Anda di halaman 1dari 7

A.

PRINSIP APERSEPSI

Apersepsi (Apperception) adalah suatu penafsiran buah pikiran, yaitu menyatu padukan dan
mengasimilasi suatu pengamatan dan pengalaman yang telah dimiliki. Apersepsi sebagai salah
satu fenomena psikis yang dialami individu tatkala ada suatu kesan baru yang masuk dalam
kesadaran serta berasosiasi dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki dibarengi dengan
pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas. Kesan yang lama disebut sebagai bahan
apersepsi.

Apersepsi sering disebut batu loncatan, maksudnya, sebelum pengajaran dimulai untuk
menyajikan bahan pengajaran baru, guru diharapkan dapat menghubungkan lebih dahulu bahan
pelajaran (pengajaran) sebelumnya/kemarin yang menurut guru telah dikuasai peserta didik.
Apersepsi ini dapat disajikan melalui pertanyaan untuk mengetahui apakah peserta didik masih
ingat/lupa, sudah dikuasai/belum, hasilnya untuk menjadi titik tolak dalam memulai pengajaran
yang baru. Dalam hal ini guru dapat menempuh jalan pelajaran secara induktif.

1. Dari contoh-contoh menuju kaidah-kaidah.

2. Dari hal-hal yang mudah kepada yang sulit.

3. Dari hal-hal yang khusus kepada yang umum.

4. Dari-hal yang konkrit kepada hal-hal yang abstrak.

Apersepsi adalah mengkaitkan konsep (pengetahuan) yang baru dengan yang telah dikuasainya,
yaitu asas korelasi (menghubungkan objek belajar yang satu dengan yang lain agar mudah
dikuasai siswa secara mendalam, asas korelasi dapat bervariasi: korelasi tempat, korelasi waktu,
dan korelasi ide). Asas integrasi (setiap perolehan belajar terkait dalam pola berpikir serta
bertindak yang kompak dan utuh). Asas individualisasi (usahakan agar perkembangan siswa
optimal untuk dirinya selaras dengan potensionalitasnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud apersepsi adalah pengamatan secara
sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar
perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru. Banyak ahli yang berusaha
mendefinisikan arti apersepsi, namun untuk lebih mudah memahaminya, maka saya mengartikan
apersepsi sebagai suatu proses menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan yang
baru.

Menurut Nurhasnawati, apersepsi bertujuan untuk membentuk pemahaman. Seperti yang dikutip
di dalam bukunya yang berjudul Strategi Pengajaran Mikro yakni, jika guru akan mengajarkan
materi pelajaran yang baru perlu dihubungkan dengan hal-hal yang telah dikuasai siswa atau
mengaitkannya dengan pengalaman siswa terdahulu serta sesuai dengan kebutuhan untuk
mempermudah pemahaman.
Menurut Leibnitz, membedakan persepsi dan apersepsi. dengan persepsi yang dimaksud adanya
perangsang diterima seseorang, adanya pengamatan. apersepsi dimaksud bahwa ia tahu bahwa ia
melakukan pengamatan. Menurut Herbart, apersepsi adalah menerima tanggapan-tanggapan
baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada. Wundt, bahwa apersepsi bukan hanya asosiasi
belaka melainkan memasukan tanggapan-tanggapan baru dalam suatu hubungan kategorial atau
hubungan yang lebih umum. Menurut para ahli psikologi modern, apersepsi dimaksud
pengamatan dengan penuh perhatian sambil memahami serta mengolah tanggapan-tanggapan
baru itu dan memasukanya ke dalam hubungan yang kategorial.

Contoh usaha guru untuk membuat kaitan dengan aspek yang relevan

1. Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai sejauh mana materi yang sudah
dipelajari sebelumnya dapat dipahami oleh siswa dengan cara guru mengajukan pertanyaan pada
siswa, tetapi dapat pula merangkum materi pelajaran terdahulu.

2. Membandingkan pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal ini dilakukan apabila
materi baru itu erat kaitannya dengan materi yang akan dikuasai.

3. Guru menjelaskan konsep/pengertiannya. Hal ini perlu dilakukan karena materi yang akan
dipelajari sama sekali materi baru

Proses pembelajaran akan lebih kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan jika dimulai dengan
apersepsi. Apersepsi merupakan kumpulan hasil pengalaman belajar masa lalu peserta didik yang
dikaitkan dengan pengalaman baru dalam belajar yang akan ditempuh peserta didik.

Apersepsi itu dapat mengembangkitkan minat dan perhatian terhadap suatu pengajaran. Maka
pengajaran harus dibangun melalui pengetahuan, sikap, dan skill yang telah ada. Herbart (1814)
menyarankan 4 langkah pengajaran.

1. Kejelasan pengertian.

2. Asosiasi

3. Sistem : menghubungkan bahan baru dengan hal-hal lain.

4. Metode : tugas, tanya jawab, dan sebagainya.

Pengikut Herbart yakni Ziller merubahnya dan menggantikanya dengan 5 langkah berikut :
1. Analisis: apersepsi anak dibangkitkan dan ditujukan kepada bahan baru.

2. Sintesis: bendanya diperlihatkan dan dijelaskan untuk memperdalam pengertian.

3. Asosiasi: bahan baru dihubungkan dengan bahan yang bertalian itu.

4. Sistem:bahan baru dimaksukan ke dalam sistem pengetahuan.

5. metode:bahan baru dilatih dan digunakan.

Menurut Rein, pengikut dari Herbart juga mengemukakan :

1. Preparasi (persiapan): peserta didik dipersiapkan untuk menerima bahan baru dengan
membangkitkan bahan apersepsi.

2. Presentasi(penyajian): pada fase ini pengajar menyodorkan bahan pelajaran baru.

3. Asosiasi: bahan baru dianalisis dan dibandingkan dengan hal-hal lain ynag berhubungan
dengan bahan itu.

4. Generalisasi : pada fase ini diambil kesimpulan merupakan prinsip-prinsip dan pengertian-
pengertian.

5. Aplikasi(penggunaan): Peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan dan melatih


bahan yang dipelajari.

Menurut Morrison-plan

1. Eksplorasi. dengan tes atau diskusi diselidiki pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik
tentang suatu masalah.

2. Mengetahui, sampai manakah peserta didik mencapai tujuan pelajaran dan pendidikan.

3. Menunjukan kekurangan dan kelemahan peserta didik, sehingga mereka dapat diberi
bantuan yang khusus untuk mengatasi kekurangan tersebut.

4. Menunjukan kelemahan metode mengajar yang digunakan pengajar, kekurang murid sering
bersumber dari metode dan cara mengajar yang kurang baik.

5. Memberi petunjuk yang lebih jelas tentang tujuan pelaharan yang hendak dicapai.

6. Memberi dorongan kepada murid untuk belajar dengan giat.

B. TUJUAN DAN KEUNTUNGAN APERSEPSI

Lebih luas tujuan apersepsi antara lain:

1. Mencoba menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan


Perlu dipahami bahwa tidak semua siswa mengerti terhadap apa yang akan kita ajarkan. Tidak
semua juga yang menyadari bahwa pemahaman akan pelajaran lama bisa kembali bermanfaat di
pelajaran yang akan dipelajari. Pembelajaran terkadang merupakan suatu kesatuan yang
terangkai antara satu materi dengan materi lainnya dan dengan melakukan apersepsi maka akan
menyadarkan siswa bahwa materi yang akan dipelajari memiliki relevansi dengan materi yang
telah dipelajari.

2. Mencoba menyatukan dua dunia

Walaupun dapat dikatakan materi satu dengan yang lainnya memiiki perbedaan, namun ada
materi-materi tertentu yang memiliki relevansi dengan materi sebelumnya. Sehingga kiranya
sangat perlu bagi guru untuk menyatukan dan menghubungkan antara kedua materi tersebut.

