Anda di halaman 1dari 9

Resume tentang pendekatan dan model-model pembelajaran

A. PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN

1. Pendekatan Saintifik;
Pendekatan ini merupakan bagian dari pendekatan pedagogis dalam kegiatan
pembelajaran yang diarahkan pada penerapan metode ilmiah. Metode ilmiah
merupakan serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau
eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi,
dan menguji hipotesis.
Pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran bukan hanya
mengembangkan kompetensi peserta didik untuk melakukan kegiatan observasi atau
eksperimen saja, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif
peserta didik dalam berinovasi atau berkarya. Pendekatan saintifik dapat
mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa.
Berikut ini penjabaran tahapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik (dalam
Sufairoh, 2016:121-122).
 Mengamati
 Menanya
 Mengumpulkan data
 Mengasosiasi
 mengkomunikasikan
2. Pendekatan Tematik;
Pendekatan tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menyatukan berbagai rangkaian pengalaman belajar, sehingga terjadi saling
berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dan berpusat pada sebuah pokok
persoalan. Pendekatan ini dadasari oleh psikologi Gestalt yang menyatakan bahwa
keseluruhan/keterpaduan itu lebih berarti daripada bagian-bagiannya. Hal tersebut
disebabkan adanya sinergistik efek ((efek keterpaduan) yang ditimbulkan sebagai
hasil keterpaduan tersebut.

Pembelajaran dengan pendekatan tematik sangat menuntut kreatifitas guru


dalam memilih dan mengembangkan tema pembelajran, serta menyorotinya dari
barbagai aspek. Demikian halnya dalam mengembangkan ilustrasi dan contoh-contoh
yang menarik dalam pembelajaran.

3. Pendekatan Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM)


STEM yang digagas oleh Amerika Serikat ini merupakan pendekatan yang
menggabungkan keempat disiplin ilmu tersebut secara terpadu ke dalam metode
pembelajaran berbasis masalah dan kejadian kontekstual sehari-hari. Metode
pembelajaran berbasis STEM menerapkan pengetahuan dan keterampilan secara
bersamaan untuk menyelesaikan suatu kasus. Pendekatan ini dinyatakan sebagai
pendekatan pembelajaran abad-21 dalam upaya untuk menghasilkan sumber daya
manusia dengan kognitif, psikomotor dan afektif yang berkualitas.

STEM adalah Sains (science) memberikan pengetahuan kepada peserta didik


mengenai hukum-hukum dan konsep-konsep yang berlaku di alam; Teknologi
(technology) adalah keterampilan atau sebuah sistem yang digunakan dalam mengatur
masyarakat, organisasi, pengetahuan atau mendesain serta menggunakan sebuah alat
buatan yang dapat memudahkan pekerjaan; Teknik (engineering) adalah pengetahuan
untuk mengoperasikan atau mendesain sebuah prosedur untuk menyelesaikan sebuah
masalah; Matematika (math) adalah ilmu yang menghubungkan antara besaran, angka
pola, dan ruang yang hanya membutuhkan argumen logis tanpa atau disertai dengan
bukti empiris.

4. Pendekatan Science, Technology, Art, Engineering, and Mathematics


(STEAM)
STEAM membawa STEM ke tingkat berikutnya yakni memungkinkan
pembelajar untuk menghubungkan pengetahuan mereka di bidang-bidang sains,
teknologi, teknik dan matematika bersamaan dengan seni.

Komponen dalam STEAM

1. Pemecahan masalah melalui inovasi dan desain

2. Keterkaitan antara asesmen, rencana belajar dan standar pembelajaran

3. Kombinasi lebih dari satu subjek dalam STEAM dan kegunaannya dalam
seni
4. Lingkungan pembelajaran yang kolaboratif dan process based learning

5. Fokus pada hal – hal yang terjadi di kehidupan

Dalam model pendidikan STEAM, seni tidak hanya dianggap sebagai subjek
tersendiri, tetapi sebagai titik akses ke semua mata pelajaran lainnya, dan juga sebagai
inovasi.

B. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

1. Model Pembelajaran Perubahan Konseptual (Conceptual Change);

Model perubahan konseptual merupakan salah satu model pembelajaran


yang berbasis konstruktivistik. Model perubahan konseptual adalah model
pembelajaran yang memfasilitasi siswa agar terjadi proses perubahan konsepsi,
melalui pembangkitan dan restrukturisasi konsepsi-konsepsi yang dibawa oleh
siswa sebelum pembelajaran (Santyasa, 2007a).

Model perubahan konseptual mengkonstruksi pengetahuan baru siswa


dengan memodifikasi konsep yang telah ada pada siswa. Model perubahan
konseptual mengisyaratkan dua fase sebelum akhirnya pengetahuan dapat
dikonstruksi secara benar, yaitu fase asimilasi dan akomodasi

2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning);

Pembelajaran kooperatif pada intinya adalah suatu strategi pembelajaran


yang terstruktur secara sistematis di mana siswa bekerjasama dalam kelompok-
kelompok kecil dengan anggota antara empat sampai lima orang secara heterogen
untuk mencapai tujuan bersama.

