PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat mengerjakan tugas pelatihan/ pembelajaran IPA materi
organ pencernaan manusia. Siswa kelas V SDN Satreyan III Kecamatan
Maron Kabupaten Probolinggo kelihatan bingung, kurang senang dan
hasilnyapun tidak sesuai dengan keinginan guru, karena mereka tidak bisa
menjawab dan mengerjakan soal. Hanya 2 siswa saja yang jawabannya
betul dan itupun karena ia mencari jawaban dibuku paket. Sedangkan
siswa yang lain hanya bermalas malasan.
Setelah direnungkan ternyata ketidak berhasilan siswa dalam
mengerjakan tugas dikarenakan oleh beberapa hal diantaranya adalah guru
tidak mengadakan tanya jawab, guru hanya menjelaskan tanpa
menggunakan alat peraga, guru tidak menanyakan apakah siswa sudah
mengerti atau belum dalam penjelasannya. Guru langsung memberi tugas
untuk dikerjakan sehingga siswa tidak bisa mengerjakan dan menjawab
soal latihan dan guru tidak memberi bimbingan atau pengarahan.
Untuk memperbaiki ketidak berhasilan pembelajaran tersebut guru
perlu mengadakan perbaikan dalam pembelajaran berikutnya yaiti dengan
cara menggunakan media gambar organ pencernaan manusia torso dan
penggunaan metode yang tepat dengan harapan mampu meningkatkan
pemahaman tentang system pencernaan manusia.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan
membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang
melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk
menemukan konsep Ilmu Pengetahuan Alam. Tugas penting guru adalah
merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001: 3).
1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah
a. Bagaimana mengunakan media gambar torso untuk meningkatkan
pemahaman siswa kelas V SD tentang system pencernaan
manusia?
Pemecahan Masalah
a. Guru dapat menggunakan media gambar torso dalam
pembelajaran.
b. Guru dapat menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa
fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu
rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Dan IPA juga memberikan
pemahaman kepada kita bagaimana caranya agar kita dapat hidup dengan
cara menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut
Peristiwa pembelajaran diasumsikan sebagai cara yang perlu
diciptakan oleh guru dengan tujuan untuk mendukung proses belajar
mengajar (internal) di dalam diri siswa. Guru akan merasakan puas apabila
dalam pembelajaran siswa aktif dan setelah pembelajaran berakhir siswa
mengerti dan memahami serta mendapat nilai yang maksimal. Untuk
mewujudkan hal ini guru harus menciptakan cara/ metode yang efektif dan
sesuai.
Menurut Gagne ada sembilan cara yang perlu diciptakan guru
dengan tujuan mendukung proses belajar mengajar diantaranya :
1. Membangkitkan perhatian, hal ini dilakukan agar siswa mengikuti
kegiatan dari awal sampai akhir pelajaran perhatian siswa dapat
ditingkatkan dengan memberikan berbagai rangsangan sesuai dengan
kondisi yang ada, misal dengansuara, menggunakan berbagai media
belajar yang menarikperhatian dan menunjukkan/ menyebutkan contoh
yang ada di dalamatau diluar kelas.
2. Memberitahukan tujuan pembelajaranpada siswa. Hal ini dilakukan agar
siswa dapat mempunyai pengharapan dan tujuan selama belajar, siswa
dapat menjawab sendiri pertanyaan apakah ia telah belajar ? apakah materi
yang dipelari sudah dikuasai ? jawaban atas pertanyaan diatas dapat
membangkitkan harapan dalam diri siswa tentang kemampuan dan upaya
yang harus dilakukan agar tujuan tercapai.
3. Merangsang ingatan pada materi prasarat. Guru perlu mengigatkan siswa
pada materi apa saja yang telah dikuasai sehubungan dengan materi yang
akan diajarkan sehingga siswa siat untuk membuat hubungan antara
pengetahuan yang lama dengan pengetahuan yang akan dipelajari.
4
4. Menyajikan bahan perangsang yang berupa pokok-pokok materi yang
penting yang bersifat kunci untuk menentukan bahan dan kegitan yang
akan disajikan sehingga proses pembelaaran berjalan lancar.
5. Memberikan bimbingan belajar untuk membantu siswa agar mudah
mencapai tujuan pembelajaran atau kemampuan-kemampuan yang
dicapainya pada akhir pembelajaran.
6. Menampilkan unjuk kerja, untuk mengetahui apakah siswa telah mencapai
kemampuan yang diharapkan. Siswa diminta untuk menampilkan
kemampuannya dalam bentuk tindakan yang bisa diamati oleh guru.
