Pengertian Model Pembelajaran Somatic Auditory Visula Intelectual (SAVI) menurut Dewiyani (2012)
dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Somatic berasal dari bahasa Yunani yaitu soma yang berarti tubuh.
Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan indera peraba, kinestetik, praktis
melibatkan fisik dan menggunakan serta mengerakkan tubuh ketika belajar atau bergerak dan berbuat.
Menurut Dave Meier pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan
tubuh. Temuan penelitian menyimpulkan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh.
Langkah-langkah model pembelajaran Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI) memiliki empat tahap
yaitu:
a) Pertama, persiapan. Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar, memberi
mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka
dalam situasi optimal untuk belajar.
b) Kedua, penyampaian Tujuan tahapan ini adalah membentuk pembelajar menentukan materi belajar
yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok
semua gaya belajar.
c) Ketiga, pelatihan. Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar mengintagrasikan dan menyerap
pengetahuan dan ketempilan baru dengan berbagai cara.
d) Keempat, penampilan hasil. Tujuan tahap ini, membentuk pembelajar menerapkan dan memperluas
pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan, sehingga hasil belajar akan melekat dan
terus meningkat.
Dan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI) adalah
model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indera yang
dimiliki peserta didik.
Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-
hari.
a.Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b.Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
Dan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang
dimulai dengan mengambil, mensimulasikan, menceritakan, berdialog, bertanya jawab atau berdiskusi
pada kejadian dunia nyata . Dan akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri dari Model Pembelajaran Kolaboratif yaitu adanya kerja sama dua orang atau lebih,
memecahkan masalah bersama, sertamencapai tujuan tertentu
- Sajian Guru
- Penguatan Guru
- Tim (kelompok):
Dan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kolaboratif adalah model pembelajaran memiliki
strategi pembelajaran yang dapat menguatkan karakter bergotong royong atau bekerja sama dalam
proses belajar.
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok
kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Konsep Pembelajaran Kooperatif adalah menciptakan interaksi yang asah, asih dan asuh, sehingga
tercipta masyarakat belajar sehingga memungkinkan siswa untuk tidak hanya belajar dari guru tetapi
juga dari sesama siswa.
2. Tiap anggota menggunakan lembar kerja akademik kemudian saling membantu untuk menguasai
bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar anggota tim.
3. Tiap minggu atau 2 minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan materi yang telah
diberikan.
4. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap materi, yang meraih prestasi tinggi
diberi penghargaan.
Metode ini dikembangkan oleh Slavin dkk. Langkah- langkah dari metode ini adalah sebagai berikut:
1. Kelas dibagi menjadi beberapa tim/kelompok anggotanya 5-6 yang karakteristiknya heterogen.
2. Bahan yang disajikan bentuk teks, tiap siswa bertanggung jawab mempelajari.
3. Setiap kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab mengkaji bagiannya. Bila berkumpul disebut
kelompok pakar.
4. Para siswa yang ada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula untuk mengajar anggota
baru mengenai materi yang dipelajari dalam kelompok pakar.
5. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang
pernah di pelajari.
6. Pemberian skor diberikan / dilakukan seperti dalam metode STAD. Nilai tertinggi diberi penghargaan
oleh guru.
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif
model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
6. Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja
akademik
7. Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara
mingguan
Proses belajar dengan memberikan latar belakang dan strategi untuk meningkatkan pembelajaran dan
membuat proses tersebut lebih menyenangkan.
Dan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran quntum teaching adalah proses pembelajaran yang
menyenangkan, kreatif tidak membosankan.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran berdasarkan tema untuk mempelajari suatu materi guna
mencapai kompetensi tertentu. Tema adalah suatu bidang yang luas, yang menjadi fokus pembahasan
dalam pembelajaran. Topik adalah bagian dari tema / sub tema.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa secara individual ataupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep , bermakna dan autentik.
Landasan Teori :
a. Siswa mengkonstruksi idea berdasarkan pengalaman dan interaksi dng sumber belajar
b. Restrukturisasi Idea,
c. Aplikasi Idea,
d. Reviu,
e. Membandingkan.
Kesimpulan dari model pembelajaran kontruktivisme adalah model pembelajaran yang mengutamakan
siswa secara aktif membangun pembelajaran mereka sendiri secara mandiri dan memindahkan
informasi yang kompleks.
