Anda di halaman 1dari 5

NAMA :SENTIANA YANA

NIM :20200216188

MATA KULIAH :DIDAKTIK METODIK

DOSEN PENGAMPU :Pdt. BECKY YESAYA, M.Pd

1. Prisnsip-prinsip atau asas-asas menngajar

1. Azas Peragaan
Peragaan meliputi semua pekerjaan panca indra yang bertujuan untuk memiliki
pengertian pemahaman suatu hal secara lebih tepat dengan menggunakan alat-alat indra.
Alat indra itu termasuk sebagai pintu gerbang pengetahuan. Untuk memiliki suatu kesan
yang terang dari peragaan, maka individu harus mengamati bendanya secara tidak
terbatas pada luarnya saja tetapi harus sampai pada intinya.
Menurut Prof. A. Ghazali, M.A. mengatakan agar peserta didik  mudahmengingat,
menceritakan dan melaksanakan sesuatu (pengajaran) yang pernah diamati (diterima atau
dialami) di dalam kelas, hal demikian perlu didukung dengan peragaan-peragaan (media
pengajaran) yang konkrit. Maka : 
Peserta didik harus diberi peragaan dan perbendaharaan tanggapan yang besar, serta harus
memberikan tanggapan yang sebanyak-banyaknya dengan pengajaran berupa alat atau berperaga.
-                   Kalau guru hendak mengajarkan sesuatu pada peserta didik haruslah hal itu dipertautkan
pada tanggapan-tanggapan yang telah ada pada mereka.
-                   Bila guru hendak mengajarkan kata-kata atau istilah baru, murid haruslah disuruh
melihatnya, mendengarkannya, mengucapkannya, atau menyuruh menulisnya
2.      Azas Minat dan Perhatian

Minat adalah kata kunci dari pengajaran. Kaidah ini lebih perlu diperhatikan
dibandingkan dengan kaidah lainnya. Kaidah ini terutama amat berpengaruh  pada pengajaran
tingkat rendah. Bila murid telah berminat terhadap kegiatan belajar mengajar maka hampir dapat
dipastikan proses belajar mengajar itu akan berjalan dengan baik dan hasil belajar akan optimal.
Atas dasar uraian diatas maka tahap-tahap awal suatu proses pengajaran hendaklah
dimulai dengan usaha membangkitkan minat tersebut. Minat harus dijaga selama proses
pengajaran berlangsung, karena mudah sekali berkurang atau hilang selama proses pengajaran
tersebut.[9] Dan setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri.[10] Minat yang
telah muncul, diikuti oleh tercurahnya perhatian pada kegiatan belajar-mengajar, dengan
sendirinya telah membawa murid ke suasana partisipasi aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.
3.      Azas Motivasi
Thomas M. Risk memberikan pengertian motivasi adalah usaha yang didasari oleh pihak
guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta didik/pelajar yang menunjang kegiatan ke
arah tujuan-tujuan belajar. Sedangkan Prof. S. Nasution mengemukakan bahwa motivasi
anak/peserta didik adalah  menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau
melakukan apa yang dapat dilakukannya. Menjadi jelaslah bahwa salah satu masalah yang
dihadapi guru untuk menyelenggarakan pengajaran adalah bagaimana memotivasi atau
menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik secara efektif. Keberhasilan suatu pengajaran
sangat dipengaruhi oleh adanya penyediaan motivasi/dorongan.
Beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi adalah melalui cara mengajar yang
bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru misalnya melalui
pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik, memberi kesempatan peserta didik untuk
menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan alat dan media bentuk yang menarik perhatian
peserta didik seperti gambar, foto, diagram dan sebagainya. Secara umum peserta didik akan
terangsang untuk belajar (terlibat aktif dalam pengajaran) apabila ia melihat bahwa situasi
pengajaran cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan kebutuhannya.
Upaya memberikan perhatian dan dorongan belajar kepada siswa dilakukan guru sebelum
mengajar dimulai, pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar terutama pada saat siswa
melakukan kegiatan belajar dan pada saat-saat kondisi belajar siswa mengalami kemunduran.
Motivasi belajar siswa dapat dilakukan melalui dua bentuk motivasi, yakni motivasi
ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang timbul untuk
mencapai tujuan yang datang dari luar dirinya. Misalnya, guru memberikan pujian atau hadiah
bagi siswa yang mencapai dan menunjukkan usaha yang baik, menciptakan suasana belajar yang
memberi kepuasan dan kesenangan siswa dan usaha lain yang dipandang pantas dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan belajar siswa. Motivasi intrinsik adalah dorongan agar siswa melakukan
kegiatan belajar dengan maksud mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan itu sendiri.
Motivasi ini berkenaan dengan kebutuhan belajar siswa sendiri. Siswa harus menyadari
pentingnya melakukan kegiatan belajar untuk kepuasan dan kebutuhan dirinya.
4.      Azas Apersepsi
Apersepsi berasal dari kata apperception (Inggris), yang berarti menafsirkan buah pikiran,
jadi menyatukan dan mengasimilasi suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki
dan dengan demikian memahami dan menafsirkannya.
Apersepsi sering disebut “batu loncatan”, maksudnya sebelum pengajaran dimulai untuk
menyajikan bahan pelajaran baru, guru diharapkan dapat menghubungkan lebih dahulu bahan
pelajaran (pengajaran) sebelumnya/kemarin yang menurut guru telah dikuasai oleh peserta didik.
Baik melalui pertanyaan apakah peserta didik masih ingat/lupa, sudah dikuasai/belum, hasilnya
untuk menjadi titik tolak dalam memulai pengajaran yang baru.
Apersepsi itu dapat membangkitkan minat dan perhatian terhadap suatu pengajaran.
Maka pengajaran harus dibangun melalui pengetahuan, sikap, skill yang telah ada.
Herbart menganjurkan 4 langkah pengajaran:
1)      Kejelasan: sesuatu diperlihatkan untuk memperdalam pengertian. Di sini guru yang
terutama aktif (memberi) dan murid pasif (menerima). Cara mengajar memberitahukan.
2)      Asosiasi: anak-anak diberi kesempatan untuk menghubungkan pengertian baru
dengan pengalaman-pengalaman lama. Anak-anak disini lebih aktif. Metode mengajar tanya
jawab, pertanyaan
3)      Sistem: di sini bahan baru itu ditempatkan dalam hubungannya dengan hal-hal lain.
Ini hanya mungkin, jika bahan itu telah dipahami sepenuhnya. Metodenya menjelaskan,
ceramah.
4)      Metode: anak-anak mendapat tugas untuk dikerjakan. Guru memperbaiki dengan
memberi petunjuk dimana perlu.
5.      Azas Korelasi Konsentrasi
Korelasi (saling berkaitan) akan melahirkan asosiasi  dan apersepsi sehingga akan
tumbuh dan bangkit minat peserta didik terhadap pengajaran. Pengajaran yang dihubungkan
dengan masalah-masalah kehidupan keseharian individu maupun dihubungkan dengan bidang-
bidang lain yang bisa dikaitkan akan menjadikan sesuatu yang baru dan berguna bagi peserta
didik. Peserta didik perlu dilatih untuk menghadapi masalah-masalah hidup keseharian sekaligus
upaya pemecahannya dengan mendasarkan diri pada pengetahuan atau skill yang diperoleh