Mengacu pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu


pembelajaran dikatakan merupakan pembelajaran kooperatif jika pembelajaran
tersebut mencerminkan karakteristik sebagai berikut: a) siswa-siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai enam anggota dengan level dan
latar belakang yang bervariasi, b) siswa-siswa melakukan interaksi sosial satu
sama lain dalam bentuk diskusi, curah pendapat, dan sejenisnya, c) tiap-tiap
individu memiliki tanggungjawab dan sumbangannya bagi pencapaian tujuan
belajar baik tujuan individu maupun kelompok, d) dan guru lebih berperan sebagai
fasilitator dan coacher dalam proses pembelajaran.

ciri pembelajaran kooperatif menurut Slavin (1995) adalah:

 saling ketergantungan positif (positive interdependence),


 interaksi tatap muka (face-to-face promotive interaction),
 tanggungjawab individual (individual accountability,
 keterampilan-keterampilan kooperatif (cooperative skills),
 proses kelompok (group proces),
 pengelompokan siswa secara heterogen, dan
 kesempatan yang sama untuk sukses (equal opportunities for success). Dengan
kata lain, dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan
positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa
mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses.

Secara umum Tim PKP Dikti (2007) menyebutkan ada empat tahap pembelajaran
kooperatif yaitu:

1. Langkah Orientasi, guru menyampaikan tujuan, materi, waktu, langkah-


langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa, serta sistem
penilaiannya. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil
akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara
guru dan siswa, hingga terjadi kesepakatan bersama di akhir orientasi.
2. Langkah Kerja Kelompok, nerupakan tahap inti kegiatan pembelajaran. Kerja
kelompok dapat berbentuk kegiatan memecahkan masalah, atau memahami
dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari dengan berbagai cara seperti
berdiskusi, eksplorasi, observasi, percobaan, hingga browsing melalui internet,
dan sebagainya. Guru perlu membuat panduan untuk mengarahkan kegiatan
kelompok. Panduan memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan
tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, serta hasil akhir yang
diharapkan dapat dicapai.
3. Langkah Tes/Kuis, yaitu langkah di mana semua siswa diharapkan telah
mampu memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama dan
mampu menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka
terhadap konsep/topik/ masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup
penguasaan ranah kognitif, afektif dan ketrampilan sosial.
4. Langkah Penghargaan Kelompok, yaitu langkah untuk memberikan
penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor
dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar
dengan skor tes individual. Menghitung skor yang didapat kelompok dengan
cara menjumlahkan skor yang didapat siswa di dalam kelompok tersebut
kemudian dihitung rata-ratanya. Selanjutnya berdasarkan skor rata-rata
tersebut ditentukan penghargaan masing-masing kelompok.

3. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction);

Model pembelajaran langsung atau disebut juga sebagai Direct


Instruction merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada bangunan
penelitian yang luas dan terutama efektif saat berhadapan dengan siswa bermotif
prestasi rendah dan siswa dengan kesulitan belajar.

Dalam model pembelajaran ini, diharapkan seorang pengajar tidak hanya


akan menjelaskan suatu teori saja, melainkan mengajak siswa langsung
menyelami materi yang diajarkan dengan cara praktik atau mencobanya langsung
melalui tugas atau kegiatan yang akan dibimbing dan dijelaskan langsung oleh
pendidik.

ciri dari model pembelajaran langsung dapat dipaparkan sebagai berikut.

1. Adanya pengaruh model pada peserta didik yang termasuk dalam penilaian
belajar serta memiliki tujuan pembelajaran.
2. Terdapat tujuan pembelajaran serta pengaruh model pada siswa dan penilaian
belajar.
3. Sintaksnya berdasarkan poin-poin atau pola keseluruhan serta alur kegiatan
pembelajaran.
4. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajarnya disesuaikan untuk menunjang
keberhasilan kegiatan pembelajaran (Mashudi, hlm. 48, 2013; Fathurrahman,
hlm. 168-169, 2015).

4. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning);

Discovery learning, menekankan pada penemuan konsep atau prinsip yang


sebelumnya tidak diketahui dengan fokus masalah yang direkayasa oleh guru.
Penerapan model pembelajaran Discovery Learning menitikberatkan peran guru
sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara aktif. Oleh sebab itu, bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi
siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

Discovery learning terdiri atas 6 fase sebagai berikut:

 timulation (stimulasi/pemberian rangsangan)


 Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
 Data collection (Pengumpulan Data).
 Data Processing (Pengolahan Data)
 Verification (Pembuktian)
 generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Model PBL merupakan model pembelajaran yang memberikan berbagai


situasi permasalahan kepada siswa dan dapat berfungsi sebagai batu loncatan
dalam penyelidikan. Model PBL menyuguhkan situasi atau berbagai masalah
otentik yang mendorong siswa untuk melakukan investigasi dan penyelidikan.
Putu Arnyana (2004) mendeskripsikan pembelajaran berbasis masalah tersebut
sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan masalah riil kehidupan yang
bersifat tidak tentu, terbuka, dan mendua.