Model Experiential Learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar
untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal
ini, Experiential Learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar
mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Experiential learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan
pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil
belajar itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu;
c) memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada. Ketiga elemen tersebut saling
berhubungan dan memengaruhi seara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu
elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif.
Kesimpulan dari model pembelajaran berbasis pengalaman (exprential learning) adalah model
pembelajaran yang mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan
melalui pengalamannya secara langsung atau belajar melalui tindakan.
Siklus belajar ( learning cycle ) merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada teori Piaget dan
teori pembelajaran kognitif serta aplikasi model pembelajaran konstruktivis. Model ini dikembangkan
oleh Robert Karplus dan koleganya dalam rangka memperbaiki kurikulum sains SCIS ( Science
Curriculum Improvement Study) dengan tahapan-tahapannya : exploration, invention dan discovery,
namun kemudian dikembangkan oleh Charles R. Barman dengan tahapan-tahapannya : exploration
phase, concept introduction, dan concept application. Selanjutnya model ini kemudian dikembangkan
lagi dan dewasa ini lebih dikenal dengan model siklus belajar sains 4-E ( 4-E science learning cycle ),
dengan tahapan-tahapan : exploration phase, explanation phase, expansion phase, evaluation phase
(Carin 1993:87).
Fase atau Langkah-Langkah Siklus BelajarFase-fase siklus belajar sains (the science learning cycle)
dengan penjelasan fase-fasenya sebagai berikut :
Pada fase ini para siswa belajar melalui keterlibatan dan tindakan-tindakan, gagasan-gagasan mereka
dan hubungan-hubungan dengan materi baru diperkenalkan dengan bimbingan guru yang minimal agar
memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan sebelumnya, mengembangkan minat, menumbuhkan
dan memelihara rasa ingin tahu terhadap materi itu. Materi perlu disusun secara cermat sehingga
sasaran belajar itu menggunakan konsep dan gagasan yang mendasar. Selama fase ini guru menilai
pemahaman para siswa terhadap sasaran pelajaran. Menurut Bybee bahwa, tugas guru disini tidak
boleh memberitahukan atau menerangkan konsep.
Pada fase ini para siswa kurang terpusat dan ditunjukkan untuk mengembangkan mental. Tujuan dari
fase ini guru membantu para siswa memperkenalkan konsep sederhana, jelas dan langsung yang
berkaitan dengan fase sebelumnya, dengan berbagai strategi para siswa disini harus terfokus pada
pokok penemuan konsep-konsep yang mendasar secara kooeperatif dibawah bimbingan guru (guru
sebagai fasilitator) mengajukan konsep-konsep itu secara sederhana, jelas dan langsung.
Fase III.Expansion (Perluasan)
Pada fase ini para siswa mengembangkan konsep-konsep yang baru dipelajari untuk diterapkan pada
contoh-contoh lain, dipakai sebagai ilustrasi konsep intinya dapat membantu para siswa
mengembangkan gagasan-gagasan mereka dalam kehidupannya.
Pada fase ini ingin mengetahui penjelasan para siswa terhadap siklus pembelajaran ini. Evaluasi dapat
berlangsung setiap fase pembelajaran, untuk menggiring pemahaman konsep juga perkembangan
keterampilan proses. Evaluasi bukan hanya pada akhir bab. Dari fase-fase yang disebutkan di atas
menurut Carin dan Martin tujuan paedagoginya adalah sama.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran siklus belajar ( learning cycle) adalah model
pembelajaran yang berpusat pada siswa yang aktiv bertanya, menjawab, mengerjakan soal kedepan,
dan berdiskusi dalam kelompok.
Mind mapping atau peta pikiran adalah suatu tekhnik pembuatan catatan-catatan yang dapat digunakan
pada situasi, kondisi tertentu, seperti dalam pembuatan perencanaan, penyelesaian masalah, membuat
ringkasan, membuat struktur, pengumpulan ide-ide, untuk membuat catatan, kuliah, rapat, debat dan
wawancara.(Svantesson, 2004 : 1).
Hal-hal yang harus dipersiapkan ketika akan membuat atau menggunakan metode mind mapping adalah
:
Kesimpulan dari model pembelajaran mind mapping adalah Model pembelajaran mind mapping dapat
membuat siswa lebih aktif dan kreatif dengan melibatkan kedua belah otak siswa, sehingga siswa akan
lebih memahami materi yang diberikan oleh guru karena siswa membuat catatan mind mapnya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA