Anda di halaman 1dari 15

SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE)

A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING


CYCLE)

Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi
segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala
fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar
mengajar. Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan
dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada
pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya (Wikipedia, 2019).
Menurut Trianto dalam (M. Jainuri) “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial”. Model pembelajaran juga dapat dikatakan sebagai suatu
perencanaan yang akan digunakan untuk merancang pola-pola mengajar secara tatap muka
didalam kelas. Model pembelajaran juga digunakan untuk menentukan materi maupun media
pembelajaran termasuk didalamnya terdapat buku-buku, video-video pembelajaran ataupun
program-program komputer untuk menunjang proses belajar-mengajar. Setiap model
pembelajaran mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa
untuk mencapai berbagai tujuan. Model pembelajaran juga erat kaitannya dengan strategi
pembelajaran, menurut Sofa amri ( dalam Nurdyansyah & Eni, 2016) definisi strategi, metode,
pendekatan dan teknik pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1. Strategi pembelajaran adalah seperangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah
dikaitkan dengan faktor yang menentukan warna atau strategi tersebut, yaitu: a)
pemilihan materi pelajaran (guru dan siswa); b) penyaji materi pelajaran (perorangan
atau kelompok); c) cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis
atau sintesis, formal atau non formal); dan d) sasaran penerima materi pelajaran
(kelompok, perorangan, heterogen atau homogen).
2. Pendekatan pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan.
3. Metode pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada
semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan metode ceramah, ekspositori, tanya
jawab, penemuan terbimbing dan sebagainya.
4. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus atau metode pembelajaran yang telah
disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran
serta kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan
berulang dan atau dengan teknik yang lainnya.
Jadi, model pembelajaran atau dapat juga dikatakan sebagai strategi pembelajaran
adalah suatu kebijaksanaan yang diambil untuk merencanakan suatu pola pembelajaran
tertentu untuk menciptakan suasana belajar sesuai dengan pendekatan yang dipilih guru untuk
mengajar secara tatap muka dikelas. Model pembelajaran juga menjadikan kita sebagai guru
dapat mengarahkan siswa ke berbagai tujuan yang hendak dicapai dalam proses belajar. Salah
satu model pembelajaran yang kita kenal adalah Learning Cycle.
Model siklus belajar (Learning Cycle) pertama kali dikembangkan pada tahun 1970
dalam SCIS (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan
pendidikan sains di Amerika Serikat. Menurut Bodner (dalam Sadia, 2014) model siklus
belajar merupakan suatu strategi pembelajaran yang berbasis pada paham konstruktivisme
dalam belajar, dengan asumsi dasar bahwa “pengetahuan dibangun di dalam pikiran
pebelajar”. Model pembelajaran siklus belajar adalah salah satu pembelajaran yang
menerapkan model kontruktivisme. Jadi, model pembelajaran siklus belajar ini menjadikan
siswa atau si pebelajar secara aktif menata informasi yang ia dapatkan. Model pembelajaran
siklus belajar ini adalah suatu model belajar yang memudahkan pebelajar dalam penguasaan
konsep-konsep baru sehingga ia mampu menata ulang pengetahuan yang dimilikinya.
Pelaksanaan kegiatan dalam model pembelajaran siklus belajar ini dilakukan teratur dan tepat
sehingga informasi yang ada tidak semata-mata hanya dari dosen kemudian dipindahkan ke
siswa saja, melainkan informasi itu diberikan secara runtut kemudian dengan sendirinya
siswa tersebut menerima dan mengembangkannya.
Model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) merupakan salah satu model
pembelajaran dengan menggunakan pendekatak konstruktivis yang pada mulanya terdiri dari
tiga tahap yaitu eksplorasi, pengenalan konsep, dan penerapan konsep. Namun, setelah
mengalami perkembangan tahap pada model pembelajaran learning cycle menjadi spesifik
yaitu pembangkit minat (engagement), eksplorasi (exploratin), penjelasan (explanation),
elaborasi (elaboration), evaluasi (evalution). Sehingga model learning cycle sering disebut
dengan model learning cycle 5E. Selain itu terdapat pula model pembelajaran learning cycle
7E yang memiliki 7 tahap pembelajaran yaitu: elicit, engagement, exploration, explanation,
elaboration, evaluation, extended. Model siklus belajar-7E dikembangkan dari model siklus
belajar-5E (Sadia, 2014).

