Anda di halaman 1dari 7

Siklus belajar (learning cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik

(student centered). Pengembangan model ini pertama kali dilakukan oleh Science Curriculum
Improvement Study (SCIS) pada tahun 1970-1974. Model ini dilandasi oleh pandangan kontruktivisme
dari Piaget yang berangapan bahwa dalam belajar pengetahuan itu dibangun sendiri oleh anak dalam
struktur kognitif melalui interaksi dengan lingkungannya.

Lawson, Anton E. (1995: 153) mengemukakan bahwa dalam merancang pembelajaran yang
mengembangkan konsep-konsep (pengetahuan) maupun keterampilan berpikir, ada beberapa unsur
yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

Peserta didik harus menggali fenomena baru yang didasarkan pada keyakinan yang telah dimiliki peserta
didik (konsep-konsep dan sistem konseptual), atau didasarkan pada prosedur maupun keterampilan
berpikir yang telah dikenalnya pula.

Penggalian fenomena harus didahului oleh hal-hal yang membuat mereka bingung atau hal-hal yang
kontradiktif sehingga menghasilkan ketidakseimbangan berpikir dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
meningkatkan provokasi argumentasi dan berpikir dalam bentuk jika …dan…, maka…. Dengan cara ini
peserta didik diharapkan berusaha merefleksikan keyakian atau prosedur yang telah dimilikinya untuk
mencari pemecahan terhadap fenomena baru tersebut.

Guru mengakomodasi berbagai jawaban sementara, baik yang diajukan oleh peserta didik maupun
sebagai hasil intervensi yang dilakukan Guru.

Jawaban sementara peserta didik digunakan untuk membangkitkan argumen-argumen, prediksi-prediksi


atau data baru yang memungkinkan dapat mengubah keyakinan atau konstruksi pengetahuan lama
peserta didik terhadap konsep baru yang diperkenalkan.

Untuk dapat memungkinkan terjadinya pengaturan-sendiri sebagai upaya untuk mencapai kemantapan
keseimbangan baru, berbagai pengalaman baru haruslah disediakan bagi peserta didik untuk menguji
dan mengembangkan konsep-konsep atau prosedur-prosedur baru dan dapat diaplikasikan pada
berbagai macam konteks yang terkait.

Di samping langkah-langkah di atas, agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara lebih efektif, maka
ada 3 fase yang harus diperhatikan yang oleh Karlplus dan Thier (1967) dinamai fase Eksplorasi
(Exploration), fase Penelusuran (Invention), dan fase Penemuan (Discovery). Tetapi belakangan oleh
Lawson (1988) fase-fase tersebut dinamai fase Eksplorasi (Exploration), fase Pengenalan Istilah (Term
introduction), dan fase Penerapan Konsep (Concept application).

a. Fase eksplorasi
Fase pertama adalah fase eksplorasi. Pada fase ini peserta didik belajar melalui tindakan-tindakan
dan reaksi-reaksi yang telah mereka miliki terhadap situasi baru. Mereka menggali materi-materi baru
dan ide-ide baru dengan bimbingan yang minimal dari guru. Pengalaman baru mereka akan
membangkitkan pertanyaan-pertanyaan dan menimbulkan kerumitankerumitan yang pada suatu ketika
tidak dapat mereka pecahkan dengan cara berpikir mereka. Jadi melalui fase ini, guru memberikan
kesempatan dan pengalaman baru kepada peserta didik yang dapat menimbulkan konflikkonflik berpikir
serta menimbulkan pertentangan dan analisis terhadap ide dan pemikiran mereka sendiri. Pada akhirnya
analisis tersebut dapat memunculkan pembahasan-pembahasan untuk menguji ide-ide alternatif melalui
prediksiprediksi. Proses ini akan memunculkan beberapa ide sekaligus menghilangkan ide-ide lainnya
yang tidak relevan dalam pola siklus dari pengaturan-sendiri. Dan hal ini juga akan menimbulkan kehati-
hatian dalam menguji prosedur dalam siklus ini. Eksplorasi harus didahului oleh identifikasi terhadap
pola keteraturan dari suatu fenomena.

