Anda di halaman 1dari 31

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE)

Fauziatul Fajaroh dan I Wayan Dasna


Jurusan Kimia FMIPA UM
Apa Siklus Belajar (Learning Cycle) itu?
Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model
pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahaptahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.
LC pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept
introduction), dan aplikasi konsep (concept application) (Karplus dan Their dalam Renner et al,
1988). Pada tahap eksplorasi, pebelajar diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya
semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti
praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam atau
perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam
struktur mentalnya (cognitive disequilibrium) yang ditandai dengan munculnya pertanyaanpertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning)
yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana (Dasna, 2005, Rahayu, 2005).
Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk
menempuh fase berikutnya, fase pengenalan konsep. Pada fase ini diharapkan terjadi proses
menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki pebelajar dengan konsepkonsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti
menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada tahap ini pebelajar mengenal istilah-istilah yang
berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari. Pada fase terakhir, yakni aplikasi
konsep, pebelajar diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti
problem solving (menyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan) atau melakukan
percobaan lebih lanjut.. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi
belajar, karena pebelajar mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.
Implementasi LC dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola
berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama pengembangan perangkat
pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses
pembimbingan) sampai evaluasi. Efektifitas implementasi LC biasanya diukur melalui observasi
proses dan pemberian tes. Jika ternyata hasil dan kualitas pembelajaran tersebut ternyata belum
memuaskan, maka dapat dilakukan siklus berikutnya yang pelaksanaannya harus lebih baik
dibanding siklus sebelumnya dengan cara mengantisipasi kelemahan-kelemahan siklus
sebelumnya, sampai hasilnya memuaskan.
LC tiga fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 dan 6 fase. Pada LC 5
fase, ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan ditambahkan pula tahap
evaluation pada bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept
application masing-masing diistilahkan menjadi explaination dan elaboration. Karena itu LC 5
fase sering dijuluki LC 5E (Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation)
(Lorsbach, 2002). Pada LC 6 fase, ditambahkan tahap identifikasi tujuan pembelajaran pada awal
kegiatan (Johnston dalam Iskandar, 2005). Tahap engagement bertujuan mempersiapkan diri
pebelajar agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi
pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya

miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement ini minat dan
keingintahuan (curiosity) pebelajar tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan.
Pada fase ini pula pebelajar diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan
dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. Pada fase exploration, siswa diberi kesempatan
untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk
menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan
seperti praktikum dan telaah literatur. Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk
menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari
penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini pebelajar menemukan
istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Pada fase elaboration (extention), siswa menerapkan
konsep dan ketrampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan
dan problem solving. Pada tahap akhir, evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fasefase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi
pebelajar melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong
pebelajar melakukan investigasi lebih lanjut. Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode
pembelajaran bersiklus seperti dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar
keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman
mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Berdasarkan uraian di atas, LC dapat
dimplementasikan dalam pembelajaran bidang-bidang sain maupun sosial.
Mengapa Menggunakan Learning Cycle?
LC patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget (Renner et al, 1988), teori
belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan
pengembangan aspek kognitif yang meliputi: struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual adalah
organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalahmasalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang dihadapi. Sedangkan
fungsi merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi
(Arifin, 1995). Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi individu
menggunakan struktur kognitif yang sudah ada untuk memberikan respon terhadap rangsangan
yang diterimanya. Dalam asimilasi individu berinteraksi dengan data yang ada di lingkungan
untuk diproses dalam struktur mentalnya. Dalam proses ini struktur mental individu dapat
berubah, sehingga terjadi akomodasi. Pada kondisi ini individu melakukan modifikasi dari
struktur yang ada, sehingga terjadi pengembangan struktur mental. Pemerolehan konsep baru
akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki individu. Individu harus dapat menghubungkan
konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam suatu hubungan antar konsep.
Konsep yang baru harus diorganisasikan dengan konsep-konsep lain yang telah dimiliki.
Organisasi yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan dalam
menghadapi masalah. Karplus dan Their (dalam Renner et al, 1988) mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget di atas. Dalam hal ini pebelajar diberi kesempatan
untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi
informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau memperluas konsep yang
dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda. Implementasi teori Piaget oleh
Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep . Unsurunsur teori belajar Piaget (asimilasi, akomodasi, dan organisasi) mempunyai korespondensi
dengan fase-fase dalam LC (Abraham et al, 1986). Hubungan tersebut disajikan seperi Gambar 1

(Marek dan Cavallo dalam Dasna, 2005).


Laerning Cycle Phases Mental Functioning
Eksplorasi
Asimilasi
ketidakseimbangan
Pengenalan Konsep
Akomodasi
Aplikasi Konsep
Organisasi
Gambar 1 Hubungan Fase-fase dalam LC dengan Teori Piaget
Pengembangan fase-fase LC dari 3 fase menjadi 5 atau 6 fase pun masih tetap berkorespondensi
dengan mental functioning dari Piaget. Fase engagement dalam LC 5E termasuk dalam proses
asimilasi, sedangkan fase evaluation masih merupakan proses organisasi.
Walaupun fase-fase LC dapat dijelaskan dengan teori Piaget, LC juga pada dasarnya lahir dari
paradigma konstruktivisme belajar yang lain termasuk teori konstruktivisme sosial Vygotsky dan
teori belajar bermakna Ausubel (Dasna, 2005). LC melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi
pebelajar untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi
dengan lingkungan fisik maupun sosial. Implementasi LC dalam pembelajaran sesuai dengan
pandangan kontruktivis yaitu:
1. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan
berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa.
2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi baru yang
dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu
3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan
masalah. (Hudojo, 2001)
Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke
siswa, seperti dalam falsafah behaviorisme, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang
berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung. Proses pembelajaran demikian
akan lebih bermakna dan menjadikan skema dalam diri pebelajar menjadi pengetahuan
fungsional yang setiap saat dapat diorganisasi oleh pebelajar untuk menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapi. Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan sekolah menengah tentang
implementasi LC dalam pembelajaran sain menunjukkan keberhasilan model ini dalam
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa (Budiasih dan Widarti, 2004; Fajaroh dan
Dasna, 2004). Marek dan Methven (dalam Iskandar, 2005) menyatakan bahwa siswa yang
gurunya mengimplementasikan LC mempunyai ketrampilan menjelaskan yang lebih baik dari
pada siswa yang gurunya menerapkan metode ekspositori. Cohen dan Clough (dalam Soebagio,
2000) menyatakan bahwa LC merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sain di sekolah
menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa.
Dilihat dari dimensi guru penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan
kreatifitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Sedangkan ditinjau dari dimensi
pebelajar, penerapan strategi ini memberi keuntungan sebagai berikut:

1. meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran
2. membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar
3. pembelajaran menjadi lebih bermakna
Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai
berikut (Soebagio, 2000):
1. efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran
2. menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran
3. memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
4. memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan
pembelajaran.
Bagaimana Mengembangkan Learning Cycle dalam Pembelajaran?
Aktivitas belajar yang dikembangkan dalam tiap fase LC bergantung kepada tujuan
pembelajaran. Tabel 1 menyajikan beberapa aktivitas belajar atau metode yang dapat dilakukan
dalam tiap fase LC 5E.
Tabel 1 Aktivitas Belajar dalam Tiap Fase LC 5E
Fase Aktivitas Belajar/ Metode
Engagement: menyiapkan (mengkondisikan) diri pebelajar, mengetahui kemungkinan terjadinya
miskonsepsi, membangkitkan minat dan keingintahuan (curiosity) pebelajar Demonstrasi oleh
guru atau siswa
Tanya jawab dalam rangka mengeksplorasi pengetahuan awal, pengalaman, dan ide-ide
pebelajar
Pebelajar diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan
dibuktikan dalam tahap eksplorasi
Exploration: pebelajar bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil, menguji prediksi,
melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide Demonstrasi
Praktikum
Mengerjakan LKS (Lembar Kegiatan Siswa)
Explaination: siswa menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, guru meminta bukti dan
klarifikasi dari penjelasan mereka dan mengarahkan kegiatan diskusi, pebelajar menemukan
istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Mengkaji literatur
Diskusi Kelas
Elaboration (extention) : siswa menerapkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru.
Demontrasi lanjutan
Praktikum lanjutan
Problem solving
Evaluation : evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya ; evaluasi terhadap pengetahuan,
pemahaman konsep, atau kompetensi pebelajar dalam konteks baru yang kadang-kadang
mendorong pebelajar melakukan investigasi lebih lanjut. Refleksi pelaksanaan pembelajaran
Tes tulis
Problem solving

Dalam membuat rencana pembelajaran berbasis LC, kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam tiap
fase harus ditelaah melalui pertanyaan Konsep apa yang akan diberikan ? atau Kompetensi
apakah yang harus dikuasai siswa ? dan Aktivitas-aktivitas yang bagaimanakah yang harus
dikelola dalam tiap fase agar tercapai pemahaman konsep atau terkuasainya kompetensi
tersebut ? . Kegiatan-kegiatan dalam tiap fase harus dirangkai sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Kompetensi yang bersifat psikomotorik dan afektif misalnya akan lebih
efektif bila dikuasai siswa melalui kegiatan semacam praktikum.
Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar LC berlangsung konstruktivistik adalah :
1. Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
2. Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan
3. Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan lingkungannya
4. Tersedianya media pembelajaran
5. Kaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat
secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan
menyenangkan. (Hudojo, 2001)
Berikut ini akan disajikan contoh penerapan LC dalam pembelajaran kimia di SMA.
Contoh Penerapan Learning Cycle dalam Pembelajaran
Uraian dalam paragrap ini menyajikan penerapan LC 5E dalam pembelajaran zat aditif di SMA
(Fajaroh dan Dasna, 2004) yang terdiri atas 3 siklus.
1. Siklus 1
Skenario
TPK: Siswa dapat menjelaskan tujuan pemanfaatan zat pewarna makanan, klasifikasi serta aturan
pemakaian zat pewarna makanan
Fase Kegiatan Guru Kegiatan
1
2
3
4
5 Memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan untuk membangkitkan motivasi belajar dan
menjajagi pengetahuan dan wawasan siswa tentang:
1. kebiasaan yang biasanya dilakukan orang dalam mengolah makanan dalam kaitannya dengan
zat pewarna makanan.
2. tujuan penambahan zat pewarna pada pengolahan makanan tersebut
3. kaitan antara penambahan zat pewarna makanan dengan peningkatan nilai gizi makanan.
4. perlu tidaknya aturan pemakaian zat pewarna makanan
5. bagaimana membedakan pewarna alami dan sintetis

Membimbing siswa melaksanakan Kegiatan I (Klasifikasi Zat Pewarna Makanan) yakni LKS 1
No. 1.1 sampai 1.4.
Membimbing diskusi kelas dan menggiring siswa untuk sampai pada kesimpulan bahwa:
(1) penambahan zat pewarna tersebut semata-mata tidak mempengaruhi nilai gizi makanan tapi
agar penampilan makanan tersebut lebih menarik untuk memancing selera dan mungkin untuk
meningkatkan rasa makanan,
(2) perlunya aturan pemakaian zat pewarna,
(3) ciri-ciri zat pewarna sintetis, (4) kelebihan dan kerugian pemakaian zat pewarna makanan
Menugaskan siswa menjelaskan cara membedakan pewarna sistetis dan alami secara percobaan
(LKS 1 No. 1.5)
Memberikan soal tes:
(1) Sebutkan minimal 2 alasan mengapa orang menggunakan pewarna makanan sebagai zat
aditif?
(2) Sebutkan minimal 3 contoh pewarna alami
(3) Apa kelebihan pewarna sintetis dibanding alami?
(4) Apa kekurangan pewarna sintetis disbanding alami? Diskusi kelas
Melaksanakan Kegiatan I
Diskusi Kelompok
Presentasi kelompok dan Diskusi Kelas
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, M.R., Renner J.W.. 1986.The Sequence of Learning Cycle Activity in High School
Chemistry. J. of Research in Science Teaching. Vol 23 (2), pp 121-143.
Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga
University Press.
Budiasih, E. , Widarti, H.R. 2004. Penerapan Pendekatan Daur Belajar (Learning Cycle) dalam
Pembelajaran Matakuliah Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Jurnal Pendidikan dan
pembelajaran Vol 10 (1), hal 70-78.
Dasna, I.Wayan.2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalam
Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM
Dirjen Dikti Depdiknas. 5 September 2005.
Fajaroh, F., Dasna, I.W. 2003. Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif Dalam Bahan Makanan Pada
Siswa Kelas Ii Smu Negeri 1 Tumpang Malang. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol 11 (2)
Oktober 2004, hal 112-122.

Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok


Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA. FMIPA UM. 9 Juli 2001.
Iskandar, S.M. 2005. Perkembangan dan Penelitian Daur Belajar. Makalah Semlok Pembelajaran
Berbasis Konstruktivis. Jurusan Kimia UM. Juni 2005.
Lorsbach, A. W. 2002. The Learning Cycle as A tool for Planning Science Instruction. Online
(http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.html, diakses 10 Desember 2002).
Rahayu, S., Prayitno. 2005. Penggunaan Strategi Pembelajaran Learning Cycle-Cooperative
Learning 5E (LCC-5E). Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM
Dirjen Dikti Depdiknas. 5 September 2005.
Renner, J.W., Abraham M.R.,Birnie, H.H. 1988. The Necessity of Each Phase of The Learning
Cycle ini Teaching High School Physics. J. of Research in Science Teaching. Vol 25 (1), pp 3958.
Soebagio dkk. 2000. Penggunaan Siklus belajar dan Peta Konsep untuk Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Konsep Larutan Asam-Basa. PPGSM.

Learning cycle atau siklus belajar adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa
yang merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran
dengan berperan aktif (Fajaroh, 2008).
Menurut Lorsbach (2006), learning cycle adalah sebuah model pembelajaran dalam ilmu
pendidikan yang konsisten dengan teori-teori kontemporer tentang bagaimana individu belajar.
Model pembelajaran learning cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam
Science Curriculum Improvement Study atau SCIS (Trowbridge & Bylee dalam Wena, 2009).
Learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang
pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: eksplorasi (exploration), menjelaskan (explanation),
dan memperluas (elaboration/extention), yang dikenal dengan learning cycle 3E.Pada proses
selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami perkembangan menjadi lima tahap, yaitu:
pembangkitan minat/mengajak (engagement), eksplorasi/menyelidiki (exploration), menjelaskan
(explanation), memperluas (elaboration/extention), dan evaluasi (evaluation), sehingga dikenal
dengan learning cycle 5E.

Dalam Fajaroh (2008) kelima tahap learning cycle 5E tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Engagement (mengajak), yaitu fase yang bertujuan mempersiapkan diri siswa agar
terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan
ide-ide mereka, serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran
sebelumnya. Dalam fase engagement ini minat dan keingintahuan siswa tentang topic yang akan
dipelajari berusaha dibangkitkan. Siswa juga diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena
yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi.
2) Exploration (menyelidiki), pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dalam
kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi,

melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum
dan telaah literatur.
3) Explanation (menjelaskan), dalam fase ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep
dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan
mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan istilah-istilah dari konsep yang
dipelajari.
4) Elaboration/Extention (memperluas), yaitu siswaa menerapkan konsep dan keterampilan
dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.
5) Evaluation (evaluasi), dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga
evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep atau kompetensi siswa melalui problem
solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih
lanjut.
Menurut Fajaroh (2008), model pembelajaran learning cycle 5E memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya:
1. Merangsang kembali siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka
dapatkan sebelumnya.
2. Memberikan motivasi kepeda siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan menambah
rasa keingintahuan.
3. Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen.
4. Melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari.

MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE)


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siklus belajar merupakan salah satu metode perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan
IPA. Siklus belajar dikembangkan berdasarkan teori yang dikembangkan pada masa kini tentang
bagaimana siswa seharusnya belajar. Metode ini merupakan metode yang mudah untuk
digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas
belajar IPA pada setiap siswa . Guru harus menemukan cara-cara memahami pandanganpandangan siswa, merencanakan kerangka alternatif, merangsang kebingungan antar siswa dan
mengembangkan tugas-tugas yang mengajukan konstruksi pengetahuan.
Menurut Dahar RW (1998) menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang paling umum dan esensial
yang dapat diturunkan dari konstruktivisme ialah siswa memperoleh pengetahuan diluar sekolah
dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal tersebut. Dan juga menyatakan bahwa pelajaran
kemudian dikembangkan dari gagasan yang telah ada mungkin melalui langkah-langkah
intermediet dan berakhir dengan gagasan yang telah mengalami modifikasi. Salah satu model
belajar mengajar yang menerapkan konstruktivisme adalah penggunaan model siklus belajar atau
sering disebut Learning Cycle.
BAB II
LEARNING CYCLE

