Dosen Pengampu :
Dr. Susanah, M.Pd.
Dr. Pradnyo Wijayanti, M.Pd.
Disusun Oleh :
1. Nurul Masita (20030174064)
2. Arfan Dwi Yanto (20030174072)
3. Kayla Manoppo (20030174073)
4. Intan Dewi Fajarsari (20030174090)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang berjudul “Model
Pembelajaran Kooperatif ” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Model Pembelajaran Kooperatif” ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Pembelajaran Inovatif. Kami berharap semoga makalah yang kami buat dapat
menjadi sumber bacaan dan dapat menambah wawasan bagi siapapun yang membaca. Khususnya
bagi kami pribadi semoga dengan adanya penyusunan makalah ini, kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan makalah ini. Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Susanah,
M.Pd. serta Ibu Dr. Pradnyo Wijayanti, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Inovatif
yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam penyusunan makalah ini.
Dengan penuh kesadaran, kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sebagai masukan atas penyusunan makalah ini
sangatlah berarti bagi kami agar kedepannya kami dapat menyusun makalah dengan lebih baik
lagi. Akhir kata, kami mengucapkan mohon maaf jika ada kata-kata dalam penyampaiannya yang
kurang berkenan. Terima kasih.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………...………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………...…………..…………….ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………..1
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran kooperatif …….………...………….2
B. Karakteristik Teori Model Pembelajaran Kooperatif.. ……....……….2
C. Landasan Teori Model Pembelajaran Kooperatif…………….……... 4
D. Langkah – langkah Model Pembelajaran Kooperatif…………..……..5
E. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif……………………………………5
F. Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif…………………...……….8
G. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif……..….9
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………….………..…………...11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………...……………….. 12
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di
kelas. Model pembelajaran harus mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk
tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan dan pengelolaan kelas. Melalui pembelajaran guru dapat
membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan
ide. Juga berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran.
Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan
ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Pembentukan sikap,
keterampilan sosial, dan hasil belajar adalah kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta
didik setelah terjadinya proses pembelajaran. Dengan demikian, seorang guru dituntut memiliki
keterampilan mengelola kegiatan pembelajaran secara kreatif dan inovatif sebab, jika guru berhasil
menerapkan suasana iklim pembelajaran yang membuat peserta didik termotivasi dan aktif dalam
belajar, kemungkinan tercapainya tujuan pembelajaran Matematika dapat sesuai dengan apa yang
diharapkan. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru ialah pembelajaran
model kooperatif.
Dalam dunia pendidikan pembelajaran kooperatif telah memiliki sejarah yang panjang
sejak zaman dahulu kala, para guru telah mendorong siswa untuk bekerja sama dalam tugas-tugas
kelompok tertentu dalam diskusi, debat, atau pelajaran tambahan. Menurut beberapa ahli bahwa
model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep
yang sulit, akan tetapi sangat berguna untuk menumbuhkan berpikir kritis.
Jadi, model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas yang meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh
guru. Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana
siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan
konstruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi
belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2
b. Functioning (pengaturan) merupakan keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk
mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja
sama diantara anggota kelompok.
c. Formating (perumusan) merupakan keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk
pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari,
merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, serta menekankan penguasaan
serta pemahaman dari materi yang diberikan.
d. Fermenting (penyerapan) merupakan keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk
merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih
banyak informasi, serta mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
Model pembelajaran kooperatif memiliki kelemahan di samping kekuatan yang ada
padanya. Kelemahan tersebut antara lain yaitu terkait dengan kesiapan guru dan siswa untuk
terlibat dalam suatu strategi pembelajaran yang memang berbeda dengan pembelajaran yang
selama ini diterapkan. Guru dapat secara berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut.
Ketidaksiapan guru untuk mengelola pembelajaran dapat diatasi dengan cara pemberian
pelatihan yang kemudian disertai dengan kemauan yang kuat untuk menerapkannya pada saat
pembelajaran.
Sementara itu, ketidaksiapan siswa dapat diatasi dengan menyediakan panduan yang
memuat cara kerja yang jelas, petunjuk tentang sumber yang dapat dieksplorasi, serta
deskripsi tentang hasil akhir yang diharapkan, dan sistem evaluasi. Kendala lainnya ialah
waktu, strategi pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang cukup panjang dan
fleksibel, meskipun untuk topik-topik tertentu waktu yang diperlukan mungkin cukup dua kali
tatap muka ditambah dengan kegiatan-kegiatan di luar jam pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpedoman pada beberapa pendekatan
yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Pendekatan yang
dimaksud ialah belajar aktif, konstruktivistik, dan kooperatif. Beberapa pendekatan tersebut
diintegrasikan dimaksudkan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran yang
memungkinkan siswa agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
3
C. Landasan Teoritik dan Empirik Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menurut Arend (2004:357-360) mempunyai landasan teoritis dan
empiris, yaitu: (a) konsep kelas yang demokratis; (b) Relasi antar kelompok; dan (c) belajar
dari pengalaman.
Konsep kelas yang demokratis dikemukakan oleh John Dewey dan Herbert Thelan. John
Dewey dalam bukunya Democracy and Education tahun 1916 menetapkan sebuah konsep
pendidikan yang menyatakan bahwa kelas seharusnya cermin masyarakat yang lebih besar
dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Selanjutnya ia
menambahkan bahwa guru harus menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem
sosial yang bercirikan prosedur demokrasi dan proses ilmiah. Tanggung jawab utama guru
adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif untuk memikirkan masalah sosial
penting yang muncul pada saat itu. Tahun 1954 dan 1969 psikolog Herbert Thelan
mengembangkan prosedur yang lebih tepat untuk membantu siswa bekerja dalam kelompok.