Fase Eksplorasi juga memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan fenomena melalui cara mereka
masing-masing yang dapat menguji baik keterampilan observasi maupun dalam berhipotesis

b. Fase Pengenalan konsep/istilah

Fase kedua pengenalan istilah (term instroduction), yang dimulai dengan memperkenalkan istilah
baru yang merujuk pada pola yang sudah ditemukan pada fase eksplorasi. Istilah atau nama konsep ini
dapat diinformasikan oleh guru atau diperoleh peserta didik melalui buku, film atau media lainnya.
Tahap ini harus selalu diikuti eksplorasi dan dihubungkan dengan pola-pola yang mereka temukan dalam
setiap kegiatan eksplorasi.

c. Fase Aplikasi Konsep

Fase ketiga yaitu penerapan konsep (concept application). Di sini peserta didik mencoba
mengaplikasikan konsep atau istilah (term) atau pola pikir baru pada situasi permasalahan baru.
Penerapan diusahakan dengan banyak variasi agar pengertian baru yang telah mereka peroleh lebih
mantap dan permanen. Perlu diperhatikan di sini bahwa konsep adalah pola mental yang
direpresentasikan melalui label verbal (dalam hal ini berarti istilah). Jadi konsep tiada lain adalah pola
plus istilah. Guru dapat memperkenalkan istilah, tetapi yang lebih penting peserta didik harus dapat
mempersepsi istilah tersebut dengan kemampuan mereka sendiri.
Ciri pembelajaran Learning Cycle

Untuk menjelaskan ciri-ciri model LC terlebih dahulu akan dijelaskan dasar-dasar teoritisnya. LC patut
dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget, teori belajar yang berbasis konstruktivisme.
Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi: struktur, isi,
dan fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu
untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang
dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan
organisasi.

Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi individu menggunakan struktur
kognitif yang sudah ada untuk memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya. Dalam
asimilasi individu berinteraksi dengan data yang ada di lingkungan untuk diproses dalam struktur
mentalnya. Dalam proses ini struktur mental individu dapat berubah, sehingga terjadi akomodasi. Pada
kondisi ini individu melakukan modifikasi dari struktur yang ada, sehingga terjadi pengembangan
struktur mental. Pemerolehan konsep baru akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki individu.
Individu harus dapat menghubungkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam
suatu hubungan antar konsep. Konsep yang baru harus diorganisasikan dengan konsep-konsep lain yang
telah dimiliki. Organisasi yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan
dalam menghadapi masalah.

Karplus dan Their mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget di atas.
Dalam hal ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep,
mengorganisasikan informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda.

Implementasi teori Piaget oleh Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep,
dan aplikasi konsep . Unsur-unsur teori belajar Piaget (asimilasi, akomodasi, dan organisasi) mempunyai
korespondensi dengan fase-fase dalam LC.
LC melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi peserta didik untuk secara aktif membangun konsep-
konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Implementasi LC
dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivis yaitu:

Peserta didik belajar secara aktif. Peserta didik mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja
dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman peserta didik.

Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki peserta didik. Informasi baru yang dimiliki
peserta didik berasal dari interpretasi individu.

Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.

Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke peserta
didik, seperti dalam falsafah behaviorisme, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang
berorientasi pada keterlibatan peserta didik secara aktif dan langsung. Proses pembelajaran demikian
akan lebih bermakna dan menjadikan skema dalam diri peserta didik menjadi pengetahuan fungsional
yang setiap saat dapat diorganisasi oleh peserta didik untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi. Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan sekolah menengah tentang implementasi LC
dalam pembelajaran sain menunjukkan keberhasilan model ini dalam meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar peserta didik.

Fungsi pembelajaran Learning Cycle

Learning Cycle patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget (Renner et al, 1988),
teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan
pengembangan aspek kognitif yang meliputi: struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual adalah
organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah.
Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan
proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi (Arifin, 1995).

Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi individu menggunakan struktur
kognitif yang sudah ada untuk memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya. Dalam
asimilasi individu berinteraksi dengan data yang ada di lingkungan untuk diproses dalam struktur
mentalnya. Dalam proses ini struktur mental individu dapat berubah, sehingga terjadi akomodasi. Pada
kondisi ini individu melakukan modifikasi dari struktur yang ada, sehingga terjadi pengembangan
struktur mental.
Pemerolehan konsep baru akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki individu. Individu harus
dapat menghubungkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam suatu hubungan
antar konsep. Konsep yang baru harus diorganisasikan dengan konsep-konsep lain yang telah dimiliki.
Organisasi yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan dalam
menghadapi masalah. Karplus dan Their (dalam Renner et al, 1988) mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget di atas. Dalam hal ini pebelajar diberi kesempatan untuk
mengasimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan
cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru
dengan menggunakan atau memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang
berbeda.

