Anda di halaman 1dari 12

6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Tindakan
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola
prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan
dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan
belajar. Model pembelajaran terkait dengan pemilihan strategi dan pembuatan
struktur metode, keterampilan, dan aktivitas peserta didik.
Ciri utama sebuah model pembelajaran adalah adanya tahapan atau
sintaks pembelajaran. Namun, ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi agar
skema tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah model pembelajaran (Ridwan,
2016:89). Joyce &weil dalam (Rusman, 2012:133) berpendapat bahwa model
pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang
lain. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau
pembelajaran dalam tutorial (Trianto, 2010:51).
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Penggunaaan model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar mengarah pada
peningkatan mutu pendidikan dan memberikan prospek yang sangat
mendukung terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi.
Model pembelajaran tematik dapat mengembangkan wawasan dan aktivitas
berfikir siswa melaui jaringan tema yang berisi pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang diperoleh siswa dalam pembelajaran yang utuh, terpadu
dan simultan. Penggunaan model ini berimplikasi pada proses penciptaan
7

situasi belajar dan pembelajaran dimana siswa mempelajari beberapa mata


pelajaran secara terpadu dalam satu tema pemersatu. Keterpaduan tersebut
akan membuat konsep atau keterampilan yang ada dalam mata pelajaran
menjadi lebih bermakna bagi siswa. Model pembelajaran tematik di Sekolah
Dasar juga memberi peluang untuk membangun pengetahuan secara utuh,
tidak terpecah-pecah dalam mata pelajaran.
Menurut Johni Damyati (2016:4) istilah pembelajaran terpadu berasal
dari kata integrated teaching and learning atau integrated curriculum
approach. Istilah ini sebenarnya telah lama dikemukakan oleh Jhon Dewey
yakni sebuah usaha untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan
siswa serta kemampuan pengetahuannya. Piaget dalam (H. Udin syaifuddin
saud, dkk, 2016: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu merupakan
proses pembelajaran yang membantu anak untuk belajar menghubungkan apa
yang telah mereka pelajari dan apa yang baru mereka pelajari. Adapun
pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan kemampuan
anak dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan interaksi dengan
lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
terpadu adalah pendekatan dalam proses pembelajaran yang didalamnya guru
mengaitkan dan memadukan materi ajar dari beberapa mata pelajaran pada
suatu tema atau topik tertentu. Setiap pihak yang paling bertanggung jawab
terhadap berhasilnya penerapan model pembelajaran tematik di SD/MI, guru
dituntut untuk kreatif dan memiliki jiwa inovatif. Hal pertama yang harus
dilakukan guru adalah memahami model pembelajaran tematik, baik secara
konseptual maupun secara praktikal. Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam
menerima suatu bentuk inovasi dalam pembelajaran, guru cenderung ingin
langsung atau dipaksa melaksanakan tanpa dibarengi dengan pemahaman
yang tuntas dari inovasi yang dikembangkan tersebut.
8

Hal-hal yang perlu dipersiapkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran


tematik di Sekolah Dasar yaitu bahwa pembelajaran tematik ini dimaksudkan
agar pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh.
Dalam pelaksanaannya perlu mempertimbangkan antara lain alokasi waktu
setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada
dilingkungan sekitar siswa. Pilihlah tema-tema yang terdekat dan familiar
dengan anak, namun demikian selalu mengutamakan kompetensi dasar yang
akan dicapai dari pada tema-tema tersebut (Rusman, 2015:281-282).
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran terdapat berbagai masalah yang sering dialami
oleh guru. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu adanya model-model
pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar
mengajar. Model dirancang untuk mewakili realitas sesungguhnya, walaupun
model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya. Model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial (Suprijono,
2013:46).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu kerangka yang digunakan dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan
oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelompok.
Dengan model pembelajaran yang dirancang oleh guru dapat membantu
peserta didik dalam mengekspresikan dirinya, dan dalam mengikuti
pembelajaran peserta didik dapat berperan lebih aktif.
Pembelajaran kooperatif muncul karena adanya perkembangan dalam
sistem pembelajaran yang ada. Sanjaya dalam (Rusman, 2014:203)
menyatakan model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar
yang diakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Sedangkan Abdulhak
9

dalam (Rusman, 2014:203) mengemukakan pembelajaran kooperatif


dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat
mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri.
3. Pengertian The Power of Two
The Power Of Two (kekuatan dua kepala) termasuk bagian dari
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe the power of
two merupakan salah satu model pembelajaran dalam kelompok kecil dengan
menumbuhkan kerjasama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran
dengan anggota dua orang. Model pembelajaran kooperatif tipe the power of
two ini dirancang untuk memaksimalkan belajar kolaboratif (bersama) dan
meminimalkan kesenjangan antara peserta didik yang satu dengan peserta
didik yang lain. Pembelajaran the power of two adalah pembelajaran
berkelompok yang digunakan untuk memperkuat arti penting serta manfaat
sinergi dua orang dimana berpikir berdua jauh lebih baik dari pada berpikir
sendiri (Zaini, 2008:52).
Menurut Tampubolon (2014:114) Lebih lanjut mengemukakan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe The Power Of Two (kekuatan berdua)
termasuk bagian dari pembelajaran koopertif, yaitu belajar dalam kelompok
kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan
pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang untuk mencapai
kompotensi dasar.
Pembelajaran the power of two dapat dilaksanakan melalui beberapa
langkah dalam pembelajaran. Berdasarkan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe the power of two (Zaini, 2008:52-53), maka
langkah-langkah model pembelajaran koperatif tipe the power of two dapat
dikembangkan sebagai berikut:
1) Langkah 1
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
pada pembelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.
10