B. TEORI YANG MENDASARI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE


Teori belajar yag melatar belakangi dari learning cycle adalah teori kotruktivisme.
Kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan
adalah kontruksi kita sendiri dan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari realita.
Pengetahuan adalah kontruksi kognitif terhadap realita melalui kegiatan mental seseorang.
Pengetahuan dibangun di dalam pikiran orang yang belajar (pebelajar). Karena itu,
pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Menjadi
tahu adalah suatu proses aktif dalam mana indvidu berinteraksi dengan lingkungannya dan
mentrasnformasinya di dalam pikiran dengan menggunakan strukstur kognitif yang telah
dimilikanya (Sadia, 2014).
Selain teori konstruktivisme, teori belajar piaget juga melatar belakangi dari model
learning cycle. Piaget memandang bahwa individu sebagai struktur kognitif dapat memahami
dan menanggapi pengalamannya melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu,
teori belajar bermakna juga melatar belakangi model pembelajaran learning cycle. Belajar
bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang
sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Hal ini mengakibatkan pembelajaran, siswa akan
lebih mudah memahami dan mempelajari, karena guru mampu memberikan kemudahan bagi
siswanya dengan mengaitkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada dalam
pikirannya.
Maka dapat disimpulkan ada tiga teori belajar yang melatar belakangi dari model
learning cycle yaitu teori konstruktivisme, teori belajar piaget dan teori belajar bermakna.
Pada teori konstruktivisme menegaskan bawa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Sehingga siswa harus aktif untuk membangun
pengetahuannya dari pengalaman belajar dan guru hanya sebagai fasilitator. Pada teori piaget,
informasi yang diperoleh seseorang akan diterima dan kemudian dikaitkan dengan
pengetahuan-pengatahuan lama yang dimiliki oleh seseorang pada struktur kognnitifnya,
kemudian muncul ketidaksesuaian antara konsep baru yang ia terima dengan konsep lama
yang dimilikinya atau kita dapat katakan miskonsepsi, disinilah muncul akomodasi sebagai
suatu usaha penataan ulang kembali konsep. Pada teori belajar bermakna, guru memberikan
kemudahan bagi siswanya dalam belajar dengan mengaitkan pengalaman atau penegtahuan
yang sudah ada dalam pemikirannya sehingga siswa diajak aktif dan dilibatkan secara
langsung dalam kegiatan pembelajara. Sehingga model learning cycle ini berarti menuntut
keterlibatan anak secara aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui berbagai jalur
seperti membaca, berfikir, berdiskusi, mengamati dan melaporkannya.

C. MODEL SIKLUS BELAJAR


Model siklus belajar terdiri atas fase aktivitas belajar yang dapat digunakan untuk
memotivasi siswa dalam memahami gejala-gejala alam yang kompleks melalui
pengalaman langsung. Melalui model siklus belajar para siswa akan memperoleh
kesempatan untuk memberi penjelasan dan mengemukakan argumentasinya,
melakukan interpretasi dan memperbaiki gagasannya (Ramsey dalam Sadia, 2014: 20).
Fase-fase tersebut yaitu:
1. Fase Eksplorasi. Pada fase ini melalui aksi dan reaksi siswa dengan lingkungan
barunya, mereka akan mencoba melakukan eksperimen dan observasi. Kemudian,
dari kegiatan yang sudah mereka lakukan berupa eksperimen dan observasi tersebut
diharapkan akan timbul pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa dipecahkan
menggunakan prior knowlodge mereka. Contoh : saat melakukan praktikum
hukum-hukum gas pada mata kuliah laboratorium fisika, setelah melakukan
percobaan akan timbul pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa dipecahkan oleh
mahasiswa.
2. Fase pengenalan kosep. Pada fase pengenalan konsep, para siswa didorong untuk
mendiskusikan temuan-temuan dalam fase eksplorasi. Melalui fase ini para siswa
diharapkan membangun struktur mental baru sebagai modifikasi terhadap
prakonsepsinya. Contohnya yaitu: setelah melakukan percobaan dan menemukan
data hasil percobaan, kemudian hasil tersebut didiskusikan bersama apakah sudah
benar dan sesuai dengan teori yang hukum-hukum gas yang ada. Pada fase aplikasi
para siswa diberi kesempatan untuk menerapkan konsepsi barunya dalam situasi
yang baru.
3. Fase aplikasi. Pada Fase aplikasi merupakan wahana untuk memperkaya dan
memperkuat struktur kognitifnya. Contohnya yaitu: setelah mendiskusikan dan
berhasil menghubungkannya dengan teori, maka siswa diminta untuk mencari
aplikasi atau penerapan hukum-hukum gas dalam kehidupan sehari-hari.
FASE EKSPLORASI
 Siswa belajar melalui aksi dan
reaksinya dalam situasi baru.

