Anda di halaman 1dari 4

Ringkasan Perkembangan dan Sosioemosi Konteks

Sosial

MATA KULIAH: Perkembangan Peserta Didik


DOSEN : Prof. Dr. I Wayan Redhana, M.Si.
NAMA : Made Darmaprathiwi Adiningsih
NIM : 1513031013
KELAS :A

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2015
1
Ringkasan Perkembangan dan Sosioemosi Konteks Sosial

A. Teori Kontemporer
Teori yang menjelaskan perkembangan sosioemosional pada anak yaitu :
1. Teori Ekologi Bronfenbrenner
Teori Bronfenbrenner berfokus pada konteks sosial mengenai anak-anak
hidup dan orang-orang yang memengaruhi perkembangan mereka. Teori
Bronfenbrenner terdiri dari lima sistem lingkungan yaitu :
a. Mikrosistem
Pengaturan terkait individu yang berinteraksi langsung dan
menghabiskan waktu yang cukup sebagai keluarga siswa, teman
sebaya, sekolah, dan lingkungan.
b. Mesosistem
Dalam mesosistem melibatkan hubungan antara mikrosistem yaitu
hubungan antara pengalaman keluarga dan pengalaman sekolah, dan
pengalaman antara keluarga dan teman sebaya.
c. Eksosistem
Eksosistem terkait pengalaman kerja siswa yang tidak memiliki peran
aktif dan pengalaman guru dalam konteks langsung.
d. Makrosistem
Makrosistem melibatkan kebudayaan lebih luas yang melingkupi peran
etnis dan sosialekonomi dalam perkembangan anak.
e. Kronosistem
Kronosistem melingkupi kondisi sosio historis yang memengaruhi
perkembangan anak.
Evaluasi dari Teori Bronfenbrenner adalah perhatian yang sedikit
dalam faktor perkembangan dan kognitif dalam perkembangan anak dan
tidak menjelaskan secara lengkap perkembangan secara bertahap.
2. Teori Perkembangan Rentang Hidup Erikson
Teori perkembangan rentang hidup Erikson menampilkan tahapan-tahapan
perkembangan manusia yaitu:

2
a. Tahap I: Oral Sensory (bayi) sebagai rasa percaya versus rasa tidak
percaya. Dalam tahap ini, bayi cenderung ingin mendapatkan
pengasuhan yang menyenangkan, sehingga timbul kepercayaan,
sebaliknya ketidakpercayaan bayi apabila diperlakukan secara negatif.
b. Tahap II: Anal Musculature (masa kanak-kanak awal) disebut otonomi
versus rasa malu dan ragu. Bayi mulai menemukan tindakan sendiri,
apabila dibatasi, bayi akan mengembangkan rasa malu dan ragu.
c. Tahap III: Genital Locomotor (masa kanak-kanak awal hingga madya)
disebut sebagai inisiatif versus rasa bersalah. Anak mendapat lebih
banyak tantangan sehingga mereka harus aktif dan tindakannya
mempunyai tujuan (inisiatif), serta menimbulkan rasa bersalah.
d. Tahap IV: Latency (masa kanak-kanak madya hingga akhir) disebut
sebagai industri versus inferioritas. Inisiatif anak mengakibatkan
banyak pengalaman baru dan mengembangkan imajinasi.
e. Tahap V: Puberty and Adolescence (masa remaja) disebut sebagai
identitas versus kebingungan peran. Remaja berusaha untuk mencari
jati diri dan mengeksplorasi dirinya. Apabila remaja tidak cukup
mengeksplorasi peran, mereka akan bingung terhadap identitas dirinya.
f. Tahap VI: Young Adulthood (masa dewasa muda) disebut sebagai
keintiman versus kesendirian. Intimasi sebagai penemuan diri sendiri
tetapi kehilangan diri sendiri dalam diri orang lain. Bahaya pada tahap
ini adalah orang bisa gagal membangun hubungan dekat dengan
kawannya dan terisolasi secara sosial.
g. Tahap VII: Adulthood (masa dewasa menengah) disebut sebagai
generativitas versus stagnasi. Generativitas : mentransmisikan hal
positif untuk mengembangkan hidup kepada generasi selanjutnya.
Stagnasi sebagai perasaan tidak bisa melakukan apa-apa untuk
membantu generasi selanjutnya.
h. Tahap VIII: Maturity (masa dewasa akhir) disebut sebagai integrasi
ego versus keputusasaan. Jika evaluasi retrospektif ini positif, mereka
akan memandang hidup mereka sebagai hidup yang utuh. Sebaliknya
orang tua akan putus asa jika renungan mereka kebanyakan negatif.

3
B. Konteks Perkembangan Sosial
1. Keluarga
a. Gaya asuh (parenting)
Menurut Baumrin ada empat bentuk gaya pengasuhan yaitu :
 Authoritarian Parenting merupakan gaya asuh yang bersifat
menghukum dan membatasi.
 Authoritative Parenting merupakan gaya asuh yang positif
yang mendorong anak untuk independen tapi masih
membatasi dan mengontrol tindakan mereka.
 Neglectful Parenting merupakan gaya asuh yang orang tua
tidak terlibat aktif dan tidak perduli dengan anaknya.
 Indulgend Parenting merupakan gaya asuh yang orang tua
sangat terlibat dalam kehidupan anaknya, tetapi tidak banyak
memberikan batasan pada perilaku mereka.
b. Keluarga yang berubah dalam masyarakat berubah sehingga
menimbulkan dampak psikis bagi anak.
c. Variasi etnis dan sosial ekonomi keluarga
d. Hubungan sekolah dan keluarga termasuk mesosistem.
2. Teman Sebaya berfungsi untuk berinteraksi dalam hubungan timbal
balik yang memengaruhi perkembangan sosioemosional anak.
3. Sekolah banyak berperan dalam perkembangan sosial emosional
C. Perkembangan Sosioemosi
1. Harga diri : pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri.
2. Perkembangan moral
Teori Piaget meliputi heteronomous morality (keadilan dan aturan
sebagai bagian dari dunia yang tidak bisa diubah) dan autonomous
morality (anak mulai mengetahui bahwa aturan dan hukum adalah
perbuatan manusia).
Teori Kohlberg meliputi penalaran prakonvensional, penalaran
konvensional, dan penalaran post konvensional.
3. Pendidikan moral yang diberikan pada anak merupakan pengetahuan
moral dasar untuk mencegah mereka melakukan tindakan tak bermoral.

Anda mungkin juga menyukai