Sekali 14,2 14,2 35,7 21,3

2 80 – 90 Baik 7,1 21,4 35,7 21,4

3 60 – 70 Cukup 21,4 42,8 14,2 26,1

4 0 – 50 Kurang 37,1 21,4 14,2 20,3

Dari tabel diatas nilai siswa mengalami peningkatan.


 Kriteria nilai baik sekali Pra Siklus 14,2%, Siklus I 14,2%, Siklus II 35,7 %
 Kriteria nilai baik Pra Siklus 7,1%, Siklus I 21,4%, Siklus II 35,7%
 Kriteria nilai cukup Pra Siklus 21,4%, Siklus I 42,8%, Siklus II 14,2%
 Kriteria nilai kurang Pra Siklus 57,1%, Siklus I 21,4% Siklus II 14,2%
Berdasarkan tes yang diberikan kepada siswa baik Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus
II siswa mengalami kemajuan.

28
 Nilai rata-rata hasil formatif Pra Siklus 35%, Siklus I 70,7%, dan Siklus II
82,1%.
 Jumlah siswa tuntas pada Pra Siklus 5, Siklus I 9 dan Siklus II 12
 Prosentase keberhasilan belajar Pra Siklus 35,7%, Siklus I 64,2% dan Siklus
II 85,7%.

4.9 Grafik Skala Nilai IPA Kelas V Siklus II

100 Baik Sekali 80 – 90 Baik 60 – 70 Cukup 0 – 50 Kurang


42.8

37.1
35.735.7

26.1
21.4 21.4 21.4 21.321.4 20.3

14.2 14.2 14.214.2

7.1

Pra Siklus (%) Siklus I (%) Siklus II (%) Rata-rata

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

29
Dari data diatas berdasarkan teman diskusi sejawat, peningkatan hasil belajar
siswa karena guru menggunakan metode, media yang sesuai dalam
pembelajaran, yaitu siswa dibangkitkan perhatiannya menggunakan media
umpan balik, diberi kesempatan untuk unjuk kerja dan mengadakan penilaian.
Dengan demikian siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran
sehingga nilai baik akan meningkat

BAB V

30
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Dari hasil perbaikan yang telah dilaksanakan 2 siklus dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan media gambar dan benda kongkrit siswa lebih
paham dan menguasai materi
2. Dengan memberikan bimbingan proses akan berjalan dengan lancar.
3. Dengan menggunakan metode yang sesuai dan menarik serta
bervariasi siswa akan lebih aktif dalam belajar.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Berdasarkan kesimpulan diatas, maka ada beberapa hal untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yaitu :
1. Guru harus menggunakan media atau alat peraga yang sesuai dan
menarik.
2. Selalu memberi bimbingan sehingga PBM lancar.
3. Metode yang digunakan sesuai.
4. Perlu adanya Kelompok Kerja Guru ( KKG ) untuk bertukar pikiran.

DAFTAR PUSTAKA

31
Udin S. Winata Putra, 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta; Universitas
Terbuka.

Dinas Pendidikan Nasional, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).


Sekolah Dasar. Probolinggo, Depdiknas.

Khamin dkk. 2007; Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas V. Semarang,
Aneka Ilmu.

Djamrah, Saiful Bahri dan Aswan Zan. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta.
PT. Rineka Cipta.

Akbar. Sa’dun. 2008. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas, makalah


dipresentasikan pada seminar regional, 14 Maret 2009 di Dinas Pendidikan Kota
Probolinggo.

32

Anda mungkin juga menyukai