Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MENJELASKAN KOOPERATIF DAN TRADISIONAL


(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Matematika 2)

Dosen : Agus Syahbani, M.Pd .

Disusun oleh :
Ilmah Fitriyah
Anti Nurfadilah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


(PGMI/SD)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NASIONAL (IAI-N)

LAA ROIBA BOGOR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas
Mata Kuliah Matematika 2. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-
sahabatnya, dan kepada umatnya.

Makalah ini tidak akan selesai pada waktunya tanpa dukungan dari
semua pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semuanya terutama kepada Dosen pengampu Matematika yaitu
Bapak Agus Syahbani,M.Pd yang selalu membimbing penulis dalam
pembuatan makalah.

Tiada gading yang tak retak, begitu peribahasa mengatakan. Begitu


pun makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, banyak sekali
terdapat kesalahan baik itu dari segi sistematika penulisan, diksi, dan dari
segi yang lainnya. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak. Terima kasih atas perhatiannya.

Bogor, 7 Maret 2021

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode
atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus
yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode pembelajaran :
1. Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik.
2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3. Langkah-langkah mengajar yang duperlukan agar model pembelajaran dapat
dilaksanakan secara optimal.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, guru hendaknya lebih memilih berbagai
variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan
pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau
tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan
pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan
peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta
mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dikemukakan beberapa rumusan


masalah, yaitu :

 Pengertian model pembelajaran kooperatif


 Prinsip dasar dan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif
 Langkah – langkah pembelajaran kooperatif
 Macam macam model pembelajaran kooperatif
 Ciri-Ciri dan Tahapan pada Model Kooperatif
 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat


penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan.
Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik
pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam
Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk
strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu
memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah
model pembelajaran kooperatif.

Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif


merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-
beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan
untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya
struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan
dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur
tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.

Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa


meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta
pengembangan keterampilan sosial.

B. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota.
3. kelompok mempunyai tujuan yang sama.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama diantara anggota kelompoknya.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai


kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,
baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan jender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing
individu.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan


agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan
pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu
belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.

C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif :

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan


pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta
memotivasi siswa.
2. Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru
menginformasikan pengelompokan siswa.
4. Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa
dalam kelompok kelompok belajar.
5. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
6. Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual
dan kelompok.
D. Macam macam model pembelajaran kooperatif

Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends


(2001), yaitu;

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau
pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang
baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan
suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi)
pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku
pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.

Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki
tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini
adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai
pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba
untuk mempelajari semua materi sendirian.

Sedangkan dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah;

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan pada pembelajaran


membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SD),

Team Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk


tingkat 3-6 (setingkat TK).

E. Ciri-Ciri dan Tahapan pada Model Kooperatif

Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif


memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi


belajar,
2. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah,
3. jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
yang berbeda-beda,
4. penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut


(Ibrahim, M.,)

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran.


2. Menyampaikan informasi.
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar kelompok.
4. Evaluasi atau memberikan umpan balik.
5. Memberikan penghargaan.

F. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga


tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7-8) sebagai berikut:

Mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari
informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain;

Mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan


dengan ide temannya;

G. Pembelajaran tradisional
Pembelajaran Tradisional merupakan pembelajaran di mana secara umum pusat
pembelajaran pada guru. Jadi di sini guru berperan sebagai pengajar dan pendidik dan
cenderung aktif di mana siswa hanyalah sebagai objek dari pendidikan. Sistem
pembelajaran tradisional dicirikan dengan bertemunya antara pebelajar dan pengajar
untuk melakukan proses belajar mengajar. Pada umumnya pembelajaran tradisional
menggunakan cara-cara sederhana, yaitu dengan ceramah. Penggunaan metode
ceramah dalam pembelajaran secara terus menerus justru dapat membuat peserta didik
menjadi bosan, sehingga materi yang disampaikan guru tidak dapat diserap oleh siswa
secara optimal.
Pendekatan tradisional merupakan sebuah pendekatan pembelajaran dimana guru
didalam kelas menggunakan metode belajar yang relatif tetap (monoton) setiap kali
mengajar. Guru terkesan lebih aktif daripada siswa. Gurulah yang memegang peranan
penting dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini kurang menggunakan alat
atau media yang memadai, sehingga hasil belajar siswa kurang luas dan mendalam.
Ciri-ciri pendekatan pembelajaran tradisional adalah sebagai berikut :
1. Guru cenderung hanya menyampaikan informasi yang bersifat fakta dan
kurang memberikan permasalahan dalam proses pembelajaran.
2. Interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa lebih bersifat satu arah (hanya
dari guru kepada siswa).
3. Dalam proses pembelajaran guru kerap memberikan indoktrinasi kepada
siswa. dan juga kurang memberikan kesempatan berfikir kritis dan kreatif.
4. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih cenderung bersifat kognitif
(pengetahuan) saja, kurang memberikan materi yang bersifat afektif dan
psikomotor.
5. Strategi, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan guru cenderung
bersifat tunggal dan monoton.
6. Penilaian lebih banyak menggunakan teknik tes, baik tertulis maupun lisan.
Kurang menggunakan tes perbuatan(prilaku).

