Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi
segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala
fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar
mengajar. Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan
dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada
pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya (Wikipedia, 2019).
Menurut Trianto dalam (M. Jainuri) “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial”. Model pembelajaran juga dapat dikatakan sebagai suatu
perencanaan yang akan digunakan untuk merancang pola-pola mengajar secara tatap muka
didalam kelas. Model pembelajaran juga digunakan untuk menentukan materi maupun media
pembelajaran termasuk didalamnya terdapat buku-buku, video-video pembelajaran ataupun
program-program komputer untuk menunjang proses belajar-mengajar. Setiap model
pembelajaran mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa
untuk mencapai berbagai tujuan. Model pembelajaran juga erat kaitannya dengan strategi
pembelajaran, menurut Sofa amri ( dalam Nurdyansyah & Eni, 2016) definisi strategi, metode,
pendekatan dan teknik pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1. Strategi pembelajaran adalah seperangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah
dikaitkan dengan faktor yang menentukan warna atau strategi tersebut, yaitu: a)
pemilihan materi pelajaran (guru dan siswa); b) penyaji materi pelajaran (perorangan
atau kelompok); c) cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis
atau sintesis, formal atau non formal); dan d) sasaran penerima materi pelajaran
(kelompok, perorangan, heterogen atau homogen).
2. Pendekatan pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan.
3. Metode pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada
semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan metode ceramah, ekspositori, tanya
jawab, penemuan terbimbing dan sebagainya.
4. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus atau metode pembelajaran yang telah
disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran
serta kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan
berulang dan atau dengan teknik yang lainnya.
Jadi, model pembelajaran atau dapat juga dikatakan sebagai strategi pembelajaran
adalah suatu kebijaksanaan yang diambil untuk merencanakan suatu pola pembelajaran
tertentu untuk menciptakan suasana belajar sesuai dengan pendekatan yang dipilih guru untuk
mengajar secara tatap muka dikelas. Model pembelajaran juga menjadikan kita sebagai guru
dapat mengarahkan siswa ke berbagai tujuan yang hendak dicapai dalam proses belajar. Salah
satu model pembelajaran yang kita kenal adalah Learning Cycle.
Model siklus belajar (Learning Cycle) pertama kali dikembangkan pada tahun 1970
dalam SCIS (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan
pendidikan sains di Amerika Serikat. Menurut Bodner (dalam Sadia, 2014) model siklus
belajar merupakan suatu strategi pembelajaran yang berbasis pada paham konstruktivisme
dalam belajar, dengan asumsi dasar bahwa “pengetahuan dibangun di dalam pikiran
pebelajar”. Model pembelajaran siklus belajar adalah salah satu pembelajaran yang
menerapkan model kontruktivisme. Jadi, model pembelajaran siklus belajar ini menjadikan
siswa atau si pebelajar secara aktif menata informasi yang ia dapatkan. Model pembelajaran
siklus belajar ini adalah suatu model belajar yang memudahkan pebelajar dalam penguasaan
konsep-konsep baru sehingga ia mampu menata ulang pengetahuan yang dimilikinya.
Pelaksanaan kegiatan dalam model pembelajaran siklus belajar ini dilakukan teratur dan tepat
sehingga informasi yang ada tidak semata-mata hanya dari dosen kemudian dipindahkan ke
siswa saja, melainkan informasi itu diberikan secara runtut kemudian dengan sendirinya
siswa tersebut menerima dan mengembangkannya.
Model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) merupakan salah satu model
pembelajaran dengan menggunakan pendekatak konstruktivis yang pada mulanya terdiri dari
tiga tahap yaitu eksplorasi, pengenalan konsep, dan penerapan konsep. Namun, setelah
mengalami perkembangan tahap pada model pembelajaran learning cycle menjadi spesifik
yaitu pembangkit minat (engagement), eksplorasi (exploratin), penjelasan (explanation),
elaborasi (elaboration), evaluasi (evalution). Sehingga model learning cycle sering disebut
dengan model learning cycle 5E. Selain itu terdapat pula model pembelajaran learning cycle
7E yang memiliki 7 tahap pembelajaran yaitu: elicit, engagement, exploration, explanation,
elaboration, evaluation, extended. Model siklus belajar-7E dikembangkan dari model siklus
belajar-5E (Sadia, 2014).
1. 5E Learning Cycle
Menurut Bybee & Landess dalam (Lena & Emilio, 2004) 5E Learning Cycle dapat
digunakan untuk merancang model pembelajaran, dan hal ini didasarkan pada
psikologi kognitif, teori belajar kontruktivisme, dan praktik pada proses
pembelajaran. Siklus terdapat pada gambar 2 yang terdiri dari tahap kognitif
pembelajaran yang terdiri dari engage, explore, explain, elaborate, dan evaluate.