2) Langkah 2
Guru menyampaikan informasi kepada peserta didik dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3) Langkah 3
Guru membuat problem, dalam proses belajar guru memberikan satu atau
lebih pertanyaan kepada peserta didik yang membutuhkan refleksi.
Kemudian peserta didik diminta merenungkan dan menjawab pertanyaan
sendiri-sendiri.
4) Langkah 4
Setelah semua peserta didik melengkapi jawabannya, guru membagi
peserta didik berkelompok secara berpasangan kemudian meminta peserta
didik untuk sharing dengan pasangannya dan membuat jawaban baru.
5) Langkah 5
Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, guru meminta
peserta didik membandingkan jawaban dari masing- masing pasangan ke
pasangan yang lain.
6) Langkah 6
Ketika semua pasangan telah menulis jawaban-jawaban baru bandingkan
jawaban setiap pasangan di dalam kelas. Kemudian setelah dibandingkan,
guru bersama-sama peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
7) Langkah 7
Guru memberikan penghargaan baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok.
Dengan demikian, disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
The Power Of Two adalah model pembelajaran berkelompok yang
berjumlah dua orang dalam setiap kelompoknya, dimana setiap siswa
memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan secara individu dan
mengambil sebuah kesimpulan jawaban secara berpasangan dan
11

membandingkan jawabannya dengan kelompok lain untuk mendapat


sebuah kesimpulan dalam memecahkan masalah.
4. Keunggulan Model Pembelajaran Tipe The Power Of Two
Keunggulan model pembelajaran the power of two menurut Al Ihwanah
(2016:106) adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik dapat meningkatkan kepercayaan kemampuan berfikir
sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari
peserta didik lain.
2. Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan
kata-kata secara verbal dan dengan membandingkan ide-ide atau gagasan-
gagasan orang lain.
3. Membantu anak agar dapat bekerja sama dengan orang lain, dan
menyadari segala keterbatasannya serta menerima segala kekurangannya.
4. Membantu peserta didik untuk belajar bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya.
5. Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.
6. Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.
5. Kelemahan Model Pembelajaran Tipe The Power Of Two
Kelemahan model pembelajaran the power of two menurut Al Ihwanah
(2016:107) adalah sebagai berikut:
1. Membutuhkan waktu yang panjang untuk memfasilitasi peserta didik
menyampaikan perbedaan pendapat.
2. Dapat membuat pembelajaran kurang kondusif karena pembagian
kelompok secara berpasang- pasangan dan sharing antar pasangan.
B. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pola pembelajaran yang
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, kreativitas, nilai dan sikap
pembelajaran dengan menggunakan tema. Pembelajaran tematik dengan
12

demikian adalah “pembelajaran terpadu atau terintegrasi” yang melibatkan


beberapa mata pelajaran bahkan lintas rumpun mata pelajaran yang diikat
dalam tema-tema tertentu. Pembelajaran ini melibatkan beberapa kompetensi
dasar, hasil belajar, dan indikator dari suatu mata pelajaran atau bahkan
beberapa mata pelajaran. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat
dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Diterapkannya pendekatan tematik dalam pembelajaran membuka ruang yang
luas bagi peserta didik untuk mengalami sebuah pengalaman belajar yang
lebih bermakna, berkesan, dan menyenangkan. (Departemen agama
direktorat jenderal kelembanggaan agama islam, 2006:3).
Menurut Poerwanto dalam (Rusman, 2013:254) dalam pelaksanaanya,
pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih
dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memerhatikan
keterkaitannya dengan isi mata pelajaran.Tema adalah pokok pikiran atau
gagasan pokok yang menjadi pembicaraan. Tujuan dari adanya tema ini
bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran,
akan tetapi juga keterkaitannya dengan konsep-konsep dari mata pelajaran
lainnya.
Dengan adanya tema ini akan memberikan banyak keuntungan, di
antaranya: 1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
2) siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama, 3) pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalamdan berkesan, 4) kompetensi dasar
dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain
dengan pengalaman pribadi siswa, 5) siswa lebih dapat merasakan manfaat
dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, 6)
siswa dapat lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran
sekaligus mempelajari matapelajaran lain, 7) guru dapat menghemat waktu
13

karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan


sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya
dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
(Rusman, 2013:254-255).
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik
Menurut Latif, dkk (2013) dalam Damyati (2016:10) memberi
penjelasan prinsip-prinsip pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
a. Tema harus berhubungan langsung dengan pengalaman hidup yang
sesungguhnya, dan dibangun dari apa yang mereka sudah tahu.
b. Setiap tema harus mempresentasikan konsep-konsep untuk anak, sehingga
anak menemukan lebih lanjut pada tingkat yang lebih tinggi.
c. Tema harus didukung oleh sumber-sumber yang akurat.
d. Pada setiap tema harus dapat membangun semua kemampuan mental anak
secara terintegrasi yakni attending (perhatian), listening (mendengarkan),
Observing (mengamati), remembering (mengingat), dan recalling
(menceritakan kembali).
e. Kegiatan pembelajaran di area melalui pengalaman langsung dengan
objek nyata sehingga anak dapat melakukan percobaan, manipulasi serta
kerja sama.
f. Kegiatan yang diberikan harus melibatkan semua aspek perkembangan
dan pertumbuhan anak didik.
g. Setiap tema bisa direvisi dan disesuaikan dengan karakteristik anak.
3. Pentingnya Pembelajaran Tematik Untuk Siswa Sekolah Dasar
Apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional,
pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: 1)
pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar, 2) kegiatan-kegiatan
yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan
kebutuhan siswa, 3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi
14

siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebihlama, 4) membantu


mengembangkan keterampilan berpikir siswa, 5) menyajikan kegiatan belajar
yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui
siswa dalam lingkungannya, dan 6) mengembangkan keterampilan sosial
siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap
gagasan orang lain.
Selain adanya keunggulan-keunggulan tersebut di atas, pembelajaran
sangat penting diterapkan di Sekolah Dasar sebab memiliki banyak nilai dan
manfaat, diantaranya: 1) dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar
dan indikator serta ini mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena
tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2) siswa dapat
melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran
lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) pembelajaran
tidak terpecah-pecah karena siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar
yang lebih terpadu juga, 4) memberikan penerapanpenerapan dari dunia
nyata, sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer belajar (transfer
learning), 5) dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran, maka
penguasaan materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat.
C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah proses yang harus dilakukan oleh peserta didik dan
ditandai oleh adanya perubahan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Jadi, indikasi seseorang yang telah melakukan kegiatan belajar, pada diri
seorang pelajar akan terjadi adanya perubahan pada ketiga ranah tersebut.
Tingkat ketercapaian pada ketiga ranah tersebut sangat ditentukan oleh
kualitas hubungan antara pendidik dan peserta didik. Dalam hal hubungan
proses pembelajaran ini, peran pendidik sangat penting yakni, sebagai:
1) Manager/pengelola.
15

Peran sebagai manager/pengelola, pendidik harus bisa mencipatakan


strategi pembelajaran yang memungkinkan terjadi hubungan yang baik
antara pendidik dan peserta didik.
2) Fasilitator.
Sebagai fasilitator, pendidik harus memfasilitasi peserta didik dalam
bentuk alat, media, dan sumber belajar yang diperlukan untuk belajar.
3) Moderator.
Sebagai moderator, pendidik harus bisa mengatur jalannya proses
pembelajaran secara baik, sehingga diharapkan hasil belajar peserta didik
akan maksimal.
4) Motivator.
Sebagai motivator, pendidik harus bisa memberikan motivasi/rangsangan
kepada peserta didik, baik melalui pendekatan pembelajaran yang
menarik, penggunaan media dan sumber belajar yang sesuai, serta
penampilan yang professional.
5) Evaluator.
Sebagai evaluator, pendidik harus mampu melakukan kegiatan penilaian
terhadap hasil belajar peserta didik secara objektif, valid, dan reliable
(Johni, 2016:2-3).
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses
dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan
intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil
dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau
tujuan intruksional.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai
dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Evaluasi
merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan
16

seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu,
dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback
atau tindak lanjut, atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.
Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan
ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan.Dengan demikian,
penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah,
baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan
dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa (Ahmad Susanto,
2013:5).
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku yang dialami oleh objek belajar didalam satu
interaksi dengan lingkungan. Dalam kegiatan belajar mengajar, setelah
mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibandingkan sebelumnya.
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan prilaku pada
individu yang belajar.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan
eksternal, sebagi berikut:
1) Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam
peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini
meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2) Faktor eksternal; faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri,
perhatian orang tua yang kurang terhadap anak, serta kebiasaan sehari-hari
17

berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari
berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik (Ahmad Susanto, 2013:12).
3. Indikator Hasil Belajar
Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap
ranah pesikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar
siswa. kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
adalah mengetahui garis besar indicator dikaitkan dengan jenis prestasi yang
hendak dicapai, dinilai, atau diukur. Indicator hasil belajar menurut Benjamin
S Bloom dengan taxsonomy of education objectives membagi tujuan
pendidikan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif yakni semua yang
berhubungan dengan otak serta intelektual, ranah afektif yakni semua yang
berhubungan dengan sikap, dan ranah pesikomotor adalah suatu yang
berkaitan dengan gerak atau ucapan baik verbal maupun non verbal.

Anda mungkin juga menyukai