Pendekatan tradisional ini biasanya berpusat pada guru seperti metode ceramah
yang mengajar dengan berpusat pada guru, yang umumnya ditemukan disekolah-
sekolah diseluruh dunia. Metode ini sangat efektif (kelebihan) terutama untuk :

- Share informasi jika diantara mereka sulit untuk mendapat informasi ditempat
lain.
- Dapat menyajikan informasi yang lebih cepat.
- Membangkitkan minat akan informasi.
- Cocok untuk para siswa yang menikuti teknik belajar dengan cara
mendengarkan.

Akan tetapi pembelajaran yang berpusat pada guru juga memberikan beberapa tantangan,
yaitu :

- Cara ini tidak dapat diterima oleh semua siswa dengan baik, hanya siswa yang
dapat belajar baik dengan cara mendengarkan saja yang dapa menerima.
- Mempertahankan minat siswa sering kali sangat sulit.
- Cara ini cenderung sedikit menggunakan pemikiran kritis.
- Pendekatan ini diasumsikan bahwa semua siswa belajar sama tidak bersifat
pribadi.
Rooijakkers dan Mukminin mengemukakan bahwa belajar dengan pendekatan
konvensional (tradisonal) adalah pendekatan belajar yang terutama dilakukan dengan
komunikasi satu arah sehingga situasi belajarnya terpusat pada pengajar. Ini berati guru
mengajar untuk informasi secara lisan dan data kepada anak tanpa ada usaha
mengembangkan ketrampilan IPS. Guru juga mengajar hanya menggunakan dari buku
sumber atau buku paket sehingga selama proses belajar mengajar berlangsung anak hanya
berinteraksi dengan buku sumber dan guru.

Metode dalam pembelajaran tradisional yaitu:

1. Dalam pembelajaran tradisional guru sering membiarkan adanya siswa yang


mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
2. Dalam pembelajaran tradisional, akuntabilitas individual sering diabaikan
sehingga tugas-tugas acapkali hanya dikerjakan oleh salah seorang anggota
kelompok, sedangkan anggota yang lain relatif pasif atau hanya se enaknya saja
di atas keberhasilan teman yang mengerjakan tugas tadi.
3. Dalam pembelajaran tradisional, pada umunya kelompok belajar yang dibentuk
berisifat homogen.
4. Dalam pembelajaran tradisional, pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru
atau guru membiarkan setiap kelompok memilih pemimpinya dengan cara
masing-masing.
5. Dalam pembelajaran tradisional, keterampilan sosial seringkali tidak diajarkan
secara langsung.
6. Dalam pembelajaran tradisional, pemantauan melalui observasi dan intervensi
sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
7. Dalam pembelajaran tradisional, guru sering tidak memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
8. Dalam pembelajaran tradisional, sering lebih menekankan pada penyelesaian
tugas.

Pilihan Media Tradisional

1. Visual diam yang diproyeksikan (proyeksi tak tembus pandang, proyeksi


overhead, slide, (filmstrips)
2. Visual yang tak diproyeksikan (gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram,
pameran, papan info, papan bulu/flanel)
3. Audio (rekaman piringan hitam dan pita kaset)
4. Penyajian multimedia (slide plus suara, paduan gambar-suara, dan multi image)
5. Visual dinamis yang diproyeksikan (film, televisi, video).
6. Cetak (buku teks, modul, teks terprogram, buku kerja, majalah berkala, lembaran
lepas atau hand-out).
7. Permainan (teka-teki, simulasi, permainan papan).
8. Realia (model, specimen/contoh, manipulatif (peta, globe, boneka).
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok
kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda.

Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran


kooperatif tipe STAD dapat mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student
centered.

Pada intinya konsep dari model pembelajaran tipe STAD adalah Guru menyajikan
pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota
tim telah menguasai pelajaran tersebut.

B. Saran

Berdasarkan masalah – masalah yang kami temukan, maka kami menyarankan agar
diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilam
kooperatif sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
DAFTAR PUSTAKA

Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek


Peningkatan Mutu SLTP.

Sri Wardhani. (2006). Contoh Silabus dan RPP Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG

Anda mungkin juga menyukai