dalam pengajaran. Karenanya dalam menyajikan materi guru seharusnya berusaha menggunakan
dan menghubungkan masalah-masalah pokok dalam kehidupan keseharian peserta didik.
Sehingga hasil pengajaran itu akan membawa nilai guna bagi peserta didik.[17]
Pada saat proses pengajaran berlangsung seharusnya guru berupaya agar peserta didik
memusatkan perhatian (konsentrasi). Upaya untuk mendorong peserta didik agar konsentrasi
(memusatkan perhatiannya) dan melakukan sesuatu penyelidikan serta menemukan sesuatu yang
dapat digunakan kelak untuk kehidupan dalam masyarakat, maka pada setiap pengajaran, guru
dituntut untuk dapat mengatur atau mengelola pelajaran sedemikian rupa.[18]
6.      Azas Individualisasi
Individu sebagai manusia, orang-orang yang memiliki pribadi/jiwa sendiri. Tidak ada dua
manusia yang sama persis. Kekhususan jiwa itu menyebabkan individu yang satu berbeda
dengan individu lainnya. Adanya perbedaan-perbedaan pada setiap peserta didik dalam satu
kelas pengajaran, maka ada baiknya jika dalam kelas itu ada diferensiasi, supaya pelajaran
disesuaikan dengan keadaan masing-masing peserta didik. Diferensiasi ini tidak perlu meliputi
seluruh bidang studi, tetapi pada bidang studi yang dirasa penting, menuntut untuk itu. Dalam hal
ini kelas pengajaran dikelompokkan menurut kepandaiannya (kelompok pandai, sedang, kurang
pandai) dan masing-masing kelompok diberikan tugas yang berbeda-beda.
7.      Azas kooperasi
Jeen D. Grambs berpendapat bahwa dalam pengajaran di sekolah yang demokratis, baik
kerjasama maupun persaingan sama pentingnya. Hanya persaingan tidak berarti persaingan antar
kelompok. Dan persaingan yang dimaksud bukan bertujuan untuk memperoleh hadiah atau
kenaikan tingkat, tetapi untuk mencapai hasil yang lebih tinggi atau pemecahan masalah yang
dihadapi kelompok.
Untuk membentuk individu peserta didik mejadi manusia yang demokratis guru harus
menekankan pelaksanaan prinsip kerjasama atau kerja kelompok.  Burton menguraikan bahwa
proses kelompok ialah cara individu mengadakan relasi dan bekerja sama dengan individu lain
untuk mencapai tujuan bersama.
2. Konsep dan prinsip prinsip cara belajar siswa aktif
1 Motivasi Belajar Siswa Motivasi belajar merupakan prinsip utama dalam CBSA. Tanpa
adanya motivasi, hasil belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal. Oleh karena itu,
Pengembangan Pembelajaran Matematika SD 6-8 peranan guru dalam mengembangkan motivasi
belajar ini sangat diperlukan sekali. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam CBSA, antara lain melalui penggunaan metode atau
cara belajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, menggunakan media dan alat
bantu yang bervariasi, memberikan pertanyaan-pertanyaan pengiring atau pelacak, dan lain-lain.
2 Pengetahuan Prasyarat Matematika bersifat hirarkis. Untuk menguasai suatu materi
atau topik matematika, peserta didik harus menguasai terlebih dahulu materi-materi sebelumnya
yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan materi yang akan dipelajari tersebut.
Oleh karena itu, tugas guru adalah menyelidiki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang
telah dimiliki siswa untuk mempelajari suatu materi. Dengan cara demikian, siswa akan lebih
siap untuk memahami materi yang akan dipelajarinya.
3 Tujuan yang Akan Dicapai Pembelajaran yang terencana dengan baik akan
memberikan hasil yang baik pula. Perencanaan pembelajaran ini biasanya diwujudkan dalam
perumusan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan inilah yang menjadi pedoman bagi
guru dalam menentukan keluasan dan kedalaman materi.
4 Hubungan Sosial Dalam belajar siswa perlu dilatih untuk bekerja sama dengan teman-
temannya agar konsep-konsep yang sulit dipahami oleh siswa secara mandiri akan menjadi lebih
mudah jika dipelajari secara berkelompok. Latihan bekerja sama ini juga bermanfaat dalam
proses pembentukan kepribadian siswa terutama sikap sosialnya.
5 Belajar Sambil Bekerja Pada hakikatnya anak belajar sambil bekerja. Semakin banyak
aktivitas fisik siswa, akan semakin berkembang pula kemampuan berpikir siswa. Apa yang
diperoleh siswa dalam pembelajaran yang banyak melibatkan aktivitas fisiknya, akan lebih lama
mengendap dalam memori siswa. Siswa akan bergembira dalam belajar apabila diberi
kesempatan yang sebanyak-banyaknya dalam bekerja. Oleh karena itu, prinsip belajar sambil
bekerja ini merupakan prinsip yang paling banyak mewarnai CBSA. Pengembangan
Pembelajaran Matematika SD 6-9
6 Perbedaan Individu Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri, misalnya dalam
kemampuan, kebiasaan, minat, latar belakang keluarga, dan lain-lain. Dalam pembelajaran, guru
sebaiknya dapat memperhatikan perbedaan individu pada anak didiknya. Guru tidak boleh
memperlakukan semua anak dengan cara yang sama, walaupun tidak semua perbedaan anak
dapat diakomodasi.
7 Menemukan Menemukan merupakan prinsip yang harus banyak mewarnai CBSA.
Dalam CBSA, siswa harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mencari dan
menemukan sendiri informasi-informasi yang ada di dalam pembelajaran. Dengan cara
demikian, siswa akan merasa lebih bersemangat dalam belajar dan belajar menjadi pekerjaan
yang tidak membosankan bagi siswa
8 Memecahkan Masalah Pembelajaran akan lebih terarah apabila dimulai dengan
permasalahan yang harus dipecahkan siswa. Situasi yang menghendaki siswa harus memecahkan
masalah ini akan mendorong siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
maksimal.

Anda mungkin juga menyukai