7. Memberikan umpan balik, untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Umpan
balik diberikan secara informasi dengan cara memberikan keterangan
tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai siswa.
8. Menilai unjuk kerja yang bertujuan untuk menilai apakah siswa sudah
mencapa tujuan atau belumdengan penilaian yang relevan.
9. Meingkatkan refrensi, guru perlu memberikan latihan dalam berbagai
situasi agar siswa dapat mengulangi dan menggunakan pengetahuan
barunya kapan saja diperlukan.
Yang terpenting dalam pembelajaran adalah menciptakan suatu kondisi
pembelajaran eksternal yang dirancang untukmendukung terjadinya proses
belajat yang bersifat internal.
5
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya
yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain
dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama
bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang
topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa
itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota
kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada
pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok
asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga
yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.
Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal
yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan
sebagai berikut (Arends, 1997) :
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
6
Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok
asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan
dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu
bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut
kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa
mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun
rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke
kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw
(gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi
pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya
terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan
terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal
yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke
kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari
dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada
pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
7
Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor kuis berikutnya.
Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian
materi pembelajaran.
Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi
baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut
serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
(akhmadsudrajat.wordpress.com/.../cooperative-learning-teknik-jigsaw,
diakses 22 April 2014 )
8
harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya hasilnya berhasil dengan baik.
Sedang pengertian hasil juga ada yang mengatakan hasil adalah kemampuan.
Kemampuan di sini berarti yan dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu
E. Pengertian Belajar
9
Torso dalam http://gooogle/onlinedictionary.com diartikan sebagai
berikut: “The human body, as distinguished from the head and limbs; in
sculpture, the trunk of a statue, mutilated of head and limbs; as, the Torso of
Hercules [1913 Webster]”. Dapat diterjemahkan secara bebas sebagai
berikut : struktur atau komponen tubuh manusia yang membedakan kepala
dan anggota tubuh lainnya dalam sebuah patung; kepala dan bagian-bagian
anggota tubuh”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Poerwadarminta, 1987: 237) Torso diartikan sebagai “patung; model tubuh
manusia; batang tubuh manusia tanpa lengan dan kaki; digunakan sebagai alat
peraga dalam proses belajar; model tubuh manusia untuk tujuan belajar
bidang kesehatan, atau satuan tingkat pendidikan lainnya”.
Torso oleh Sudjana dan Rivai (2007: 163) diartikan pula sebagai :
Model susun (build-up model) yaitu model susunan dari beberapa objek yang
lengkap, atau sedikitnya suatu bagian yang penting dari objek itu. Lebih
lanjut diungkapkan bahwa model susun dari tubuh manusia (torso) memberi
pengamatan terbaik kepada para murid mengenai letak serta ukuran dari
organ tubuh yang sebenarnya. Torso membantu siswa dalam dua hal, yaitu :
Pertama; guru menggunakannya untuk menunjukkan posisi setiap organ
tubuh, pada waktu mengajar. Kedua; untuk mengerjakan hal tersebut mereka
menebarkan masing-masing bagian torso di atas meja, dan setiap murid
bergantian menyebutkan suatu organ, dan meletakkannya kembali pada posisi
yang sebenarnya pada torso itu. Kemudian murid menjelaskannya secara
singkat fungsi organ-organ tersebut. Kawan-kawan mereka mengawasi
membetulkan beberapa kesalahan yang dibuat, atau menambahkan
keterangan penting lainnya.
10
Menurut Priyatno (2007: 1) torso sebagai media yang digunakan
dalam proses belajar di kelas memiliki beberapa keunggulan antara lain:
1) dapat dipergunakan di hampir semua satuan tingkat pendidikan, 2) mampu
menampilkan contoh organ tubuh seperti aslinya, 3) praktis dalam
penggunaannya, 4) tidak memerlukan atau bergantung pada listrik, dan 5)
tidak memerlukan tempat tempat yang luas dalam penggunaannya.
Sedangkan kekurangannya antara lain : 1) biaya pengadaan media torso
cukup mahal, 2) hanya mampu menampilkan visual dua dimensi saja, 3)
pengajar harus melepaskan satu-persatu komponen torso dalam
pemeragaannya di depan kelas, kemudia dipasang kembali, dan 4)
memerlukan waktu yangn cukup banyak dan panjang dalam menjelaskan
masing-masing komponen torso.