Siklus Belajar
A. Pengertian Learning Cycle
Siklus belajar (learning cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik (student centered). Pengembangan model ini pertama kali dilakukan oleh Science
Curriculum Improvement Study (SCIS) pada tahun 1970-1974. Model ini dilandasi oleh
pandangan kontruktivisme dari Piaget yang berangapan bahwa dalam belajar pengetahuan itu
dibangun sendiri oleh anak dalam struktur kognitif melalui interaksi dengan lingkungannya.
Siklus belajar merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi-kompetensi, yang harus dicapai dalam

pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Siklus belajar pada mulanya terdiri dari fase-fase
eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction) dan aplikasi konsep (concept
application) (Karplus dan Their dalam Renner et al, 1998).
B. Alasan Menggunakan Siklus Belajar (Learning Cylce)
Siklus belajar patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget (Renner et al,
1988), teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan
pengembangan aspek kognitif yang meliputi : struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual
adalah organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan
masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang dihadapi.
Sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan
organisasi (Arifin, 1995). Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi
individu menggunakan struktur kognitif yang sudah ada untuk memberikan respon terhadap
rangsangan yang diterimanya. Dalam asimilasi individu berinteraksi dengan data yang ada di
lingkungan untuk diproses dalam struktur mentalnya. Dalam proses ini struktur mental individu
dapat berubah, sehingga terjadi akomodasi. Pada konsisi ini individu melakukan modifikasi dari
struktur yang ada, sehingga terjadi pengembangan struktur mental. Pemerolehan konsep baru
akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki individu. Individu harus dapat menghubungkan
konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam suatu hubungan antar konsep.
Konsep yang baru harus diorganisasikan dengan konsep-konsep lain yang telah dimiliki.
Organisasi yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan dalam
menghadapi masalah. Karplus dan Their (dalam Renner et al, 1988) mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget di atas. Dalam hal ini pembelajar diberi kesempatan
untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi
informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau memperluas konsep yang
dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda. Implementasi teori Piaget oleh
Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Unsurunsur teori belajar Piaget (asimilasi, akomodasi, dan organisasi) mempunyai korespondensi
dengan fase-fase dalam Siklus Belajar (abraham et al, 1986).
C. Tipe dan Pengembangan fase-fase dalam Learning Cycle
Lawson (1995) mengemukakan tiga tipe learning cycle yaitu:
1. Deskriptif; para siswa menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi); guru
memberi nama pada pola itu (pengenalan istilah atau konsep), kemudian pola itu ditentukan
dalam konteks-konteks lain (aplikasi konsep).
2. Empiris-induksi; para siswa juga menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi),
tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya suatu
pola.
3. Hipotesis deduktif; dimulai dengan pernyataan sebab. Para siswa diminta untuk merumuskan
jawaban-jawaban hipotesis-hipotesis yang mungkin pada terhadap pernyataan itu.
Ketiga tipe learning cycle ini menunjukan suatu kontinum dari sains deskriptif hingga sains
eksperimental. Dengan sendirinya ketiga siklus belajar ini menghendaki perbedaan dalam
inisiatif dan kemampuan penalaran siswa.
Fase-fase Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle)
Dalam pembelajaran model siklus belajar (learning cycle) terdapat 3 fase penting yaitu fase
eksplorasi, pengenalan konsep, dan penerapan konsep.

Pada fase eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi materi secara bebas. Siswa
melakukan berbagai kegiatan ilmiah seperti mengamati, membandingkan, mengelompokkan,
menginterpretasikan dan yang lainnya, sehingga menemukan konsep-konsep penting sesuai
dengan topik yang sedang dibahas. Ada kalanya konsep yang ditemukan sudah sesuai dengan
konsepsi awal mereka sehingga langsung diasimilasikan ke dalam struktur kognitifnya tetapi ada
juga konsep yang tidak sesuai sehingga menimbulkan konflik kognitif. Melalui diskusi dan
bertanya pada teman maupun guru, siswa mengakomodasi konsep tersebut untuk dapat
diasimilasikan. Dengan cara demikian siswa mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.
Pada fase ini aktivitas kebanyakan dilakkan oleh siswa sedang guru hanya memberikan orientasi
tentang apa yang harus dilakukan siswa, mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan kegiatan
siswa, memberikan motivasi, serta mengidentifikasi dan membimbing siswa yang mengalami
konflik kognitif. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan guru membimbing siswa
mengumpulkan data untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari. Disinilah guru
mempunyai banyak peluang untuk melatih keterampilan proses dan sikap ilmiah para siswa
sesuai dengan apa yang ditargetkan dalam rencana pembelajaran.
Pada fase pengenalan konsep peran guru lebih dominan. Dengan menggunakan metode yang
sesuai, guru membantu siswa mengidentifikasi konsep, prinsip, dan hukum-hukum yang
berhubungan dengan pengalaman pada fase eksplorasi.
Dalam tahap ini guru berperan lebih tradisional. Guru mengumpulkan informasi dari muridmurid yang berkaitan dengan pengalaman mereka dalam eksplorasi. Bagian pelakaran ini
merupakan waktu untuk menyusun pembendaharaan kata. Materi-materi seperti buku, alat
pandang dengar dan materi tertulis lainnya diperlukan untuk penyusunan konsep.
Fase terakhir adalah penerapan konsep. Pada fase ini siswa diminta untuk menerapkan
konsep yang baru mereka pahami untuk memecahkan masalah-masalah dalam situasi yang
berbeda. Dalam hal ini guru bertugas untuk menyiapkan berbagai kegiatan atau permasalahan
yang relevan dengan konsep yang sedang dibahas.
Pada fase ini, peserta didik diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan
seperti problem solving atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat
meningkakan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena peserta didik mengetahui
penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.
Dengan menggunakan pendekatan siklus/daur belajar, dapat diciptakan kesempatan untuk
memberikan pengalaman fisik, interaksi sosial, danr euglasi sendiri. Dengan kata lain, dengan
menggunakan pendekatan ini dapat diciptakan pengalaman-pengalaman belajar yang
menginkorporasikan tiga variabel yang berperanan dalam pembentukan konsep. Tahap eksplorasi
memberikan murid-murid pengalaman fisik dan interaksi sosial. Pengalaman ini mendorong
asimilasi atau mungkin menyebabkan murid untuk bertanya tentang pemikiran mereka mengenai
konsep tertentu, menciptakan disekuilibrasi. Pengalaman fisik juga membantu murid dalam
menumbuhkan image mental dari gagasan baru atau istilah-istilah baru yang disampaikan dalam
tahap pengenalan konsep.
Karena gagasan-gagasan atau istilah-istilah baru disampaikan dalam pengenalan konsep, muridmurid mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengan gagasan baru dan dengan guru serta
dengan teman. Interaksi ini cukup untuk membantu murid mengasimilasi atau mengakomodasi
gagasan tertentu.
Tahap penerapan konsep mendorong interaksi fisik dan sosial tambahan dengan memberikan
kesempatan mereka untuk menggunakan agasan-gagasan dan istilah-istilah baru ini dalam
situasi yang berbeda. Pengalaman-pengalaman ini membantu menemukan jawaban-jawaban

terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama tahap eksplorasi dan pengenalan konsep,
memberikan kesempatan tambahan untuk terjadinya regulasi sendiri.
Di samping yang telah disebutkan di atas, tahap penerapan konsep ini penting bagi beberapa
murid untuk memperluas penerapan konsep baru tersebut. Tanpa adanya berbagai macam variasi
penerapan konsep, makna konsep itu akan tinggal terbatas pada contoh yang dibicarakan saja.
Sebagai tambahan, kegiatan penerapan konsep membantu murid-murid yang pembentukan
konsepnya berjalan lambat dari pada murid-murid lainnya. Dan akhirnya, penerapan konsep
memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk menemukan penerapan konsep sendiri
dalam konteks yang baru.
Dengan perhatian tetap diarahkan pada murid-murid, variabel pembentukan konsep (kematangan
fisik) dapat juga diakomodasi dengansiklus belajar. Menurut para pakar teori kognitif, muridmurid hanya dapat menginternalisasi konsep bilamana mereka telah siap mental. Oleh karena
itu, dengan pemilihan konsep-konsep/topik yang tepat dari masing-masing pelajaran, muridmurid dapat diberi pengalaman-pengalaman belajar yang cocok dengan kemampuan
penalarannya.
Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena
pebelajar mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.
Tiga fase dalam model learning cycle saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5
fase, . Pada LC 5 fase, ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan ditambahkan
pula tahap evaluation pada bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan
concept application masing-masing diistilahkan menjadi explaination dan elaboration. Karena itu
LC 5 fase sering dijuluki LC 5E yaitu Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan
Evaluation (Lorsbach, 2002).
5 E Learning Cycle Model :
Engagement
Mempersiapkan diri siswa agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan
mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya.
Minat dan keingintahuan (curiosity) pebelajar tentang topik yang akan diajarkan berusaha
dibangkitkan. Pada fase ini pula pebelajar diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena
yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi
Exploration Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil
tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat
pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.
Explanation Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep
dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan
mengarahkan kegiatan diskusi
Elaboration siswa menerapkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru melalui kegiatankegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.
Evaluation Pada tahap akhir, evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase
sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa
melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan
investigasi lebih lanjut. Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus
seperti dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat
berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep
yang dipelajari.

D. Aplikasi Learning Cycle 5E (5 fase) dalam Kegiatan Pembelajaran


Berikut ini contoh penerapan Learning Cycle 5E dalam Pembelajaran IPA di SD dalam Silabus
dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sebagai berikut :
Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) dan Silabus
Skenario Pembelajaran Siklus LC 5E
(Engagement, Eksploration, Explanation, Elaboration, Evaluation)
Nama Sekolah : SD X
Mata Pelajaran : IPA
Kelas : IV
Semester : II
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit (4 jam pelajaran)
Pendekatan : Konsep
Model : Learning Cycle 5E tipe Empiris-Induktif
Metode : Ceramah, ekspositori dan diskusi
Standar Kompetensi : Memahami hubungan antara sunber daya alam dengan lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
Kompetensi Dasar :
-Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan.
- Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang di gunakan.
- Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian sunber daya alam
2. Menyebutkan jenis-jenis sumber daya alam. 3. Menjelaskan cara pengelolaan sumber daya
alam
4. Menjelaskan keuntungan dan kerugian pengelolaan sumber daya alam dengan teknologi yang
digunakan. 5. Menjelaskan dampak negatif pengelolaan bahan alam yang tidak bijaksana. 6.
Menjelaskan kegiatan manusia yang dapat mengatasi dampak negatif pengambilan bahan alam.
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari subbab berikut, siswa dapat:
1. Menyebutkan jenis-jenis sumber daya alam;
2. Menjelaskan proses terbentuknya sumber daya alam;
3. Menjelaskan cara pemulihan sumber daya alam;
4. Mengelompokkan sumber daya alam berdasarkan pemulihannya;
5. Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan;
6. Menyebutkan teknologi yang digunakan untuk pemanfaatan sumber daya alam; serta
7. Menjelaskan cara kerja salah satu teknologi yang digunakan untuk pemanfaatan sumber daya
alam.
B. Materi Pokok
Sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan

kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang ada di sekitar alam lingkungan hidup
kita. Sumber daya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah,
udara, dan lain sebagainya. Contoh dasar sumber daya alam seperti barang tambang, sinar
matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi lainnya.
A. Sumber daya alam berdasarkan jenis :
- sumber daya alam hayati / biotik
adalah sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup.
contoh : tumbuhan, hewan, mikro organisme, dan lain-lain
- sumber daya alam non hayati / abiotik
adalah sumber daya alam yang berasal dari benda mati.
contoh : bahan tambang, air, udara, batuan, dan lain-lain
B. Sumber daya alam berdasarkan sifat pembaharuan :
- sumber daya alam yang dapat diperbaharui / renewable
yaitu sumber daya alam yang dapat digunakan berulang-ulang kali dan dapat dilestarikan.
contoh : air, tumbuh-tumbuhan, hewan, hasil hutan, dan lain-lain
- sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui / non renewable
ialah sumber daya alam yang tidak dapat di daur ulang atau bersifat hanya dapat digunakan
sekali saja atau tidak dapat dilestarikan serta dapat punah.
contoh : minyak bumi, batubara, timah, gas alam.
- Sumber daya alam yang tidak terbatas jumlahnya / unlimited
contoh : sinar matahari, arus air laut, udara, dan lain lain.
C. Sumber daya alam berdasarkan kegunaan atau penggunaannya
- sumber daya alam penghasil bahan baku
adalah sumber daya alam yang dapat digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain
sehingga nilai gunanya akan menjadi lebih tinggi.
contoh : hasil hutan, barang tambang, hasil pertanian, dan lain-lain
- sumber daya alam penghasil energi
adalah sumber daya alam yang dapat menghasilkan atau memproduksi energi demi kepentingan
umat manusia di muka bumi.
misalnya : ombak, panas bumi, arus air sungai, sinar matahari, minyak bumi, gas bumi, dan lain
sebagainya.
1 jenis-jenis sumber daya alam:
-sumber daya alam hayati (biotik) sumber daya alam nonhayati (abiotik)
C. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
a) Guru mengucapkan salam pembuka dan doa
b) Motivasi meminta siswa menuliskan pada seslembar kertas tentang apa saja sumber daya alam
yang ada di sekitar tempat tinggal.
Kegiatan Inti
Fase 1: Engagement

a) Guru memperlihatkan berbagai model ekosistem.


b) Melalui proses tanya jawab siswa mendeskripsikan komponen penyusun ekosistem.
Fase 2 : Exploration
a) Guru membagi siswa dalam 5 kelompok dengan anggota masing-masing kelompok sebanyak
7 orang siswa.
b) Setiap kelompok ditugaskan untuk melakukan mengamati model ekosistem yang telah
ditampilakan guru.
c) Melalui diskusi kelompok siswa membedakan faktor biotik dan abiotik beserta contoh.
Fase 3 : Explanation
a) Melalui diskusi kelas siswa menjelaskan interaksi antar komponen ekosistem dalam bentuk
narasi.
Fase 4 : Elaboration
a) Melalui diskusi kelas siswa menyusun bagan aliran energi suatu ekosistem.
Fase 5 : Evaluation
Evaluasi dilakukan selama pembelajaran dilangsungkan. Guru bertugas untuk mengobservasi
pengetahuan dan kecakapan siswa dalam mengaplikasikan konsep dan perubahan berfikir siswa.
Instrumen yang digunakan guru berupa rubrik penilaian sebagai berikut :
Nama Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4
Kemampuan mendeskripsikan pengerrtian ekosistem (kognitif) Kemampuan mendeskripsikan
komponen penyusun ekosistem abiotik dan biotik (kognitif) Kemampuan mengidentifikasi
interaksi komponen penusun abiotik dan biotik
(kognitif dan afektif) Kemampuan siswa dalam mengeksplorasi pengetahuan dan pemahaman
konsep pada penulisan laporan observasi (kognitif dan afektif) Kemampuan siswa dalam
presentasi
(kognitif,afektif dan psikomotor) Kemampuan siswadalam berdiskusi menjawab pertanyaan
(kognitif) Kemampuan menganalisis masalah interaksi komponen ekosistem biotik dan abiotik
(kognitif dan afektif)
Kemampuan mencari solusi masalah dan menuliskan dalam tugas paper
(kogniti,afektif,psikomor)
Adi
Ani
Budi
Bunga
Cecep

Cucu
Dewa
Dewi
Enda
Fian
Fany
Gading
Gilang
Ima
Intan
Kegiatan Akhir
a) Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan memberikan penjelasan kepada siswa
apabila ada miskonsepsi
b) Guru menyimpulkan materi pelelajaran
c) Guru mengucapkan salam penutup
E. Kelebihan dan Kekurangan Siklus Belajar (Learning Cycle)
Ditinjau dari dimensi peserta didik, penerapan strategi ini memberi keuntungan sebagai berikut :
Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai
berikut (Soebagio, 2000).
Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran.
Menurut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran.
Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan
pembelajaran.
F. Cara Mengupayakan Lingkungan Belajar Agar Siklus Belajar Berjalan Optimal
Agar tujuan pembelajaran tercapai, kegiatan-kegiatan dalam setiap fase-fase harus dirangkai
dengan baik. Kompetensi yang bersifat psikomotorik dan afektif misalnya akan lebih efektif bila
dikuasai melalui kegiatan semacam praktikum, lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar
siklus belajar berlangsung konstruktivistik menurut Hadojo (2001) adalah :
Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan.
Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan lingkungan.
Tersedianya media pembelajaran.
Kaitan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara
emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.

Kesimpulan
Siklus belajar merupakan salah satu metode perencanaan yang telah diakui dalam
pendidikan IPA. . Metode ini merupakan metode yang mudah untuk digunakan oleh guru dan
dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa .
Salah satu model belajar mengajar yang menerapkan konstruktivisme adalah penggunaan model
siklus belajar atau sering disebut Learning Cycle.
Siklus belajar (learning cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik (student centered. Model ini dilandasi oleh pandangan kontruktivisme dari Piaget
yang berangapan bahwa dalam belajar pengetahuan itu dibangun sendiri oleh anak dalam
struktur kognitif melalui interaksi dengan lingkungannya. . Siklus belajar pada mulanya terdiri
dari fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction) dan aplikasi
konsep (concept application). Lawson (1995) mengemukakan tiga tipe learning cycle yaitu: 1.
Deskriptif, 2. Empiris-induksi, dan3. Hipotesis deduktif. Dalam pembelajaran model siklus

belajar (learning cycle) terdapat 3 fase penting yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan
penerapan konsep.
Tiga fase dalam model learning cycle saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan
menjadi 5 fase, yaitu sering dijuluki LC 5E yaitu Engagement, Exploration, Explaination,
Elaboration, dan Evaluation (Lorsbach, 2002).
Kelebihan dan Kekurangan Siklus Belajar (Learning Cycle)
Meningkatkan motivasi belajar karena
Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi.
Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran.
Menurut kesungguhan dan kreativitas guru.
Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih.