 Kegiatan utama: melakukan


eksperimen/studi lapangan

 Gejala-gejala yang diobservasi


akan memunculkan pertanyaan -
pertanyaan bagi siswa yang
belum dapat dipecahkan dengan
FASE PENGENALAN FASE APLIKASI
menggunakan prakonsepsi (prior
KONSEP  Siswa diberi kesempatan
 Siswa mendiskusikan temuan- knowledge) siswa.
untuk menerapkan konsepsi
temuan pada fase eksplorasi barunya dalam situasi baru

 Siswa membangun struktur


mental yang baru sebagai  Fase aplikasi merupakan
modifikasi terhadap wahana untuk memperkaya
prakonsepsinya maupun dan memperkuat struktur
miskonsepsinya. kognitif siswa.

Gambar 1. Alur Pembelajaran pada model siklus belajar (Sadia, 2014)

Menurut Lawson (dalam Suastra, 2017) mengemukakan tiga macam learning


cycle yaitu:
1. Siklus belajar deskriptif, para siswa menemukan dan memberikan suatu pola
empiris dalam suatu konteks khusus, dan ini merupakan fase eksplorasi. Guru
memberi nama pada pola tersebut, dimana kegiatan ini termasuk fase pengenalan
konsep. Selanjutnya, pola tersebut ditentukan dalam konteks-konteks lain yang
merupakan fase aplikasi konsep. Bentuk siklus belajar deskriptif hanya memberikan
sebatas apa yang diamati tanpa usaha untuk melahirkan hipotesis-hipotesis untuk
menjelaskan hasil pengamatannya.
2. Siklus belajar empirikal-abduktif, para siswa menemukan dan memberikan suatu
pola empiris dalam suatu konteks khusus, yang merupakan fase eksplorasi.
Selanjutnya, para siswa mengemukakan sebab-sebab terjadinya pola tersebut,
sehingga diperlukan penalaran analogi untuk memindahkan atau mentransfer
konsep-konsep yang telah dipelajari dalam konteks-konteks lain pada konteks baru,
dan ini merupakan fase pengenalan konsep. Dengan bimbingan guru, para siswa
menganalisis data yang dikumpulkan selama fase eksplorasi untuk mengetahui
apakah sebab-sebab yang dihipotesiskan sesuai dengan data dan fenomena lain
yang dikenal, dan ini merupakan fase aplikasi konsep. Dengan demikian dalam
siklus belajar empiris-induktif, para siswa melakukan pengamatan secara deskriptif,
mengemukakan sebab dan menguji sebab-sebab tersebut.
3. Siklus belajar hipotetikal-deduktif, pembelajaran dimulai dengan suatu pertanyaan
sebab, kemudian para siswa merumuskan jawaban-jawaban atau hipotesis-hipotesis
yang mungkin. Selanjutnya, para siswa menurunkan konsekuensi-konsekuensi
logis dari hipotesis tersebut dan merencanakan dan melakukan eksperimen-
eksperimen untuk menguji hoptesis, dimana kegiatan ini termasuk fase eksplorasi.
Analisis hasil eksperimen menyebabkan hipotesis ditolak atau diterima sehingga
konsep-konsep dapat diperkenalkan, dan ini merupakan fase pengenalan konsep.
Akhirnya, dilakukan penerapan konsep-konsep yang relevan dan pola-pola
penalaran yang terlibat dan didiskusikan pada situasi-situasi lain, dimana kegiatan
ini termasuk fase aplikasi konsep.
Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam penerapan model
siklus belajar untuk memperbaiki miskonsepsi siswa agar model tersebut dapat
berfungsi secara efektif. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut (Sadia,
2014):
1. Model siklus belajar cocok diterapkan dalam memperbaiki miskonsepsi siswa
untuk konsep-konsep yang bersifat observable.
2. Identifikasi miskonsepsi siswa secara cermat dan telusuri latar penyebabnya.
Tentukan pola umum miskonsepsinya, mengingat bahwa miskonsepsi siswa cukup
bervariasi
3. Rancangan eksperimen yang harus dilakukan siswa agar gejala-gejala yang
diobservasi dalam kegiatan eksperimen dapat memunculkan pertanyaan-pertanyaan
bagi siswa serta dapat menimbulkan konflik terhadap prakonsepsinya.
4. Kegiatan eksperimen harus dilakukan dalam kelompok kecil dengan anggota 3
sampai 5 orang dan pastikan bahwa setiap individu betul-betul terlibat dalam
observasi gejala fisika. Hal ini perlu dilakukan mengingat bahwa pengetahuan
dibangun dalam diri setiap individu siswa. Hindari metode demonstrasi karena
masing-masing individu siswa tidak akan dapat mengobservasi gejala atau
fenomena secara cermat.
5. Guru harus selalu memposisikan diri sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran.
6. Dalam fase pengenalan konsep dimana siswa aktif berdiskusi tentang temuan-
temuan dalam fase eksplorasi, guru perlu menggunakan teknik pertanyaan menggali
dan pertanyaan menuntun agar siswa dapat memodifikasi prakonsepsinya yang
miskonsepsi menuju konsepsi ilmiah.
7. Siapkan situasi baru yang berupa problem-problem yang memungkinkan siswa
untuk menerapakan konsepsi barunya yang telah sesuai dengan konsepsi ilmiah
sebagai hasil modifikasi atau restrukturisasi atau prakonsepsinya yang bersifat
miskonsepsi. Situasi baru yang disiapkan hendaknya benar-benar dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk memperkaya dan memperkuat struktur kognitifnya.
8. Yakinkan bahwa status pengetahuan ilmiah siswa yang merupakan hasil
restrukturisasi prakonsepsinya benar-benar telah berada pada status fruitful. Sebab
jika pengetahuan ilmiahnya hanya berada pada status plausible, apalagi kalau hanya
berada pad status intelligible maka akan mudah kembali ke pola pikir yang
miskonsepsi.