Menurut Bybee dalam (Lena & Emilio, 2004) bahwa "menggunakan pendekatan
ini, siswa mendefinisikan kembali, menyusun kembali, menguraikan, dan
mengubah konsep awal mereka melalui refleksi diri dan interaksi dengan rekan
mereka dan lingkungannya. Pelajar menafsirkan benda dan fenomena ini, dan
menginternalisasi interpretasi tersebut dalam bentuk konseptual pengertian ". Guru
sains dan pengembang kurikulum dapat mengintegrasikan atau menerapkan model
di beberapa tingkatan. Model dapat menjadi pola pengorganisasian urutan
pelajaran harian, unit individu, atau rencana tahunan (Bybee, 1997). Tahapan
pembelajarn siklus belajar 5E adalah:
a. Engagement
Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat
dengan keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan. Siswa diajak
untuk merumuskan prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dibahas dan
dibuktikan pada tahap exploration. Hal ini dilakukan dengan car mengajukan
pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa
akan memberikan respon kemudian jawaban siswa tersebut dijadikan dasar
oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.
b. Exploration
Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan diskusi kelompok atau kerjasama tim
(4-5 orang). Diharapkan dengan berdiskusi kelompok ini, siswa akan ikut
terlibat aktif. Sehingga siswa mampu menguji hipotesis yang telah dirumuskan
pada tahap engagement, dan pada tahap ini guru hanya sebagai fasilitator.
c. Explanation
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan dan
mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Selain itu siswa
mempresentasikan hasil eksplorasinya dalam diskusi kelas. Pada tahap ini, guru
hanya bertugas mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dan prinsip-
prinsip ilmiah dengan bahasa mereka sendiri.
d. Elaboration
Pada tahap ini, kegiatan belajar mengarahkan siswa menerapkan konsep-
konsep yang telah dipelajari, membuat hubungan antar konsep dan
menerapkannya pada situasi yang baru. Jika ada perbedaan konsepsi antara
kelompok satu dengan yang lain maka guru akan memperbaiki miskonsepsi
siswa menuju konsep ilmiah. Penerapan konsep pada tahap ini diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman siswa teerhadap konsep yang dipelajari.
e. Evaluation
Pada tahap ini, siswa diberi pertanyaan untuk mengidentifikasi pelaksanaan
kegiatan dan mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep yang diperoleh.
Tahap evaluasi ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih
meningkatkan pemahaman, keterampilan, serta kemampuan penalarannya.
Kelima tahapan pada siklus belajar 5E dapat digambarkan pada gambar 2
sebagai berikut:
ENGAGEMENT
EXPLANATION
2. 7E Learning Cycle
Menurut Eisenkraft (dalam Sadia, 2014) model siklus belajar 7E merupakan model
pembelajarn yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
atau prinsip-prinsip ilmiah. Adapun sintaks dari model siklus belajar 7E, sebagai
berikut:
Fase Kegiatan Pembelajaran
Ecilit Pada fase ini, guru melakukan pengungkapan terhadap
pengetahuan awal (prior knowledge) siswa dengan jalan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari. Para siswa
menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut yang
merupakan gagasan atau ide awal siswa. Dari kegiatan
ini guru dapat mengetahui profil pengetahuan awal siswa
yang tergali melalui fase ini, maka guru akan dapat
menentukan strategi yang dipandang paling efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya pada belajar
mengenai Hukum-Hukum Gas, guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pengetahuan awal
siswanya seperti: apa yang diketahui tentang gas,
bagaimanakah sifat-sifat gas, dan sebagainya.
Exploration Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama
dalam kelompok kecil (4-5 orang) untuk menguji prediksi-
prediksi yang telah dirumuskan pada fase engangement,
dengan jalan melakukan kegiatan praktikum atau studi
lapangan maupun melalui studi pustaka. Para siswa diberi
kesempatan berinkuiri dengan melibatkan seluruh panca
indranya untuk berinteraksi dengan lingkungan dan
objek yang dipelajarinya. Dari kegiatan pembelajaran
yang dilakukan diharapkan timbul ketidakseimbangan
(disekuilibrasi) dalam struktur mental siswa yang ditandai
dengan munculnya berbagai pertanyaan yang mengarah pada
berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level
reasoning). Dari proses inkuiri pada fase eksplorasi, masing-
masing kelompok siswa diharapkan dapat merumuskan
konsepsinya sebagai hasil eksplorasi yang telah dilakukan.
Contoh: setelah menjelaskan materi dan siswa dirasa sudah
mengerti teori tentang hukum-hukum gas, maka guru
akan mengajak siswa ke laboratorium untuk melakukan
eksperimen mengenai hukum-hukum gas. Apakah siswa
dapat membuktikan teori tersebut atau tidak. Eksperimen
tersebut meliputi mengamati data, merekam data,
membuat grafik dan mengembangkan hipotesis.