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai
strategis bagi kelangsungan peradapan manusia di dunia. Salah satu komponen penting dalam
dunia pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar
sehingga menuntut guru mempunyai strategi dan kreativitas dalam proses belajar mengajar.
Salah satu ilmu dalam pendidikan adalah sains, salah satu bagian dari ilmu sains yaitu Biologi.
Biologi merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mengkaji tentang
kehidupan, lingkungan sekitar, interaksi antara kehidupan dengan lingkungan sekitar dan
fenomena yang berkaitan dengannya. Tujuan dari pembelajaran biologi menurut Anonimus
(2008) adalah agar siswa mampu melakukan pengamatan, percobaan sederhana dan diskusi
untuk memahami konsep serta mampu menginterpretasikan data yang dikumpulkan dan
melaporkannya. Untuk mencapai tujuan seperti yang diharapkan tentu saja dibutuhkan adanya
kerjasama yang baik antara guru dan siswa. Siswa harus memiliki keaktifan tinggi dalam proses
belajar mengajar, sedangkan guru harus mampu mengadakan pembelajaran yang melibatkan
siswa. Biologi memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan, untuk itu dibutuhkan guru
yang kreatif dalam memilih model pembelajaran agar proses belajar mengajar menjadi lebih
efektif dan efisien sehingga siswa mampu memahami konsep-konsep dalam pelajaran Biologi.
Model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar memiliki peranan penting
dalam menentukan keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu guru dituntut agar dapat
menerapkan model pembelajaran yang efektif dan efisien yang dapat meningkatkan partisipasi
siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Manfaat dari model pembelajaran adalah untuk
meningkatkan suasana belajar yang lebih kondusif dengan lebih melibatkan aspek-aspek
kecerdasan siswa atau dengan kata lain siswa diarahkan untuk melakukan aktivitas pembelajaran
mandiri dengan pengawasan secara proposional oleh guru.

Berdasarkan informasi yang diperoleh tidak tercapainya ketuntasan belajar siswa karena
guru belum melaksanakan inovasi pembelajaran yaitu pada umumnya guru lebih banyak
menggunakan waktu untuk menjelaskan materi pelajaran, guru kurang membimbing siswa untuk
memperoleh pengetahuan secara mandiri. Oleh karena itu perlu usaha perbaikan agar siswa dapat
bersikap ilmiah dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Sikap ilmiah dan hasil belajar siswa dapat meningkat apabila guru dapat membangkitkan
minat siswa, meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam belajar dengan menggunakan berbagai
macam model pembelajaran, memberikan umpan balik kepada siswa. Salah satu alternative
untuk pemecahan masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran yaitu
model pembelajaran Learning Cycle 5E.
B.

Rumusan Masalah

1.

Apa itu model pembelajaran Learning Cycle?

2.

Bagaimana implementasinya dalam proses pembelajaran?

3.

Bagaimana kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Learning Cycle?

C.

Tujuan

1.

Mengetahui model pembelajaran Learning Cycle

2.

Mengetahui implementasinya dalam proses pemebelajaran

3.

Mengetahui kelebihan dan kekuarangan model pembelajaran Learning Cycle

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Model Pembelajaran Learning Cycle


Learning Cycle 5E/ Siklus belajar adalah model pembelajaran yang
berpusat

pada

kegiatan

penyelidikan

sebelum

konsep

ilmiah

diperkenalkan kepada siswa. Dalam model pembelajaran Learning Cycle


5E siswa mengembangkan pemahaman konsep melalui pengalaman
langsung yang bertahap dan bersiklus. Implementasi Learning Cycle
dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivis yaitu: (1)
pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa, (2) informasi baru
yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu, (3) orientasi
pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan
pemecahan masalah. Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi
sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi merupakan
proses perolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa

secara aktif dan langsung. Dapat juga diartikan sebagai suatu model
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Learning
Cycle

merupakan

rangkaian

tahap-tahap

kegiatan

(fase)

yang

diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa berperan aktif untuk dapat


menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam tujuan
pembelajaran.

Gambar 1 Tipe Learning Cycle

Deskriptif; para siswa menemukan pola empiris dalam konteks


khusus (eksplorasi); guru memberi nama pada pola itu (pengenalan
istilah atau konsep), kemudian pola itu ditentukan dalam kontekskonteks lain (aplikasi konsep)

Empiris-induksi; para siswa juga menemukan pola empiris dalam


konteks khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya mengemukakan
sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya suatu pola.

Hipotesis deduktif; dimulai dengan pernyataan sebab. Para siswa


diminta untuk merumuskan jawaban-jawaban hipotesis-hipotesis yang
mungkin pada terhadap pernyataan itu.
Learning Cycle mempunya 3 fase, yaitu Eksplorasi (exploration),
Pengenalan konsep (concept introduction) dan Aplikasi konsep (concept
application).

Gambar 2 Fase Learning Cycle


Fase I : Exploration
Siswa diberi kesempatan untuk mengekplorasi materi secara bebas.

Siswa mengobservasi dan memahami fenomena alam dengan


menggunakan pengetahuan awalnya.

Siswa mengembangkan pengetahuan baru yang melibatkan pengalaman


konkrit siswa dengan sedikit bimbingan guru.
Tujuan eksplorasi ini adalah untuk merangsang minat siswa.
Tujuannya bagi guru adalah mengetahui pengetahuan awal siswa.
Fase II : Explaination

Guru mengenalkan konsep baru serta menghubungkan antar


konsep yang siswa temukan pada fase eksplorasi.