D. SINTAKS SIKLUS BELAJAR


Pada mulanya Learning Cycle terdiri dari tiga fase yaitu fase eksplorasi (exploration),
pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application),
kemudian dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 dan 7 fase.

1. 5E Learning Cycle
Menurut Bybee & Landess dalam (Lena & Emilio, 2004) 5E Learning Cycle dapat
digunakan untuk merancang model pembelajaran, dan hal ini didasarkan pada
psikologi kognitif, teori belajar kontruktivisme, dan praktik pada proses
pembelajaran. Siklus terdapat pada gambar 2 yang terdiri dari tahap kognitif
pembelajaran yang terdiri dari engage, explore, explain, elaborate, dan evaluate.
Menurut Bybee dalam (Lena & Emilio, 2004) bahwa "menggunakan pendekatan
ini, siswa mendefinisikan kembali, menyusun kembali, menguraikan, dan
mengubah konsep awal mereka melalui refleksi diri dan interaksi dengan rekan
mereka dan lingkungannya. Pelajar menafsirkan benda dan fenomena ini, dan
menginternalisasi interpretasi tersebut dalam bentuk konseptual pengertian ". Guru
sains dan pengembang kurikulum dapat mengintegrasikan atau menerapkan model
di beberapa tingkatan. Model dapat menjadi pola pengorganisasian urutan
pelajaran harian, unit individu, atau rencana tahunan (Bybee, 1997). Tahapan
pembelajarn siklus belajar 5E adalah:
a. Engagement
Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat
dengan keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan. Siswa diajak
untuk merumuskan prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dibahas dan
dibuktikan pada tahap exploration. Hal ini dilakukan dengan car mengajukan
pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa
akan memberikan respon kemudian jawaban siswa tersebut dijadikan dasar
oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.
b. Exploration
Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan diskusi kelompok atau kerjasama tim
(4-5 orang). Diharapkan dengan berdiskusi kelompok ini, siswa akan ikut
terlibat aktif. Sehingga siswa mampu menguji hipotesis yang telah dirumuskan
pada tahap engagement, dan pada tahap ini guru hanya sebagai fasilitator.
c. Explanation
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan dan
mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Selain itu siswa
mempresentasikan hasil eksplorasinya dalam diskusi kelas. Pada tahap ini, guru
hanya bertugas mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dan prinsip-
prinsip ilmiah dengan bahasa mereka sendiri.
d. Elaboration
Pada tahap ini, kegiatan belajar mengarahkan siswa menerapkan konsep-
konsep yang telah dipelajari, membuat hubungan antar konsep dan
menerapkannya pada situasi yang baru. Jika ada perbedaan konsepsi antara
kelompok satu dengan yang lain maka guru akan memperbaiki miskonsepsi
siswa menuju konsep ilmiah. Penerapan konsep pada tahap ini diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman siswa teerhadap konsep yang dipelajari.
e. Evaluation
Pada tahap ini, siswa diberi pertanyaan untuk mengidentifikasi pelaksanaan
kegiatan dan mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep yang diperoleh.
Tahap evaluasi ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih
meningkatkan pemahaman, keterampilan, serta kemampuan penalarannya.
Kelima tahapan pada siklus belajar 5E dapat digambarkan pada gambar 2
sebagai berikut:
ENGAGEMENT