Berikut ciri-ciri model PBL :


 terdapat kegiatan mengajukan pertanyaan atau masalah,
 pembelajaran terfokus pada keterkaitan antar disiplin,
 penyelidikan autentik,
 siswa menghasilkan produk berupa karya nyata seperti laporan,
 kerjasama, siswa bekerjasama kelompok.

Dampak pembelajaran (instructional effect) model PBL adalah


pemahaman tentang kaitan pengetahuan dengan dunia nyata, dan bagaimana
menggunakan pengetahuan dalam pemecahan masalah kompleks. Dampak
pengiringnya adalah mempercepat pengembangan self-regulated learning, siswa
terbentuk kemampuan berpikir kritisnya, keterampilan sosial dan karakter siswa
meningkat, seperti: sikap kerjasama, tangungjawab, peduli, toleran, dan
sebagainya

6. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Project based learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang


menjadikan peserta didik sebagai subjek atau pusat pembelajaran, menitikberatkan
proses belajar yang memiliki hasil akhir berupa produk. Artinya, peserta didik
diberi kebebasan untuk menentukan aktivitas belajarnya sendiri, mengerjakan
proyek pembelajaran secara kolaboratif sampai diperoleh hasil berupa suatu
produk. Itulah mengapa kesuksesan pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh
keaktifan peserta didik.

tujuan project based learning adalah sebagai berikut.


1. Melatih sikap proaktif peserta didik dalam memecahkan suatu masalah.
2. Mengasah kemampuan peserta didik dalam menguraikan suatu permasalahan
di kelas.
3. Meningkatkan keaktifan peserta didik di kelas dalam menyelesaikan
permasalahan yang kompleks sampai diperoleh hasil nyata.
4. Mengasah keterampilan peserta didik dalam memanfaatkan alat dan bahan di
kelas guna menunjang aktivitas belajarnya.
5. Melatih sifat kolaboratif peserta didik.
7. Model Pembelajaran Berbasis Teks;

Pembelajaran berbasis teks merupakan kegiatan belajar mengajar yang


dilakukan sesuai dengan teks yang diajarkan. Pada pembelajaran berbasis teks di
kelas, siswa dituntut untuk memahami setiap jenis teks kemudian mendemonstrasi
struktur isi dan bahasanya.
Feez (1998: 28) merinci kegiatan pembelajaran berbasis teks dalam siklus
yang terjadi dari lima tahap, yakni 1) membangun konteks, 2) memberikan model
dan dekonstruksi teks, 3) membentuk teks bersama, 4) membuat teks secara
mandiri, dan 5) menautkan teks yang terkait.

8. Model inquiry learning

Inquiry Learning, berfokus pada siswa menemukan masalah sehingga


harus mengerahkan seluruh pengetahuan dan keterampilan untuk mendapatkan
temuan dalam masalah tersebut melalui proses penelitian. Sanjaya (2014)
menyatakan bahwa langkah–langkah model pembelajaran Inquiry learning
sebagai berikut:
 Orientasi
 Merumuskan Masalah
 Merumuskan hipotesis.
 Mengumpulkan data
 Menguji hipotesis
 Merumuskan kesimpulan.

Pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan dalam bidang studi pkk selain beberapa
yang telah disebutkan di atas terdapat juga pendekatan sinectics learning.

Synectics learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memusatkan perhatian


pada kompetensi mahasiswa untuk mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka
inteligensinya dan mengembangkan kreativitasnya (Widada 1994). Pembelajaran Desain Mode
dengan pendekatan sinectics learning, dari hasil penelitian ternyata memberikan dampak pada
peningkatan kreativitas dan hasil belajar mahasiswa. Penggunaan pendekatan sinectics learning
merupakan upaya untuk kepentingan belajar mahasiswa, agar mahasiswa senang dan bergairah
belajar desain mode busana yang selama ini dirasakan sulit oleh mahasiswa. Motivasi merupakan
faktor yang sangat penting dalam belajar, oleh karena itu guru/dosen harus menciptakan suasana
belajar yang kondusif yang dapat membangkitkan motivasi kreativitas belajar bagi mahasiswa, Inti
dari sinectics learning adalah dapat mengakomodasi kepentingan untuk meningkatkan kreativitas
mahasiswa, yang dapat memfasilitasi mahasiswa dalam melakukan belajar secara aktif dan
produktif, sehingga membantu mahasiswa dalam mendesain mode busana secara kreatif dan
inovatif.

Anda mungkin juga menyukai