(http://www.dedenbinlaode.web.id/2010/01/torso.html, diakses 22 April
2014)
G. Kerangka Berfikir
11
H. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang penulis kemukakan di atas
maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:
12
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
13
B. Prosedur Perbaikan Pembelajaran
1. Desain Perbaikan Pembelajaran
Alur pelaksanaan Perbaikan digambarkan dalam bentuk spiral
tindakan sebagai berikut :
Siklus I Siklus II
Gambar 3.1
Siklus Penelitian Perbaikan
14
perlu tidaknya dilakukan siklus berikutnya atau dengan kata lain
refleksi merupakan upaya untuk mengkaji suatu tindakan yang sudah
dilakukan
15
Adapun pencapaiannya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Predikat Hasil Pembelajaran
Menurut Hidayat R (2005 : 23) ada beberapa ciri motivasi belajar, antara lain :
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama,
tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), memerlukan dorongan
dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan
prestasi yang tekah dicapainya).
3. Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah untuk orang dewasa
(misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan,
pemberantasan korupsi, penentangan terhadap tindak kriminal amoral, dan
sebagainya).
4. Lebih senang bekerja mandiri.
5. Cepat bosan dengan tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-
ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (jika yakin akan sesuatu).
7. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Nilai Sebelum Perbaiakan Mata Pelajaran IPA ( Pra Siklus )
1 M. Abdul Salam 20 √
2 Siti Nur Aini 50 √
3 M. Zainul 70 √
4 Silvia Lestari 50 √
5 M. Mahdi 20 √
6 Holipah 30 √
7 M. Andre K. 40 √
8 Sulastri 60 √
9 Sulviah 40 √
10 M. Hasan 100 √
11 Doni Kurniawan 80 √
12 Bahrul Ulum 20 √
13 M. Husen 100 √
14 Atika 70 √
Jumlah Skor 750
Skor Maksimal 1400
% Skor Pencapaian 53
Keterangan :
Jumlah Siswa Tuntas : 5 anak
Jumlah Siswa Tidak Tuntas : 9 anak
Klasikal : Belum tuntas
17
4.1 Grafik Nilai Sebelum Perbaiakan Mata Pelajaran IPA ( Pra Siklus )
120
100
80
60
40
Skor
20
0
i l ri i h . ri h n n n a
a lam Ain ainu sta ahd lipa re K last lvia asa awa Ulum use Atik
l S r
u . Z Le M o d u Su . H ni l H
. H An S M Kur hru M
.
b du iti N M ilvia M . a
.A S S M ni B
M Do
2 80 – 90 Baik 1 7,1
3 60 – 70 Cukup 3 21,4
4 0 – 50 Kurang 8 57,1
Jumlah 14
18
4.2 Grafik Skala Nilai IPA Kelas V (Pra Siklus )
21.4
14.2
7.1 8
2 3
1
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
100 80 – 90 60 – 70 0 – 50
19
Tabel 4.3 Nila Evaluasi Setelah Perbaikan Siklus I
1 M. Abdul Salam 40 √
2 Siti Nur Aini 70 √
3 M. Zainul 80 √
4 Silvia Lestari 70 √
5 M. Mahdi 50 √
6 Holipah 60 √
7 M. Andre K. 70 √
8 Sulastri 70 √
9 Sulviah 60 √
10 M. Hasan 90 √
11 Doni Kurniawan 100 √
12 Bahrul Ulum 40 √
13 M. Husen 100 √
14 Atika 90 √
Jumlah Skor 990
Skor Maksimal 1400
% Skor Pencapaian 70,7
Keterangan :
Jumlah Siswa Tuntas : 9 anak
Jumlah Siswa Tidak Tuntas : 5 anak
Klasikal : Belum tuntas
20
4.3 Grafik Nila Evaluasi Setelah Perbaikan Siklus I
120
100
80
60
40
Skor
20
0
m ini ul ari di ah K. tri ah an an m en ka
Sala r A Zain Lest Mah olip dre ulas ulvi Has iaw l Ulu Hus Ati
l u . . H An S S . n .