ELABORATION EVALUATION EXPLORATION

EXPLANATION

Gambar 2. Model Siklus Belajar 5E (Sadia, 2014)

2. 7E Learning Cycle
Menurut Eisenkraft (dalam Sadia, 2014) model siklus belajar 7E merupakan model
pembelajarn yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
atau prinsip-prinsip ilmiah. Adapun sintaks dari model siklus belajar 7E, sebagai
berikut:
Fase Kegiatan Pembelajaran
Ecilit Pada fase ini, guru melakukan pengungkapan terhadap
pengetahuan awal (prior knowledge) siswa dengan jalan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari. Para siswa
menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut yang
merupakan gagasan atau ide awal siswa. Dari kegiatan
ini guru dapat mengetahui profil pengetahuan awal siswa
yang tergali melalui fase ini, maka guru akan dapat
menentukan strategi yang dipandang paling efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya pada belajar
mengenai Hukum-Hukum Gas, guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pengetahuan awal
siswanya seperti: apa yang diketahui tentang gas,
bagaimanakah sifat-sifat gas, dan sebagainya.

Engagement Dalam fase ini, siswa dimotivasi guna membangkitkan minat


dan keingintahuan siswa tentang topik yang akan
dibahas. Siswa diajak untuk merumuskan prediksi-
prediksi tentang fenomena-fenomena yang akan dibahas
dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. Misalnya setelah
memberikan pertanyaan-pertanyaan tersebut guru mulai
memberikan penjelasan mengenai. hukum-hukum gas baik
dengan cara demonstrasi, diskusi, ataupun membaca.