Thelan berargumentasi bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur
demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar kelompok.
Relasi antar kelompok dikemukakan oleh Gordon Alport (Ibrahim dan kawan-kawan,
2000:14). Alport mengemukakan bahwa hukum saja tidak akan mengurangi kecurigaan antar
kelompok dan mendatangkan penerimaan serta pemahaman lebih baik. Untuk itu ada tiga
kondisi dasar untuk mencegah terjadinya kecurigaan antar ras dan etnis, yaitu:
(a) kontak langsung antar etnik; (b) sama-sama berperan serta di dalam kondisi status yang
sama antar anggota dari berbagai kelompok dalam satu setting tertentu; dan (c) setting itu
secara resmi mendapat persetujuan kerjasama antar-etnis.
Belajar berdasarkan pengalaman didasarkan pada tiga asumsi (Johnson dan Johnson,
dalam Arend, 2004:359). Pertama, bahwa siswa akan belajar dengan baik jika siswa secara
pribadi terlibat dalam pengalaman itu. Kedua, bahwa pengetahuan itu hendak siswa jadikan
pengetahuan yang bermakna atau membuat suatu perbedaan dalam tingkah laku siswa. Ketiga,
bahwa komitmen terhadap belajar paling tinggi apabila siswa bebas menetapkan tujuan
pembelajarannya sendiri dan secara aktif mempelajari tujuan itu dalam suatu kerangka
tertentu.
4
D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
7
Tabel Perbedaan tipe pembelajaran kooperatif
Aspek STAD Jigsaw Investigasi Pendekatan
Kelompok Struktural
Tujuan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan
kognitif akademis konseptual faktual akademis akademis faktual
faktual dan akademik konseptual dan
keterampilan
penyelidikan
Tujuan Kerja kelompok Kerja kelompok Kerjasama dalam Keterampilan
sosial dan kerja sama dan kerja sama kelompok yang kelompok dan sosial
kompleks
Struktur Tim Kelompok belajar Kelompok belajar Bervariasi: berdua ,
tim pembelajaran heterogeny 5-6 5-6 anggota bertiga, 4-6 anggota
heterogen 4-5 anggota, heterogen
anggota menggunakan pola
kelompok “asal”
dan kelompok
“ahli”
Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Guru dan/atau Biasanya guru
topik siswa
pelajaran
Tugas Siswa dapat Siswa menyelidiki Siswa Siswa melakukan
Utama menggunakan materi dalam menyelesaikan tugas yang
lembar kerja kelompok “ahli”; pertanyaan ditugaskan - sosial
dan saling membantu anggota kompleks dan kognitif
membantu kelompok “asal”
materi mempelajari materi
pembelajaran
master
Penilaian Tes mingguan Bervariasi—Bisa Menyelesaikan Bervariasi
jadi tes mingguan proyek dan laporan;
dapat menjadi tes
esai
8
1. Model Evaluasi Kompetisi
Sistem peringkat yang ada di sekolah selama ini jelas menanamkan jiwa kompetitif.
Sejak awal pendidikan formal, siswa dipacu agar bisa menjadi lebih baik dari teman-teman
sekelasnya. Siswa yang yang jauh melebihi teman sekelasnya, maka ia dianggap sebagai
siswa yang berprestasi.
2. Model Evaluasi Individual
Berbeda dengan sistem penilaian peringkat, dalam pengukuran individual guru
menetapkan standar untuk setiap siswa. Nilai seseorang tidak ditentukan oleh nilai rata-
rata teman sekelas, melainkan oleh usaha sendiri dan standar yang diterapkan oleh guru
dan dianggap merupakan kemampuan maksimalnya. Tampaknya sistem penilaian
individual lebih menarik dibanding dengan sistem kompetisi. Dalam hal ini, siswa
diharapkan belajar sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.
3. Model Evaluasi Cooperative Learning
Dalam penelitian Evaluasi Cooperative Learning, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai
kelompok. Siswa bekerja sama dengan cara gotong royong. Mereka saling membantu
dalam mempersiapkan diri untuk test. Kemudian masing-masing mengerjakan tes dengan
sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi. Nilai kelompok dapat dibentuk dengan
beberapa cara, yaitu : Pertama, nilai kelompok dapat diambil dari nilai terendah yang
didapat oleh siswa dalam kelompok. Kedua, nilai kelompok bisa diambil dari nilai rata-
rata semua “sumbangan” dari setiap anggota. Model evaluasi ini sangat perlu diterapkan
dalam dunia pendidikan. Karena sistem pendidikan gotong royong ini merupakan alternatif
menarik yang bisa mencegah tumbuhnya keagresifan dalam sistem kompetisi dan rasa
keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
10
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan
eksistensi kelompok. Setiap siswa dalam kelompok memiliki tingkat kemampuan yang
berbeda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku yang berbeda dan memperhatikan kesetaraan gender.
Model ini memiliki karakteristik diantaranya: siswa bekerja dalam kelompok kooperatif
untuk menguasai materi akademis, anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa
yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi; jika memungkinkan, masing-masing anggota
kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin; sistem penghargaan yang
berorientasi kepada kelompok daripada individu. Model ini berlandaskan teoritis dan empirik
diantaranya konsep kelas yang demokratis, relasi antar kelompok, dan belajar berdasarkan
pengalaman.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif, diantaranya :
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi pembelajar
2. Menyajikan informasi
3. Mengorganisasikan pembelajar ke dalam kelompok-kelompok belajar
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
5. Evaluasi
6. Memberikan penghargaan
11
DAFTAR PUSTAKA
12