3. Menciptakan atmosfir

Suasana harus tetap selalu dijaga dan dibentuk sedemikian rupa agar tetap terus terpelihara
suasana yang kondusif bagi bagi siswa untuk belajar. Selain itu apersepsi bukan hanya
membentuk armosfir fisik yang baik, namun juga dapat membentuk suasana psikologis yang
baik sehingga menimbulkan perasaan mampu untuk mempelajari materi baru.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa apersepsi memiliki kaitan yang erat di
dalam proses pembelajaran. Apersepsi harus dilakukan oleh guru ketika ingin mengajarkan
materi. Dengan adanya apersepsi maka dapat memberikan dasar awal siswa untuk mempelajari
materi yang baru, dengan demikian maka apersepsi dapat memberikan kemudahan siswa dalam
belajar. Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan
lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu
loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya
yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari pelajaran
yang lalu atau dari pengalaman.

Proses pembelajaran akan lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan jika para guru secara
cerdas dapat menggunakan persepsi (pengalaman atau bahan ajar baru dikaitkan dengan bahan
ajar yang lalu atau pengalaman lama yang telah dimiliki peserta didik). Apersepsi ini diharapkan
dapat memberikan nilai tambah bagi kesuksesan proses pembelajaran peserta didik. Pengalaman
merupakan guru yang terbaik (Experience is The Best Teacher). Hamalik (1980 :232)
menyatakan, pengalaman-pengalaman merupakan integrasi dari tiga unsure, yaitu:

1. Kesan-kesan terdahulu (Sensory element );

2. Bayangan atau tanggapan terdahulu yang telah berasosiasi (Image);

3. Senang dan tidak senang (affective);

Keseluruhan pengalaman ini disebut perception, yang terdiri atas :


1. Foreground, yaitu objek yang diperhatikan.

2. Background, yaitu bahan-bahan yang telah diamati terdahulu.

Jiwa manusia pada dasarnya merupakan kumpulan-kumpulan bahan-bahan apersepsi atau


pengalaman pengalaman masa lampau. Bahan bahan apersepsi ini tersimpan diruangan
bawah sadar yang sewaktu waktu muncul dalam kesadaran.

Ada beberapa yang perlu diperhatikan berkaitan dengan apersepsi, yaitu sebagai berikut :

a. Pengalaman baru akan mudah diterima jika dikaitkan dengan pengalaman lama yang telah
dimiliki peserta didik sehingga proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif.

b. Pengalaman lama yang sudah dikmiliki dapat mem,berikan warna terhadap pengalaman
baru sehingga suatu kesatuan yang integral dalam memodifikasi prilaku baru.

c. Apersepsi dapat menumbuhkembangkan (Interest) dan perhatian (attention) dalam belajar


sehingga keterbukaan untuk menerima pengalaman baru dalam belajar lebih siap dan
menyenangkan.

d. Apersepsi dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik sehingga


memberikan input untuk terjadinya mental Revolution dan motif untuk berprestasi.

C. MEMANCING APERSEPSI ANAK DIDIK

Anak didik adalah mahluk individual. Anak didik adalah orang yang mempunyai kepribadian
dengan cirri-ciri yang khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya. Perkembangan
dan pertumbuhan anak didik mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Perkembangan dan
pertumbuhan anak itu sendiri dipengaruhi oleh lingkungan dimana anak hidup berdampingan
dengan semua orang dalam lingkup kehidupan social di masyarakat.

Kehidupan social dimasyarakat tidak selalu sama, tetapi ada juga perbedaanya. Perbedaan itu
dapat dilihat dari aspek tingkat usia, pekerjaan, jabatan, tingkat kejayaan, pendidikan, sosiologis,
geografis, profesi, dan sebagainya. Dalam sertifikasi sosial yang demikian itulah anak didik
hidup dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sikap, prilaku dan pandangan hidup anak
dipengaruhi oleh lingkungan yang membentuknya. Pengetahuan yang anak miliki sesuai dengan
apa yang dia dapatkan dari lingkungan kehidupannya sebelum masuk sekolah. Anak didik yang
terbiasa hidup dikota tentu lebih maju dan lebih luas pengetahuannya dari pada anak yang tinggal
didesa. Karena perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih cepat
menyebar dimasyarakat perkotaan dari pada di masyarakat pedesaan. Kehidupan dialam
perkotaan dan dialam pedesaan yang diperbandingkan tersebut adalah dua sisi kehidupan yang
berainan yang dapat melahirkan karakteristik anak yang berbeda pula. Hal itu pula yang
menyebabkan perbedaan latar belakang kehidupan social anak.
Latar belakang social anak penting untuk diketahui oleh guru. Sebab dengan mengetahui
darimana anak berasal, dapat membantu guru untuk memahami jiwa anak.

Pengalaman apa yang telah dimiliki anak adalah hal yang sangat membantu untuk memancing
perhatian anak. Anak biasanya senang membicarakan hal-hal yang menjadi kesenangannya.

Dalam mengajar, pada saat yang tepat, guru dapat memanfaatkan hal-hal yang menjadi
kesenangan anak untuk diselipkan dalam melengkapi isi dari bahan pelajaran yang disampaikan.
Tentu saja pemanfaatannya tidak sembarangan, tetapi harus sesuai dengan pelajaran. Pendekatan
realisasi ini dirasakan keampuhannya untuk memudahkan pengertian dan pemahamn anak didik
terhadap bahan pelajaran yang disajikan. Anak mudah menyerap bahan yang bersentuhan dengan
apersepsinya. Bahan pelajaran yang belum pernah didapatkan dan masih asing baginya, mudah
diserap bila penjelasannya dikaitkan dengan apersepsi anak.

Pengalaman anak mengenai bahan pelajaran yang telah diberikan merupakan bahan apersepsi
yang dipunyai oleh anak. Pertama kali anak menerima bahan pelajartan dari guru dalam suatu
pertemuan, merupakan pengalaman pertama anak untuk menerima sesuatu yang baru, dan hal itu
tetap menjadi milik anak. Itulah pengetahuan yang telah dimiliki anak untuk satu pokok bahasan
dari suatu bidang studi disekolah. Pada pertemuan berikutnya, pengetahuan anak tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memancing perhatian anak terhadap bahan pelajaran yang akan diberikan,
sehingga anak terpancing untuk memperhatikan penjelasan guru. Dengan demikian, usaha guru
untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki anak didik dengan pengetahuan yang masih
relevan yang akan diberikan, merupakan teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik
dalam pengaran.

Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah kesan-kesan dari bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru.

Penjelasan demi penjelasan dapat anak didik cerna secara bertahap hingga jalan pelajaran
berahir. Dengan begitu, guru jangan khawatir bahwa anak didik tidak menguasai bahan pelajaran
yang diberikan. Tapi yakinlah bahwa anak didik dapat menguasai sebagaian atau seluruh bahan
pelajaran yang diberikan didalam suatu pertemuan. Akhirnya, pengetahuan guru mengenai
apersepsi dapat memancing aktifitas belajar anak didik secara optimal.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa apersepsi memiliki kaitan yang erat di
dalam proses pembelajaran. Apersepsi harus dilakukan oleh guru ketika ingin mengajarkan
materi. Dengan adanya apersepsi maka dapat memberikan dasar awal siswa untuk mempelajari
materi yang baru, dengan demikian maka apersepsi dapat memberikan kemudahan siswa dalam
belajar. Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan
lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu
loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya
yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari pelajaran
yang lalu atau dari pengalaman.
http://uswatunhasanahstain.blogspot.co.id/2012/07/prinsip-apersepsi.html

Anda mungkin juga menyukai