Exploration Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama
dalam kelompok kecil (4-5 orang) untuk menguji prediksi-
prediksi yang telah dirumuskan pada fase engangement,
dengan jalan melakukan kegiatan praktikum atau studi
lapangan maupun melalui studi pustaka. Para siswa diberi
kesempatan berinkuiri dengan melibatkan seluruh panca
indranya untuk berinteraksi dengan lingkungan dan
objek yang dipelajarinya. Dari kegiatan pembelajaran
yang dilakukan diharapkan timbul ketidakseimbangan
(disekuilibrasi) dalam struktur mental siswa yang ditandai
dengan munculnya berbagai pertanyaan yang mengarah pada
berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level
reasoning). Dari proses inkuiri pada fase eksplorasi, masing-
masing kelompok siswa diharapkan dapat merumuskan
konsepsinya sebagai hasil eksplorasi yang telah dilakukan.
Contoh: setelah menjelaskan materi dan siswa dirasa sudah
mengerti teori tentang hukum-hukum gas, maka guru
akan mengajak siswa ke laboratorium untuk melakukan
eksperimen mengenai hukum-hukum gas. Apakah siswa
dapat membuktikan teori tersebut atau tidak. Eksperimen
tersebut meliputi mengamati data, merekam data,
membuat grafik dan mengembangkan hipotesis.
Explanation Pada tahap explanation, siswa mempresentasikan hasil
eksplorasinya dalam diskusi kelas. Para siswa diberi
kesempatan untuk menjelaskan hasil eksplorasinya kepada
siswa lainnya. Guru memberi motivasi dan mendorong
siswa untuk menjelaskan konsep dan prinsip-prinsip ilmiah
dengan bahasa mereka sendir, serta meminta bukti dan
klarifikasi dari penjelasan mereka. Tugas utama guru pada
fase ini adalah sebagai fasilitator dan mediator
pembelajaran. Para siswa diharapkan telah menemukan
istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Pada fase
eksplanasi ini, diharapkan telah terjadi keseimbangan
(ekuilibrasi) antara konsep baru yang dipelajari dengan
struktur kognitif siswa. Contoh: setelah melakukan
eksperimen, siswa kemudian menyimpulkan dan
mengemukakan hasil temuannya pada fase explore. Apakah
siswa dapat membuktikan hukum-hukum gas sesuai dengan
teori yang telah diberikan sebelumnya. Guru juga
mmperkenalkan beberapa kosa kata ilmiah
Elaboration Pada tahap elaboration siswa terlibat dalam diskusi dan
akan timbul hal-hal baru yang berkaitan dengan materi
pelajaran yang menjadi target pembelajaran. Pemahaman
baru terkait dengan materi pelajaran yang menjadi target
pembelajaran. Pemahaman yang telah dibangun selanjutnya
dikembangkan dalam diskusi kelas. Jika masih ada
siswa yang mengalami miskonsepsi, guru memperbaiki
miskonsepsi yang dialami siswa menuju konsepsi ilmiah.
Para siswa diajak untuk menerapkan pemahaman
konsepnya yang baru melalui kegiatan pemecahan
masalah terhadap masalah-masalah nyata dalam kehidupan
siswa. Penerapan konsep pada fase ini diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang
mereka pelajari. Contoh: setelah menyimpulkan hasil
temuannya, kemudian siswa menerangkan simbol yang
digunakan dalam menyimpulkan temuannya. Misalnya:
rumus-rumus yang digunakan dalam hukum-hukum gas.
P = tekanan, V = volume, dan T= temperatur.
Evaluation Pada tahap ini, dilakukan evaluasi terhadap
pengetahuan, pemahaman konsep, atau penguasaan
kompetensi melalui kegiatan pemecahan masalah
(problem solving) dalam konteks yang baru atau situasi
yang baru (new situation). Tahap evaluasi ini diharapkan
dapat mendorong siswa untuk lebih meningkatkan
pemahamannya, keterampilannya, serta kemampuan
penalaran tingkat tingginya. Pada fase evaluasi ini
keterampilannya, serta kemampuan penalaran tingkat
tingginya. Pada fase evaluasi ini dapat diketahui seberapa
dalam dan seberapa luas tingkat pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep yang telah dipelajarinya. Contoh:
guru memberikan peniliaian terhadap semua kegiatan siswa

Extended Pada fase extended, para siswa diberikan kesempatan untuk


mengembangkan dan memperluas konsep- konsep ilmiah
yang telah dikuasainya dalam situasi yang lebih kompleks
dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan telah
mampu menjelaskan berbagai fenomena yang lebih
kompleks, sehingga status pengetahuan yang telah
dipahaminya berada pada status fruitfull. Contoh: siswa
memberikan contoh penerapan hukum-hukum gas dalam
kehidupan sehari- hari. Misalnya pada balon udara terbang,
dan konsep piston.