Pengenalan konsep dapat dilakukan dengan cara diskusi, melihat


tayangan gambar/charta, dsb.

Siswa dibimbing untuk memahami konsep dan prinsip-prinsipnya


sehingga

dapat

menjawab

pertanyaan-pertanyaan

dan

menunjukkan membenahi konsep awal yang mereka miliki.


Fase III : Aplikasi Konsep

Siswa berpikir tentang cara mengaplikasikan konsep yang mereka


dapat pada fase II untuk diterapkan pada situasi lain.

Tujuannya adalah secara umum siswa dapat mengaplikasikan


pengetahuan mereka.

Guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang


berbeda untuk diselesaikan siswa dengan konsep yang telah
mereka dapat pada fase yang kedua.

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakannya


pada pengembangan konsep yang lebih lanjut.
Gambar 3 Aktivitas Belajar LC

5E
B.

Implementasi Learning Cycle Dalam Pembelajaran


Pada fase engagement, siswa dituntut untuk meningkatkan rasa
ingin tahu terhadap materi yang diajarkan, pada fase exploration, siswa
harus mengeksplor pengetahuan yang dimiliki menguji prediksi,
melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide secara berkelompok
sehingga dapat melatih kerjasama, toleransi, teliti dan bertanggung
jawab contohnya dengan melakukan demonstrasi. Selanjutnya pada fase

explanation siswa harus memaparkan hasil diskusi sehingga melatih


kepercayaan diri siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Pada
fase elaborasi, siswa menerapkan konsep yang telah dimiliki pada
situasi baru sehingga melatih siswa untuk berpikir kritis. Kemudian fase
evaluation, evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya : evaluasi
terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa
dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan
investigasi lebih lanjut.
Rapi (2008) menyatakan bahwa model pembelajaran siklus belajar/
Learning cycle dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa karena model
pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengkontruksi pengetahuan yang dimiliki serta mengaitkan konsepkonsep yang sudah dipahami dengan konsep-konsep yang akan
dipelajari sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal tersebut
sesuai dengan hasil penelitian Azizah (2008) dalam jurnalnya yang
menyatakan bahwa model pembelajaran Learning Cycle dapat
meningkatkan kemampuan bekerja ilmiah/sikap ilmiah siswa karena
siswa terlibat aktif dalam proses pencarian pengetahuan.
Model pembelajaran Learning Cycle 5E menjadikan siswa lebih
aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran, meningkatkan motivasi
belajar, kerjasama, saling belajar, keakraban, saling menghargai serta
siswa lebih berpartisipasi dalam belajar. Menurut penelitian Irda Sayuti

dalam jurnalnya menyatakan bahwa model pembelajaran Learning Cycle


5E

dapat meningkatkan pencapaian belajar lebih besar didalam

pembelajaran sains dibandingkan dengan pembelajaran tradisional yaitu


pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik, sikap siswa dalam
pembelajaran sains lebih baik serta dapat memperbaiki kemampuan
menjawab permasalahan siswa.
Fajaroh (2008), bahwa Model pembelajaran Learning Cycle 5E
mendorong siswa mengembangkan sendiri pemahaman konsep ilmu
pengetahuan,

menggali

dan

memperdalam

pemahamannya

dan

kemudian menerapkan konsep dalam situasi baru, sehingga dapat


meningkatkan daya serap siswa didalam belajar. Learning Cycle 5E
dapat membantu siswa memahami konsep dalam berbagai aspek karena
didukung

dengan

adanya

fase-fase

pembelajaran

pada

model

pembelajaran Learning Cycle 5E. Sedangkan menurut Khairani (2011),


model pembelajaran Learning Cycle 5E mempunyai fase-fase yang yang
menuntut siswa untuk lebih aktif menggali dan memperkaya
pemahaman siswa terhadap konsep- konsep yang dipelajari sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
C.

Kelebihan dan Kekurangan Learning Cycle


Kelebihan :

Dilihat dari dimensi guru : memperluas wawasan dan meningkatkan


kreatifitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.

Dilihat dari dimensi siswa

1.

Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar

dilibatkan secara

aktif dalam proses pembelajaran


2.

Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa

3.

Pembelajaran menjadi lebih bermakna


Kekurangan :

1.

Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi


dan langkah-langkah pembelajaran

2.

Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan


melaksanakan proses pembelajaran

3.

Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi

4.

Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun


rencana dan melaksanakan pembelajaran.
BAB III

KESIMPULAN

Learning Cycle 5E/ Siklus belajar adalah model pembelajaran yang


berpusat

pada

kegiatan

penyelidikan

sebelum

konsep

ilmiah

diperkenalkan kepada siswa. Dalam model pembelajaran Learning Cycle


5E siswa mengembangkan pemahaman konsep melalui pengalaman
langsung yang bertahap dan bersiklus. Learning Cycle merupakan
rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa
sehingga siswa berperan aktif untuk dapat menguasai kompetensikompetensi yang harus dicapai dalam tujuan pembelajaran. Learning
Cycle mempunya 3 fase, yaitu Eksplorasi (exploration), Pengenalan
konsep

(concept

introduction)

dan

Aplikasi

konsep

(concept

application). Kelebihan model pembelajaran Learning Cycle 5E, yaitu


dalam dimensi guru dapat memperluas wawasan dan meningkatkan
kreatifitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Sedangkan
dalam dimensi siswa dapat meningkatkan motivasi belajar karena siswa
dilibatkan

secara

aktif

dalam

proses

pembelajaran,

membantu

mengembangkan sikap ilmiah siswa, dan pembelajaran menjadi lebih


bermakna. Sedangkan Kekurangan dari Learning Cycle 5E, yaitu
efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan
langkah-langkah pembelajaran, menuntut kesungguhan dan kreativitas
guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran,

memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi,


dan memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai