Anda di halaman 1dari 9

TEORI BELAJAR AUSUBEL

A. Pengertian Teori Belajar Ausubel


Dalam kehidupan sehari – hari manusia harus terus belajar, manusia itu
bisa kita sebut peserta didik. Sehingga, belajar hanya dialami oleh peserta
didik sendiri. Proses belajar terjadi berkat peserta didik mempelajari sesuatu
yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh peserta didik
berupa keadaan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku belajar yang
nampak dari luar.
Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli yang
mengartikan secara berbeda-bedadefinisi dari belajar. Sebagaimana kita ketahui
bahwa belajar merupakan hal yang penting dalam bidang pendidikan.
Tentu saja dalam proses belajar terdapat teori - teori yang memunculkan
adanya belajar. Berbagai teori belajar dapat dikaji dan diambil manfaat dengan
adanya teori tersebut. Tentunya setiap teori belajar memiliki keistimewaan
tersendiri. Bahkan, tak jarang dalam setiap teori belajar juga terdapat kritikan-
kritikan untuk penyempurnaan teori tersebut.
Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian
banyaknya teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam mild learning. David
Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel belajar
dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi :
 Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi
pelajaran itu disajikan kepada peserta didik melalui penerimaan atau
penemuan.
 Dimensi kedua menyangkut bagaimana peserta didik dapat mengaitkan
informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Jika peserta
didikhanya mencoba menghafalkan informasi baru itu tanpa
menghubungkan dengan strukturkognitifnya, maka terjadilah belajar
dengan hafalan. Sebaliknya jika peserta didik menghubungkan atau
mengaitkan informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang
terjadi adalah belajar bermakna.

Menurut Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah


“bermakna” (meaningfull). Maka teori belajar yang dikemukakan oleh Ausubel
disebut Pembelajaran bermakna atau meaningfull learning. Pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur
kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang
telah dipelajari dan diingat siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa, Pembelajaran
bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang
sedang melalui pembelajaran.
Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan
fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek
itu mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur
kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan
konsep-konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru
tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-
emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut
Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan
pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-
sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul
waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat
proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan
baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan
cenderung bertahan.
Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena
baru ke dalam sekema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat
mengembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses
belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri. Teori Belajar
bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Paham Konstruktivisme. Keduanya
menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan
fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya
menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau
pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam
proses belajar itu siswa aktif.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi
kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan
Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka
yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak
dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat
pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu.
Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan
penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.
Jadi, Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan
mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi
pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan
yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Dalam proses belajar bermakna,
maka peserta didik akan mendapatkan poin-poin penting antara lain:
 Peserta didik akan memperoleh dan dapat menerapkan informasi atau
konsep baru yang diperolehnya.
 Peserta didik akan memahami sikap ilmiah.
 Peserta didik dapat mengkaitkan informasi yang lama dan yang baru.

B. Pembagian Teori Belajar


Di dalam teorinya, Ausubel membagi proses belajar menjadi 4 , yaitu :
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan
yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau
sebaliknya, peserta didik terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari
apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan
pengetahuan yang sudah ada. Misalnya peserta didik diminta menemukan
sifat-sifat suatu bujur sangkar. Dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah
dimiliki, seperti sifat-sifat persegi panjang , peserta didik dapat menemukan
sendiri sifat-sifat bujur sangkar tersebut.
2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang
dipelajari ditemukan sendiri oleh peserta didik tanpa mengaitkan
pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan. Misalnya,
peserta didik menemukan sifat-sifat bujur sangkar tanpa bekal pengetahuan
sifat-sifat geometri yang berkaitan dengan segiempat dan sifat-sifatnya,
yaitu dengan penggaris dan jangka. Dengan alat ini diketemukan sifat-sifat
bujur sangkar dan kemudian dihafalkan.
3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang
telah tersusun secara logis disampaikan kepada peserta didik sampai bentuk
akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan
pengetahuan lain yang telah dimiliki. Misalnya peserta didik akan
mempelajari akar-akar persamaan kuadrat. Pengajar mempersiapkan bahan-
bahan yang akan diberikan yang susunannya diatur sedemikianrupa
sehingga materi persamaan kuadrat tersebut dengan mudah ter’tanam’
kedalam konsep persamaan yang sudah dimiliki peserta didik. Karena
pengertian persamaan lebih inklusif daripada persamaan kuadrat, materi
persamaan tersebut dapat dipelajari peserta didik secara bermakna.
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran
yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada peserta didik sampai
bentuk akhir , kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan
tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.

