Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK IPA

TEORI AUSUBEL

Disusun oleh Kelompok 4 :

1. Muhammad Rijal Rais (A510190098) 8. Nuriyah Lutfi Darojati (A510200135)


2. Nuriyah Arina Fitri (A510200126) 9. Lulu Hanifah Muthmainah (A510200136)
3. Putri Pramesti Hening (A510200127) 10. Fatimah Al Adawiyah (A510200137)
4. Dian Alfiani Putri S. (A510200129) 11. Haniffatun Nisa (A510200140)
5. Azizah Azzahra (A510200130) 12. Nadia Putri Rahmawati (A510200141)
6. Nabila Aulia Putri (A510200132) 13. Tamimatun Nadliroh (A510200143)
7. Erika Prihastanti (A510200133) 14. Refiana Hidayah (A510200144)

Dosen Pengampu :

Dr. Anatri Destya, ST., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020/2021
1. Informasi tentang Teori Belajar Ausubel
A. Pengertian Teori Belajar Menurut Ausubel
Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori belajarnya adalah belajar
bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru
pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognititf seseorang. Peristiwa psikologi
belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru ke dalam pengetahuan yang telah ada
dalam struktur kognitif seseorang. Jadi dalam belajar bermakna, informasi baru diasimilasikan
pada subsumber-subsumber relevan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Sebagai
hasil belajar menyebabkan pertumbuhan dan modifikasi subsumber-subsumber yang telah ada.
Berkembang atau tidaknya subsumber sangat tergantung pada pengalaman seseorang.
Menurut Ausubel, Novak, dan Hanesian (1978), terdapat dua jenis belajar, yaitu belajar
bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning). Menurut teori ini,
seorang peserta didik belajar dengan cara mengaitkan dengan pengertian yang sudah dimiliki
oleh peserta didik. Jika pengertian yang dimiliki peserta didik berbeda dengan konsep yang
diberikan di kelas maka informasi baru harus dipelajari melalui belajar menghafal. Dalam proses
ini, informasi baru tidak diasosiasikan dengan konsep yang telah ada di struktur kognitif. Belajar
menghafal ini perlu jika seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang
sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang telah diketahui (Ausubel dkk., 1968 dan Novak,
1977).
Inti dari teori belajar Menurut Ausubel adalah belajar bermakna. Belajar bermakna
adalah suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat pada struktur kognitif seseorang.
Berdasarkan teori ini, dalam proses pembelajaran, IPA akan lebih bermakna jika peserta didik
membangun konsep yang ada dalam dirinya dengan melakukan proses asosiasi terhadap
pengalaman, fenomena-fenomena yang mereka jumpai, dan fakta-fakta baru ke dalam pengertian
yang telah dimiliki.
B. Penerapan Teori Ausubel dalam Pengajaran IPA
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui
oleh siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di daerah tertentu dalam otak. Banyak
sel otak yang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan tersebut. David P. Ausubel menyebutkan
bahwa pengajaran secara verbal adalah lebih efisien dari segi waktu yang diperlukan untuk
menyajikan pelajaran dan menyajikan bahwa pembelajar dapat mempelajari materi pelajaran
dalam jumlah yang lebih banyak.
Dalam penerapan di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-konsep atau tahapan-
tahapan dimana konsep-konsep yang bersifat umum berada di puncak hirarki dan semakin ke
bawah konsep-konsep atau tahapan-tahapan diurutkan lebih khusus. Hal tersebut didasarkan
pada prinsip-prinsip atau tahap-tahap yang dikemukakan oleh Ausubel yaitu :
a. Pengaturan Awal (advance organizer)
Pengaturan awal atau dapat disebut juga sebagai bahan pengait maka dapat mengaitkan
aatara konsep lama yang telah dimiliki siswa dengan konsep baru yang maknanya jauh lebih
tinggi. Pengaturan awal ini dapat kita lihat pada RPP pada kegaiatan awal bagian apersepsi,
dimana guru menghubungkan materi yang telah dimiliki siswa dengan materi pelajaran yang
baru. Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru mengajarkan tentang bagian-bagian
tumbuhan yang terdiri dari akar, daun, batang, bunga, buah, dan biji. Maka guru dapat bertanya
kepada siswa dengan beberapa pertanyaan, misalnya: apakah kalian tahu daun? Apa warna daun
itu? Daun pada tumbuhan berguna untuk apa?. Jadi pada pengaturan awal ini dapat mengaitkan
antara konsep lama siswa yang sudah tahu warna daun kemudian dihubungkan dengan konsep
baru yaitu kegunaan dari daun.
b. Diferensiasi Progresif
Diferensiasi progresif adalah suatu proses menguraikan masalah pokok menjadi bagian-
bagian yang lebih rinci dan khusus. Proses penyusunan pelajaran yang mengenalkan pada siswa
dari konsep yang umum atau inklusif kemudian menuju ke konsep yang khusus. Sehingga
pelajaran dimulai dari yang umum menuju ke yang khusus. Misalnya dalam pembelajaran IPA di
SD, guru memberikan materi mengenai jenis hewan berkaki empat, kemudian guru dapat
mengajukan pertanyaan yaitu hewan apa saja yang berkaki empat?, diantara hewan berkaki
empat, hewan apa sajakah yang pemakan rumput dan pemakan daging?. Dari pertanyaan guru
tersebut maka siswa dapat mengetahui bahwa hewan berkaki empat itu ada yang pemakan
rumput dan ada juga yang pemakan daging. Sehingga pelajaran dari umum-khusus.
c. Consolidasi (belajar subordinatif)
Dalam konsilidasi (consolidation) guru memberikan pemantapan atas materi pelajaran
yang telah diberikan untuk memudahkan siswa memahami dan mempelajari selanjutnya. Dalam
hal ini guru dapat memberikan pertanyaan kepada siswa, misalnya dalam materi tumbuhan. Guru
dapat menanyakan pada siswa tentang bagian-bagian dari tumbuhan serta fungsi dari bagian
tumbuhan tersebut. Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami
pertumbuhan ke arah diferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan
konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlangsung hingga
pada suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi pada konsep-konsep
yang lebih luas dan inklusif.
d. Rekonsiliasi Integratif
Menurut konsep rekonsiliasi integratif dalam mengajar, konsep-konsep perlu
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan
kata lain guru hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana konsep dan prinsip tersebut saling
berkaitan. Guru menjelaskan dan menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi
yang baru dengan materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan
demikian siswa akan mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan tersebut.
Contoh dalam pembelajaran, misal mempelajari materi tentang bagian tumbuhan yaitu daun.
Siswa pada kelas sebelumnya telah mempelajari tentang daun, tetapi hanya sebatas mengetahui
tentang apa itu fungsi daun. Dan pada kelas berikutnya siswa kembali mempelajari tentang daun,
akan tetapi dalam materi ini siswa akan lebih mendalami tidak hanya sebatas pada fungsi daun
saja melainkan macam-macam tulang daun.
C. Tipe Belajar Menurut Ausubel
Menurut Ausubel dan Robinson dalam Slameto (2010, 24) ada 4 macam tipe belajar :
- Belajar menerima bermakna (Meaningful Reception Learning)
Belajar menerima bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis
disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dikaitkan
dengan pengetahuan yang dia miliki.
- Belajar menerima yang tidak bermakna (Reception Learning)
Belajar menerima yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis
disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu
dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang dia miliki.
- Belajar penemuan bermakna (Meaningful Discovery Learning)
Belajar dengan penemuan bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya
dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau pelajar menemukan pengetahuannya dari apa
yang dia pelajari kemudian pengetahuan baru itu dia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah
ada.
- Belajar penemuan yang tidak bermakna (Discovery Learning)
Belajar dengan penemuan tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri
oleh pelajar tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
D. Prinsip yang Perlu Diperhatikan Untuk Menerapkan Teori Ausubel
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh
siswa dalam mengaitkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif dikemukakan 2
prinsip oleh Ausubel yaitu :
a. Prinsip Diferensiasi Progresif (progressive differentiation)
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep-konsep
yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.
b. Prinsip Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation)
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan dan
disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
E. Ciri-ciri Peta Konsep Ausubel
Ada empat ciri peta konsep Ausubel, yakni:
1. Pemetaan konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan
organisasi dalam suatu bidang studi. Ini berlaku bukan hanya untuk bidang studi Ipa.
2. Suatu peta konsep merupakan suaatu gambaran/diagram dua dimensi daari suaatu disiplin
atau suatu bagian dari suatu disiplin.
3. Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada puncak konsep,
makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus sampai pada pemberian contoh-
contoh.
4. Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi suatu hierarki yang
ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta konsep itu.
2. Implementasi Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD
a. Kelas 6 semester 2.
b. Materi Gaya, Gerak, dan Perpindahan Energi
c. Tujuan : memahami hubungan antara gaya dan gerak dan memahami perpindahan dan
perubahan energi listrik.
d. Langkah pembelajarannya menggunakan fase perencanaan dan fase pelaksanaan.
1. Fase perencanaan :
1.1 Menetapkan materi yakni gaya, gerak, dan perpindahan energi.
1.2 Merancang dan menyusun Lembar Kegiatan Siswa (Lembar kegiatan tak terstruktur).
1.3 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
1.4 Membentuk kelompok. Dimana tiap kelompok beranggotakan 5 siswa.
1.5 Memberikan tugas kepada perwakilan kelompok.
1.6 Menyediakan lembar observasi.
1.7 Mengecek kembali kesiapan bahan ajar, LKS, RPP, lembar observasi, dan tes akhir.
2. Fase pelaksanaan :
1.1 Guru mengingatkan siswa tentang perbedaan gaya, gerak, dan perpindahan energi.
1.2 Guru memberikan beberapa contoh dari gaya, gerak, dan perpindahan energi.
1.3 Dengan arahan guru, siswa diminta untuk dapat menyimpulkan hubungan antara gaya dan
gerak, dan pemahaman mengenai perpindahan dan perubahan energi melalui diskusi kerja
kelompok.
1.4 Setiap kelompok diarahkan untuk presentasi dan melakukan tanya jawab.
e. Kaitan langkah pembelajaran terhadap teori ausubel : langkah pembelajaran di atas kami
implementasikan pendapat dari Dadang Sulaiman yang menyarankan agar menerapkan teori
belajar Ausubel menggunakan dua fase yaitu fase perencanan dan fase pelaksanaan. Selain itu,
langkah pembelajaran yang dilakukan berkaitan dengan salah satu tipe belajar Ausubel yaitu
belajar dengan penemuan yang bermakna. Karena informasi yang dipelajari ditentukan secara
bebas oleh peserta didik. Kemudian peserta didik menghubungkan pengetahuan yang baru
dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Misalnya, peserta didik diminta menyimpulkan
hubungan antara gaya dengan gerak, dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki
seperti contoh-contohnya dan perbedaan-perbedaannya. Dengan itu, peserta didik dapat
menemukan sendiri hubungan antara gaya dengan gerak.

Anda mungkin juga menyukai