Implementasi teori Piaget oleh Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep,
dan aplikasi konsep . Unsur-unsur teori belajar Piaget (asimilasi, akomodasi, dan organisasi) mempunyai
korespondensi dengan fase-fase dalam LC (Abraham et al, 1986).

Sintak pembelajaran Learning Cycle

Pada penerapan tiga tahap siklus tersebut mengalami perkembangan. Tiga siklus tersebut kini
dikembangkan menjadi lima tahap (lorsbach, 2002) yang terdiri atas tahap pembangkitan minat
(engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi
(evaluation). Dapat digambarkan dalam diagram 4.1

katam1

Tahap pembelajaran siklus (learning cycle)

1. Pembengkitan Minat (Engagement)

Tahap pembengkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini guru berusaha
membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingitahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan.
Hal ini dilakuakan dengan mengajukan pertanyaan tentang topik faktual dalam kehidupan sehari-hari
(yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan demikian siswa akan memberikan respon/jawaban,
kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengatahuan
awal siswa tentang pokok bahasan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada tidaknya kesalahan
konsep pada siswa. Pada fase ini juga siswa diajak untuk membuat prediksi-prediksi tentang fenomena
yang akan depelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. Dalam hal ini guru harus membangun
keterkaitan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.

2. Eksplorasi (Exploration)

Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa. kemudian diberi
kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru untuk
melakukan dan mencatat ide-ide melalui kegiatan-kegiatan praktikum atau telaah literatur. Pada tahap
ini guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek
pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah,
sebagian benar.

3. Penjelasan (Explanation)

Pada tahap ini guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/
pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara
kritis penjelasan antar siswa atau guru serta mengatur jalannya diskusi. Dengan adanya diskusi tersebut,
guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa
terdahulu sebagai dasar diskusi sehingga siswa dapat menemukan istilah-istilah dan konsep yang
dipelajari.

4. Penerapan Konsep (Elaborasi)

Penerapan merupakan kemampuan untuk menerakan suatu kaidah atau metode untuk
menyelesaikan masalah kehidupan yang nyata pada kasus atau problem yang kongkrit dan baru (Sri Esti
Wuryani, 2006:212). Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai cirri-ciri
yang sama. Konsep dapat dilambangkan dalam bentuk kata yang mewakili konsep itu. Pada tahap
elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yag telah dipelajari dalam situasi baru atau
konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat
menerapkan/ mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya. Jika tahap ini dapat dirancang dengan
baik oleh guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu
dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.
5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati
pengetahuan atau pemahamana siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi
diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti,
atau penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
proses penerapan siklus belajar, apakah berjalan cukup baik, baik, atau masih kurang.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru sering menghadapi permasalahan tentang penerapan strategi
yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan terbatas pada
transfer konsep, padahal dalam pembelajaran diharapkan memahami sejumlah konsep dan
mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan ketrampilannya berdasar konsep yang telah
dimilikinya. Guru belum secara optimal strategi yang sesuai dan relevan dengan materi yang akan
disampaikan. Apalagi guru dalam pemilihan strategi masih secara spontan tanpa ada perencanaan.

Dalam tujuan penulisan karya tulis ini untuk mengetahui cara menerapkan dan mengembangkan
strategi pembelajaran pada materi yang esensial. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan proses
pembelajaran tidak hanya transfer konsep, maka akan dibahas tentang bagaimana menerapkan dan
mengembangkan strategi pembelajaran Learning Cycle (LC).

Dapus : http://bdksemarang.kemenag.go.id/penerapan-dan-pengembangan-strategi-pembelajaran-
learning-cycle-lc-bagi-guru/ PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING
CYCLE (LC) BAGI GURU

Oleh: Rr. Sri Sukarni Katamwatiningsih, S.Pd., M.Pd.

29 september 2014 oleh admin BDK

Anda mungkin juga menyukai