Explanation Pada tahap explanation, siswa mempresentasikan hasil
eksplorasinya dalam diskusi kelas. Para siswa diberi
kesempatan untuk menjelaskan hasil eksplorasinya kepada
siswa lainnya. Guru memberi motivasi dan mendorong
siswa untuk menjelaskan konsep dan prinsip-prinsip ilmiah
dengan bahasa mereka sendir, serta meminta bukti dan
klarifikasi dari penjelasan mereka. Tugas utama guru pada
fase ini adalah sebagai fasilitator dan mediator
pembelajaran. Para siswa diharapkan telah menemukan
istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Pada fase
eksplanasi ini, diharapkan telah terjadi keseimbangan
(ekuilibrasi) antara konsep baru yang dipelajari dengan
struktur kognitif siswa. Contoh: setelah melakukan
eksperimen, siswa kemudian menyimpulkan dan
mengemukakan hasil temuannya pada fase explore. Apakah
siswa dapat membuktikan hukum-hukum gas sesuai dengan
teori yang telah diberikan sebelumnya. Guru juga
mmperkenalkan beberapa kosa kata ilmiah
Elaboration Pada tahap elaboration siswa terlibat dalam diskusi dan
akan timbul hal-hal baru yang berkaitan dengan materi
pelajaran yang menjadi target pembelajaran. Pemahaman
baru terkait dengan materi pelajaran yang menjadi target
pembelajaran. Pemahaman yang telah dibangun selanjutnya
dikembangkan dalam diskusi kelas. Jika masih ada
siswa yang mengalami miskonsepsi, guru memperbaiki
miskonsepsi yang dialami siswa menuju konsepsi ilmiah.
Para siswa diajak untuk menerapkan pemahaman
konsepnya yang baru melalui kegiatan pemecahan
masalah terhadap masalah-masalah nyata dalam kehidupan
siswa. Penerapan konsep pada fase ini diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang
mereka pelajari. Contoh: setelah menyimpulkan hasil
temuannya, kemudian siswa menerangkan simbol yang
digunakan dalam menyimpulkan temuannya. Misalnya:
rumus-rumus yang digunakan dalam hukum-hukum gas.
P = tekanan, V = volume, dan T= temperatur.
Evaluation Pada tahap ini, dilakukan evaluasi terhadap
pengetahuan, pemahaman konsep, atau penguasaan
kompetensi melalui kegiatan pemecahan masalah
(problem solving) dalam konteks yang baru atau situasi
yang baru (new situation). Tahap evaluasi ini diharapkan
dapat mendorong siswa untuk lebih meningkatkan
pemahamannya, keterampilannya, serta kemampuan
penalaran tingkat tingginya. Pada fase evaluasi ini
keterampilannya, serta kemampuan penalaran tingkat
tingginya. Pada fase evaluasi ini dapat diketahui seberapa
dalam dan seberapa luas tingkat pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep yang telah dipelajarinya. Contoh:
guru memberikan peniliaian terhadap semua kegiatan siswa
Model pembelajaran siklus belajar Learning Cycle dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran siklus belajar menggali lagi prior knowledge siswa agar
miskonsepsi dapat diketahui oleh guru barulah siswa melakukan observasi bisa melalui
praktikum untuk menemukan suatu fakta dari sebuah hipotesis yang telah di ajukan
siswa dalam sebuah materi dan sebuah permasalahan. Selanjutnya siswa memaparkan
temuannya didalam diskusi kelas sehingga muncul pertanyaan-pertanyaan dari siswa
lainnya. Terakhir guru mengevaluasi pengetahuan dan pemahaman siswa. Perencanaan yang
dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan model
siklus belajar yaitu penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang didalamnya terdapat tujuan pembelajaran, model, materi, media, sumber, dan alat
penilaian sebagai bahan evaluasi, serta pemilihan media yang dapat menggali keaktifan
belajar siswa dalam pembelajaran. Adapun fungsi dari penyusunan RPP adalah untuk
mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan
perencanaan yang matang dan untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai
dengan apa yang direncanakan. Contoh RPP terlampir. Rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) disusun agar proses pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran. RPP
disusun berdasarkan sintaks dari model learning cycle 7E yaitu ecilit, engagement, exploration,
explanation, elaboration, evaluation, dan extended.
DAFTAR PUSTAKA
Lena, B.D, Emilio Duran. 2004. The 5E Instructional Model: A Learning Cycle Approach for
Inquiry-Based Science Teaching. Tersedia:
https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1058007.pdf [Online]. Diakses pada 23 Mei 2019.