b du iti N M ilvia M . M Kur hru M
S M a
.A S ni B
M Do
80 – 90 Baik 3 7,1
60 – 70 Cukup 6 21,4
0 – 50 Kurang 3 57,1
Jumlah 14
Kesimpulan :
Siswa yang mendapat nilai kurang turun dari 8 anak ke 3 anak
Siswa yang mendapat nilai cukup naik dari 3 anak ke 6 anak
Siswa yang mendapat nilai baik naik dari 1 anak ke 3 anak
Siswa yang mendapat nilai baik sekali tetap yaitu 2 anak
21
60
50
40
30
20
10
0
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
100 80 – 90 60 – 70 0 – 50
22
No Nama Siswa Skor Tuntas Tidak Tuntas Ket
1 M. Abdul Salam 50 √
3 M. Zainul 90 √
4 Silvia Lestari 80 √
5 M. Mahdi 70 √
6 Holipah 80 √
7 M. Andre K. 80 √
8 Sulastri 100 √
9 Sulviah 70 √
10 M. Hasan 100 √
12 Bahrul Ulum 50 √
13 M. Husen 100 √
14 Atika 100 √
23
120
100
80
60
40
Skor
20
0
i l ri i h . ri h n n n a
a lam Ain ainu sta ahd lipa re K last lvia asa awa Ulum use Atik
l S r
u . Z Le M o d u Su . H ni l H
. H An S M Kur hru M
.
b du iti N M ilvia M . a
.A S S M ni B
M Do
80 – 90 Baik 5 35,7
60 – 70 Cukup 2 14,2
0 – 50 Kurang 2 14,2
Jumlah 14
Kesimpulan :
Siswa yang mendapat nilai kurang turun dari 8 anak ke 3 anak dan ke 2 anak
Siswa yang mendapat nilai cukup naik dari 3 anak ke 6 anak ke 2 anak
Siswa yang mendapat nilai baik naik dari 1 anak ke 3 anak dan ke 5 anak
Siswa yang mendapat nilai baik sekali tetap yaitu 2 anak ke 2 anak dan ke 5 anak
24
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
100 80 – 90 60 – 70 0 – 50
25
No Nama Siswa Nilai Pra Siklus Nilai Siklus I Nilai Siklus II
1 M. Abdul Salam 20 40 50
3 M. Zainul 70 80 90
4 Silvia Lestari 50 70 80
5 M. Mahdi 20 50 70
6 Holipah 30 60 80
7 M. Andre K. 40 70 80
8 Sulastri 60 70 100
9 Sulviah 40 60 70
12 Bahrul Ulum 20 40 50
14 Atika 70 90 100
26
100
90
80
70
60
50
Nilai Pra Siklus
40
Nilai Siklus I
30 Nilai Siklus II
20
10
0
i l ri i h . ri h n n n a
a lam Ain ainu sta ahd lipa re K last lvia asa awa Ulum use Atik
lS u .Zr e
L . M Ho nd Su Su . H rni ul .H
b du iti N M ilvia M .A M Ku hr
a M
.A S S M ni B
M Do
Prosentase ketuntasan
3 35,7 64,2 83,7
belajar
27
90 83.7
82.1
80
70.7
70 64.2
60 53
50
40 35.7
30
20
12
9
10 5
0
Hasil Pra Siklus Hasil Siklus I Hasil Siklus II
Dari hasil diskusi dan pengamatan, siswa mengalami kemajuan yang bisa dilihat
dari nilai yang diperoleh yang terus mengalami perbaikan.
Siklus I Rata-
No Skala Nilai Kriteria Pra Siklus (%) Siklus II (%)
(%) rata
28
Nilai rata-rata hasil formatif Pra Siklus 35%, Siklus I 70,7%, dan Siklus II
82,1%.
Jumlah siswa tuntas pada Pra Siklus 5, Siklus I 9 dan Siklus II 12
Prosentase keberhasilan belajar Pra Siklus 35,7%, Siklus I 64,2% dan Siklus
II 85,7%.
37.1
35.735.7
26.1
21.4 21.4 21.4 21.321.4 20.3
7.1
29
Dari data diatas berdasarkan teman diskusi sejawat, peningkatan hasil belajar
siswa karena guru menggunakan metode, media yang sesuai dalam
pembelajaran, yaitu siswa dibangkitkan perhatiannya menggunakan media
umpan balik, diberi kesempatan untuk unjuk kerja dan mengadakan penilaian.
Dengan demikian siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran
sehingga nilai baik akan meningkat
BAB V
30
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Dari hasil perbaikan yang telah dilaksanakan 2 siklus dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan media gambar dan benda kongkrit siswa lebih
paham dan menguasai materi
2. Dengan memberikan bimbingan proses akan berjalan dengan lancar.
3. Dengan menggunakan metode yang sesuai dan menarik serta
bervariasi siswa akan lebih aktif dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
31
Udin S. Winata Putra, 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta; Universitas
Terbuka.
Khamin dkk. 2007; Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas V. Semarang,
Aneka Ilmu.
Djamrah, Saiful Bahri dan Aswan Zan. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta.
PT. Rineka Cipta.
32