Menurut Sadia (2014), adapun keunggulan dari model siklus belajar 7E


yaitu guru mampu memilih strategi pembeljaran yang lebih efektif, siswa terpacu
kembali untuk mengingat materi pembelajaran yang telah dipelajarinya, siswa akan
lebih aktif dan tergugah rasa ingin tahunya, siswa akan mengalami belajar
penemuan sehingga konsep-konsep yang dipelajari lebih bermakna, siswa akan
memiliki kemampuan komunikasi ilmiah, pemahaman dan penguasaan konsep
siswa akan menjadi sangat kuat.
E. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN SIKLUS BELAJAR
1. Kekurangan Siklus Belajar
Adapun kekurangan dari model pembelajaran siklus belajar ini sebagai berikut:
a. Persiapannya memerlukan banyak tenaga, pikiran, alat dan waktu. Karena
model pembelajaran siklus belajar ini disampaikan dengan cara runtut dan
teratur, jadi waktu yang dibutuhkan tidak sedikit maka guru harus mampu
merancang proses pembelajaran dan menentukan waktu yang sesuai.
b. Memerlukan pendidik yang mampu mengelola kelas dan mengatur kerja
kelompok dengan baik. Guru harus memiliki kemampuan yang baik dalam
memanage kelas dan mengarahkan kerja kelompok siswa-siswanya.
c. Membutuhkan media, fasilitas dan biaya yang cukup besar. Sekolah-sekolah
maupun penyedia fasilitas lainnya memiliki peran disini untuk menyediakan
fasilitas sehingga mampu menunjang proses pembelajaran.
d. Sering didominasi oleh pimpinan kelompok. Siswa yang memiliki kemampuan
memimpin dalam kelompok dia akan lebih mendominasi karena pada
pembelajaran dengan sistem kelompok. Maka, guru haruslah menjadi
pembimbing dan pengarah pada proses pembelajaran.
e. Siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi akan merasa sedikit acuh pada
materi, karena penyampaian materi ini disampaikan secara runtut dengan
penyampaian konsep terlebih dahulu. Fenomena seperti ini mungkin dijumpai
pada proses belajar, jika hal ini terjadi maka guru memiliki peran aktif dalam
menkondisikan suasana belajar supaya lebih menarik, sehingga siswa yang
sudah paham materi sekalipun akan tertarik dengan materi.
2. Kelebihan Siklus Belajar
Adapun kelebihan dari model pembelajaran siklus belajar ini sebagai berikut:
a. Dapat menumbuhkan kegairahan belajar peserta didik.
b. Lebih berpeluang untuk menyampaikan pendapat dan gagasan.
c. Meningkatkan motivasi belajar, kerja sama, saling belajar, keakraban, saling
menghargai, partisipasi, kemampuan berbahasa peserta didik.
d. Kegiatan belajar-mengajar lebih teratur. Karena pada model siklus belajar ini
proses belajar-mengajar dilakukan dengan teratur.
e. Pengetahuan yang didapatkan lebih melekat karena model pembelajaran ini
berkaitan dengan teori belajar bermakna.
f. Siswa menjadi lebih aktif pada proses belajar-mengajar
g. Siswa memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat ataupun
pertanyaan-pertanyaan mereka. Sehingga guru akan lebih memahami sampai
dimana kemampuan siswanya.

F. PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR DALAM PENDIDIKAN

Model pembelajaran siklus belajar Learning Cycle dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran siklus belajar menggali lagi prior knowledge siswa agar
miskonsepsi dapat diketahui oleh guru barulah siswa melakukan observasi bisa melalui
praktikum untuk menemukan suatu fakta dari sebuah hipotesis yang telah di ajukan
siswa dalam sebuah materi dan sebuah permasalahan. Selanjutnya siswa memaparkan
temuannya didalam diskusi kelas sehingga muncul pertanyaan-pertanyaan dari siswa
lainnya. Terakhir guru mengevaluasi pengetahuan dan pemahaman siswa. Perencanaan yang
dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan model
siklus belajar yaitu penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang didalamnya terdapat tujuan pembelajaran, model, materi, media, sumber, dan alat
penilaian sebagai bahan evaluasi, serta pemilihan media yang dapat menggali keaktifan
belajar siswa dalam pembelajaran. Adapun fungsi dari penyusunan RPP adalah untuk
mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan
perencanaan yang matang dan untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai
dengan apa yang direncanakan. Contoh RPP terlampir. Rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) disusun agar proses pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran. RPP
disusun berdasarkan sintaks dari model learning cycle 7E yaitu ecilit, engagement, exploration,
explanation, elaboration, evaluation, dan extended.
DAFTAR PUSTAKA

Sadia, I Wayan. 2014. Model-Model Pembelajaran Sains Kontruktivistik. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
Suastra, I Wayan. 2006. Belajar dan Pembelajaran Sains. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
Suastra, I Wayan. 2017. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
Nurdyansah, Eni, F.F. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia Learning
Center.

Lena, B.D, Emilio Duran. 2004. The 5E Instructional Model: A Learning Cycle Approach for
Inquiry-Based Science Teaching. Tersedia:
https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1058007.pdf [Online]. Diakses pada 23 Mei 2019.

Kontributor Wikipedia. 2019. Model pembelajaran, Wikipedia, Ensiklopedia Bebas. Tersedia:


https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_pembelajaran&oldid=14865990
[Online]. Diakses pada 23 Mei 2019.

Anda mungkin juga menyukai