C. Prasyarat Belajar Bermakna


a. Kondisi dan sikap peserta didik terhadap tugas, hendaknya bersesuaian
dengan intensi peserta didik. Apabila peserta didik melaksanakan tugas
dengan sikap bahwa ia ingin memahami bahan pelajaran dan
mengaplikasikan bahan baru serta menghubungkan bahan pelajaran yang
terdahulu, dikatakan peserta didik itu belajar bahan baru dengan cara yang
bermakna. Sebaliknya bila peserta didik itu tidak berkehendak mengaitkan
bahan yang dipelajari dengan informasi yang dimiliki, maka belajar itu tidak
bermakna. Demikianlah banyak peserta didik yang tidak berusaha mengerti
fisika, cenderung mengalami kegagalan dan akhirnya membenci pelajaran
fisika.
b. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai dengan
struktur kognitif peserta didik sehingga peserta didik tersebut dapat
mengasimilasi bahan baru secara bermakna. Belajar bermakna pada tahap
mula-mula memberikan pengertian kepada bahan baru sehingga bahan baru
itu akan terserap dan kemudian diingat peserta didik. Ia tidak menghafal
asosiasistimulus-respon yang terpisah-pisah.
c. Tugas-tugas yang diberikan haruslah sesuai dengan tahap perkembangan
intelektual peserta didik. Peserta didik yang masih di dalam periode operasi
konkrit, bila diberi bahan materi matematika yang abstrak tanpa contoh-
contoh konkrit dari materi tersebut, akan mengakibatkan peserta didik itu
tidak mempunyai keinginan materi tersebut secara bermakna.
Dengan demikian peserta hanya menghafal pelajaran tadi tanpa
pengertian sehingga peserta didik mempelajari matematika dengan
pernyataan-pernyataan verbal yang tidak cermat dan tepat.

D. Beberapa Prinsip dalam teori belajar Ausubel


1. Advance Organizer Advance Organizer
Mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari dan mengingatkan
siswa pada materi sebelumnya yang dapat digunakan dalam membantu
menanamkan pengetahuan baru. Advance Organizer dapat dianggap
merupakan suatu pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru
(Dahar, 1988: 144)
2. Diferensiasi Progresif
Selama belajar bermakna berlangsung perlu terjadi pengembangan konsep
dari umum ke khusus. Dengan strategi ini guru mengajarkan konsep mulai
dari konsep yang paling inklusif, kemudian kurang inklusif dan selanjutnya
hal-hal yang khusus seperti contoh- Seminar Nasional Pendidikan
Matematika Surakarta 09 Mei 2012, 59 -contoh setiap konsep. Sehubungan
dengan ini dikatakan Sulaiman (1988:203) bahwa diferensiasi progresif
adalah cara mengembangkan pokok bahasan melalui penguraian bahan
secara heirarkis sehingga setiap bagian dapat dipelajari secara terpisah dari
satu kesatuan yang besar.
3. Belajar Superordinat
Belajar superordinat dapat terjadi apabila konsep-konsep yang telah
dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang
lebih luas. Dinyatakan Dahar, (1988:148) bahwa belajar superorninat tidak
dapat terjadi disekolah, sebab sebagian besar guru-guru dan buku-buku teks
mulai dengan konsep-konsep yang lebih inklusif.
4. Penyesuaian Integratif (Rekonsiliasi Integratif)
Menurut Ausubel (Dahar, 1988: 148), selain urutan menurut diferensiasi
progresif yang harus diperhatikan dalam mengajar, juga harus diperlihatkan
bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan dengan konsep-konsep yang
superordinat.
Guru harus memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru
dibandingkan dan dipertentangkan dengan arti-arti sebelumnya yang lebih
sempit dan bagaimana konsep-konsep yang tingkatannya lebih tinggi
mengambil arti baru. Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi
pelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa hingga dapat digerakkan
hierarki-heirarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi
disajikan. Guru dapat mulai dengan konsep-konsep yang paling umum,
tetapi perlu diperlihatkan keterkaitan konsep-konsep subordinat dan
kemudian bergerak kembali melalui contoh-contoh ke arti-arti baru bagi
konsep-konsep yang tingkatannya lebih tinggi 2.

E. Fokus Teori Belajar Ausubel


Berikut ini merupakan indikator-indikator yang menjadi fokus menurut
teori belajar Ausubel, diantaranya :
a) Konsep yang telah dimiliki peserta didik
Sebelum dilakukan pembelajaran bermakna terlebih dahulu peserta didik
harus telah menguasai atau memiliki konsep. Sehingga guru berperan dalam
memberikan pengaturan awal yaitu berupa pengarahan akan materi yang
akan dibahas dan membantu peserta didik untuk meningat kembali informasi
yang berkaitan yang dapat digunakan dalam membantu proses penerimaan
informasi baru. Suatu pengaturan awal dapat dianggap semacam pertolongan
mental dan disajikan sebelum materi baru, sehingga dapat meningkatakan
pemahaman peserta didik tentang berbagai macam materi yang akan
disampaikan.
b) Informasi baru untuk siswa
Agar belajar tersebut jadi lebih bermakana maka terdapat beberapa
persyaratan dalam penyampaian informasi:
 Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial
Maksudnya, materi yang disampaikan harus sesuai dengan konsep yang
telah dipahami oleh siswa sebelumnya. Sebab jika tidak, maka akan belajar
bermakna tidak akan terwujud. Untuk itu kebermaknaan materi
pembelajaran secara potensial tergantung pada pada materi, yaitu materi
harus memiliki kebermaknaan logis dan juga gagasan-gagasan yang harus
relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa.
 Siswa harus memiliki tujuan dan niat yang kuat
Saat penyampaian materi siswa tersebut harus memiliki kesiapan dalam
menerima informasi. Siswa yang telah siap maka aka lebih mudah mencerna
semua informasi yang akan disampaikan. Dan jika sampai terjadi kesulitan
maka siswa tersebut akan mampu berusaha dalam mencari penyelesaiannya.
c) Kemampuan siswa dalam mengaitkan konsep
Inti dari belajar bermakna adalah suatu proses mengaitkan informasi
baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
siswa. Sebab belajar itu bukan hanya dinilai dari hasil yang dicapai tetapi
juga prosesnya. Belajar yang baik ialah belajar yang  melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon. Untuk itu tingkah laku seseorang ditentukan oleh
presepsi serta pemahamannya serta pemahamannya situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya.
F. Penerapan Pembelajaran Bermakna 
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi
kognitif peserta didik melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti
Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar peserta didik,
terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat
kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk
peserta didik pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung
akan menyita banyak waktu.Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif
kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan
ilustrasi.
Inti dari teori belajar bermakna Ausubel memaparkan bahwa
proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam
menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan
konsep yang relevan yang sudah ada dalam strukturkognisi peserta didik.
Proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam
menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan
konsep relevan yang sudah ada dalam strukturkognisi peserta didik.
Pada belajar bermakna peserta didik dapat mengasimilasi pada belajar
bermakna secara penerimaan, materi pelajaran disajikan dalam bentuk final,
sedangkan pada belajar bermakna secara penemuan, peserta didik diharapkan
dapat menemukan sendiri informasi konsep atau dari materi pelajaran yang
disampaikan. Belajar bermakna dapat terjadi jika peserta didik mampu
mengkaitkan materi pelajaran baru dengan struktur kognitif yang sudah ada.
Struktur kognitif tersebut dapat berupa fakta-fakta, konsep-konsep maupun
generalisasi yang telah diperoleh atau bahkan dipahami sebelumnya oleh
peserta didik.
Berikut ini langkah – langkah menerapkan teori Ausubel dalam
mengajar : Ausubel mengatakan “ faktor yang paling penting mempengaruhi
siswa belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa. Yakinilah ini dan
ajarlah dia demikian”. Pernyataan Ausubel tersebutlah yang menjadi inti teori
belajarnya. Jadi, agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru
harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif
siswa.
Untuk menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, ada beberapa prinsip-
prinsip dan konsep-konsep yang perlu kita perhatikan, yaitu :
a. Pengatur awal
Pengatur awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka
pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang
berhubungan yang dapat digunakan untuk membantu menanamkan
pengetahuan baru. Suatu pengatur awal dapat dianggap sebagai pertolongan
mental dan disajikan sebelum materi baru.
b. Diferensiasi Progresif
Selama belajar bermakna berlangsung, perlu terjadi pengembangan dan
elaborasi konsep. Pengembangan konsep berlangsung paling baik,bila unsur-
unsur yang paling umum diperkenalkan terlebih dulu, baru kemudian hal-hal
yang lebih khusus dan detail dari konsep tersebut.
c. Belajar Superordinat
Belajar superordinat terjadi, bila konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu onsep yang lebih luas,
lebih inklusif.
d. Penyesuaian integratif
Dalam mengajar, bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif
yang diperhatikan, melainkan juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-
konsep baru dihubungkan pada konsep-konsep superordinat. Kita harus
memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru dihubungkan dan
dipertentangkan dengan arti-arti sebelumnya yang lebih sempit dan
bagaimana konsep-konsep yang tingkatnya lebih tinggi sekarang mengambil
arti baru.

G. Contoh Deskripsi Pembelajaran menurut Teori Ausubel


Di sebuah kelas X-2 saat pelajaran Kimia, Bu Bunga bertindak sebagai
guru. Hari ini Bu Bunga akan menyampaikan materi tentang konfigurasi
electron. Sebelum memulai pelajaran Bu Bunga mempersilahkan ketua kelas
untuk memempin do’a sebelum pelajaran dimulai.
Setelah semua siswa siap, maka Bu Bunga memulai pelajaran dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini. Tujuan belajar hari ini adalah
siswa mampu membuat konfigurasi elektron dari suatu unsur.
Sebelum masuk ke materi Bu Bunga menanyakan apa saja hal yang
telah siswa ketahui sebelumnya tentang atom. Setelah itu Bu Bunga
menanyakan sisiwa apa yang ia ketahui tentang Elektron. Setelah mengetahui
sejauh mana kemampuan siswa, ternyata Bu Bunga dapat menyimpulkan
strategi apa yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. Dikarenakan siswa
belum pernah sama sekali dijelaskan tentang konfigurasi electron, maka Bu
Bunga menjelaskan cara konfigurasi electron dengan metode kulit secara
perlahan.
Sebab materi ini merupakan materi dasar sebelum masuk ke materi
Sistem Periodik Unsur. Bu Bunga memberi contoh dengan menggunakan
unsure yang sederhana dulu, seperti Unsur H, He, Na, Mg, dan keunikan
unsure Ca. Setelah itu Bu Bunga memberikan contoh dengan unsure yang lebih
kompleks.
Setelah penyampaian materi dirasa cukup, maka Bu Bunga meminta
siswanya untuk maju ke depan mengerjakan soal konfigurasi electron. Siswa
juga diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang tidak ia pahami. Bu Bunga
memberi reward pada siswa yang berani maju untuk mengerjakan soal. Dan Bu
Bunga juga membantu siswa yang belum mengerti tentang konsep ini.
Setelah itu, Bu Bunga sedikit membahas tentang elektron valensi dan
keterkaitannya dalam menentukan periode dan golongan dari suatu unsur yang
merupakan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Tak Lupa
Bu Bunga memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan latihan soal
tentang konfigurasi electron agar siswa dapat lebih mendalami materi tersebut.
Sebelum menutup pertemuan hari ini Bu Bunga dan  siswanya secara
bersama mengambil kesimpulan dari hasil belajar hari ini. Dan sekali lagi
memastikan siswanya apakah ada yang masih belum mengerti tentang materi
konfigurasi elektron. Belajar hari ini ditutup dengan membaca do’a yang
dipimpin oleh ketua kelas.

H. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Ausubel


Ada tiga kebaikan dari belajar bermakna,yaitu:
 Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.
 Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari
subsumer-subsumer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk
materi pelajaran yang mirip.
 Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan
efek residual pada subsume, sehingga mempermudah belajar hal-hal
yang mirip, walaupun telah terjadi “lupa”.

Kelemahan belajar bermakna yaitu :


 Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
 Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa
mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya
maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan
sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya.

Anda mungkin juga menyukai